• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan penelitian bantuan operasional perguruan tinggi negeri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "laporan penelitian bantuan operasional perguruan tinggi negeri"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

Berdasarkan data survei kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010, prevalensi balita gizi buruk secara nasional sebesar 4,9 persen, dan gizi buruk sebesar 17,9 persen. Untuk mengatasi gizi buruk yang terjadi pada kelompok umur balita gizi buruk, perlu dilakukan pemberian makanan tambahan restoratif (PMT). Prevalensi balita gizi buruk merupakan salah satu indikator pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) yang harus dicapai oleh daerah (kabupaten/kota) pada tahun 2015, yaitu menurunkan prevalensi balita gizi buruk menjadi 3,6 persen atau gizi buruk pada anak di bawah usia lima tahun. lima hingga 15,5 persen (Bappenas, 2010).

Pemberian makanan tambahan merupakan program intervensi terhadap balita yang menderita gizi buruk yang tujuannya adalah untuk meningkatkan status gizi anak dan memenuhi kebutuhan gizi anak agar tercapai status gizi dan kondisi gizi yang baik sesuai umur anak. Sedangkan pengertian makanan untuk pemulihan gizi adalah makanan padat energi yang diperkaya vitamin dan mineral, yang diberikan kepada balita gizi buruk pada masa pemulihan. Program Makanan Tambahan Restoratif (PMT– Restoratif) diberikan kepada anak gizi buruk dan gizi buruk selama beberapa hari tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi anak.

Makanan pendamping ASI merupakan susu formula yang diberikan kepada anak mulai usia 6 bulan yang mempunyai sifat tidak membebani sistem pencernaan dan mengandung zat gizi yang disesuaikan dengan kebutuhan anak untuk tumbuh kembang dan kesehatan yang optimal. Penatalaksanaan atau penerapan pola makan merupakan salah satu cara penanganan balita gizi buruk yang dilakukan pemerintah dengan memberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT-P) selama 3 sampai 4 bulan atau 90 sampai 120 hari. Namun PMT Pemulihan juga diberikan kepada anak gizi buruk dan/atau anak miskin yang berasal dari keluarga miskin.

Sedangkan tujuan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada bayi dan balita gizi buruk adalah memberikan makanan tinggi energi, tinggi protein, serta cukup vitamin dan mineral secara bertahap untuk mencapai status gizi optimal.

Analisa Karbohidrat Klasifikasi karbohidrat

Daging segar dan unggas mengandung 1% kandungan mineral, namun daging olahan dapat mengandung 12% abu (pada ikan asin dan asin). Kuning telur mengandung 1,7% abu, sedangkan putih telur mengandung 0,6% Gula murni, permen, madu, dan sirup mengandung abu dalam jumlah yang sangat sedikit hingga 0,5%; Namun gula merah dan coklat (kakao) mengandung kadar abu yang lebih tinggi.

Analisa Protein

Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik atau pengujian sensori atau pengujian sensorik sendiri merupakan suatu metode pengujian yang menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk mengukur daya terima suatu produk. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam suatu uji organoleptik adalah adanya contoh (sampel), kehadiran anggota panel dan pernyataan jawaban yang jujur. Setiap masyarakat di setiap daerah mempunyai preferensi cita rasa tertentu, artinya produk yang akan dipasarkan harus disesuaikan dengan selera masyarakat setempat.

Tujuan Penelitian .1 Tujuan umum

  • Tujuan khusus

Manfaat penelitian

METODE PENELITIAN

  • Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskripsi
  • Tempat dan Waktu Penelitian
  • Variabel Penelitian
  • Definisi Operasional
  • Metode Analisis

Kadar air: kadar air biskuit dan serpih kelor dalam persentase Kadar abu: kandungan mineral biskuit dan serpih kelor. Warna: kesukaan panelis terhadap warna kue kelor dan sereal Rasa: preferensi panelis terhadap rasa kue kelor dan sereal Aroma: kesukaan panelis terhadap rasa kue kelor dan sereal Tekstur: preferensi panelis terhadap tekstur kue kelor dan sereal 6. Kemudian nyalakan api di atasnya dan bakar dalam oven dengan suhu 550º C hingga menjadi abu sempurna.

