HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Kimia Organik II yang berjudul “Isolasi Piperin dari Lada dan Sifat Kimia Piperin” disusun oleh:
Nama : 1. Annisa Masdar (200105500005) 2. Indira Magfirah (200105501007) 3. Marlina Paremanda‟ (200105501029) 4. Nurhaliza (200105500019)
5. Rahmi (200105500011)
6. Rio Putrawiguna (200105501001) Kelas : Pendidikan Kimia A
Kelompok : II (Dua)
telah diperiksa dan dikonsultasikan dengan Asisten dan Koordinator Asisten maka laporan ini dinyatakan diterima.
Makassar, November 2021 Koordinator Asisten, Asisten,
Muh. Arif Kamaluddin Julkipli Eko Baskoro
Nim. 1613141004 NIM. 1713042020
Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab
Munawwarah, S.Pd, M.Pd NIP. 19930531 2019 03 2019
A. JUDUL PERCOBAAN
Isolasi Piperin dari Lada dan Sifat Kimia Piperin B. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan mengetahui:
1. Prinsip isolasi senyawa organik dari bahan alam, khususnya senyawa alkaloid.
2. Teknik isolasi dalam bahan alam ekstraksi kontinyu, pemisahan lainnya, dan cara pemurniannya.
3. Mengenal sifat-sifat kimia piperin berdasarkan struktur dan hasil degradasinya.
C. LANDASAN TEORI
Ilmu kimia alkaloid selalu merupakan tantangan bagi para kimiawan. Sebabnya ialah alkaloid lazimnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan. Oleh karena itu, pemisahan, pemurnian, dan karakterisasi alkaloid memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang khusus. Kecuali itu, penetapan struktur suatu alkaloid seringkali memakan banyak waktu. Misalnya, struktur striknin baru diketahui oleh riboson pada tahun 1948, sekitar 50 tahun setelah ini ditemukan (Achmad, 1986: 47).
Alkaloid adalah senyawa-senyawa organik terdapat pada tumbuh-tumbuhan, bersifat basa, dan struktur kimianya mempunyai sistem lingkar heterosiklis dengan nitrogen sebagai hetero atomnya. Unsur-unsur penyusun alkaloid adalah karbon, hidrogen, nitrogen, dan oksigen.alkaloid yang struktur kimianya tidak mengandung oksigen hanya beberapa saja. Ada pula alkaloid yang mengandung unsur lain selain keempat yang telah disebutkan. Adanya nitrogen dalam lingkar pada struktur kimia alkaloid menyebabkan alkaloid tersebut bersifat alkali. Oleh karena itu golongan senyawa-senyawa ini disebut alkaloid (Sumardjo, 2008: 438).
Alkoloid, sekitar 5500 telah diketahui, merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Tidak ada satupun istilah „alkaloid‟ yang memuaskan, tetapi pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik.
Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol; jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tanwarna, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar prazat alkaloid yang paling umum adalah asam amino, alkaloid merupakan suatu golongan heterogen (Harborne, 1987: 234 – 235).
Alkaloid seperti golongan senyawa lainnya, tidak mempunyai atau memiliki tatanama sistematik, misalnya kuinin, morfin, dan striknin. Hampir semua atau sebagian nama trivial ini diberi nama akhiran –in yang mencirikan alkaloid, sama seperti akhiran –osa yang mencirikan karbohidrat. Oleh karena itu, dalam mempelajari olmu kimia alkaloid perhatian seyogianya ditujukan kepada ciri-ciri strutur dan kereaktivannya, dan bukan menghafalkan nama masing-masing senyawa.
Dibandingkan dengan steroid dan flavonoid yang mempunyai jenis struktur dasar yang relatif terbatas, alkaloid mempunyai struktur yang banyak jenisnya. Oleh karena itu, klasifikasi alkaloid yang didasarkan pada strukturnya, dan dengan tegas dapat membedakan suatu jenis tertentu dari jenis lainnya, sukar dilakukan. Oleh karena itu pula, dewasa ini belum ada suatu klasifikasi alkaloid yang digunakan secara seragam (Achmad, 1986: 48).
