• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK ... - SIMAKIP

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK ... - SIMAKIP"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK

EFEKTIVITAS PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK DAN KEINGINAN BERHENTI MEROKOK

TIM PENGUSUL

Ketua: Dr Sarah Handayani, SKM, M.Kes (NIDN 0307077107) Elia Nur ‘Ayunin, SKM, MKM (NIDN 0322029101)

Berdasarkan Surat Perjanjian Kontrak Penelitian Lemlitbang UHAMKA No 170/F/03.07/2019

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA (UHAMKA) JAKARTA

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

1 Judul : Efektivitas Peringatan Bergambar pada Kemasan Rokok dan Keinginan Berhenti Merokok

2 Tim Peneliti

No Nama Jabatan Bidang

Keahlian Instansi Asal

Alokasi Waktu (jam/minggu) 1

Dr. Sarah Handayani, SKM, M. Kes

Ketua Promosi

Kesehatan dan Kesehatan Reproduksi

UHAMKA 20 jam

2 Elia Nur’Ayunin, SKM, MKM

Anggota Promosi Kesehatan

UHAMKA 15 jam

3. Objek Penelitian : Civitas akademika (Mahasiswa, Tenaga Kependidikan dan Cleaning Service) pada Kampus A UHAMKA

4. Masa Pelaksanaan

Mulai : bulan: Januari tahun : 2019 Berakhir : bulan: Juni tahun : 2019

5. Biaya : Lemlitbang UHAMKA Rp 11.000.000,-

6. Lokasi Penelitian : Kampus A Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA 7. Instansi lain yang terlibat : Dinas Kesehatan DKI, Direktorat Promosi Kesehatan dan

Pemberdayaan Masyarakat Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

8. Temuan yang ditargetkan : Kertas kebijakan pesan bergambar untuk pengendalian tembakau.

9. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu :

Menjadi bahan masukan dan evaluasi program

pengendalian tembakau untuk orang dewasa.

10.Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran : Prosiding Jurnal Internasional

11.Rencana luaran HKI, buku, purwarupa atau luaran lainnya yang ditargetkan, tahun 2019 rencana perolehan atau penyelesaiannya: Jurnal Nasional Terakreditasi

(6)

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI ... 2

ABSTRAK ... 3

BAB 1 ... 4

1.1 Latar Belakang ... 4

1.2 Tujuan ... 6

1.3 Urgensi Penelitian ... 6

1.3.1 Urgensi Untuk Pemerintah Daerah DKI Jakarta ... 6

Urgensi penelitian untuk Pemerintah Daerah Kota DKI Jakarta dan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah sebagai berikut. ... 6

1.3.2 Lembaga Penelitian dan Pengembangan UHAMKA ... 6

BAB 2 ... 7

2.1 Peringatan Bergambar Pada Kemasan Rokok ... 7

2.2 Eye Tracking ... 8

2.3 Keinginan Berhenti Merokok ... 9

2.4 Roadmap Penelitian ... 11

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 12

3.1 Kerangka Konsep ... 12

3.2 Desain Penelitian... 12

3.3 Instrumen Penelitian ... 12

3.4 Populasi dan Sampel ... 13

3.5 Analisis Data ... 13

3.6 Alur Penelitian ... 13

BAB 4 BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN... 14

4.1 Biaya Penelitian ... 14

4.2 Jadwal Penelitian... 14

BAB 5 Hasil Penelitian ... 15

5.1 Karakteristik responden ... 15

5.2 Keinginan Berhenti Merokok ... 15

5.3 Gambaran eye tracking dan keinginan berhenti merokok ... 18

5.3.1 Gazeplot tingkat individual ... 18

BAB 6 Luaran yang Dicapai ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

(7)

ABSTRAK

Peringatan Kesehatan Bergambar dan Niat untuk Berhenti Merokok pada Perokok di Kampus UHAMKA A, Jakarta: Eye-Tracker Study

Eye-tracking banyak digunakan untuk mengukur perhatian audiens target dalam melihat media. Alat ini juga banyak digunakan untuk mengukur seberapa efektif kebijakan kemasan bergambar pada kemasan rokok. Penelitian tentang pelacakan mata di antara mereka menemukan bahwa perokok aktif menghindari peringatan kesehatan dari paket rokok, dan ini masih terjadi bahkan tanpa kehadiran informasi pencitraan yang menonjol. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi reaksi dan persepsi orang dewasa terhadap label peringatan bergambar dengan mengukur alat pelacak mata dan mengetahui hubungan mereka dengan penghentian merokok.

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pengukuran paket peringatan kesehatan masyarakat pada bungkus rokok dengan alat pelacak mata tipe tobii.

Pengumpulan data dilakukan pada Juli 2019. Dengan teknik pengambilan sampel non-acak, total 50 responden berasal dari civitas akademik dari Kampus A UHAMKA. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi: 1) pria 2) perokok 3) tidak buta warna 4) tidak memiliki niat untuk berhenti merokok selama tiga bulan sebelum penelitian.

