• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

N/A
N/A
Anisa maidatuzahra

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) "

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Disusun oleh :

ANISA MAIDATUZAHRA 2720190067

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH

JAKARTA 2023

(2)

A. KONSEP DASAR CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) 1. DEFINISI

Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversible, dan samar (insidious) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolism, cairan dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia.

Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dlam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif & Kusuma, 2013).

Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa (Abdul, 2015).

2. ETIOLOGI

Etiologi dari Chronic Kidney Disease adalah sebagai berikut : a. Diabetes Mellitus

Diabetes melitus merupakan gangguan metabolik dapat dilihat dengan tingginya kadar glukosa dalam darah atau disebut dengan hiperglikemia dikarenakan adanya kerusakan pada kerja insulin atau sekresi insulin.

b. Pielonefritis

Pielonefritis merupakan suatu penyakit infeksi pada saluran di perkemihan bagian atas, khususnya pada pelvis ginjal serta parenkim. Etiologi utama dari pielonefritis adalah Escherichia coli.

c. Hipertensi tidak terkontrol

Kondisi saat tekanan darah terhadap dinding arteri cukup tinggi.

(3)

Biasanya hipertensi atau darah tinggi diartikan sebagai tekanan darah di atas 140/90, dan dianggap parah jika tekanannya diatas 180/120.

d. Obstruksi saluran kemih

Obstruksi saluran kemih merupakan suatu penyumbatan yang terjadi pada pangkal kandung kemih. Kondisi ini menghambat atau menghentikan aliran urine menuju uretra yaitu saluran yang membawa urine keluar dari tubuh.

e. Penyakit ginjal polikistik

Merupakan kelainan bawaan ketika kista berkembang pada ginjal.

Kista pada penyakit ginjal polikistik merupakan kantung non-kanker yang berisi cairan seperti air. Hal ini dapat tumbuh membesar.

Kebanyakan orang dengan kondisi ini mengalami Chronic Kidney Disease pada usia 60th.

f. Gangguan vaskuler

Penyakit Vaskuler diotak atau disebut sebagai penyakit cerebrovaskular menjadi salah satu penyebab utama dari kematian selain penyakit kronik lain seperti Chronic Kidney Disease, dan kanker, dan jantung.

g. Agen toksik (Arsen, cadmium, timbal dan merkuri).

Logam berat merupakan unsur yang memiliki densitas lebih dari 5 gr/cm3. Logam berat adalah salah satu logam berbahaya, bahan pencemar lingkungan dan beberapa dari unsur logam tersebut merupakan, diantara unsur logam berat pencemar tersebut adalah Merkuri(Hg), Arsen (As),Timbal (Pb), dan Cadmium (Cd). Logam ini mempunyai afinitas besar dengan belerang atau sulfur. Logam ini mengenai ikatan sulfida pada molekul yang penting pada sel contohnya protein atau enzim, sehingga pada enzim tidak dapat berfungsi dengan baik. Ion logam berat dapat mengikat molekul yang penting pada membran sel yang dapat menyebabkan gangguan pada proses transpor melewati membran sel.

(4)

3. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala Chronic Kidney Disease (CKD) adalah sebagai berikut : 1. Keluhan pokok

Anoreksia, mual muntah, gatal-gatal, kulit gampang lecet, insomnia, impotensi, malaise, bingung, kelemahan otot, amenore, nokturi, poliuri, konsentrasi menurun, chepalgia, nafsu seks menurun

2. Tanda penting

Edema, hipertensi, lidah kering, foetor uremik, urea frost atau kristalisasi pada kulit, stomatitis, gastritis erosive, anemis, disritmi, cegukan atau hiccup

3. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat menurun hingga 25% dari normal.

4. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan nocturia GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum dan BUN sedikit meningkat diatas normal.

5. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, letargi, anoreksia, mual muntah, nocturia, kelebihan volume cairan, neuropati perifer, pruritus, uremic frost, pericarditis, kejang-kejang sampai koma), yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit, kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang komplek.

4. PATOFISIOLOGI

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring.Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak.Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk

(5)

sisa.Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%.Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah.Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.

PATHWAY CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

(6)

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Radiologi

Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.

