• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KULIAH LAPANGAN EKOLOGI TUMBUHAN ANALISIS VEGATASI DAN DIAGRAM PROFIL

N/A
N/A
Cici Ucy

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN KULIAH LAPANGAN EKOLOGI TUMBUHAN ANALISIS VEGATASI DAN DIAGRAM PROFIL "

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KULIAH LAPANGAN EKOLOGI TUMBUHAN ANALISIS VEGATASI DAN DIAGRAM PROFIL

Diajukan untuk Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan

Dosen Pengampu : Dr. Cartono, M.Pd., M.T.

Zamzam I’lanul Anwar Atsaury, M.Si.

Disusun : Kelompok 3 205040001 Lusy Sucihati 205040002 Febriani Permatasari 205040005 Rizkita Novianti 205040007 Raihan Hidayatulloh 205040012 Sephia Kharisma Riana 205040013 Dhaifina Nur Shabrina 205040014 Purwanti Ainun M 205040037 Jenab

205040042 Tiara Fadhilah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASUNDAN 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan di Taman Hutan Raya Ir.H. Djuanda tersusun hingga selesai. Adapun tujuan penulisan dari laporan kuliah lapangan ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ekologi Tumbuhan.

Terima kasih kepada Bapak Dr. Cartono, M.Pd., M.T dan Bapak Zamzam I’lanul Anwar Atsaury, M.Si. selaku dosen mata kuliah Ekologi Tumbuhan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Laporan Kuliah Lapagan ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Kuliah Lapangan di Taman Hutan Raya Ir.H.Djuanda ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat diperlukan. Berharap Laporan Kuliah Lapangan ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Bandung, 08 Februari 2023

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

(4)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Salah satu hutan hujan tropis di Indonesia khususnya di pulau Jawa yaitu kawasan pelestarian alam Taman Hutan Raya. Taman hutan raya (Tahura) adalah suatu kawasan yang ditetapkan pemerintah dengan fungsi pokok sebagai hutan konservasi, yaitu kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi (Direktorat Jenderal Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam, 2003).

Vegetasi berperan penting dalam melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan dengan menurunkan energi kinetik hujan dengan cara memperkecil kecepatan dan diameter butiran air hujan, serta menurunkan kecepatan dan volume air limpasan.

Selain itu, vegetasi juga menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya melalui sistem perakaran dan serasah yang dihasilkan, dan juga mempertahankan kapasitas tanah dalam menyimpan air, serta meningkatkan laju infiltrasi dan perkolasi air dalam tanah (Suryatmojo, 2006). Potensi vegetasi merupakan salah satu data dan informasi penting yang diperlukan dalam pengembangan suatu model pengelolaan hutan. Kajian tentang potensi vegetasi umumnya menggunakan parameter kerapatan (jumlah individu per satuan luas), frekuensi (proporsi jumlah sampel dengan spesies tertentu terhadap total jumlah sampel), dominasi penutupan (proporsi luas bidang dasar yang ditempati suatu spesies terhadap luas total habitat) dan Indeks Nilai Penting (INP). INP yang diperoleh dari penjumlahan nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif, merupakan parameter kuantitatif yang menyatakan dominansi suatu spesies dalam suatu komunitas tumbuhan (Nurjaman, 2017).

Keberadaan vegetasi akan mengurangi karbon di atmosfer (CO2) melalui proses fotosintesis dan menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya karbon tersebut tersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut akan menempati salah satu dari sejumlah kantong karbon (Oktaviani etal., 2017). Dengan demikian keberadaan vegetasi sangat besar perannya dalam membersihkan udara di sekitarnya.Adapun Analisis vegetasi adalah suatu analisis dalam ekologi tumbuhan untuk mengetahui berbagai jenis vegetasi dalam suatu komunitas atau populasi

(5)

Untuk melakukan Analisis vegetasiini pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode kuandrat

Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistemdalam skala yang lebih luas. Secaraumum, peranan vegetasi dalam suatuekosistem terkait dengan pengaturankeseimbangan karbon dioksida danoksigen dalam udara, perbaikan sifatfisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain.Meskipun secara umum kehadiranvegetasi pada suatu area memberikandampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Diagram profil merupakan skala gambaran stratifikasi vegetasi dan penutupan kanopi vegetasi hutan. Diagram profil dibuat untukmenggambarkan struktur dankeanekaragaman vegetasi di suatuekosistem.

Selain itu juga memberikangambaran mengenai bentuk permukaanlahan dan jenis tanah. Diagram profilyang umum dilakukan adalah diagram profil vertical dan horizontal. Diagram profil vertical dilakukan untukmengetahui gambaran mengenaistratifikasi dan struktur vegetasi hutan,sedangkan diagram profil horizontaldilakukan untuk mengetahui gambarantutupan lantai hutan oleh kanopi pohon (Baker,1999).