Angka tersebut juga menunjukkan bahwa mayoritas responden sudah memiliki niat tinggi untuk berhenti merokok. Mayoritas responden memiliki alasan untuk ingin berhenti karena meningkatkan kesehatan mereka, 32 responden (64%). Alasan lain yang diberikan oleh responden adalah untuk menabung (4%), keluarga (6%) dan teman (2%). Namun, ada sepuluh responden (20%) tidak memiliki alasan untuk berhenti merokok. Itu mungkin mewakili responden dengan niat rendah untuk berhenti merokok. Hasil uji bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor sikap responden dengan niat untuk berhenti merokok dengan nilai p 0,706 (> 0,05), dan tidak ada hubungan yang signifikan antara norma subjektif dengan niat untuk berhenti merokok dengan nilai p 0,706 (>

0,05). Panas peta PHW, jumlah fiksasi pada gambar biasanya tinggi. Sebagian besar responden membaca PHW daripada teks.

Meskipun tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dan norma subyektif, tetapi dengan analisis pelacak mata ditemukan bahwa untuk gambar bot pencegahan yang efektif dan teks harus jera. Meskipun belum terbukti secara signifikan terkait dengan keinginan untuk berhenti merokok, PHW telah terbukti menjadi fokus responden. Perlu penelitian lebih lanjut tentang bentuk dan ukuran PHW.

Kata kunci: studi pelacak mata, UHAMKA, peringatan kesehatan bergambar (PHW)

(8)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merokok merupakan suatu masalah di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan banyak kerugian baik dari segi sosial ekonomi maupun kesehatan bahkan kematian Merokok salah satu kebiasaan yang lazim dilakukan dalam kehidupan sehari- hari, sehingga dimanapun tempat selalu ditemukan orang merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status kaya atau miskin tanpa terkecuali.

Padahal sebagian besar masyarakat sudah mengetahui bahaya dari merokok namun pada kenyataannya merokok telah menjadi kebudayaan

Menurut World Health Organization (WHO), tembakau membunuh lebih dari 5 juta orang per tahun dan diproyeksikan akan membunuh 10 juta orang sampai tahun 2020, dari jumlah itu 70% korban berasal dari negara berkembang yang didominasi oleh kaum laki-laki sebesar 700 juta terutama di Asia. WHO memperkirakan 1,1 miliar perokok dunia berumur 15 tahun ke atas yaitu sepertiga dari total penduduk dunia. Indonesia menduduki peringkat ke-5 dalam konsumsi rokok di dunia setelah China, Amerika Serikat, Jepang dan Rusia (WHO, 2017).

Kemasan rokok adalah alat komunikasi penting untuk menciptakan dan memperkuat citra merek, dan merupakan tautannya antara bentuk lain dari iklan rokok dan penyerapan nikotin obat adiktif dari sebatang rokok. Desain kemasan rokok secara khusus menggunakan warna mencolok, tipe huruf yang berbeda dan bahan yang dibuat dengan cermat, kemasan rokok didesain dengan sangat menarik, terutama untuk kalangan anak muda(Wakefield, Morley, Horan, & Cummings, 2002).

Kewajiban untuk mencantumkan peringatan kesehatan berupa peringatan bergambar pada kemasan rokok di Indonesia berlaku efektif mulai tanggal 24 Juni 2014, setelah pemberian tenggang waktu bagi produsen rokok selama 18 bulan sejak PP Nomor 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau disahkan. Namun, beberapa studi tentang kebijakan peringatan bergambar di Indonesia masih belum banyak. Satu studi di Jember menunjukkan bahwa hanya sedikit perokok yang merasa takut dengan peringatan bergambar tersebut(Sandra, 2016).

Pada negara dengan kebijakan yang ketat untuk penjualan rokok, kemasan menjadi hal yang penting bagi industri rokok untuk mempromosikan merek (Davis, Gilpin, Loken, Ph,

(9)

& Viswanath, 2008). Industri rokok memandang pentingnya kemasan rokok untuk menarik konsumen perokok muda (Wakefield et al., 2002).

Salah satu cara untuk mencegah industri rokok mempromosikan produk yang berbahaya adalah dengan kemasan polos sebagaimana yang tercantum pada pasal 11 dokumen Framework Convention on Tobacco Control (FCTC)(World Health Organization, 2015). Kemasan polos akan mengharuskan semua rokok dijual dalam kemasan dengan bentuk kemasan standar, warna dan metode pembukaan. Dengan begitu, semua pencitraan merek akan dihapus, hanya menyisakan nama merek dan varian dalam tipe huruf dan lokasi standar, peringatan kesehatan dan informasi terkait lainnya, seperti prangko yang dibayar dan informasi komposisi.

