• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN MBKM LISA RAMADHANI Perbaikan ke 2 (1)

N/A
N/A
Furqan Oken

Academic year: 2025

Membagikan "LAPORAN MBKM LISA RAMADHANI Perbaikan ke 2 (1)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN MAGANG (MBKM)

MERDEKA BELAJAR – KAMPUS MERDEKA

PENGELOLAAN INDUK KAKAP PUTIH (Lates calcalifer) DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BPBAP) UJUNG BATEE

OLEH:

LISA RAMADHANI /

58224214617

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI AKUAKULTUR POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN

JAKARTA

2024

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Pengelolaan Induk Kakap Putih (Lates calcalifer) Di Balai Perikanan Budidaya (BPBAP) Ujung Batee Nama : Lisa Ramadhani /

58224214617

Program Studi : Teknologi Akuakultur

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Khaeruddin HS, S.Pi., M.Si NIP: 197003292002121001

Akhmad Mulyadi, S.Pi., M.Tr.Pi NIP. 196609031998031001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Sekretaris Program Studi

Dr. Afandi Saputra, S.St.Pi., MP Hary Krettiawan, S.Si., M.Si

NIP : 198410032008011006 NIP : 197910052005021002

(3)

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena hanya dengan ijin dari kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang/MBKM dengan judul "Pengelolaan

Induk Kakap Putih (Lates calcalifer)

di balai perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Bate” yang disusun untuk memenuhi persyaratan program Magang/MBKM.

Upaya maksimal telah penulis lakukan untuk merampungkan Laporan ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan .

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhirya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Aceh Besar, Mei 2025 Hormat kami,

Penulis

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL...v

DAFTAR GAMBAR...vi

1. Pendahuluan... 7

1.1 Latar Belakang...7

1.3 Tujuan Magang...8

1.4 Manfaat Magang...8

2. Gambaran Umum Perusaahan / Instansi...9

2.1. Gambaran umum Balai Perikanan Budidaya Air Payau ( BPBAP) ujung bate... 9

2.2. Visi dan Misi...9

2.2.1. visi...9

2.2.2. Misi... 9

3. Pelaksanaan Magang...10

3.1. Waktu dan Tempat...10

3.2 Alat dan Bahan... 10

3.3 Metode Pengumpulan Data...11

3.3.1. Data Primer...11

3.3.2. Data Sekunder... 12

3.4 Metode Kerja...12

3.4.1. Persiapan Wadah...12

3.4.2. Seleksi dan Pengadaan Induk...12

3.4.3. Pemeliharaan Induk...12

3.4.4. Pemijahan... 13

3.4.5. Penanganan Telur...13

4. Hasil Kegiatan... 14

4.1. Hasil... 14

4.1.1. Persiapan Wadah...14

4.1.2. Seleksi Induk...14

4.1.3. Pemeliharaan Induk...15

4.1.4. Pemijahan Induk...17

4.1.5. Pengendalian Penyakit dan Hama...18

4.1.6. Penanganan Telur...19

(5)

5. PENUTUP...20

DAFTAR PUSTAKA...20

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam Pemijahan ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch)

... 16

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam Pemijahan Ikan Kakap Putih (Lates

calcarifer)

... 16

Table 3. Data Pengamatan Kualitas Air Pemeliharaan Induk

...22
(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Persiapan Wadah Budidaya...15

Gambar 2. Seleksi Induk...16

Gambar 3. Pemberian Pakan dan Multivitamin...18

Gambar 4. Pemijahan Induk...19

Gambar 5. Pengendalian Penyakit dan Hama...20

(8)

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Ikan Kakap Putih (Lates calcalifer) adalah salah satu produk perikanan laut yang sangat bernilai ekonomis dan memiliki potensi besar untuk pengembangan. Meningkatnya permintaan dari pasar domestik dan internasional menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan usaha budidaya ikan ini. Pentingnya keberadaan bibit yang stabil, baik dari segi jenis, jumlah, maupun kualitas menjadi faktor kunci dalam memastikan keberhasilan budidaya.

Oleh karena itu, pengelolaan induk yang baik sangat penting untuk menghasilkan bibit Ikan Kakap Putih yang berkualitas tinggi dan dalam jumlah yang cukup secara berkelanjutan.