Sampel sebanyak 2 g ditimbang dalam cawan yang diketahui beratnya, kemudian dikeringkan dalam pengering pada suhu 105 °C selama 3 jam. Perhitungan kadar air diperoleh dengan membandingkan berat sampel sebelum dikeringkan dengan berat yang hilang setelah dikeringkan dikalikan 100%. Kertas saring yang berisi sampel ditutup dengan kapas, kemudian dikeringkan dalam desikator dengan suhu tidak melebihi 80°C, ± 1 jam, dan dimasukkan ke dalam alat Sokhlet yang dihubungkan dengan labu lemak yang berisi batu kapur kering. dan yang beratnya diketahui.

Distilasi dilakukan selama kurang lebih 20 menit dan hasil destilat ditampung dalam labu Erlenmeyer yang berisi 25 ml larutan HCl 0,1 N yang distandarisasi dengan boraks (ujung kondensor harus direndam dalam larutan HCl). Sampel disajikan secara acak dan ketika memberikan penilaian, panelis tidak boleh mengulangi penilaian atau membandingkan sampel yang disajikan. Jadi bagi panelis yang belum terlatih sebaiknya menyajikan contoh satu per satu agar panelis tidak membandingkan contoh yang satu dengan contoh yang lain.

Kemudian melengkapi form tes hedonik dengan kriteria penilaian sangat tidak suka, tidak suka, agak tidak suka, netral, agak suka, suka dan sangat suka.

Gambar tahapan penelitian
Gambar tahapan penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

  • Mutu Kimia dan Gizi Biskuit
  • Mutu Kimia dan Gizi Sereal
  • Uji Organoleptik Biskuit Warna
  • Uji Organoleptik Sereal Warna

Rerata kandungan protein tertinggi terdapat pada kerupuk tempe ikan kelor dan terendah pada kerupuk kedelai kelor. Sedangkan kandungan karbohidrat tertinggi pada Biskuit Tempe Ikan Kelor sebesar 51±1,23 dan terendah pada Biskuit Kedelai Ikan Kelor sebesar 51±1,23. Hasil penelitian pengukuran kadar air dan abu pada serealia menunjukkan data seperti pada tabel 5.3 di bawah ini.

Rata-rata lemak tertinggi terdapat pada kedelai kelor dan terendah pada kedelai ikan kelor. Sedangkan kandungan karbohidrat tertinggi terdapat pada bungkil kedelai ikan kelor dan terendah pada bungkil kedelai kelor sebesar 41,08. Pada uji organoleptik diketahui warna favorit adalah kerupuk ikan tempe kelor dengan total 60% panelis memilihnya.

Sementara itu, 32% panelis sangat menyukai cookies tempe kelor dan cookies ikan tempe kelor. Pada uji organoleptik diketahui rasa yang paling disukai adalah kerupuk ikan tempe kelor dengan total 56% panelis yang memilihnya. Pada uji organoleptik, rasa yang paling disukai adalah kerupuk ikan tempe kelor dan kerupuk kecap kelor dengan persentase panelis memilih 48%.

Pada uji organoleptik tekstur yang disukai adalah biskuit kedelai ikan kelor, dengan total 60% panelis yang memilihnya. Pada uji organoleptik diketahui bahwa warna yang disukai adalah sereal tempe kelor dan sereal kedelai ikan kelor dengan total 52% panelis memilih. Pada uji organoleptik diketahui rasa favorit adalah serpihan ikan tempe kelor dengan total 68% panelis memilihnya.

Pada uji organoleptik, rasa favorit yang ditemukan adalah serpihan ikan tempe kelor dan serpihan kedelai kelor dengan persentase panelis yang memilih sebanyak 64%. Pada uji organoleptik tekstur yang disukai adalah Kedelai Ikan Kelor dengan total 60% panelis memilihnya.