1.2 Tujuan Kegiatan

1) Mengetahui struktur dan komposisi tumbuhan di TAHURA Ir.H.Djuanda Bandung 2) Mengetahui cara pembuatan diagram profil vertical dan horizonta

3) Mengetahui perbedaan Kerapatan, Frekuensi, dan Dominasi dalam suatu vegetasi 4) Mengetahui intensitas cahaya, pH dan kelembapan tanah pada area pengamatan 5) Mengetahui rantai makanan yang terjadi pada area pengamatan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis

Menurut Walter (1971) 70 % spesies tumbuhan hutan hujan tropis memiliki bentuk hidup (life form) panerofit (pohon dan semak). Bentuk hidup ini tidak hanya dominan dalam hal jumlah spesies tapi juga dalam hal jumlah individu spesies.

Walaupun demikian, bentuk-bentuk hidup lainnya juga ditemukan di dalam hutan hujan tropis. Berikut ini adalah bentuk-bentuk hidup yang ditemukan di dalam hutan hujan tropis, yaitu: (1) pohon dan semak, (2) herba, (3) liana, (4) hemiepifit, (5) epifit, (6)

(6)

saprofit dan parasit. Whitten et al., (1996) mengatakan bahwa, pada daerah pegunungan di tropis hanya sedikit pepohonan yang memiliki banir, dan jika ada ukurannya kecil.

Tumbuhan liana berkayu berukuran besar juga jarang ditemukan. Pada sisi lain tumbuhan Epifit seperti anggrek jauh lebih melimpah. Hutan hujan tropis merupakan hutan dengan jenis tumbuhan yang sangat kaya. Pola persebaran spesies berkaitan erat dengan ketinggian. Hutan tropis meliputi dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Berbeda dengan hutan subtropis atau subtropis dengan 4 musim yaitu dingin, semi, panas dan gugur. Area dengan hutan tropis meliputi Asia Selatan dan Tenggara, Australia Utara, Afrika, Kepulauan Pasifik, Amerika Serikat dan Tengah.

2.2 Taman Hutan Raya

Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Menurut (Gintera dan Pika, 2009) Kawasan taman hutan raya dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman wisata alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya.

Tahura Djuanda merupakan salah satu kawasan konservasi. Kawasan ini memiliki fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa asli atau bukan asli serta keunikan panorama alamnya, dan dimanfaatkan secara lestari untuk tujuan konservasi, pendidikan, penelitian dan rekreasi serta secara tidak langsung diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya dan berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Jawa Barat (UPTD Djuanda 2014). Tahura Djuanda memiliki fungsi rekreasi karena adanya beragam potensi sumberdaya alam yang sangat menarik. Potensi sumberdaya alam tersebut harus dikelola sehingga dapat terwujud pariwisata berkelanjutan. Pariwisata berkelanjutan harus mencakup kualitas, kesinambungan serta keseimbangan aspek-aspek lingkungan, budaya dan manusia.

Oleh karena itu, untuk mewujudkannya, ada berbagai jenis pariwisata yang dapat kita pilih di antaranya adalah ekowisata (ecotourism) (UPTD Djuanda 2014).

(7)

2.3 Analisis Vegetasi Tumbuhan

Menurut Cahyanto et al. (2014), vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada satu tempat dimana antara individu- individu penyusunnya terdapat interaksi yang erat, baik diantara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-hewan yang hidup didalam vegetasi dan lingkungan tersebu.

Jenis-jenis vegetasi di bagi menjadi empat yaitu vegetasi semak, vegetasi pancang, vegetasi tiang, dan vegetasi pohon (Lianah et al., 2013). Pembagian vegetasi ini berdasarkan diamater batang dari tumbuhan yang menyusun suatu vegetasi tersebut.

Vegetasi pohon merupakan vegetasi lebih tinggi (dalam hal panjang) dari vegetasi tiang, vegetasi pancang, dan vegetasi semak. Vegetasi semak merupakan tumbuhan permukaan tanah dimana pada vegetasi ini terdapat beragam mikrofauna yang menjadikannya sebagai habitat.

Menurut Smith et al. (2000) dalam Maridi et al. (2015), vegetasi berperan dalam penyimpanan dan daur nutrisi, penyimpanan karbon, purifikasi air; serta keseimbangan dan penyebaran komponen penting penyusun ekosistem seperti detrivor, polinator, parasit, dan predator. Perubahan vegetasi berpengaruh penting terhadap stabilitas, produktivitas, struktur trofik, serta perpindahan komponen ekosistem.