Studi sebelumnya menunjukkan bahwa kemasan polos dapat berkurang daya tarik rokok, mengurangi kesalahpahaman tentang bahaya yang dirasakan rokok dan meningkatkan arti-penting peringatan kesehatan bungkus rokok (Moodie et al., 2012).

Eye-tracking banyak digunakan untuk mengukur atensi target audiens dalam melihat media. Alat ini juga banyak digunakan untuk mengukur seberapa efektif kebijakan kemasan bergambar pada kemasan rokok. Penelitian tentang eye-tracking diantaranya menemukan bahwa perokok aktif menghindari peringatan kesehatan bungkus rokok, dan ini tetap terjadi bahkan tanpa adanya informasi pencitraan yang menonjol. Perokok mungkin telah belajar mengalihkan perhatian mereka dari peringatan kesehatan bungkus rokok(Maynard et al., 2014, 2017).

Rendahnya perhatian terhadap pesan kesehatan pada kemasan rokok kemungkinan dapat dijelaskan oleh tiga hal berikut, seperti: (1) keakraban dan oleh karena itu, pembiasaan terhadap pesan kesehatan, (2) preferensi branding, bahkan tanpa warna dan logo atau (3) penghindaran terhadap peringatan kesehatan(Maynard et al., 2014).

Penelitian penggunaan eye-tracking untuk mengukur efektivitas pesan bergambar pada kemasan rokok di Indonesia masih terbatas. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang kebijakan Pictorial Warning (peringatan bergambar) pada kemasan rokok.

Niat merupakan prediktor yang kuat untuk terjadinya perilaku. Beberapa penelitian tentang niat merokok yang menggunakan Theory of planned behavior (TPB) mengatakan bahwa niat untuk merokok merupakan prediktor yang kuat untuk menentukan perilaku merokok dikalangan para remaja. Theory of Planned Behaviour (TPB) mengatakan bahwa niat merupakan faktor yang sangat penting sebagai penentu terjadinya perilaku. Niat adalah

(10)

keinginan atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatuperilaku yang dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku.

1.2 Tujuan

Studi ini bertujuan untuk.

1. Mengevaluasi reaksi dan persepsi orang dewasa terhadap label peringatan bergambar dibandingkan dengan label peringatan teks khusus dan kemasan yang polos dengan pengukuran alat eye-tracking.

2. Diketahuinya efektivitas peringatan bergambar bagi orang dewasa sebagai sumber informasi dan sebagai cara yang efektif untuk mencegah dan keinginan berhenti merokok.

1.3 Urgensi Penelitian

1.3.1 Urgensi Untuk Pemerintah Daerah DKI Jakarta

Urgensi penelitian untuk Pemerintah Daerah Kota DKI Jakarta dan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Merupakan masukan untuk kebijakan peringatan bergambar Kemenkes RI.

2. Merupakan masukan untuk program pengendalian tembakau untuk orang dewasa di Provinsi DKI Jakarta.

1.3.2 Lembaga Penelitian dan Pengembangan UHAMKA

Urgensi penelitian ini untuk Lemlitbang UHAMKA adalah terlaksananya peta jalan penelitian UHAMKA dari tingkat dasar sampai pada terapan dalam bentuk model kebijakan kesehatan yang menjadi rekomendasi bagi perbaikan upaya pembangunan kesehatan di

lingkungan UHAMKA.

(11)

7

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peringatan Bergambar Pada Kemasan Rokok

Ada aturan dalam FCTC yang menyebutkan bahwa bungkus rokok harus mencantumkan secara jelas bahaya merokok dan kandungan bahan berbahayanya.

Disepakati bahwa peringatan bahaya rokok dalam bentuk berbagai gambar penyakit dan tulisan bahaya rokok akan mencapai minimal 30% sampai setengah dari permukaan depan bungkus rokok. Pencantuman istilah low, light, mild, dan lain-lain yang selama ini menyesatkan, tidak boleh digunakan lagi. Sebenarnya, tidak ada penurunan bahaya yang bermakna dengan penurunan kadar tar dan nikotin dengan cara ini. Istilah itu hanya memberi kesan rokok “aman” sehingga perokok cenderung merasa “boleh” merokok dan bukan tidak mungkin akan mengonsumsi rokok lebih banyak lagi karena merasa mengisap rokok “ringan”. FCTC juga melarang segala bentuk iklan rokok, langsung atau tidak langsung. Kenyataan menunjukkan, banyak sekali remaja mulai merokok akibat melihat iklan, apalagi yang oleh diperankan wanita cantik atau pria gagah. Maka yang perlu diingatkan adalah merokok akan menyebabkan kulit menjadi keriput, bukan kecantikan. Merokok juga dapat menyebabkan sakit paru dan jantung, bukan kegagahan.