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17. 508 pulau serta garis pantai sepanjang 81. 000 km dan luas perairan sekitar 3,1 juta km (J. Rais, 2021). Perairan di sekitar pulau-pulau tersebut merupakan sumberdaya yang sangat potensial untuk kegiatan budidaya berbagai produk perikanan, termasuk udang, ikan, rumput laut, dan kerang. Salah satu jenis ikan yang sangat bernilai tinggi dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah Ikan Kakap Putih (Lates calcalifer). (Genisa., 2020)

Permintaan untuk komoditas ini meningkat dari tahun ke tahun, terutama karena popularitasnya yang tinggi di kalangan masyarakat Asia dan Pasifik. Ikan Kakap Putih telah dibudidayakan secara komersial di negara-negara seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina (Slamet, 2020). Seiring dengan meningkatnya permintaan baik dari pasar dalam negeri maupun luar negeri, budidaya ikan kakap putih, baik di tambak maupun di keramba jaring apung (KJA), semakin berkembang. Ketersediaan bibit yang berkelanjutan dan berkualitas baik dalam hal jenis, jumlah, dan mutu menjadi faktor utama yang sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan budidaya tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam kegiatan budidaya ikan kakap putih (Lates calcarifer), pengelolaan induk merupakan salah satu tahapan krusial yang menentukan keberhasilan proses pemijahan dan produksi benih. Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Batee memiliki peran penting sebagai unit pelaksana teknis dalam penyediaan induk unggul dan benih berkualitas.

Namun, keberhasilan dalam pengelolaan induk bergantung pada berbagai faktor seperti kualitas pakan, manajemen lingkungan, teknik pemeliharaan, hingga kesehatan ikan.Maka rumusan masalah yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

(9)

1. Bagaimana sistem pengelolaan induk ikan kakap putih yang diterapkan di BPBAP Ujung Batee?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengelolaan induk kakap putih di BPBAP Ujung Batee?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan BPBAP Ujung Batee dalam menjaga kualitas dan produktivitas induk ikan kakap putih?

4. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pengelolaan induk kakap putih dan bagaimana strategi penanganannya?

1.3 Tujuan Magang

Tujuan dilaksanakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Balai Perikanan Budidaya Air Payau Ujung Batee (BPBAP) yaitu:

Tujuan Umum:

1. Mengetahui dan memahami sistem kerja serta teknologi yang diterapkan dalam pengelolaan induk ikan kakap putih di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Batee.

2. Mengamati langsung proses pemilihan, pemeliharaan, dan pemijahan induk ikan kakap putih.

3. Mempelajari teknik pemberian pakan, pengendalian kualitas air, serta penanganan kesehatan induk.

4. Mendokumentasikan serta mengevaluasi kegiatan pengelolaan induk sebagai bahan pembelajaran dan acuan praktik budidaya ke depannya.

1.4 Manfaat Magang

Hasil Magang ini diharapkan Taruna/i dapat memperoleh pengetahuan, pengalaman kerja serta memahami dan memecahkan permasalahan dan hambatan yang ada di dalam kegiatan pengelolaan induk Kakap Putih (Lates calcalifer) dengan cara memandukan antara teori yang diterima di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada dilapangan.

(10)

2. Gambaran Umum Perusahaan / Instansi

2.1. Gambaran umum Balai Perikanan Budidaya Air Payau ( BPBAP) Ujung Bate

Akses transportasi menuju BPBAP Ujung Batee sangat mudah karena lokasi tambak dekat dengan pemukiman penduduk dan pasar, sehingga transportasi menuju lokasi Balai lancar. Hal ini berpengaruh positif terhadap distribusi sarana dan barang ke Balai tanpa ada hambatan.

2.2. Visi dan Misi 2.2.1. visi

Menjadi lembaga yang unggulan dalam perikanan budidaya air payau

2.2.2. Misi

1. Peningkatan jumlah usaha baru

2. Perkuat usaha budidaya yang telah berjalan melalui pendampingan teknologi 3. pengembangan budidaya air payau

(11)

3. PELAKSANAAN MAGANG 3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan magang (MBKM) dilaksanakan pada semester VI di mulai pada awal bulan mei tanggal 3 sampai dengan 17 juni 2025 di BPBAP Ujung Batee Desa Durung, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar provinsi Aceh Secara astronomis terletak pada koordinat 5°39′24″N 95°25′56″E. Adapun peta lokasi praktik lapang I dapat dilihat gambar di bawah ini.