1. Ultrasonografi ginjal : digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya massa kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas

2. Biopsy ginjal : dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologis.

3. Endoskopik ginjal : dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.

4. EKG : mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa

b. Foto polos abomen

Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.

c. Pielografi intravena

Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.

d. USG

Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal, anatomi sistem pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises danureter proksimal, kandung kemih dan prostat.

e. Renogram

Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi gangguan (vaskuler, parenkim) serta sisa fungsi ginjal.

f. Pemeriksaan radiologi jantung

Mencari adanya kardiomegali, efusi pericarditis g. Pemeriksaan radiologi paru

Mecari uremik lung yang disebabkan karena bendungan h. Pemeriksaan radiologi tulang

Mencari osteodistrofi (terutama pada falangs/jari) klasifikasi metatastik i. Pemeriksaan pielografi retrograde

Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible

(7)

j. EKG

Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda- tanda pericarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia) k. Biopsy ginjal

Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostic gagal ginjal kronis atau perlu untuk mengetahui etiologinya.

l. Pemeriksaan laboratorium 1) Laju endap darah 2) Urine volume :

Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria). Warna: secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pusnanah, bakteri,lemak, partikel koloid, fostat, sedimen kotor, warna kecoklatan menunjukan adanya darah, myoglobin, dan porfirin. Berat jenis : kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan ginjal berat). Osmolalitas : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan tubular, amrasiourine/ureum sering 1:1.

3) Ureum dan kreatinin

Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).

4) Hyponatremia 5) Hiperkalemia

6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia

7) Hypoalbuminemia dan hipokolesterolemia 8) Gula darah tinggi

9) Hipertrigliserida 10) Asidosis metabolic

(8)

6. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit gagal ginjal kronik adalah 1. Penyakit tulang : penyakit tulang dapat terjadi karena retensi fosfat,

kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal dan peningkatan kadar alumunium

2. Penyakit kardiovaskuler : ginjal yang rusak akan gagal mengatur tekanan darah. Ini karena aldosterone (hormon pengatur tekanan darah) jadi bekerja terlalu keras menyuplai darah ke ginjal. Jantung terbebani karena memompa semakin banyak darah, tekanan darah tinggi dapat membuat arteri tersumbat dan akhirnya berhenti berfungsi. Tekanan darah tinggi dapat menimbulkan masalah jantung serius.

3. Anemia : anemia muncul akibat tubuh kekurangan entrokosit, sehingga sumsum tulang yang mempunyai kemampuan untuk membentuk darah lama kelamaan juga akan semakin berkurang.

4. Disfungsi seksual : pada klien gagal ginjal kronik, terutama kaum pria kadang merasa cepat Lelah sehingga minat dalam melakukan hubungan seksual menjadi kurang.

7. PENATALAKSANAAN

Penatalaksaan gagal ginjal kronik dapat dialkukan dua tahap yaitu dengan terapi konservatif dan terapi pengganti ginjal. Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia, memperbaiki metabolism secara optimal, dan memelihara keseimbangan cairan elektrolit. Beberapa Tindakan konservatif yang dapat dilakukan dengan pengaturan diet pada pasien dengan gagal ginjak kronik diantaranya yaitu :

1. Diet rendah protein : Diet rendah protein bertujuan untuk mencegah atau

2. mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan

(9)

3. terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen. Jumlah protein yang

4. diperbolehkan kurang dari 0,6 g protein/Kg/hari dengan LFG (Laju Filtrasi

5. Glomerulus) kurang dari 10 ml/menit.

1. Diet rendah protein : diet rendah protein bertujuan untuk mencegah atau mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama gangguan keseimbangan negative nitrogen.

Jumlah protein yang diperbolehkan kurang dari 0,6 g protein/kg/hari dengan LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) kurang dari 10ml/menit.

2. Terapi diet rendah kalium : hiperkalemia (kadar kalium lebih dari 6,5 mEq/L) merupakan komplikasi interdiliatik yaitu komplikasi yang terjadi selama periode antar hemodialisis. Hiperkalemia mempunyai resiko utnuk terjadinya kelainan jantung yaitu aritmia yang dapat memicu terjadinya cardiac arrest yang merupakan penyebab kematian mendadak. Jumlah yang diperbolehkan dalam diet adalah 40-80 mEq/hari.

3. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan gara.