Menurut Sastrohamidjojo (1996:208-209) alkaloid mempunyai sifat fisika dan kimia yaitu:
1. Sifat-sifat fisika
Kebanyakan alkaloid telah diisolasi berupa padatan Kristal dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf, dan beberapa seperti nikotin (20) dan konini (21) berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, spesies aromatic berwarna (contoh, berberin (22) alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudo- dan protoalkaloid larut dalam air.
2. Sifat-sifat kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan electron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan electron, sebagai gugus alkil, maka ketersedian electron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin (24) lebih basar dari pada dietilamin (25) dan senyawa (25) lebih basa daripada etilamin (26).
Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik electron (contoh, gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam.
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organic yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit sebuah atom nitrogen yang biasanya bersifat basa, dan dalam sebagian besarnya atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Batasan mengenal alkaloid seperti dinyatakan diatas perlu digunakan secara hati-hati, karena banyak senyawa heterosiklik nitrogen lain, yang ditemukan di alam yang bukan termasuk golongan alkaloid. Misalnya, senyawa-senyawa pirimidin, pteridin, dan sam nukleat yang tidak pernah dinyatakan sebagai alkaloid (Achmad, 1986: 47).
Piridina (pyridine) memiliki struktur yang mirip dengan benzena, kecuali bahwa adanya satu unit CH yang digantikan oleh satu atom nitrogen. Gambaran orbital untuk benzene dan piridina adalah mirip. Atom nitrogen, seperti halnya karbon, terhibridisasi sp2, dengan satu electron dalam orbital p tegak lurus pada bidang cincin.
NH
H H
H H
H
Jadi, nitrogen menyumbang satu electron pada enam electron yang membentuk awan pi aromatic di atas dan di bawah bidang cincin. Sebaliknya, pasangan electron bebas pada nitrogen terletak pada bidang cincin (seperti ikatan C-H) dalam orbital sp2. Piridina ialah hibrid resonansi dari struktur tipe-kekule. Berhubung kemiripan ikatannya, bentuk piridina menyerupai benzene. Bentuknya planar, dengan geometri nyaris heksagonal sempurna.
N N N
(Hart, dkk. 2003: 410-411).
Berdasarkan penelitian tersebut kemudian dilakukan isolasi piperin yang merupakan salah satu kandungan dari buah cabe jawa yang diduga berefek afrodisiak dalam fraksi tak larut n-heksana. Kondisi piperin yang diperoleh berwarna kuning pucat, rasa pedas, sedangkan fraksi tak larut n-heksana berwarna coklat tua. Isolat piperin diperiksa kebenarannya dengan membandingkan spektra isolat piperin dengan piperin standar (Muslichah, 2015: 13-14).
Struktur piperin sangat menarik karena terdiri dari banyak gugus fungsional dan system konyugasinya.
O
O
N O
Piperin
Hdirolisis terhadap piperin (C17H19O3N) dalam suasana asam, akan menghasilkan piperidin (C5H10NH) dan asam tak jenuh piperat. Dalam percobaan ini akan dicoba menghidrolisis piperin dan mengisolasi piperidin sebagai hasil degradasi. Sifat kimia piperin sangat menarik, secara keseluruhan merupakan amida asam, sedangkan masing-masing gugus bila menunjukkan sifat kimia tersendiri misalnya ketakjenuhan, karbonil dan epoksi (Tim Dosen Kimia Organik II, 2021: 26-27).
Proses isolasi alkaloid dari ekstrak methanol-air dilakukankan dengan reaksi penggaraman menggunakan HCl 2M untuk membentuk garam alkaloid, karena alkaloid bersifat basa sehingga apabila ditambahkan dengan asam akan membentuk garam. Garam alkaloid ini diekstraksi dengan pelarut etil asetat, untuk memisahkan senyawa alkaloid dengan yang bukan alkaloid, karena alkaloid terikat pada lapisan asam ini. Untuk membebaskan alkaloid dari bentuk garamnya, maka ditambahkan NH4OH sampai suasana menjadi basa, sehingga alkaloid akan terbentuk menjadi basa alkaloid kembali. Lapisan ini kemudian diekstraksi dengan pelarut etil asetat, selanjutnya diuapkan hingga terbentuk ekstrak alkaloid. Cara untuk mengetahui ekstrak alkaloid yang didapatkan mengandung alkaloid atau tidak ditambahkan pereaksi dragendorff, terbentuknya endapan merah bata berarti positif adanya alkaloid (Fitriyani, 2016: 36).