Gambar 1. Gambar peta lokasi magang

3.2Alat dan Bahan

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam Pemijahan ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch)

NO Nama Alat Kegunaan

1 Kolam bak Tempat pemeliharaan induk

2 Selang aerasi Sebagai sumber oksigen induk

3 Timbangan Untuk menimbang berat ikan dan pakan

4 Sikat Untuk menyikat bak

5 Tangguk Untuk menangkap induk ikan

6 Beaker glass Tempat sample telur

7 Gunting Untuk mengunting pakan induk

8 Baskom Sebagai wadah untuk pemberian pakan

9 Egg konektor Tempat penampungan telur pada saat bertelur

(12)

10 Serok Untuk menyerok telur induk

11 Conical Tempat penampungan telur induk

12 Keranjang Wadah pakan induk

13 Bak fiber bulat Untuk menampung induk di waktu pembersihan kolam induk

14 DO meter Alat pengukur DO air

15 Refraktor meter Alat pengukur salinitas

16 Indikator PH Alat pengukur PH

17 Tangga Alat untuk bisa turun ke dalam induk

18 Lemari Tempat penyimpanan alat dan bahan

19 Sarung tangan Untuk melindungin tangan dari luka

20 Meteran Untuk mengukur panjang induk

21 Serok air Untuk membuang air

22 Deep freezer Tempat penyimpanan pakan induk

Adapun bahan-bahan yang digunakan selama praktik pemijahan ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) dicantumkan pada di Tabel 2.

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam Pemijahan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

No Bahan Fungsi

1 Induk kakap putih Induk yang akan dipijahkan

2 Fitoplankton Pakan rotifer

3 Air payau Media pemeliharaan

4 Kaporit Sterilisasi bak pemeliharaan

5 BK 505 Meningkatkan daya tahan tubuh

6 Lodin Mencegah tubuh terserang penyakit

7 Vitamin E Mempercepat kematangan gonad

8 Pupuk Menumbuhkan fitoplankton

3.3Metode Kerja

3.3.1. Persiapan Wadah

Bak Pemeliharaan induk di BPBAP Ujung Batee juga berfungsi sebagai tempat pemijahan. Struktur bak ini terbuat dari beton dan memiliki bentuk bulat dengan bagian outlet

(13)

yang meruncing. Dimensi bak ini memiliki diameter 5 meter dan tinggi 1,75 meter. Bak pemeliharaan induk dirancang dengan sudut kemiringan dasar bak antara 5-10° menuju outlet, guna memudahkan pengeluaran sisa pakan serta kotoran ikan dan untuk memperlancar sirkulasi air. Fasilitas ini dilengkapi dengan sistem aerasi, pipa inlet, dan pipa outlet, yang terletak di bagian dasar dan atas bak, berfungsi pula sebagai saluran untuk mengumpulkan telur di mana egg collector ditempatkan..

3.3.2. Seleksi dan Pengadaan Induk

Di BPBAP Ujung Batee, induk-induk ikan dipilih berdasarkan ukuran dan jenis kelamin. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Nur Adnan, 2022)  ikan kakap putih (Lates calcarifer) memiliki sifat Protandri Hermaprodit. Pada tahap awal kehidupannya, ikan kakap putih berjenis kelamin jantan, namun akan berubah menjadi betina saat mencapai ukuran besar, yaitu pada induk yang memiliki berat antara 2 hingga 3 kg. Ciri-ciri betina ikan kakap putih adalah bahwa mereka tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan jantan pada usia yang sama, dan memiliki bobot yang lebih berat. Sementara ciri-ciri jantan dari ikan kakap putih adalah pertumbuhannya yang lebih lambat dalam usia yang sama dan berat tubuhnya yang lebih ringan dibandingkan betina. Di kolam Bak 1, BPBAP Ujung Batee memiliki induk dengan rasio 2:1, yang terdiri dari 23 jantan dan 11 betina, dengan total keseluruhan sebanyak 34 ekor.

3.3.3. Pemeliharaan Induk

Induk ikan Kakap Putih di BPBAP Ujung Batee dirawat dalam tangki atau kolam pemeliharaan yang terbuat dari beton melingkar dengan diameter 5 meter dan tinggi 1,75 meter. Kolam ini juga berfungsi sebagai tempat pemijahan. Selama proses pemeliharaan induk, pakan diberikan dengan jumlah 3-5% dari total berat ikan yang ada. Pakan diberikan sekali sehari pada siang hari, tepatnya pukul 14. 00, dengan jenis pakan berupa ikan rucah. Untuk menjaga kualitas pakan, ikan rucah tersebut disimpan dalam freezer. Kemudian, pada pukul 11. 00, dilakukan perendaman agar ikan yang melekat satu sama lain dapat dilepaskan dan tidak terasa kaku. Pakan tersebut dipotong sesuai dengan ukuran mulut ikan dan diberikan dengan cara dilempar secara perlahan, dengan tujuan agar semua induk bisa mendapatkan pakan.