Komposisi hutan yaitu jenis-jenis penyusun yang menempati vegetasi disuatu tempat (Destaranti et al., 2017). Komposisi jenis vegetasi merupakan suatu susunan dan jumlah individu dalam suatu komunitas tumbuhan (Naharuddin, 2017). Menurut Fachrul (2008) untuk mencari komposisi vegetasi tumbuhan ditentukan dengan kerapatan, frekuensi, dominansi, dan Indeks Nilai Penting (INP). Komposisi jenis hutan dapat diklasifikasikan berdasarkan keberadaan spesies murni atau spesies campuran. Salah satu ciri terpenting hutan hujan tropis yang berkaitan dengan komposisi hutan adalah kekayaan jenisnya. Komposisi dan struktur vegetasi merupakan fungsi dari beberapa faktor, antara lain: flora lokal, habitat (iklim, tanah, dll), waktu dan peluang. Komposisi jenis merupakan salah satu variable yang bisa digunakan untuk menentukan proses suksesi yang sedang berlangsung disuatu komunitas yang telah mendapat gangguan. Jika Komposisinya mendekati kondisi awal dapat dikatakan komunitas tersebut akan segera pulih (Naharuddin, 2017).

2.4 Diagram Profil Tumbuhan

Menurut Baker (1999). Stratifikasi kanopi merupakan salahsatu konsep tertua dalam ekologi hutan tropis, dikembangkan sejak permulaan abad ke-19, namunmasih

(8)

menjadi perdebatan mengenaimetode yang digunakan untukmengetahui gambaran stratifikasivegetasi hutan. Setelah penelitianterdahulu melakukan berbagai penelitian mengenai metode yang tepat.

Penyebaran dan pertumbuhan spesies pohon dipengaruhi oleh daya tumbuh biji, topografi, keadaan tanah, dan faktor lingkungan lainnya. Menurut Martono (2012), bahwa selain faktor genetik, pertumbuhan pohon juga dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan, salah satunya adalah interaksi dengan organisme lain.

Keanekaragaman spesies pohon memiliki pengaruh yang tinggi terhadap keberadaan fauna, khususnya spesies burung. Sebagai komponen habitat burung, pohon dapat berfungsi se-bagai cover (tempat berlindung dari cuaca dan predator, bersarang, bermain beristirahat, dan mengasuh anak). Selain menyediakan bagian-bagian pohon (daun, bunga, dan buah) suatu pohon dapat berfungsi sebagai habitat berbagai jenis organisme lain yang merupakan sumber makanan bagi burung. Setiap jenis pohon dan komposisi jenis pohon suatu komunitas dapat menciptakan berbagai kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan yang spesifik bagi fauna yang terdapat di dalamnya (Noerdjito dan Maryanto, 2001).

(9)

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan

Waktu : Rabu, 25 Januari 2023 Pukul : 07.00 s.d 15.00 Wib

Tempat : Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung 3.2 Alat dan Bahan

1. Analisisa Vegetasi - Alat

NO NAMA ALAT FOTO KEGUNAAN

1. Tali Rapia

Dokumen Pribadi

Sebagai pembatas yang disesuaikan dengan kebutuhan ukuran lahan per kotaknya.

2. Meteran Gulung

Dokumen Pribadi

Untuk megukur lahan sebesar 500 m2 yang masing – masing dibagi menjadi 5 plot. I plotnya terukur sebesar 100 m2.

3. Meteran Jahit

Dokumen Pribadi

Untuk mengukur panjangnya tali rapia yang disesuaikan dengan ukuran kotak lahan.

4. Soil Tester Soil tester digunakan

sebagai alat ukur dalam

tanah yaitu

(10)

Dokumen Pribadi

kelembaban, suhu, dan pH tanah.

5. Hygrometer

Dokumen Pribadi

Untuk mengukur kelembaban relatif udara atau juga sebagai alat ukur jumlah uap air tak terlihat dalam suatu lokasi atau lingkungan.

6. Patok

Dokumen Pribadi

Untuk pembatas akhir disetiap sudut kotak lahan tanah dan sebagai penancap ke dalam tanah yang mengikat tali rapia.

7. Gunting

Dokumen Pribadi

Untuk menggunting tali rapia dengan ukuran tertentu.

8. Alat Tulis

Dokumen Pribadi

Untuk menulis data hasil pengamatan di dalam menganalisis vegetasi.

(11)

10. Lux Meter

Dokumen Pribadi

Untuk mengukur besarnya intensitas cahaya di suatu tempat.

11. Papan Dada

Dokumen Pribadi

Sebagai tempat/

penunjang dalam menulis data hasil analisis vegetasi.

12. Label

Dokumen Pribadi

Digunakan untuk ciri/

tanda suatu tumbuhan memiliki ukuran diameter, keliling, tinggi dan lainnya yang akan diterapkan ke dalam data analisis vegetasi.