Tabel 5.2 kadar protein, lemak dan karbohidrat pada biskuit
Tabel 5.2 kadar protein, lemak dan karbohidrat pada biskuit

Pembahasan

  • Mutu Kimia dan Gizi Biskuit
  • Mutu Kimia dan Gizi Sereal
  • Uji Organoleptik Biskuit Warna
  • Uji Organoleptik Sereal Warna

Uji lanjut Mann-Whitney menunjukkan bahwa pasangan perlakuan yang memberikan pengaruh nyata adalah kerupuk ikan tempe kelor (B) dan kerupuk kecap kelor (C) serta kerupuk ikan tempe kelor (B) dan kerupuk ikan tempe kelor (D). Hasil analisis statistik Kruskal Wallis pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa tingkat perlakuan tidak memberikan pengaruh yang signifikan (p=0,262) terhadap rasa kue kering (Lampiran 6). Hasil analisis statistik Kruskal Wallis pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan yang berbeda mempunyai pengaruh yang nyata (p=0,023) terhadap rasa kue kering (Lampiran 7).

Uji lanjut Mann-Whitney menunjukkan bahwa pasangan perlakuan yang memberikan pengaruh nyata adalah kerupuk A dan B, kerupuk tempe kelor ikan (B) dan kerupuk tempe kelor (C) serta kerupuk tempe kelor ikan (B) dan kerupuk tempe kelor ikan (D). ). Hasil uji rasa tekstur biskuit ditunjukkan pada Gambar 5.3 yang menunjukkan metode pengecapan warna biskuit seperti (3) sampai sangat suka (4) (Lampiran 8). Hasil analisis statistik Kruskal Wallis pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan memberikan pengaruh yang signifikan (p=0,023) terhadap tekstur biskuit (Lampiran 8).

Uji lanjutan Mann-Whitney menunjukkan bahwa pasangan obat yang mempunyai pengaruh signifikan adalah cookies A dan B, B dan C, serta B dan D. Uji lanjutan Mann-Whitney menunjukkan bahwa pasangan obat yang mempunyai pengaruh signifikan , butir tempe kelor (K) dan kedelai kelor (M) serta kedelai kelor (M) dengan kedelai kelor riba (N). Hasil analisis statistik Kruskal Wallis pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan memberikan pengaruh nyata (p=0,024) terhadap aroma biji-bijian (Lampiran 11).

Uji lanjutan Mann-Whitney menunjukkan bahwa pasangan perlakuan yang memberikan pengaruh nyata adalah butiran tempe kelor (K) dan butiran kedelai kelor (M) serta butiran tempe kelor (L) dan butiran kedelai kelor (M). Hasil analisis statistik Kruskal Wallis pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan mempunyai pengaruh yang dapat diabaikan (p=0,106) terhadap rasa gabah (Lampiran 10). Uji lanjutan Mann-Whitney menunjukkan bahwa pasangan perlakuan yang mempunyai pengaruh signifikan adalah butir L dan N dan M dan N.

Hasil uji kesukaan terhadap tekstur biskuit disajikan pada Gambar 5.3, dimana terlihat bahwa cara menyukai aroma serealia mirip dengan (3) (Lampiran 12). Hasil analisis statistik Kruskal Wallis pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata (p=0,013) terhadap tekstur butir (Lampiran 12). Uji lanjut Mann-Whitney menunjukkan bahwa pasangan perlakuan yang memberikan pengaruh nyata adalah butir L dan M serta L dan N.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

Indonesia 2010. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Timur Tahun 2010.

Gambar

Gambar tahapan penelitian
Tabel 5.1 kadar air dan kadar abu pada biskuit
Tabel 5.2 kadar protein, lemak dan karbohidrat pada biskuit
Tabel 5.3 kadar air dan kadar abu pada sereal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prasanna Thesis Submitted to the Department/ Center : EEE Date of completion of Thesis Viva-Voce Exam : 21-OCT-2017 Key words for description of Thesis Work : speech-specific,