Piperin dan guineensin juga terdapat dalam buah cabe jawa P. retrofractum.
Kandungan piperin dalam P. retrofractum sebesar 6% secara struktural senyawa ini berhubungan dengan capsicin yang memberi rasa pedas. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak cabe jawa maka persentase penghambatan makan semakin tinggi. Persentase tertinggi terdapat pada konsentrasi 12% yaitu (51,67 persen) dan terendah pada konsentrasi 3% yaitu (26,67 persen). Hal ini disebabkan oleh perbedaan kuantitas senyawa aktif yang terkandung di dalam setiap konsentrasi ekstrak cabe jawa antara lain piperin, kavicin, minyak atsiri yang dapat menekan saraf pusat. Sehingga terjadinya proses penghambatan makan pada N. viridula. senyawa aktif yang terkandung dalam P. retrofractum seperti piperin dan capsicin bersifat antifeedant, repellent dan insectisidal sehingga serangga tidak menyukai makanannya dan menyebabkan kematian (Hasnah, 2015: 91, 93).
Renggangnya cincin beranggota tiga mengakibatkan epoksida jauh lebih reaktif dari pada eter biasa dan menghasilkan produk dengan cincin yang telah terbuka.
Contohnya, dengan air,epoksida menjalani pembukaan cincin berkataliskan asam, menghasilkan glikol. Ingat bahwa pengolahan alkena denganKMnO4 basa juga menghasilkan glikol.
C
H2 CH2
O
+
H OHH+
C
H2 CH2
OH OH
Dengan cara ini, sekitar 4 miliar kg etilena glikol diproduksi setiap tahun di AS saja.
Sekitar setengahnya digunakan dalam system pendingin mobil sebaga ainti beku, Kebanyakan dari sisanya digunakan untuk membuat serat poliester. Nukleofili lain mengadisi epoksida dengan cara yang serup menghasilkan 2_metoksietanol dan dietilena glikol. 2- Metoksietano ialah aditif untuk bahan bakar jet; digunakan agar air tidak membeku dalam saluran bahan bakar. Karena tergolong alcohol dan eter sekaligus, senyawa ini larut dalam air maupun pelarut organik. Dietilena glikol berguna sebagai pemlastis dalam gasket sumbat dan ubin (Hart, dkk. 2003: 261-262).
Ekstraksi soklet dalam penelitian mendapatkan rendemen tertinggi diperoleh saat digunakan pelarut n-heksana sedangkan yang terendah adalah pelarut etanol. Urutan konstanta dielektrik mulai dari yang paling jauh sampai yang paling dekat dengan konstanta dielektrik minyak adalah etanol, aseton, n-heksana. Rendemen hasil ekstraksi soklet memberikan kecenderungan yang sama. Urutan rendemen dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi adalah etanol, aseton, n-heksana. Hal ini membuktikan minyak dapat dengan mudah terekstrak oleh pelarut yang memiliki konstanta dielektrik atau dikatakan sama-sama non-polar (Arlene, 2013:8).
Bahan tanaman, terutama biji dan daun, sering banyak mengandung lemak, lilin yang sangat non_polar. Karena senyawa senyawa tersebut sering menimbulkan persoalan terbentuknya emulsi, maka senyawa_senyawa tersebut dipisahkan dari bahan tanaman sebagai langkah awal dengan cara perkolasi bahan tanaman dengan petroleum eter. Kebanyakan alkaloid tidak larut dalam petroleum eter.
Namun demikian ekstrak harus selalu dicek untuk mengetahui adanya alkaloid dengan menggunakan salah satu pereaksi pengendap alkaloid seperti disebutkan di atas purpurea (Sastrohamidjojo,1996: 214).