3.3.4. Pemijahan

Pemijahan kakap putih dilakukan dengan cara mengubah lingkungan untuk mempercepat proses pemijahan. Pengaturan dilakukan dengan mengurangi volume air di pagi

(14)

pengaturan ini adalah untuk meningkatkan suhu air agar metabolisme ikan meningkat. Peningkatan suhu ini akan mempercepat metabolisme tubuh, termasuk kematangan gonad pada induk. Dengan perlakuan yang berkelanjutan, proses ini akan merangsang induk yang telah matang gonad agar siap untuk ovulasi. Metode pemijahan ini dapat mempercepat kematangan gonad telur, sehingga pemijahan induk dapat berlangsung lebih cepat. Metode ini juga diselaraskan dengan kondisi alam sesuai dengan pasang surut air laut. Penting untuk menambahkan vitamin E agar fungsi membran sel gonad membaik, sehingga nutrisi dari pakan dapat diserap dengan lebih optimal untuk kematangan gonad. Proses pemijahan berlangsung secara alami dengan aliran air di dalam bak yang berfungsi terus-menerus, dan saluran pembuangan telur dibuka agar telur yang sudah dibuahi dapat mengapung dan terbawa arus serta keluar melalui saluran tersebut. Pipa pembuangan terhubung dengan bak penampung telur yang dilengkapi dengan egg collector sebagai tempat pengumpulan telur. Egg collector terbuat dari jaring halus berukuran 100 mikron. Alat ini berfungsi untuk menampung telur yang sudah dibuahi. Keseluruhan proses ini disesuaikan dengan sifat telur yang mengapung di permukaan, sehingga mempermudah pengambilan telur dan mempercepat proses panen..

3.3.5. Penanganan Telur

Pengambilan telur ikan kakap putih berlangsung di pagi hari, tepatnya antara pukul 06. 00 hingga 07. 00. Proses pemanenan dilakukan dengan cara menampung telur yang langsung diletakkan di dalam bak penampung. Setelah itu, telur-telur tersebut diambil menggunakan Jaring dengan ukuran 100 mikron. Selanjutnya, telur-telur tersebut diseleksi di dalam wadah yang telah disiapkan.

(15)

4. Hasil Kegiatan 4.1. Hasil

4.1.1. Persiapan Wadah

Pertama yang harus dilakukan persiapan wadah. Wadah adalah tempat penampung air dan ikan, sehingga wadah tersebut dapat menampung ikan untuk hidup sebagai tempat tinggal. Wadah yang digunakan berupa bak beton kapasitas bervolume 50 mᵌ, diameter kolam 5 meter, dilengkapi aerasi masing-masing 4-6 titik aerasi dengan kedalaman kolam 2,5 meter, pipa inlet ukuran 2 inch, pipa outlet ukuran 8 inch dan pipa kontrol air berukuran 3 inch

Untuk kegiatan persiapan wadah pada bak induk diawali dengan penyiraman bak menggunakan larutan kaporit dengan dosis 50 ppm atau 1 kg kaporit yang dilarutkan dalam 20 liter air kemudian ditebar pada dinding dan dasar bak dengan menggunakan gayung, kemudian dibiarkan selama 20 menit perendaman, setelah itu bak dibersihkan menggunakan sikat hingga kotoran yang menempel terkelupas.

Bak dibilas dengan air bersih kemudian disiram dengan Natrium Tiosulfat untuk membuang kotoran dan menghilangkan residu kaporit. Larutan kaporit ini bertujuan untuk membunuh patogen, lumut dan dapat memutuskan siklus hidup penyakit yang menempel pada bak. Setelah bak beton dibersihkan, kemudian 19 diisi kembali dengan air laut dengan menutup saluran outlet bak dan membuka saluran inlet bak.