FCTC juga mengatur bahwa pelarangan iklan harus diimbangi dengan digalakannya penyuluhan kesehatan (Hidayati, Sri Nur., dan Mangoenprasodjo, 2005).

FCTC mengatur perlunya dbentuk dan diaktifkannya suatu national coordinating mechanism untuk program penanggulangan masalah merokok. Ditegaskan pula bahwa pendekatan melalui pola tarif dan perpajakan merupakan salah satu pendekatan ampuh untuk menanggulangi masalah merkok. Cukai rokok dapat segera dinaikkan hingga dapat dana untuk penanggulangan akibat buruk kebiasaan merokok, sedangkan larangan penjualan rokok tax free atau duty free perlu segera diimplementasikan. Penyelundupan rokok antara lain dengan tulisan bahwa rokok hanya boleh dijual dinegara tertentu serta terlaksananya program surveilans, riset dan tukar menukar informasi antar negara juga

(12)

diatur, termasuk dana global untuk membantu program penanggulangan masalah merokok (Hidayati, Sri Nur., dan Mangoenprasodjo, 2005).

2.2 Eye Tracking

Eye Tracking adalah perangkat elektronil untuk mendeteksi dan menganalisa gerakan mata (sebagai alat deteksi/diagnosis). Alat ini juga dapat dikembangkan untuk alat kendali komputer berbasis gerakan mata. Eye Tracking memiliki peran yang penting sebagai alat bantu untuk difabel (penyandang cacat), alat diagnosa medis untuk penyandang kelainan sistem penglihatan, maupun alat diagnosis untuk riset perilaku.

Eye-tracking banyak digunakan untuk mengukur atensi target audiens dalam melihat media. Alat ini juga banyak digunakan untuk mengukur seberapa efektif kebijakan kemasan bergambar pada kemasan rokok. Penelitian tentang eye-tracking diantaranya menemukan bahwa perokok aktif menghindari peringatan kesehatan bungkus rokok, dan ini tetap terjadi bahkan tanpa adanya informasi pencitraan yang menonjol. Perokok mungkin telah belajar mengalihkan perhatian mereka dari peringatan kesehatan bungkus rokok(Maynard et al., 2014, 2017).

Dalam sistem pelacakan mata (eye tracking), sinar inframerah datang dari sistem ke mata untuk menangkap gerakan mata. Sinar inframerah ini dipantulkan ke sistem dari mata untuk merekam data gerakan mata. Mata, sendiri seperti sensor yang dapat merasakan dan dikendalikan oleh otak manusia dimana proses kognitif di produksi.

Gerakan mata ditangkap dalam berbagai posisi sesuai dengan kenyamanan pengguna.

Terdapat dua format yang paling umum, ialah Heat Map dan Sequence Gazing dengan konsentrasi lingkaran. Dalam Heat Map, jejak mata direkam sebagai pencahayaan dan intensitas cahaya inframerah, hal ini didasarkan pada Energy Therapy Technique (ETT).

Pada Sequence Gazing, track mata dimasukkan sebagai lingkaran bernomor dengan area yang menunjukkan durasi waktu pandangan mata masing-masing.

(13)

9

2.3 Keinginan Berhenti Merokok

Banyak pecandu rokok yang menginginkan untuk menghentikan kebiasaan merokoknya, beberapa di antaranya masih mengalami kesulitan dalam memulai proses berhenti merokok tersebut., sulit bagi seseorang untuk berhenti merokok. Dari beberapa penelitian, sekitar 70 persen perokok ingin berhenti merokok, tetapi hanya tiga persen yang berhasil. Penelitian dan buku referensi kontemporer lebih banyak mengulas tentang solusi berhenti merokok yang bersifat teori dan konsep, ataupun solusi berhenti merokok yang disodorkan dalam bentuk iming-iming dan ancaman. Hanya sedikit saja yang memberikan gambaran tentang mantan perokok yang berhasil menghentikan kebiasaannya(WHO, 2014).

Pada perkembangannya produsen rokok terbesar dunia adalah negara-negara maju yang memasarkan produknya di negara-negara dunia ketiga. Pemasarannya pun juga dibarengi dengan strategi propaganda untuk menarik konsumen. Berdasarkan hasil penelitian terbaru, negara-negara Eropa dan Amerika Serikat dalam 10 tahun terakhir justru memberlakukan berbagai kebijakan untuk menekan jumlah pecandu rokok. Pada saat yang sama, mereka juga memberlakukan pembatasan terhadap iklan rokok (WHO, 2017).

Banyak penelitian yang hanya terpaku pada pencegahan perilaku merokok. Sehingga definisi intensi berhenti merokok diperoleh dari definisi keinginan/intensi dan definisi berhenti merokok. Intensi perilaku merupakan determinan terdekat dengan perilaku yang dimaksud dan merupakan prediktor tunggal terbaik bagi perilaku yang akan dilakukan seseorang. Intensi merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjektif individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Bandura menyatakanbahwa intensi merupakan suatu kebulatan tekad untuk melakukan aktivitas tertentu atau menghasilkan suatu keadaan tertentu di masa depan. Intensi menurutnya adalah bagian vital dari self regulation individu yang dilatarbelakangi intensi seseorang untuk bertindak (Glanz, 2015).