D. ALAT DAN BAHAN 1. Alat
a. Gelas kimia 600 mL 1 buah
b. Labu bundar 1 buah
c. Gelas ukur 100 mL 1 buah
d. Erlenmeyer 250 mL 1 buah
e. Mortar dan lumpang 1 set
f. Gelas kimia 500 mL 1 buah
g. Corong 1 buah
h. Kaca arloji 1 buah
i. Sokhlet 1 buah
j. Gelas kimia 250 mL 1 buah
k. Penangas air 1 buah
l. Lap kasar 1 buah
2. Bahan
a. Lada hitam kering b. Larutan
c. Larutan asam klorida (HCl) 10 M
d. Larutan kalium permanganat (KMnO4) 1 M e. Pereaksi molisch
f. Vaselin g. Es batu
E. PROSEDUR KERJA 1. Isolasi piperin
a. Sebanyak 20 gram lada yang telah digerus, ditimbang di atas neraca
b. Lada yang telah ditimbang, dibungkus dengan kertas saring dan diikat dengan tali
c. Kemudian, dimasukkan ke dalam alat sokhlet dan ditambahkan sebanyak 150 mL etanol 96%
d. Sampel lada diesktrak selama 4 kali sirkulasi
e. Setelah itu, dikisatkan diatas penangas air sampai volume 1/3 volume awal f. Ditambahkan sebanyak 60 mL larutan NaOH alkoholis 10% ke dalam larutan
sampel
g. Larutan diaduk dan dikisatkan sampai kering, lalu didiamkan dalam suhu kamar h. Setelah itu, didinginkan di dalam air es
i. Kemudian, disaring menggunakan kertas saring dan sampel dikeringkan j. Hasil endapan ditimbang sebanyak 1,1 gram
2. Degaradasi piperin
a. Dimasukkan Sebanyak 20 mL larutan alkoholis ke dalam larutan yang dihasilkan dan dikisatkan
b. Ditambahkan sebanyak 5 mL air dan 3,5 HCl pekat ke dalam larutan c. Setelah itu, disaring dengan menggunakan kertas saring
3. Reaksi-reaksi piperin a. Reaksi dengan KMnO4
a) Sebanyak 1 mL larutan alkoholis dimasukkan ke dalam larutan yag dihasilkan pada isolasi piperin
b) Ditambahkan 20 tetes HCl 10% ke dalam larutan c) Kemudian, ditambahkan 5 tetes Kalium Permanganat b. Reaksi dengan pereaksi benedict
a) Sebanyak 1 mL larutan alkoholis dimasukkan ke dalam larutan yang dihasilkan pada isolasi piperin
b) Ditambahkan sebanyak 20 tetes HCl 10% ke dalam larutan c) Kemudian, ditambahkan 5 tetes pereaksi benedict
c. Reaksi dengan pereaksi molisch
a) Sebanyak 1 mL larutan alkoholis dimasukkan ke dalam larutan yang dihasilkan pada isolasi piperin
b) Ditambahkan sebanyak 20 tetes HCl 10% ke dalam larutan c) Kemudian, ditambahkan 5 tetes perekasi molisch
E. HASIL PENGAMATAN 1. Isolasi Piperin
No Perlakuan Hasil
1 Menimbang lada yang telah digerus 20 gram
2 Merakit sokhlet + etanol 95% sebanyak 150 mL Sampel siap diekstrak 3 Mengekstrak sampel sealam 50 menit 4 kali larutan berwarna
kuning bening 4 Dikristalkan diatas penangas air sampai volume
½ volume awal
Volume 63 mL
berwarna jingga
5 + 60 mL NaOH alkoholis 10% Larutan kuning keruh dan terbentuk endapan kuning
6 Diaduk + dikisatkan Larutan berwarna
kuing keruh
7 Didiamkan dalam suhu ruang Terbentuk endapan
yang lebih banyak 8 Dinginkan di dalam air es + disaring +
dikeringkan
Terbentuk endapan yang lebih banyak
9 Endapan ditimbang Sampel 1,1 gram
2. Degradasi piperin
No Perlakuan Hasil
1 20 mL larutan alkoholis + dikisatkan Larutan berwarna orange dan tersisa 5 mL 2 + air 5 mL + 3,5 mL HCl pekat Larutan terdapat
endapan dan berwarna orange
3 Disaring Terdapat endapan
kuning kecoklatan