Air yang di isi dalam bak sebanyak 80-90% dari tolal volume bak kegiatan ini dilakukan setiap Wadah yang disarankan untuk pemeliharaan induk adalah yang bebentuk bulat bervolume 50 mᵌ dengan kedalaman 2.5 – 3.5 m berdasarkan (SNI, 2014). Mayunar dan Abdul (2002) juga menyatakan bahwa pemeliharaan induk yang baik adalah menggunakan sistem air mengalir dengan pergantian air sebanyak 150 – 200 % perhari dan pembersihan bak dilakukan setiap hari. Selain membersihkan bak, membersihkan jaring telur (egg collector) dan konikel tank penetasan telur kakap juga penting untuk dilakukan, yang mana egg collector memiliki ukuran 72 cm × 54 cm

× 65 cm. Pembersihan jaring penampung telur dilakukan pada pagi hari dengan menggosok permukaan jaring secara perlahan dan dibilas menggunakan air mengalir dilanjutkan dengan penjemuran agar pada saat malam hari egg collector dapat dipasang pada bak penampungan telur dan dilakukan hal yang sama pula dengan egg kollektor, konikel tank di bersihkan dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa-sisa larva yang mati pada konikel tank.

(16)

Gambar 1. Persiapan Wadah Budidaya

4.1.2. Seleksi Induk

Seleksi induk ikan kakap putih di BPBAP Ujung Batee dilakukan dengan cara melihat dari segi fisik yang normal tidak cacat, lincah, dan sesuai dengan standar bobot ikan yang telah siap untuk memijah. Untuk mengetahui kematangan gonad induk ikan Kakap Putih, maka perlu dilakukan seleksi atau pengecekan. Pengecekan dilakukan dengan cara dimana berat induk betina yang sesuai mencapai 6-9 kg. Untuk mengetahui tanda-tanda yang dapat digunakan untuk membedakan jenis kelamin kakap putih di BPBAP ujung batee yaitu dengan melihat warna induk jantan lebih gelap dibandingkan induk betina. Induk betina memiliki tubuh lebih besar dari pada induk jantan. Mulut induk betina lebih lurus dibandingkan induk jantan. Hal ini sesuai Yusmulia (2020), yaitu tanda-tanda untuk membedakan jenis kelamin kakap putih sebagai berikut:

a. Kualitatif

1). Warna : bagian atas abu-abu kehitaman, bagian samping putih keperakan, cerah dan tidak pucat.

2). Bentuk tubuh : badan panjang dan ramping

3). Kesehatan : anggota organ tubuh lengkap, tidak cacat / kelainan bentuk, bebas penyakit.

4). Gerakan : aktif, lincah, berenang normal, tidak menyendiri, 5). Kekenyalan daging : kenyal dan kompak

(17)

1). Umur induk : Jantan ≥ 3 tahun, betina ≥ 3 tahun ).

2). Panjang Total : jantan 45 - 60 cm, betina ≥ 60 cm ).

3). Berat Badan jantan 4 kg, betina ≥ 6-7 kg

Gambar 2. Seleksi Induk

(18)

4.1.3. Pemeliharaan Induk

Induk ikan Kakap Putih yang ada di BPBAP Ujung Batee dirawat dalam tempat atau kolam pemeliharaan induk yang terbuat dari beton berbentuk lingkaran dengan diameter 5 meter dan tinggi 1,75 meter. Kolam ini juga berfungsi sebagai tempat pemijahan. Selama perawatan induk, pakan diberikan dengan dosis 3-5% dari total berat ikan. Pakan tersebut diberikan sekali sehari yaitu pada pukul 14. 00. Ikan menjadi teri belanak kecil pilihan pakan untuk induk kakap putih. Untuk menjaga kesegarannya, pakan disimpan di dalam freezer. Sebelum diberi makanan, pada pukul 11. 00, pakan akan direndam terdahulu agar ikan yang saling menempel bisa terpisah dan tidak kaku.

Pakan dipotong sesuai ukuran mulut ikan (dipotong menjadi sekitar 2-3 bagian) dan diberikan dengan cara dilempar perlahan agar semua induk dapat memperolehnya.

Adapun prosedur pemberian pakan induk ikan kakap putih adalah sebagai berikut : 1.) Persiapan alat dan bahan (pakan runcah segar vitamin C dan vitamin E).

2.) suplemen tambahan dan vitamin di masukkan ke dalam daging ikan.

3.) Pemberian pakan dilakukan dengan cara menebar langsung pakan ke air. Pakan diberikan secara ad satiation (sampai ikan tidak merespon lagi pakan yang di berikan).

4.) Semua peralatan di cuci kembali setelah digunakan dan dikembalikan ketempat semula.

Pengelolaan kualitas air pada pemeliharaan induk ikan kakap putih (Lates calcalifer) melibatkan pengukuran parameter seperti DO, suhu, salinitas, dan lainnya.