- Tabel Bahan

NO NAMA

BAHAN

FOTO KEGUNAAN

1. Lahan sebesar 200 m2

Dokumentasi Pribadi

Sebagai tempat untuk menganalisis vegetasi yaitu keberadaan tumbuhan atau tanaman yang ada di sekitar lahan sebesar 200 m2 yang masing-masing dibagi 100 m2 dan didalamnya dibagi beberapa kotak menjadi 4 kotak yaitu dengan ukuran kotak masing – masing 10m x 10m, 8m x 8m, 4m x 4m, 2m x 2m, 1m x 1m.

pembagian tersebut untuk anveg tingkat permudaan pohon.

(12)

2. Diagram Profil - Alat

NO NAMA ALAT FOTO KEGUNAAN

8. Alat Tulis

Dokumen Pribadi

Untuk menulis data hasil pengamatan di dalam menggambar diagram Profil

2 Milimeter Block

Dokumentasi Pribadi

Sebagai menggambar diagram profil

11. Papan Dada

Dokumen Pribadi

Sebagai tempat/

penunjang dalam menggambar diagram Profil

- Bahan

NO NAMA

BAHAN

FOTO KEGUNAAN

1. Lahan Sebagai tempat untuk

menggambar Diagram Profil

(13)

Dokumentasi Pribadi

3.3 Prosedur Kerja - Diagram Profil

Siapkan Alat dan Bahan

Pertama, mengukur jarak dengan kompas bidik

Setelah itu mengukur plot dan kotak dengan ukuran yang telah ditentukan

10x10 8x8

x10

4x4 1x1

x10

(14)

Mengukur besarnya intensitas cahaya

Setelah itu, amati tumbuhan atau pohon yang berada di dalam kotak.

Ukur diameter tumbuhan dengan menghitung keliling batang tumbuhan

Cek kelembapan tanah dan suhudengan soil tester, dengan cara ditancapkan ke tanah. Dan mengukur

uap air tak terlihat menggunakan Hygmeter , selama 10 menit

(15)

- Analisis Vegetasi

3.4 Metode Pelaksanaan Kegiatan Metode Petak Kuadrat

Cari lahan yang sesuai untuk dijadikan tempat

pengamatan.

Gunakan kompas bidik untuk membuat garis plot

agar lurus dengan bantuan meteran dan

tali rapia

Buatlah petak kecil ukuran 1x1m, 2x2m,

4x4m, 8x8m, dan 10x10m.

Hitung jumlah dan jenis serta amati tanaman pada setiap

plot

Ukur kelembaban plot dengan menggunakan

hygrometer

Ukur intensitas cahaya dengan menggunakan lux

meter

Ukur pH dan kelembaban tanah

dengan menggunakan

soiltester.

Hasil data yang diperoleh masukkan ke golongan anveg tingkat permudaan

pohon

(16)

Pada kuliah lapangan kali yang telah kami lakukan, pada pengamatan analisis vegetasi dibuat dengan metode kuadrat. Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu luasan petak contoh. Langkah pertama dari metode ini adalah membuat Kurva Spesies Area. Data yang diperoleh berupa parameter kerapatan, frekuensi, dan dominansi (Kusmana, 1997). Berdasarkan metode pantauan luas minimum akan dapat di tentukan luas kuadrat yang di perlukan untuk setiap bentuk vegetasi tadi. Untuk setiap plot yang di sebarkan di lakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan dan frekuensi. Variabel kerimbunan dan kerapatan di tentukan berdasarkan luas kerapatan. Dari spesies yang di temukan dari sejumlah kuadrat yang di buat (Rahardjanto, 2001).

Lebar jalur sebagai sumbu Y dan panjang jalur sebagai sumbu X. Vegetasi yang terdapat di petak tersebut diberi nomor, dicatat nama jenis pohon dan diukur posisi masiing-masing terhadap titik koordinat X dan Y,diukur diameter batang ,tinggi total, bentuk tajuk, luas proyeksi (penutupan) tajuk terhadap permukaan tanah diukur paling tidak dari dua arah pengukuran. Bentuk profil vertical dan horizontal (penutupan tajuk) digambar pada kertas millimeter blok.

Gambar petak analisis vegetasi.

Prosedur Metode Petak Kuadrat

1. Tentukanlah daerah yang akan dibuat plot dan dikumpulkan sampel tumbuhannya dengan cara acak (random) atau secara sistematik. Buatlah plot dengan cara bertingkat dan menandai dengan patok dan tali rafia dengan ukuran yang bervariasi (1m x 1m; 2m x 2m; 4m x 4m; 8m x 8m; 10m x 10m).