Menurut Theory of Planned Behavior, seseorang dapat bertindak berdasarkan intensi atau niatnya hanya jika ia memiliki kontrol terhadap perilakunya. Teori ini tidak hanya menekankan pada rasionalitas dari tingkah laku manusia, tetapi juga pada keyakinan bahwa

(14)

target tingkah laku berada di bawah kontrol kesadaran individu tersebut atau suatu tingkah laku tidak hanya bergantung pada intensi seseorang, melainkan juga pada faktor lain yang tidak ada dibawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan sumber dan kesempatan untuk menampilkan tingkah laku tersebut (Glanz, 2015).

Kerangka Teori

Gambar 1. Model Efficacy-Desire Berhenti Merokok Sumber:(Strasser, Tang, Romer, Jepson, & Cappella, 2012) Warning

Frekuensi Merokok

Sistem Reward Sistem Kontrol Motivasi Intensi

=

X = Dq

Dq Mq

Es Eq

Ds

Iq

(15)

11

2.4 Roadmap Penelitian

Road Map Penelitian Efektivitas Pesan Bergambar Terhadap Keinginan Berhenti Merokok

2012 -2015

•Konseling Berhenti Merokok Pada Anak SMA di Kota Depok.

2016 -2018

•Konseling Berhenti Merokok di SMP Muhammadiyah 9 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

•Studi Eye-Tracker Terhadap Media Pengendalian Tembakau di Universitas

Muhammadiyah Prof.

Dr HAMKA.

2019 -2025

•Formulasi Konsep Kebijakan Efektivitas Pesan Bergambar Terhadap Keinginan Berhenti Merokok

Pembuktian Konsep Efektivitas

Pesan Bergambar Terhadap Keinginan Berhenti Merokok

Sudah dilaksanakan Akan dilaksanakan

(16)

BAB 3METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep

Studi akan menggunakan pengukuran berulang dengan alat eye-tracking dengan lokasi eye- gaze (pesan kesehatan – merek), tipe kemasan (dengan merek, tanpa merek dan kosong) dan keakraban dengan pesan kesehatan (akrab atau tidak akrab) dengan faktor-faktor yang subyektif. Setelah menyetujui informed consent, peserta akan duduk 57 cm dari layar komputer LCD dan dilengkapi dengan pelacak mata eye-tracker tobii untuk mengukur gerakan mata dari mata dominan mereka.

3.2 Desain Penelitian

Studi akan menggunakan desain cross-sectional dengan pengukuran terhadap public health warning kemasan bungkus rokok.

3.3 Instrumen Penelitian

Studi ini akan menggunakan pengukuran berulang dengan alat eye-tracking dengan lokasi eye-gaze (pesan kesehatan – merek), tipe kemasan (dengan merek, tanpa merek dan kosong) dan keakraban dengan pesan kesehatan (akrab atau tidak akrab) dengan factor-faktor yang subyektif. Alat yang digunakan untuk uji perhatian audiens adalah eye-tracking (pelacak mata) tipe Tobii. Alat tersebut digunakan dengan cara mengukur gerakan cepat mata (saccades) yang terjadi pada saat melihat pesan kesehatan dan merek rokok pada tipe

Usia

Warning

Frekuensi merokok

Kepatuhan

Keinginan berhenti merokok

(17)

13

kemasan yang berbeda-beda. Uji coba akan dilakukan di Pusat Neuro Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (UHAMKA). Pengukuran variabel lainnya yang diperlukan akan menggunakan instrument kuesioner terstruktur.

3.4 Populasi dan Sampel

Dengan teknik total sampling, sejumlah 60 orang yang merupakan bagian dari Civitas akademika (Mahasiswa, Tenaga Kependidikan dan Cleaning Service). Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi : 1) laki-laki 2) perokok 3)dapat membaca 4) tidak buta warna 5) belum memiliki niat untuk berhenti merokok. Selain itu ditetapkan kriteria eksklusi antara lain 1) tidak datang saat pengumpulan data.

3.5 Analisis Data

Data eye-gaze, tipe kemasana, dan keakraban dengan pesan akan diolah dengan dengan uji ANOVA (Analysis of Variance) dengan alfa sebesar 5%.

3.6 Alur Penelitian

Tabel. Alur Penelitian Pelaksanaan

Penelitian

Rancangan Metode Penelitian Indikator

Tahun Pertama Eye tracking

kemasan peringatan bergambar pada kemasan rokok.

Melakukan

pengukuran eye tracking

berdasarkan

peringatan gambar terpilih.