Untuk menjaga kualitas air selama budidaya induk kakap putih ini, air kolam diganti setiap pagi sehingga kualitasnya tetap terjaga, dan dilakukan penyiponan setiap pagi untuk membersihkan sisa pakan yang tidak dimakan yang dapat menurunkan kualitas air.

Selama masa pemeliharaan, parameter air seperti salinitas, pH, oksigen terlarut (DO), dan suhu dipantau harian

Table 3. Data Pengamatan Kualitas Air Pemeliharaan Induk

Parameter Satuan Kisaran Nilai Standar

Suhu ℃ 32 SNI 6145.3:2014

7,5 SNI 6145.3:2014

Salinitas Mg/L 34 SNI 6145.3:2014

Kecerahan Cm 30 SNI 6145.3:2014

DO Mg/L 4 SNI 6145.3:2014

(19)

Gambar 3. Pemberian Pakan dan Multivitamin

4.1.4. Pemijahan Induk

Batee dilakukan secara alami atau tanpa rangsangan berupa penyuntikan hormon. Pemijahan secara alami yaitu dengan manipulasi lingkungan dengan menaikkan dan menurunkan air yang bertujuan untuk menaikkan suhu pada air. Pada pemijahan alami ini menggunakan sex rasio pada induk yaitu 2 : 1 yaitu dua jantan dan satu betina (Purwati, 2023)

Ikan Kakap putih (Lates calcarifer) memijah dua kali dalam sebulan, yaitu saat fase bulan terang (purnama) dan bulan gelap. Proses pemijahan dilakukan pada malam hari, dimulai pukul 20.00 hingga 22.00 WIB, dengan puncaknya terjadi sekitar pukul 20.00 WIB. Pemijahan biasanya berlangsung dari pukul 20.00 hingga 22.00 WIB, di mana induk betina melepaskan telur, dan induk jantan mengeluarkan sperma untuk membuahi telur tersebut. Selama proses ini, air dialirkan secara terus – menerus, dan saluran penampungan (pipa pengontrol air) dibuka. Telur yang telah dibuahi akan mengapung dan terbawa ke aliran air melalui pipa tersebut menuju bak penampung telur yang dilengkapi dengan egg collector sebagai tempat pengumpulan telur (Suryani, 2023).

(20)

Gambar 4. Pemijahan Induk

4.1.5 Fekunditas, Fertilization Rate (FR), dan Hatching Rate (HR)

Evaluasi keberhasilan pemijahan ikan kakap putih (Lates calcarifer) di BPBAP Ujung Batee dilakukan dengan pengamatan terhadap fekunditas, fertilization rate (FR), dan hatching rate (HR). Telur yang dihasilkan dari proses pemijahan alami akan dikumpulkan menggunakan egg collector, lalu dihitung menggunakan metode sampling dengan beaker glass 50 ml dari beberapa titik untuk memperkirakan total produksi telur. Telur yang telah dibuahi akan terlihat mengapung dengan warna kecoklatan, sedangkan telur yang tidak dibuahi akan tenggelam dan berwarna putih susu.

Penetasan dilakukan di konikal tank dengan aerasi, dan telur dipelihara dengan kepadatan 200.000 butir per bak. Berikut merupakan simulasi hasil pengamatan fekunditas, fertilization rate, dan hatching rate yang dilakukan selama kegiatan magang:

Tabel 4. Simulasi Data Fekunditas, Fertilization Rate (FR), dan Hatching Rate (HR) Induk Kakap Putih di BPBAP Ujung Batee

No Berat

Induk Betina (kg)

Perkiraan

Total Telur Telur

Terbuahi Larva

Menetas FR (%) HR (%)

1 6.5 1100000 880000 704000 80.0 80.0

2 7.0 1200000 960000 768000 80.0 80.0

3 6.8 1150000 862500 689000 75.0 79.87

 Rumus yang digunakan:

(21)

1. Fertilization Rate (FR):

FR (%) = (Jumlah telur terbuahi / Jumlah total telur) × 100 2. Hatching Rate (HR):

HR (%) = (Jumlah larva menetas / Jumlah telur terbuahi) × 100

Seluruh proses penghitungan dilakukan secara estimasi berdasarkan metode sampling dan visualisasi telur yang dibuahi. Adanya aerasi dan manajemen kualitas air di dalam konikal tank membantu proses penetasan telur agar optimal. Nilai fertilization rate dan hatching rate yang didapat berada dalam kisaran 75–80%, yang menunjukkan bahwa proses pemijahan dan penanganan telur dilakukan dengan cukup baik.