2. Lakukan pengamatan dan hitunglah jumlah tumbuhan yang ada pada tiap plot, menyesuaikan dengan kategori vegetasi yang telah ditentukan. Plot berukuran 1m x 1m untuk Tumbuhan Bawah (Coverground), 2m x 2m untuk Anakan (Seedling), 4m x 4m untuk Pancang (Sapling), 8m x 8m untuk Tiang (Pole), dan 10m x 10m untuk Pohon (Tree).

3. Ukurlah luas penutupan untuk kategori tumbuhan bawah dan anakan, serta lakukan pengukuran Diameter Setinggi Dada (DBH) pada kategori pancang, tiang dan

(17)

4. Buatlah tabulasi data dari data yang telah diperoleh dan analisa Frekuensi, Kerapatan, Dominansi dan Indeks Nilai Pentingnya.

3.5 Analisis Data

Identifikasi jenis pohon di lokasi penelitian dilakukan dengan studi literatur dan bantuan pemandu lokal.Kerapatan setiap fase pertumbuhan dihitung

menggunakan rumus berikut (Indriyanto, 2018). Indeks Nilai Penting (INP)

digunakan untuk menganalisis dominansi (penguasaan) suatu jenis dalam komunitas tertentu dengan cara menjumlahkan nilai kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR) dan dominansi relatif (DR) dari suatu jenis tersebut (Curtis 1959 dalam Mueller- Dombois dan Ellenberg 1974).

a. 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 =Σ (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙) 𝑘𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 Σ (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙) 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙

b. 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = Densitas suatu jenis Σ (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙) 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑘𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡

c. 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 = Luas penutupan (cover)𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 Σ (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙) 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑘𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 (𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑐𝑢𝑝𝑙𝑖𝑘)

d. 𝐹𝑀 = ∑ 𝑇𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛

e. 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖

Σ (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙)𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑥 100 % f. 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

Σ (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙) 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 g. 𝐾𝑀 = Σ (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙) 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢

Luas Petak contoh

h. 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = Densitas suatu jenis

Σ (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙)𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑥 100%

i. 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = Dominansi suatu jenis

Σ (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙)𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑥 100%

j. IHP = KR + FR + DR

k. Basal Area (DBH) = Total diameter seluruh jenis tumbuhan 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛

Penentuan stratifikasi tajuk.

Stratifikasi tajuk ditentukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut.

a. Stratum A merupakan lapisan teratas yang terdiri dari pohon-pohon yang tinggi totalnyalebih dari 30 m.

b. Stratum B terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 20--30 m.

c. Stratum C terdiri dari pohon-pohon dengan tinggi 4--20 m d. Statum D terdiri dari tumbuhan dengan tinggi 1--4 m.

e. Stratum E, yaitu tajuk paling bawah (lapisan kelima dari atas) yang dibentuk oleh spesiesspesies tumbuhan penutup tanah (ground cover) yang tingginnya kurang dari 1 meter.

Penentuan tingkat pemudaan pohon.

1 x 1 m: coverground (rumput) 2 x 2 m: semak dan seedling

(18)

Perdu / herba / liana

4 x4 m: pancang ( ≥ 5 - < 10 cm) 8 x 8 m: tiang ( ≥10 - < 20 cm) 10 x 10 m: pohon ( 0 ≥ 20 cm)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan

4.2 Pembahasan Analisis Vegetasi

Praktikum yang kami lakukan di Taman Hutan Ir. H. Djuanda. Memiliki titik koordinat

(19)

dibagi dalam beberapa plot sesuai tingkatan meliputi tingkat pohon 10m×10m, tingkat tiang 8m×8m, tingkat pancang 4m×4m, tingkat semai 2m×2m, serta tingkat cover ground 1m×1m.

Pada pengamatan yang telah dilakukan dari hasil 2 plot. Pada kategori plot pohon terdapat 3 tumbuhan, yaitu kokosan monyet (Lansium domesticum), mahoni Uganda (Khaya antoteca), Angsana (Pterocarfus indicus). Pada kategori plot tiang terdapat 4 yaitu, kokosan monyet (Lansium domesticum), Kayu manis (Cinnamomum verum), Jambu (Psidium guajava), Srikaya (Annona Squamosa). Pada kategoi pancang terdapat 1 tanaman yaitu cabe walanda.

Pada kategori plot semai terdapat 3 tumbuhan yaitu hulu tangkalak, senggani (Melastoma candidum), dan keladi zebra (Caladium xanthosoma). Pada coverground terdapat 1 jenis tumbuhan yang tumbuh yaitu rumput bambu (Lophatherum gracile).

Berdasarkan jumlah jenis yang ditemukan pada plot pengamatan, dapat dikatakan bahwa areal tersebut mempunyai keanekaragaman yang cukup tinggi, dipengaruhi lingkungan yang mempunyai iklim yang cocok untuk pertumbuhan. Menurut Krebs (1998), adanya keanekaragamaanjenis yang tinggi akan mengakibatkan ekosistem yang ada meningkat kestabilannya, karena dengan keanekaragaman yang tinggi serangan hama dan penyakit dapat dicegah secara alami.