Pengukuran eye tracking dilakukan terhadap responden.

Diperolehnya

pengaruh tentang peringatan

bergambar terhadap keinginan berhenti merokok orang dewasa dan aplikasi media untuk behenti merokok

(18)

BAB 4BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1 Biaya Penelitian

No Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan (Rp) 1 Honorarium ketua peneliti, anggota peneliti,

pengolah data, coordinator lapangan

Rp 2.000.000,-

2 Belanja bahan Rp 3.000.000,-

3 Belanja bahan non-opr Rp 5.000.000,-

4 Perjalanan Rp 1.000.000,-

Total Rp 11.000.000

4.2 Jadwal Penelitian

No Uraian Bulan ke

1 2 3 4 5 6

1 Persiapan a.Studi literatur

b. Perumusan masalah, tujuan, dan luaran

d. Pembuatan proposal e. Pembuatan instrumen f. Kaji Etik

g. Uji Validitas dan reliabilitas instrumen

h. fiksasi instrumen

i. Pelatihan tenaga pencacah 2 Pengumpulan data

3 Pengolahan data

4 Analisis dan Interpretasi Data 5 Penyusunan Laporan

(19)

15

BAB 5 Hasil Penelitian

5.1 Karakteristik responden

Gambaran karakteristik responden penelitian adalah sebagai berikut.

Tabel 5.1. Karakteristik Responden

No Karakteristik n %

1 Pekerjaan

Mahasiswa 31 51,2%

Tenaga pendidik 10 16,6%

Cleaning service 12 20%

Satpam 1 1,7%

2 Usia

19 -- 25 31 51,2%

26 -- 30 11 18,3%

>30 tahun 12 20%

Tabel I menunjukkan bahwa responden paling banyak terdiri dari mahasiswa (51,2%), berusia 19-25 tahun (51,2%).

5.2 Keinginan Berhenti Merokok

Tabel 5.2. Keinginan Berhenti Merokok Responden

n %

Keinginan Berhenti Merokok

Rendah 18 36%

Tinggi 32 64%

Alasan Berhenti Merokok

Kesehatan 32 64

Menabung 4 8

Keluarga tidak suka 3 6

Teman saya tidak suka 1 2

Tidak ada alasan 10 20

Perilaku Merokok

Tinggi 30 60%

Rendah 20 40%

Sikap

Negatif 23 46%

(20)

Positif 27 54%

Subjective Norm

Negatif 26 52%

Positif 24 48%

Keterpaparan media rokok

Tinggi 33 66%

Rendah 17 34%

Keterpaparan media anti-rokok

Rendah 28 56%

Tinggi 22 44%

Keinginan berhenti merokok responden sesunguhnya sudah sangat tinggi. Hasil analisis menunjukkan terdapat 32 (65%) responden memiliki tingkat keingianan berhinti merokok yang tinggi. Angka tersebut juga menunjukkan mayoritas responden telah memiliki keinginan berhenti merokok yang tinggi. Mayoritas responden memiliki alasan keinginan berhenti merokoknya dikarenakan untuk memperbaiki kesehatan dirinya yakni 32 responden (64%). Alasan lainnya yang dimiki responden adalah untuk menabung (4%), alsan keluarga (6%) dan terakhir alasan teman (2%). Namun demikian terdapat 10 responden (20%) tidak memiliki alasan untuk berhenti merokok. Hal tersebut yang memungkinnya masih terdapatnya keinginan yang rendah untuk berhenti merokok pada responden.

Mayoritas responden memiliki tingkat merokok yang berat yakni 30 responden atau 60%. Sebaliknya 20 responden (40%) dikategorikan dalam tingkat merokok yang rendah.

Mayoritas responden memiliki sikap merokok yang positif yakni 27 responden atau 54%.

Sebaliknya 23 responden (46%) memiliki sikap merokok yang negatif. Mayoritas responden memiliki subjective norm yang positif yakni 26 responden atau 52%. Sebaliknya 24 responden (48%) memiliki subjective norm merokok yang negatif. Mayoritas responden menyatakan banyak terpaparan iklan rokok dikesehariannya sebanyak 33 responden atau 66%. Sebaliknya hanya 17 responden (34%) yang menyatakan sedikit terpaparan iklan rokok.

Mayoritas responden memiliki sedikit terpaparan pesan anti rokok 28 responden atau 56%.

Sebaliknya terdapat 22 responden (48%) yang lebih banyak sedikit terpaparan pesan anti rokok.