Asupan cairan pada gagal ginjal kronik membutuhkan regulasi yang hati-hati. Asupan yang terlalu bebas dapat menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edema,dan juga intoksikasi cairan. Kekuranfan cairan juga dapat menyebabkan dehidrasi, hipotensi, dan memburuknya fungsi ginjal. Aturan umum untuk asupan cairan adalah keluaran urine dalam 24 jam ditambah 500ml yang mencerminkan kehilangan cairan yang tidak disadari.

4. Kontrol hipertensi : pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronik, keseimbangan garam dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah sering diperlukan diuretic loop, selain obat antihipertensi.

5. Mencegah dan tata laksana penyakit tulang ginjal : hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti aluminium hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium karbonat pada setiap makan.

(10)

6. Deteksi dini dan terapi infeksi : pasien uremia harus diterapu sebagai pasien imunosupresif dan terapi lebih ketat.

7. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal : banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisinya karena metaboliknya toksik dan dikeluarkan oleh ginjal

8. Deteksi dini dan terapi komplikasi : awasi dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia, pericarditis, neuropati perifer, hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga diperlukan dialysis.

9. Teknik nafas dalam : Breathing exercise atau teknis nafas dalam bertujuan untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi kerja bernapas. Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan menarik nafas melalui hidung dengan mulut tertutup tahan selama 3 detik, kemudian mengeluarkan nafas pelan-pelan melalui mulut dengan posisi bersiul, purse lips breathing dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama ekspirasi dan tidak ada udara yang keluar melalui hidung, dengan purse lips breathing akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaps saluran nafas kecil pada waktu ekspirasi.

Terapi pengganti ginjal dilakukan pada gagal ginjal kronik stadium akhir yaitu pada LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) kurang dari 15 ml/menit.

Terapi tersebut dapat berupa:

1. Hemodialisa : hemodialisa adalah suatu cara untuk mengeluarkan produk sisa metabolism melalui membrane semipermiabel atau yang disebut dengan dialysis. Salah satu Langkah penting sebelum memulai hemodialisis yaitu mempersiapkan acces vascular beberapa minggu atau beberapa bulan sebelum hemodialisis dengan tujuan untuk memudahkan perpindahan darah dari mesin ke tubuh pasien.

(11)

2. CAPD ( Continous Ambulatory Peritonial Dyalisi) : CAPD dapat digunakan sebagai terapi dialysis untuk penderita gagal ginjal kronik sampai 3-4 kali pertukaran cairan perhari. Pertukaran cairan dapat dilakukan pada jam tidur sehingga cairan peritonial dibiarkan semalam.

Terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien dialysis peritonial.

Indikasi dialysis peritonial yaitu:

a) Anak anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun)

b) Pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskuler

c) Pasien-pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan hemodialisis

d) Kesulitan pembuatan AV shunting e) Pasien dengan stroke

f) Pasien gagal ginjal terminal dengan residual urine masih cukup g) Pasien nefropati diabetic disertai morbidity dan co-mortality.

3. Transplantasi ginjal : transplatansi ginjal merupakan cara pengobatan yang lebih disukai untuk pasien gagal ginjal stadium akhir. Kebutuhan transplantasi ginjal jauh melebihi ketersediaan ginjal yang ada dan juga kecocokan dengan pasien (umumnya keluarga dari pasien).

Transplantasi ginjal memerlukan dana dan peralatan yang mahal serta sumber daya yang memadai. Komplikasi akibat pembedahan atau reaksi penolakan tubuh merupakan keadaan yang timbul akibat dari transplatansi ginjal.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN CKD 1. PENGKAJIAN

a. Identitas klien b. Keluhan utama

c. Riwayat penyakit dahulu d. Riwayat penyakit keluarga e. Aktifitas dan Istirahat

(12)

Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur, kelemahan otot dan tonus, penurunan ROM

f. Sirkulasi

Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada, peningkatan JVP, tachycardia, hipotensi orthostatic, friction rub

g. Integritas Ego

Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatan, menolak, cemas, takut, marah, irritable

h. Eliminasi

Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin pekat warna merah/coklat, berawan, diare, konstipasi, abdomen kembung

i. Makanan/Cairan

Peningkatan BB karena edema, penurunan BB karena malnutrisi, anoreksia, mual, muntah, rasa logam pada mulut, asites, penurunan otot, penurunan lemak subkutan

j. Neurosensori

Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas, kesemutan, gangguan status mental,penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma

k. Nyeri/Kenyamanan

Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, distraksi, gelisah l. Pernafasan