Semakin tinggi keanekaragaman jenis penyusun maka komunitas tersebut semakin stabil. Jenis penyusun vegetasi pada suatu tempat msrupakan hasil interaksi dari beberapa faktor, yaitu : faktor waktu, heteregonitas ruang, kompetisi, predasi, stabilitas lingkungan dan produktivitas dari komponen tersebut. Komposisi tumbuhan yang bervariasi dalam suatu ekosistem pada umumunya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan tempat tumbuhnya.

Apabila kondisi lingkungan dan tempat tumbuhnya tidak berbeda jauh,maka akn memunculkan sedikit perubahan dalam komposisi jenis atau bahkan tidak sama sekali. Komposisi tumbuhan bawah menggambarkan susunan jenis tersebut dalam suatu ekosistem

.Ketinggian tempat akan mempengaruhi kekayaan jenis, struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan bawah, keadaan tanah, suhu, intensitas cahaya dan air. Ketinggian tempat secara tidak langsung akan berperan dalam proses fotosintesis serta akan menjadi faktor pembatas yang akan menghambat pertumbuhan tumbuhan bawah. faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan pH tanah yang akan menyebabkan perbedaan kehadiran vegetasi tumbuhan bawahnya.

(20)

4.3 Pembahasan Diagram Profil

Tabulasi jenis-jenis tumbuhan yang di temukan di lokasi penelitian

No Nama Latin Nama

Daerah Famili Plot Ditemukan Kehadiran pada Stratum

A B C D E

1 Bellucia axinathera

Jambu

Tangkalak Melastomataceae 1 2

2 Bambusa Sp. Bambu Poaceae 1, 2 1 1 1

3 Calliandra

calothyrsus Kaliandra Fabaceae 2 3

4 Calliandra tetragona

Kaliandra

putih Fabaceae 1 2 6

5 Khaya anthotheca Mahoni

ugandan Meliaceae 1, 2 4 3 5

6 Lansium domesticum

Kokosan

monyet Meliaceae 1 1 2

7 Pterocarpus

indicus Angsana Fabaceae 1, 2 1 1

8 Pinus merkusii Tusam

sumatrra Pinaceae 1, 2 2 1

Kompleksitas strata

Pada hasil pengamatan yang telah kami lakukan, dapat diketahu bahwa kompleksitas strata tumbuhan di taman hutan raya bandung berbeda-beda. Terdapat dua jenis tanaman yang memiliki strata a yaitu Lapisan atas terdiri dari pepohonan tinggi lebih dari 30 meter. Terdapat 3 jenis tumbuhan yang memiliki strata b yaitu Lapisan kedua yang kadang-kadang disebut tingkat atas, terdiri dari pepohonan yang tumbuh sekitar 15-30 meter. Lalu untuk strata c terdapat 6 tumbuhan yaitu Lapisan ketiga yang biasa juga dinamakan tingkat bawah. Terdiri dari pepohonan yang tumbuh sampai ketinggian 5-14 meter. Pepohonan ini cenderung memperlihatkan bentuk yang beraneka ragam tetapi cenderung membentuk lapisan yang rapat.

Dan yang terakhir terdapat 5 jenis tumbuhan yang memiliki strata d yaitu Lapisan belukar yang terdiri dari spesies dengan ketinggian kurang dari 5 meter.

Pada beberapa jenis tumbuhan memiliki jenis kompleksitas strata yang tidak beda jauh contohnya pada tumbuhan pinus merkusii ia memiliki badan batang yang sangat tinggi

(21)

tumbuhan di dalam plot tidak terlalu padat karena ada beebrapa jenis tumbuhan yang menjulang tinggi dan dedaunan hanya tumbuh di bagian atas pohon, jarak antar pohon juga tidak terlalu berdekatan.

Tutupan kanopi/penutup tajuk tumbuhan

Berdasarkan hasil pengamatan diagram profil yang sudah di peroleh dapat diketahui bahwa pada lahan yan diamati tutupan kanopi tidak terlalu padat dan rapat. Hanya ada beberapa tumbuhan yang memiliki daun rindang tetapi sudah mulai gugur seperti tumbuhan Pterocarpus indicus. Tumbuhan-tumbuhan yang menjulang tinggi seperti Pinus merkusii dan Khaya anthotheca hanya memiliki daun di ujung batang dan tidak memiliki banyak cabang batang sehingga tutupan kanopi pada plot yang sudah di amati tidak terlalu tertutup dan bisa di katakan hanya tertutup 50%-75%.