3. Reaksi-reaksi piperin
No Perlakuan Hasil
1 1 mL larutan alkoholis + 20 tetes HCl 10%
+ 5 tetes KMnO4
Larutan berwarna kuning keruh
2 1 mL larutan alkoholis + 20 tetes hCl 10%
+ 5 tetes larutan benedict
Larutan berwarna kuning keruh
Larutan terdapat endapan (cermin perak) 3 1 mL larutan alkoholis
+ 20 tetes HCl 10%
+ 5 tetes pereaksi molisch
Larutan berwarna kuning keruh
Larutan berwarna ungu F. ANALISIS DATA
1. Isolasi piperin
Diketahui : berat sampel : 20 gram berat kristal piperidin : 1 gram Mr piperin (C17H19O3N) : 285 g/mol Mr piperidin (C5H10NH) : 85 g/mol Ditanyakan :% rendemen ……?
Penyelesaian :
Berat secara teori =
=
= Berat secara praktek =
=
=
% rendemen =
=
=
2. Degradasi piperin
Diketahui : berat sampel : 20 gram
berat kristal piperidin hidroklorida : 0,9 gram Mr piperin (C17H19O3N) : 285 g/mol Mr piperidin hidroklorida(C5H10NHCl) : 85 g/mol Ditanyakan : % rendemen ……?
Penyelesaian :
Berat secara teori =
=
=
Berat secara praktek =
=
=
% rendemen =
=
= G. PEMBAHASAN
Adapun judul dari percobaan ini adalah isolasi piperin dari lada dan sifat kimia piperin, yang bertujuan untuk mengetahui : Prinsip isolasi senyawa organik dari bahan alam, khususnya golongan alkaloid, teknik isolasi dalam bahan alam, ekstraksi kontinyu, pemisahan lainnya dan cara pemurniannya dan mengenal sifat-sifat kimia piperin berdasarkan struktur dan hasil degradasinya.
1. Isolasi Piperin
Isolasi merupakan suatu cara untuk mengambil satu senyawa aktif yang terdapat di dalam tumbuhan untuk dapat mengetahui senyawa yang berkhasiat dalam tumbuhan. Tumbuhan yang akan diisolasi yaitu lada hitam untuk mengambil senyawa piperinnya. Sebelum melakukan isolasi, terlebih dahulu dilakukan preparasi sampel yaitu lada yang telah digerus dibungkus dengan kertas saring
dengan tujuan agar ampas yang ada di lada tidak terikut pada saat melakukan ekstraksi dan hasil yang diperoleh benar- benar piperin yang didapatkan. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi yaitu etanol karena etanol dan piperin mempunyai tingkat kepolaran yang sama yaitu bersifat polar
sehingga piperin mudah larut. Ekstraksi merupakan proses penarikan senyawa- senyawa yang ada dalam tumbuhan. Ekstraksi berlangsung dengan menggunakan prinsip soxhletasi. Prinsip kerja dari soxhletasi adalah penguapan dan pendinginan.
Dalam ekstraksi soxhletasi dilakukan sirkulasi sebanyak 4 kali. Hal ini menandakan bahwa piperin yang terkandung di dalam lada telah terikat oleh etanol yang dapat dilihat dari perubahan warna menjadi larutan cokelat pekat.
Larutan ekstrak yang diperoleh, dikisatkan sampai larutannya cukup pekat dengan tujuan untuk menguapkan sisa etanol yang terkandung di dalam larutan tersebut. Penambahan 60 mL larutan NaOH alkaholis 5% berfungsi untuk memberikan suasana basa dan juga untuk mengikat piperin dan mencegah terjadinya dekomposisi atau penguaraian pada senyawa tersebut. Larutan tersebut selanjutnya diaduk dan disaring dengan tujuan untuk menghilangkan zat-zat pengotor atau zat-zat yang tidak diinginkan pada larutan tersebut. Larutan ini dibagi menjadi dua bagian.