4.1.6 Pengendalian Penyakit dan Hama

Pengendalian Hama dan Penyakit Penyakit ikan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat–

alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antar tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kualitas air), kondisi inang (ikan), dan adanya jasad patogen (jasad penyakit). Dengan demikian, timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad/organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stres pada ikan sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjajdi lemah dan akhirnya mudah diserang penyakit. Gejala klinis yang umum di temukan pada ikan kakap putih adalah sebagai berikut:

1). Pergerakan di dalam air melambat 2). Nafsu makan berkurang

3). Terdapat luka di bagian badan dan sirip

4). Di bagian operculum terdapat tonjolan daging putih 5). Insang berwarna pucat

6). Warna ikan pucat dan tidak segar 7). Mata berwarna putih

Upaya pencegahan penyakit dilakukan untuk pemeliharaan induk kakap putih

(22)

pemeliharaan induk harus dari tandon terlebih dahulu, penggantian air setiap hari, dan pengaliran air secara terus menerus (Kusumawati, 2021). Selain itu, pemberian pakan dengan pakan yang berkualitas ditambah dengan multi vitamin serta vitamin E akan meningkatan daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit (Girsang, 2020).

Jenis penyakit yang sering menyerang ikan Kakap putih (Lates calcarifer) yaitu parasit Benedenia sp. Berbentuk pipih, gepeng dan tidak terlalu berbahaya, tetapi jika parasit ini menyerang mata dapat menimbulkan kebutaan. Adapun gejala klinisnya yaitu kehilangan nafsu makan, menggesekan tubuh ke jaring, berenang tidak normal/flashing, terjadi pendarahan pada permukaan tubuh dan mata tampak putih/buram. Jika masih di inang berwarna transparan tetapi menjadi putih setelah di rendam di air tawar. Ikan yang terkena serangan parasit Benedenia sp mengalami gatal – gatal sehingga ikan menggesek – gesekkan badannya pada jaring yang mengakibatkan timbulnya luka/borok dibagian tubuh. Luka/borok pada bagian tubuh ikan mengakibatkan kondisi ikan yang tidak sehat dan nafsu makan ikan terganggu, sehingga ikan akan mengalami kematian jika tidak ditangani dengan baik. Dampak ke insang menyebabkan kebutaan apabila menginfeksi mata, luka akibat investasi parasit akan menyebabkan infeksi sekunder bakteri.

Penanggulangan ektoparasit ringan yang dilakukan di BPBAP Ujung Batee pada induk kakap putih dilakukan dengan fresh-water dip selama 5–10 menit (freshwater dip umumnya digunakan selama 5–10 menit perendaman lebih lama untuk infeksi berat). Untuk infeksi parah, dilakukan perendaman lanjutan hingga 24 jam dengan pemantauan terus menerus. Luka atau goresan di tubuh induk diobati dengan swab larutan povidone-iodine (Betadine) 1:10 sebanyak 1–2 kali perhari sebagai antiseptik lokal (Afrianto, 2005).

(23)

Gambar 5. Pengendalian Penyakit dan Hama

4.1.6. Penanganan Telur

Setelah pemanenan dari egg collector, telur dipindahkan ke dalam konikel.

Setiap wadah dilengkapi aerasi satu titik agar telur tercampur merata dan proses penetasan berjalan optimal. Telur kemudian dihitung untuk mengetahui hasil pemijahan, dengan metode sampling menggunakan gelas beaker 50 ml yang diambil dari beberapa titik berbeda. Pemanenan dilakukan secara perlahan menggunakan scopnet agar telur tidak rusak, dan ditampung dalam ember. Selanjutnya, telur disebar di bak penetasan (hatchery) dengan kepadatan 200.000 butir per bak. Telur yang tidak dibuahi disaring menggunakan sifon karena berwarna putih susu dan tenggelam ke dasar, sedangkan telur yang dibubuahi berwarna kecoklatan dan akan mengapung atau melayang di permukaan air (KKP,2022).