Legenda tumbuhan

Tanaman bambu banyak ditemukan di daerah tropik di Benua Asia, Afrika, dan Amerika. Namun, beberapa spesies ditemukan pula di Australia. Benua Asia merupakan daerah penyebaran bambu terbesar. Penyebarannya meliputi wilayah Indoburma, India, Cina, dan Jepang. Daerah Indoburma dianggap sebagai daerah asal tanaman ini. Selain di daerah tropik, bambu juga menyebar ke daerah subtropik dan daerah beriklim sedang di dataran rendah sampai di dataran tinggi.

Kaliandra Calliandra calothyrsus berasal dari Amerika Tengah dan masuk ke pulau Jawa pada tahun 1936. Pada tahun 1974 sebuah program “MALU” (Mantri Kehutanan dan Lurah) yang dikembangkan oleh Perum Perhutani dilaksanakan dengan membagikan secara gratis biji-biji kaliandra kepada masyarakat sekitar hutan sehingga penamanan kaliandra dapat tersebar luas di pulau Jawa. Tujuan penanaman kaliandra pada mulanya untuk penghijauan, mencegah erosi dan mencegah penduduk mengambil kayu bakar dari hutan.

Dengan adanya kaliandra, penduduk dapat mengambil kayunya untuk kayu bakar sehingga penebangan liar di hutan oleh penduduk dapat dicegah. Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai atau tempat yang cukup sering terkena sinar matahari langsung. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan hidup di tanah gersang sekalipun. Walaupun tidak disirami selama berbulan- bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup. Tanaman mahoni merupakan tanaman tahunan, dengan tinggi rata-rata 5 - 25 m (bahkan ada yang mencapai lebih dari 30 m), berakar tunggang dengan batang bulat, percabangan banyak, dan kayunya bergetah. Daunnya berupa

(22)

daun majemuk, menyirip genap, helaian daun berbentuk bulat telur, ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, tulang menyirip dengan panjang daun 3 - 15 cm. Daun yang masih muda berwarna merah dan setelah tua jreng..jreng.. bukan sulap bukan sihir, berubah menjadi hijau. Bunga tanaman mahoni adalah bunga majemuk, tersusun dalam karangan yang keluar dari ketiak daun.Ibu tangkai bunga silindris, berwarna coklat muda. Kelopak bunganya lepas satu sama lain dengan bentuk menyerupai sendok, berwarna hijau. Mahkota bunga silindris, berwarna kuning kecoklatan.Benang sari melekat pada mahkota.Kepala sari berwarna putih/kuning kecoklatan. Tanaman mahoni ini baru akan berbunga setelah usia 7 atau 8 tahun.

Setelah berbunga, tahap selanjutnya adalah berbuah. Buah mahoni merupakan buah kotak dengan bentuk bulat telur berlekuk lima. Ketika buah masih imut berwarna hijau, dan setelah besar berwarna coklat.Di dalam buah terdapat biji berbentuk pipih dengan ujung agak tebal dan warnanya coklat kehitaman. Buah yang sudah renta alias tua sekali kulit buahnya akan pecah dengan sendirinya dan biji-biji pipih itu akan bebas berterbangan kemana angin meniup.

Bila jatuh ke tanah yang cocok akan tumbuh menjadi tanaman mahoni generasi baru.

Pohon Pinus merkusii Jungh. et de Vriese merupakan jenis pinus yang tumbuh asli di wilayah Indonesia dan pertama kali ditemukan dengan nama “Tusam” di daerah Sipirok, Tapanuli Selatan oleh seorang ahli botani dari Jerman Dr. F. R. Junghuhn. Selain termasuk jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing species), jenis pinus ini merupakan jenis pinus yang tidak memerlukan syarat-syarat tempat tumbuh yang khusus sehingga mudah untuk dibudidayakan bahkan pada tempat yang kering.

(23)

4.4 Pembahasan Rantai Makanan

Di taman hutan raya Bandung terdapat beberapa hewan yang ditemukan di lokasi penempatan plot diantaranya terdapat monyet, babi hutan, tupai, burung, kadal dan larva serangga. Adapun tumbuhan yang berada di plot yang kami tempati yaitu...

Sehingga rantai makanan yang terjadi yaitu tumbuhan sebagai produsen, hewan seperti larva serangga sebagai konsumen 1 yaitu pemakan tumbuh-tumbuhan. Selain itu burung juga sebagai konsumen 1 sebagai pemakan buah-buahan, tumbuh-tumbuhan, biji pohon. Tupai sebagai konsumen 1 pemakan buah-buahan, tumbuh-tumbuhan dan biji pohon dan tupai juga sebagai konsumen 2 pemakan serangga. Monyet juga sebagai konsumen 1 pemakan buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan dan juga monyet sebagai konsumen 2 pemakan daging seperti pemakan burung. Kadal sebagai konsumen 2 yaitu pemakan larva serangga. Babi hutan sebagai konsumen 3 yaitu pemakan kadal/ reptil kecil.