Pernafasan kusmaul (cepat dan dangkal), paroksismal nokturnal dyspnea (+), batuk produkrif dengan frotty sputum bila terjadi edema pulmonal

m. Keamanan

Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi), petekie, ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit, ROM terbatas

(13)

n. Seksualitas

Penurunan libido, amenore, infertilitas o. Interaksi Sosial

Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya p. Pola aktivitas sehari-hari

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal ginjal kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negative terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.

2) Pola nutrisi dan metabolisme : Anoreksi, mual, muntah dan rasa pahit pada rongga mulut, intake minum yang kurang. dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan klien.

Gejala : Peningkatan berat badan cepat (oedema) penurunan berat badan (malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah, bau mulut (amonia).

Penggunaan diuretik.

Tanda : Gangguan status mental, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, kejang, rambut tipis, kuku rapuh.

3) Pola Eliminasi

Eliminasi urin : Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing.

Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen kembung, diare atau konstipasi.

Tanda : Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau anuria.

Eliminasi alvi : Diare.

(14)

4) Pola tidur dan Istirahat : Gelisah, cemas, gangguan tidur.

5) Pola Aktivitas dan latihan : Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal.

Gejala : Kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise,.

Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.

6) Pola hubungan dan peran.

Kesulitan menentukan kondisi. (tidak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran).

7) Pola sensori dan kognitif.

Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.

Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik/tidak, klien mengalami disorientasi/ tidak.

8) Pola persepsi dan konsep diri.

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).

9) Pola seksual dan reproduksi.

Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.

Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas.

10) Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping.

Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat

(15)

menyebabkan klien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.

Gejala : Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,

Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta gagal ginjal kronik dapat menghambat klien dalam melaksanakan ibadah maupun mempengaruhi pola ibadah klien.

2. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan umum

Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari composmentis sampai coma

b. Tanda-tanda vital

Tekanan darah naik, respirasi rate naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan regular

c. Antropometri

Penurunan berat badan selama 6 bulan terakhir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan d. Kepala

Rambut kotor, mata kuning/kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.

e. Leher dan tenggorokan

Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher f. Dada

Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.

(16)

g. Abdomen

Terjadi peningkatan nyeri, penurunan peristaltic, turgor jelek, perut buncit

h. Genetalia

Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus

i. Ekstremitas

Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan capillary refill lebih dari 1 detik

j. Kulit

Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat/uremia dan terjadi pericarditis.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi

b) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d mual, muntah, anoreksia dan intake in adekuat.

c) Gangguan integritas kulit b.d kekurangan/kelebihan volume cairan

(17)

4. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosis (SDKI)

Tujuan dan kriteria hasil

(SLKI)

Intervensi (SIKI)

1 Hipervolemia b.d Gangguan Mekanisme Regulasi D.0022

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan status cairan membaik L.03028.

dengan kriteria hasil : 1. Ortopnea menurun 2. Dispnea menurun 3. Paroxysmal

nocturnal dyspnea (PND) menurun 4. Edema anasarka

menurun 5. Edema perifer

menurun

6. Berat badan menurun 7. Distensi vena

jugularis menurun 8. Suara nafas

tambahan menurun 9. Kongesti paru

menurun

10. Konsentrasi urine menurun

11. Perasaan lemah menurun 12. Tekanan darah

Manajemen hipervolemia I.03114 Tindakan

Observasi

1. Periksa tanda dan gejala dari hipervolemia misalnya edema ortopnea, dispnea, CVP atau JPV yang meningkat, adanya refleks pada hepatojugular positif, adanya suara nafas tambahan