Bagian pertama dikisatkan dan dibiarkan beberapa saat pada suhu kamar agar dapat membentuk endapan kristal kuning. Agar lebih mudah untuk mendapatkan kristal sebaiknya didinginkan dalam air es. Bagian kedua disimpan untuk degradasi piperin.
Kristal yang terbentuk disaring dengan tujuan untuk dapat memisahkan zat-zat lain lalu dikeringkan agar diperoleh kristal piperin. Ciri-ciri kristal piperin yaitu berwarna kuning, berbentuk jarum-jarum, dan mempunyai bau yang khas. Berdasarkan data yang diperoleh berat kristal yang diperoleh yaitu 1,1 gram, artinya dalam 25 gram lada hitam mengandung 1,1 gram piperin dengan rendemen artinya dalam sampel tersebut hanya mengandung piperin. Hal ini tidak sesuai dengan teori karena teori menyatakan bahwa berat kristal yang seharusnya diperoleh yaitu 5,95 gram dengan rendemen 100%. Rendahnya massa kristal yang diperoleh disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah proses ekstraksi alat yang digunakan juga tidak bekerja secara efisien sehingga hal ini mempengaruhi proses sirkulasi serta hasil dari ekstraksi tersebut, sehingga massa kristal yang diperoleh sangat sedikit Adapun reaksi lengkap:
N O
O
O
piperin
+ C2H5OH
etanol NaOH
N H
+ O
+ C2H5ONa HO
piperidin asam aspartat natrium
etoksi
O O
Dengan mekanisme reaksi yang terjadi pada percobaan yaitu:
Tahap 1:
N
+ C2H5OH O
O
O
N+
O O
O H
+ C2H5O-
Tahap 2:
N+
O O
O H
+ C2H5O-
N
H +
O
+ C2H5O-
piperidin
O O
+
Tahap 3:
N
H O
O O
N
H
O
O O O
H
+ C2H5O- + Na+ + OH-
+
+ +
+C2H5ONa
Piperin asam piperat natrium etoksi
2. Degradasi Piperin
Degradasi piperin merupakan proses penguraian senyawa piperin menjadi senyawa-senyawa penyusunnya yaitu piperidin dan asam piperat. Larutan alkaholis
yang diperoleh dari isolasi kemudian dikisatkan hingga volume setengah dari volume awal dengan tujuan memperoleh larutan yang lebih pekat sehingga kristal yang terbentuk lebih mudah.
Larutan yang telah dikisatkan disuspensi dengan 5 mL aquades, larutan berwarna orange.
Tujuannya agar menjeruhkan larutan agar saat penambahan HCl, asam piperat mudah mengendap dan mudah berpisah dengan larutan piperidin. Selanjutnya dilakukan penambahan HCl setetes demi setetes agar HCl dapat mengikat asam piperat secara keseluruhan dan mengendapkan
asam piperat sehingga diperoleh piperidin, larutan berwarna orange. Larutan tersebut kemudian dibiarkan beberapa saat pada suhu kamar lalu didinginkan dalam air es untuk memudahkan terbentuk kristal. Endapan tersebut kemudian disaring untuk memisahkan zat-zat lain (asam piperat yang telah diendapkan) dan dilakukan kristalisasi. Dalam percobaan ini tidak ditemukan kristal karena sedikitnya volume larutan yang diperoleh. Sediktinya volume larutan yang diperoleh disebabkan karena ketidaksesuaian perbandingan antara zat terlarut dan pelarut yang digunakan, dimana lada sebagai zat terlarut hanya 20 gram, sementara etanol sebagai pelarut digunakan sebanyak 150 mL, selain itu dalam proses ekstraksi alat yang digunakan juga tidak bekerja secara efisien sehingga mempengaruhi proses sirkulasi serta hasil dari ekstraksi tersebut(Rahmawati, 2016).