Jadi, tumbuhan, buah-buahan, biji-bijian sebagai (produsen), larva serangga (konsumen 1), burung (konsumen 1), tupai (konsumen 1), Tupai (konsumen 1 dan 2), monyet (konsumen 1 dan 2), kadal sebagai (konsumen 2), babi hutan sebagai (konsumen 3).

(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari kuliah lapangan ini yaitu pada saat praktikum pengamatan analisis vegetasi menggunakan metode petak kuadrat. Pada saat menganalisis mengidentifikasi jenis pohon di lokasi kuliah lapangan dilakukan dengan studi literatur dan pemandu lokal.

Pada hasil pengamatan yang telah kami lakukan, dapat diketahu bahwa kompleksitas strata tumbuhan di taman hutan raya bandung berbeda-beda. Terdapat dua jenis tanaman yang memiliki strata a yaitu Lapisan atas terdiri dari pepohonan tinggi lebih dari 30 meter.

Terdapat 3 jenis tumbuhan yang memiliki strata b yaitu Lapisan kedua yang kadang- kadang disebut tingkat atas, terdiri dari pepohonan yang tumbuh sekitar 15-30 meter. Lalu untuk strata c terdapat 6 tumbuhan yaitu Lapisan ketiga yang biasa juga dinamakan tingkat bawah. Terdiri dari pepohonan yang tumbuh sampai ketinggian 5-14 meter. Pepohonan ini cenderung memperlihatkan bentuk yang beraneka ragam tetapi cenderung membentuk lapisan yang rapat. Dan yang terakhir terdapat 5 jenis tumbuhan yang memiliki strata d yaitu Lapisan belukar yang terdiri dari spesies dengan ketinggian kurang dari 5 meter.

5.2 Saran

Pada saat kuliah lapangan dilaksanakan jalan menuju lokasi sangat terjal dan licin, para anggota kelompok harus ekstra hati-hati supaya tidak terjatuh, banyak nyamuk dan binatang liar yang cukup menggagu, para anggota kelompok harus waspada dan hati-hati.

(25)

DAFTAR PUSTAKA Ampel Kabupaten Boyolali. Bioedukasi. 8(1): 28-42.

Walter, H. 1971. Ecology of Tropical and Subtropical Vegetation. Van Nostrand Baker, J.P & J.S. Wilson.1999.Aquantitative technique for theidentification of canopy

stratificationin tropical and temperateforests Journal of Forest Ecologyand Management 127(2000):77-86

Cahyanto, T., Destiana, C., dan Tony, S. 2014. Analisis Vegetasi Pohon Hutan Gunung Manglayang Kabupaten Bandung. J. Istek. 8(2): 145-161.

Direktorat Jendral Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam, 2003. Tersedia pada http://ekowisata.org/wp-content/uploads/2011/03/P_6_2012_PHKA.pdf. Diakses pada tanggal 5 Januari 2023

Eka KaryaBali.http://supeksa.wordpress.com

Gintera & Pika. 2009. Pengelolaan Taman Hutan Raya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Badan Penelirian dan Pengembangan Hutan. Bogor

Lianah., Sutrisno, A., Henna, R. S., dan Munifatul, I. 2013. Perbandingan Analisis Vegetasi Lingkungan Alami Tetrastigma glabratum Di Hutan Lindung Gunung Prau Sebelum Dan Sesudah Eksploitasi.Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2013.

Martono, D.M. 2012.Analisis vegetasi dan asosiasi antara jenis-jenis pohon utama penyusun hutan tropis dataran rendah di Taman Nasional Gunung Rinjani Nusa Tenggara

Noerdjito, M dan M. Maryanto. 2001. Jenis-jenis Hayati Indonesia. Puslit Biologi-LIPI.

Cibinong.

Ratmini, N., & Karolina, Y. (n.d.). Analisis Vegetasi dengan Metode

Suryatmojo, H. 2006. Konsep Dasar Hidrologi Hutan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Supeksa, K., Putu Ella Deviana, N., Luh Gede Krisna Dewi, N., Made

Periplus Edition, Singapore. [UPTD Djuanda] Unit Pengelola Teknis Daerah Djuanda. 2014. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Huta Raya Ir H Djuanda. Bandung (ID): UPTD Djuanda

(26)

LAMPIRAN

(Lampiran 1) (Lampiran 2) ( Lampiran 3)

(Lampiran 3) (Lampiran 4) (Lampiran 5)

(Lampiran 6) (Lampiran 7) (Lampiran 8)

Gambar

FOTO  KEGUNAAN
FOTO  KEGUNAAN
Gambar petak analisis vegetasi.

Referensi

Dokumen terkait