2. Identifikasi penyebab dari hipervolemia

3. Monitor status hemodinamik contohnya frekuensi jantung tekanan darah, CVP, MAP, PAP,

4. PCWP jika tersedia

5. Monitor intake dan output cairan

6. Monitor kunci hemokonsentrasi contohnya kadar natrium, berat jenis urin, BUN, hematokrit 7. Monitor kecepatan infus secara

ketat

8. Monitor efek samping diuretik contohnya hipokalemia,

(18)

membaik 13. Tekanan nadi

membaik 14. Suhu tubuh

membaik 15. Kadar Hb

membaik 16. Kadar Ht membaik

17. Oliguria membaik 18. JVP dan refluks

hepatojugular membaik

hipovolemik Terapeutik

1. Timbang berat badan setiap hari dalam waktu yang sama 2. Batasi asupan cairan dan garam Edukasi

1. Anjurkan melapor jika keluaran urine <0,5 mL/kg/jam dalam waktu 6 jam

2. Anjurkan melapor jika BB Bertambah >1 kg setiap hari 3. Ajarkan cara mengukur lalu

mencatat asupan serta keluaran cairan

4. Ajarkan cara utnuk membatasi cairan

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian diuretik 2. Kolaborasi penggantian

kehilangan kalium akibat diuretik

3. Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy (CRRT), jika perlu.

(19)

2 Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna

makanan D.0019

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan status nutrisi membaik L.03030.

dengan kriteria hasil : 1. Kekuatan otot

mengunyah meningkat

2. Kekuatan otot menelan meningkat 3. Pengetahuan

tentang pilihan makanan yang sehat meningkat

4. Verbalisasi

keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat 5. Pengetahuan

tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat 6. Perasaan cepat

kenyang menurun 7. Nyeri abdomen

menurun

8. Sariawan menurun 9. Frekuensi makan

membaik

10. Nafsu makan membaik

Manajemen gangguan makan (l.03111)

Tindakan Observasi

1. Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori

Terapeutik

1. Timbang berat badan secara rutin

2. Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik yang sesuai

3. Lakukan kontrak perilaku 4. Damping ke kamar mandi

untuk pengamatan perilaku memuntahkan kembali makanan

5. Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan perilaku

6. Berikan konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai kontrak 7. Rencanakan program pengobatan untuk perawatan di rumah

Edukasi

1. Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran makanan

(20)

2. Ajarkan pengaturan diet yang tepat

3. Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan.

3 Gangguan

integritas kulit b.d

kekurangan/kele bihan volume cairan D.0129

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan integritas kulit dan jaringan meningkat L.14125.

dengan kriteria hasil : 1. Elastisitas meningkat 2. Hidrasi meningkat 3. Perfusi jaringan

meningkat 4. Nyeri menurun

5. Kerusakan lapisan kulit menurun

6. Kerusakan jaringan menurun

7. Nyeri menurun 8. Pendarahan menurun 9. Hematoma menurun 10. Pigmentasi abnormal

menurun

11. Jaringan parut

Perawatan integritas kulit (I.11353)

Tindakan Observasi

1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit Terapeutik

1. Ubah posisi tiap 2 jam, jika tirah baring

2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang 3. Bersihkan perineal dengan

air hangat, terutama selama periode diare

4. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering

5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif

6. Hindari produk berbahan

(21)

menurun

12. Suhu kulit membaik 13. Sensasi membaik 14. Tekstur membaik

dasar alkohol pada kulit kering

Edukasi

1. Anjurkan menggunakan pelembab

2. Anjurkan minum air yang cukup

3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur

5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstream

6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar rumah 7. Anjurkan mandi dan

menggunakan sabun secukupnya

5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi menuju status kesehatan yang baik/optimal. Pelaksanaan tindakan merupakan realisasi dari rencana/intevensi keperawatan yang mencakup perawatan langsung atau tidak langsung.

6. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi asuhan keperawatan merupakan fase akhir dari proses keperawatan. Hal-hal yang dievaluasikan adalah keakuratan, kelengkapan,

(22)

kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien, dan pencapaian tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan

Kriteria perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan, dan merevisi data dasar dan perencanaan meliputi menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus, menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah pencapaian tujuan, memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat, bekerjasama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan, 16 mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasikan perencanaan

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Tuning Tabel 3.5 Lajutan Rencana Pengujian Kombinasi Parameter Terbaik dari

Pasien dengan gagal ginjal kronis akan mengalami kondisi hypervolemia atau peningkatan volume cairan yang berlebihan dalam tubuh, hal tersebut membuat pasien gagal ginjal kronis perlu