(21)

17

Variabel

Keinginan Berhenti

Merokok Total

Nilai p 95% C(min-maks) Rendah

n (%)

Tinggi n (%)

Perilaku Merokok 0,904

Setiap hari 11(36,7%) 19(63,3%) 30(100%)

Tidak setiap hari 7(35%) 13(65%) 20(100%)

Total 18(36%) 32(64%) 50(100%)

Sikap

Negatif 7(30,4%) 16(69,6%) 23(100%) 0,706

Positif 11(40,7%) 16(59,3%) 27(100%)

Total 18(36%) 32(64%) 50(100%)

Subjective norms 0,706

Negatif 10 (38,5%) 16(61,5%) 26(100%)

Positif 8 (33,3%) 16 (66,7%) 24(100%)

Total 18(26,7%) 32(64%) 50(100%)

Hasil uji bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor tingkat merokok dengan keinginan berhenti merokok dengan nilai p 0,904 (>0,05). Dengan kata tingkat merokok responden tidak berhubungan dengan keingingan berhenti merokok responden.

Hasil lebih lanjut memperlihatkan keinginan berhenti merokok yang tingi banyak terdapat pada responden yang memiliki tingkat merokok berat (19 responden) dibandingkan responden dengan tingkat merokok rendah (13responden). Hasil uji bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor sikap responden dengan keinginan berhenti merokok dengan nilai p 0,706 (>0,05). Dengan kata lain sikap merokok tidak tidak berhubungan dengan keinginan berhenti merokok Hasil lebih lanjut memperlihatkan keinginan berhenti merokok sama besarnya antara responden yang memiliki sikap positif ataupun yang memiliki sikap negatif (16 responden).

Hasil uji bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor subjective norm dengan keinginan berhenti merokok dengan nilai p 0,706 (>0,05). Dengan kata lain subjective norm tidak tidak berhubungan dengan keinginan berhenti merokok. Hasil lebih lanjut memperlihatkan keinginan berhenti merokok sama besarnya antara responden yang memiliki subjective norm positif ataupun yang memiliki sikap negatif (16 responden). Hasil uji bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor paparan pesan antirokok dengan keinginan berhenti merokok dengan nilai p 0,083 (>0,05). Dengan kata lain paparan pesan

(22)

anti rokok tidak tidak berhubungan dengan keinginan berhenti merokok Hasil lebih lanjut memperlihatkan keinginan berhenti merokok lebih banyak terdapat pada kelompok responden yang banyak terpaparan pesan anti rokok yakni 17 responden.

Hasil uji bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor paparan iklan rokok dengan keinginan berhenti merokok dengan nilai p 0,073 (>0,05). Dengan kata lain paparan iklan rokok tidak berhubungan dengan keinginan berhenti merokok. Hasil lebih lanjut memperlihatkan keinginan berhenti merokok mayoritas terdapat pada kelompok responden yang banyak terpaparan iklan rokok yakni 24 responden.

5.3 Gambaran eye tracking dan keinginan berhenti merokok 5.3.1 Gazeplot tingkat individual

Area of Interest dan heatmap untuk gambar perilaku merokok pada LA Light.

Perilaku

Area of Interest Perilaku merokok di bungkus LA Light

Gambar 1. Area of Interest (a) dan Heat map PHW perilaku LA Light

(23)

19

Area of Interest Perilaku 2

Gambar 2. Area of Interest dan Heatmap Gambar Perilaku Pada Bungkus Gudang Garam

Meskipun tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dan norma subyektif, tetapi dengan analisis pelacak mata ditemukan bahwa untuk gambar bot pencegahan yang efektif dan teks harus jera. Meskipun belum terbukti secara signifikan terkait dengan keinginan untuk berhenti merokok, PHW telah terbukti menjadi fokus responden.

(24)

BAB 6 Luaran yang Dicapai

Luaran yang dicapai berisi Identitas luaran penelitian yang dicapai oleh peneliti sesuai dengan skema penelitian yang dipilih.

Jurnal

IDENTITAS JURNAL

1 Nama Jurnal 2 Website Jurnal 3 Status Makalah 4 Jenis Jurnal 4 Tanggal Submit

5 Bukti Screenshot submit Pemakalah di seminar

IDENTITAS SEMINAR

1 Nama Jurnal The 4th International Symposium on Health Research & National Congress of Indonesian Public Health Association

2 Website Jurnal http://www.litbang.kemkes.go.id 3 Status Makalah Presentasi Poster

4 Jenis Prosiding Prosiding Internasional 4 Tanggal Submit 3 September 2019 5 Bukti Screenshot submit

Pemakalah di seminar

(25)

21

IDENTITAS HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

1 Nama Karya -

2 Jenis HKI -

3 Status HKI -

4 No Pendaftaran -

DAFTAR PUSTAKA

Davis, R. M., Gilpin, E. A., Loken, B., Ph, D., & Viswanath, K. (2008). The Role of the Media in Promoting and Reducing Tobacco Use.

Glanz, K. (2015). Health Behavior: Theory Research and Practice (5th ed.). San Fransisco:

Wiley.

Hidayati, Sri Nur., dan Mangoenprasodjo, A. S. (2005). Hidup Sehat tanpa Rokok.