Adapun persamaan reaksinya yaitu:
N O
O
O
+ H2O HCl
N Cl
+ O
O HO O
+ H+
H
piperin air
piperidin asam piperat ion
hidrogen Dengan mekanisme reaksi sebagai berikut:
Tahap 1:
N
O
O O
O H2
N+
O H
CH4 O
O
+ H+
+ H2O
Tahap 2:
N H
O
O O
NH+ Cl - H
O
O
+ + H2O O
Cl-
+H
2O
Tahap 3:
NH+ Cl - H
O
O O
N Cl O
O O
H
+OH H2O
+
+
H+Piperin asam piperat ion Hidroklorida hidrogen
3. Reaksi-Reaksi Piperin a. Reaksi dengan KMnO4
Percobaan ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa piperin mudah teroksidasi. Larutan alkoholis dinetralkan dengan HCl encer, kemudian direaksikan dengan KMnO4 encer untuk mengoksidasi piperin, sehingga menghasilkan larutan yang berwarna coklat pekat. Hal ini menandakan bahwa
pengujian positif bahwa piperin mudah teroksidasi oleh KMnO4. Dengan reaksi :
b. Reaksi dengan pereaksi fehling atau benedict
Percobaan ini bertujuan untuk mengisai adanya gula pereduksi pada piperin.
Pada percobaan ini , larutan alkoholis dinetralkan dengan HCl encer, lalu direaksikan dengan pereaksi fehling menghasilkan larutan berwarna hijau. Hal ini menandakan bahwa piperin mengandung gugus karbonil yang dapat direduksi oleh Cu2+ menjadi Cu+. Dengan reaksinya yaitu :
N O
O O
+ 2Cu2+ + 5OH- HCl
N Cl H
+
O
O O HO
+ 2Cu2O + 3H2O+
c. Reaksi dengan pereaksi molish
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya cincin fulfural dalam piperin. Pada percobaan larutan alkoholis didinetralkan dengan HCl dan direaksikan dengan pereaksi molish menghasilkan larutan cokelat pudar. Hal ini menandakan bahwa pada piperin mengandung cincin fulfural.
H. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
1. Prinsip isolasi bahan alam yaitu mengambil senyawa yang diinginkan dari sampel dengan menggunakan pelarut yang sifat kepolarannya sama dengan kepolaran senyawa tersebut dengan terjadinya beberapa sirkulasi.
2. Teknik isolasi dalam baham alam yaitu ekstraksi kontinyu pemurnian dengan cara pengkristalan, dan cara pemurniannya dengan menentukan titik lelehnya.
3. Reaksi piperi dengan KMnO4 menunjukkan bahwa piperin mudak teroksidasi. pengujian benedict, piperin dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ sehingga piperin merupakan gula pereduksi. Pengujian molisch, piperin dapat membentuk cincin furfural berwarna ungu.
2. Saran
Disarankan untuk praktika selanjutnya agar lebih cermat dalam melakukan isolasi dan degradasi agar yang diperoleh benar-benar kristal piperin serta lebih teliti dalam pengujian reaksi pada piperin.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Sjamsul Arifin. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Penerbit Karunika Jakarta Universitas Terbuka.
Arlene, Arestya. 2013. Ekstraksi Kemiri Dengan Metode Soklet Dan Karakterisasi Minyak Kemiri. Jurnal Teknik Kimia USU. Vol. 2 No. 2.
Muslichah, Siti. 2015. Potensi Afrodisiak Kandungan Aktif Buah Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl) Pada Tikus Jantan Galur Wistar. Jurnal Agrotek. Vol. 5 No. 2
Sastrohamidjojo, Hardjono. 1996. Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Khan, Inshad Ali, dkk. 2010. Piperine, a Phytochemical Potentiator of Ciprofloxacin against Staphylococcus aureus. Antimicrobial Agent and Chemotherapy vol.50, no.2.
Tu, Yaosheng, dkk. 2014. Piperine potentiates the hypocholesterolemic effect of curcumin in rats fed on a high fat diet. Experimental and Therapeutic Medicine 8:260-266.