(24)

5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pengelolaan induk ikan kakap putih (Lates calcarifer) yang dilakukan di Balai Budidaya Perairan Air Payau Ujung Batee (BBPBAP) meliputi enam langkah, yaitu Persiapan Benih, Seleksi Induk, Pemeliharaan Induk, Pemijahan Induk, Pengendalian Hama dan Penyakit, serta Penanganan Telur. Proses pemeliharaan induk mencakup pemberian makanan dan suplemen, perawatan kolam pemeliharaan, pengelolaan kualitas air, serta upaya pencegahan hama dan penyakit. Pemijahan ikan kakap putih dilakukan dengan cara memanipulasi lingkungan untuk mempercepat proses pemijahan.

Mengenai penanganan telur, telur yang dihasilkan dari pemijahan yang berada di wadah penampung telur (egg collector) akan dipanen pada pagi hari menggunakan seser dan gayung, lalu dipindahkan ke bak kerucut. Setelah dipanen, telur dibiarkan selama sekitar 5 menit agar kotoran dan telur yang tidak dibuahi bisa mengendap. Untuk menghitung jumlah telur dan telur yang terbuahi, digunakan Skop Net dengan ukuran 100 mikron.

Induk ikan kakap putih melakukan pemijahan dua kali dalam sebulan, yakni saat bulan terang dan gelap. Pemijahan pada tahap pertama berlangsung selama 6 hari, sedangkan tahap kedua berlangsung sekitar 4 hari dengan waktu pemanenan antara pukul 06. 00 hingga 07.00.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan selama Kegiatan Magang adalah Sebaiknya peralatan filter air laut di ganti karena sudah banyak yang rusak di unit pemeliharaan induk kakap putih, untuk menjaga kualitas induk kakap putih

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Arista, F. (2023). Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih Di unit pembinaan Situbondo Jawa Timur. Surabaya: Universitas Airlangga.

Catur Pramono Adi, T. N. (2024). TEKNIK PEMELIHARAAN IKAN KAKAP PUTIH (LATES CALCALIFER) DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BPBAP) SITUBONDO. Jurnal Ilmu Pengetahuan, 203-211.

Dani Wijaya, A. A. (2024). Teknik Pembenihan Ikan Kakap Putih. Seminar Nasional Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 29-51.

Endang Puji Astuti, Q. A. (2023). Kajian Teknis Budidaya Ikan Kakap Putih di BPBAP Situbondo Jawa Timur. Jurnal Perikanan Pantura, 269-280.

Genisa., M. d. (2020). Budidaya Ikan Kakap Putih. PT. Grasindo Jakarta, 52.

J. Rais, S. P. (2021). Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Latan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, 328.

Kartika Dewi Cahyani, M. d. (2022). Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Kakap Putih Lates calcalifer. Intek Akuakultur, 48-56.

Kordi K, M. G. (1997). Budidaya Air Payau. Dahara Prize, 149 Hal.

Nur Adnan, S. H. (2022). Teknik Pemeliharan Induk Ikan Kakap Putih (Lates Calcalifer) di Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar, Sulawesi Selatan. FILOGENI JURNAL MAHASISWA BIOLOGI, 69-75.

Prijosepoetro. (1997). Metode Ilmiah. Universitas Hang Tuah, 97 Hal.

Pudadera J.R., L. B. (2021). Biology and Culture of Sea Bas (Lates Calcalifer).

Aquaculture Departement Southeast Asia Fisheries Development Center.

Philipines, 70 Hal.

Slamet, M. d. (2020). Monitoring Musim, fekunditas dan kualitas Telur Ikan Kakap Putih (Lates Calcalifer) dari hasil pemijahan Alami dalam Kelompok. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 54-58.

Sudjiharno, M. (2024). Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates Calcalifer). Balai Budidaya Laut Lampung, 83 Hal.

Sugama, K. e. (2020). Pengembangan Teknologi Budidaya kakap Putih di Indonesia.

Pusat Riset Perikanan Budidaya, 1.

Williams, K. C. (2022). Barramundi Culture. ACIAR Monograph, 140.

www.BudidayaIkan.com. (2021). Budidaya Ikan Kakap Putih. www.indonext.com, 21- 22.

www.dkp.go.id. (2023). budidaya ikan kakap putih di bengkalis. dkp.go.id, 7 hal.

www.fishmorfologi.org. (2022). Lates Calcalifer Barramundi. www.indonext.com, 21-25.

(26)

Gambar

Gambar 1. Gambar peta lokasi magang 3.2Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam Pemijahan ikan Kakap Putih (Lates  calcarifer, Bloch)
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam Pemijahan Ikan Kakap Putih (Lates  calcarifer)
Gambar 1. Persiapan Wadah Budidaya
+6

Referensi

Dokumen terkait