Yogyakarta: Pradipta Publishing.

Maynard, O. M., Attwood, A., O’Brien, L., Brooks, S., Hedge, C., Leonards, U., & Munafò, M. R. (2014). Avoidance of cigarette pack health warnings among regular cigarette smokers. Drug and Alcohol Dependence, 136(1), 170–174.

https://doi.org/10.1016/j.drugalcdep.2014.01.001

Maynard, O. M., Brooks, J. C. W., Munafò, M. R., & Leonards, U. (2017). Neural mechanisms underlying visual attention to health warnings on branded and plain cigarette packs. Addiction, 112(4), 662–672. https://doi.org/10.1111/add.13699

Moodie, C., Hastings, G., Thomas, J., Stead, M., Angus, K., & Bauld, L. (2012). Plain Tobacco Packaging: A Systematic Review. Institute of Education, University of London,

1–116. Retrieved from http://www.smoke-free.ca/plain-

packaging/documents/2012/UKconsultation/PHRC_006_Protocol.pdf%5Cnpapers3://pu blication/uuid/2ED67677-594B-47B4-B97E-6B195E8CC3A8

Sandra, C. (2016). Effectiveness Analysis of the Pictorial Health Warning Policy on Cigarette Packs in Lowering the Smoking Behaviour Students of Smk in Jember District, 05(04), 163–167.

Strasser, A. A., Tang, K. Z., Romer, D., Jepson, C., & Cappella, J. N. (2012). Graphic warning labels in cigarette advertisements: Recall and viewing patterns. American

Journal of Preventive Medicine, 43(1), 41–47.

https://doi.org/10.1016/j.amepre.2012.02.026

Wakefield, M., Morley, C., Horan, J. K., & Cummings, K. M. (2002). The cigarette pack as image: new evidence from tobacco industry documents. Tobacco Control, 11(Supplement 1), i73–i80. https://doi.org/10.1136/tc.11.suppl_1.i73

WHO. (2014). Global Youth Tobacco Survey ( GYTS ) Indonesia Report , 2014. (Mahatma Gandhi Marg, Ed.). New Delhi: WHO House Indrapasta Estate.

WHO. (2017). WHO report on the global tobacco epidemic, 2017 Country Profile Indonesia.

World Health Organization. The WHO Framework Convention on Tobacco Control: an

overview (2015). Retrieved from

http://www.who.int/fctc/WHO_FCTC_summary_January2015_EN.pdf?ua=1

(26)

Lampiran 1. Abstrak untuk Konferensi Internasional

Pictorial Health Warning and Intention to Quit Smoking on Smokers in UHAMKA Campus A, Jakarta: Eye-Tracker Study

Sarah Handayani1; Elia Nur A’yunin1

1. Public Health Study Program, Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA (UHAMKA)

Background;

Eye-tracking is widely used to measure the attention of the target audience in viewing media. This tool is also widely used to measure how effective pictorial packaging policy is on cigarette packaging. Research on eye-tracking among them found that active smokers avoid the health warnings of cigarette packages, and this still occurs even without the presence of prominent imaging information.

Objective;

This study aims to evaluate the reactions and perceptions of adults to pictorial warning labels by measuring eye-tracking devices and knowing their relationship to smoking cessation.

Method;

The study used a cross-sectional design with measurements of public health warning packs on cigarette packs by eye-tracker tools type tobii. Data collection conducted on July 2019. With a non-random sampling technique, a total of 50 respondents were from civitas academic from Campus A UHAMKA. Samples were selected based on inclusion criteria: 1) men 2) smokers 3) not having color blind 4) do not have the intention to stop smoking during three months before study.

Results;

The number also shows that the majority of respondents already have a high intention to quit smoking. The majority of respondents have a reason to want to quit because to improve their health, 32 respondents (64%). Other reasons given by respondents were for saving (4%), family (6%) and friends (2%). However, there were ten respondents (20%) have no reason to quit smoking. That might represent the respondent with a low intention to quit smoking. Bivariate test results showed no significant relationship between respondents' attitude factors with the intention to quit smoking with a p-value of 0.706 (> 0.05), and there is no significance relationship between subjective norms with the intention to stop smoking with a p-value of 0.706 (> 0.05). The heat maps of PHW, the numbers of fixation on the images were typically high. Mostly the respondents were reading the PHW rather than text.

Conclusion;

Although there is no significant association between attitude and subjective norm, but with eye-tracker analysis found that for effective prevention bot pictures and the text should be deterrent.

Recommendation;

Although it has not been proven to be significantly related to the desire to stop smoking, PHW has proven to have been the focus of respondents. Need further research on the shape and size of PHW.

Keywords: eye tracker study, UHAMKA, pictorial health warning (PHW)

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Swt, Tuhan yang maha kuasa karena telah memberikan rahmat dan karunianya dan atas ridha nya saya dapat menyelesaikan