• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN - SIMAKIP

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN - SIMAKIP"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan desain cross sectional, data yang digunakan dikumpulkan secara retrospektif dari rekam medis pasien dengan diagnosis primer gagal jantung yang dirawat di RSUD Wates tahun 2018. Istilah gagal jantung kongestif sering digunakan bila terjadi kegagalan, sisi kiri dan kanan jantung (Kasron 2012). Di Indonesia usia penderita gagal jantung relatif lebih muda dibandingkan Eropa dan Amerika, disertai dengan gambaran klinis yang lebih berat (PERKI 2015).

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kejadian DRP pada pasien gagal jantung rawat inap di RSUD Yogyakarta. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan faktor risiko yang mempengaruhi kejadian DRP pada pasien gagal jantung di RSUD Yogyakarta. Berdasarkan laporan banyaknya pasien gagal jantung, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang DRP dan faktor risiko yang mempengaruhi DRP pada pasien gagal jantung di rumah sakit di Yogyakarta.

KAJIAN PUSTAKA

Roadmap Penelitian

METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian

  • Desain Penelitian
  • Populasi dan Sampel 1. Populasi
    • Sampel
  • Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria Inklusi
  • Definisi Operasional
  • Cara Pengumpulan Data
  • Analisis Statistik
  • Diagram Alir Penelitian

Data yang dikumpulkan adalah data yang sesuai dengan kriteria sampel meliputi: nomor rekam medis, tanggal kunjungan, usia, jenis kelamin, diagnosis, obat yang diberikan (nama generik, nama dagang, bentuk sediaan) dosis obat, lama penggunaan, cara pemberian, waktu penilaian administrasi, komorbiditas dan DRP berdasarkan Klasifikasi PCNE V8.0 2017. Domain penyebab masalah kode C, C3 dan C4 yang termasuk dalam klasifikasi PCNE digunakan dalam penelitian ini V8.0 tahun 2017. Semua data yang dikumpulkan dihitung dengan kuantitas dan persentase serta faktor risiko penyebab DRP dengan bantuan alat statistik menggunakan T-test dan Chi-Square.

Tabel 1. Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Sampel

Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas penderita gagal jantung adalah lansia atau ≥ 60 tahun dengan usia rata-rata. Pada tahun 2010, Journal of Cardiovascular Prevention & Control menyajikan data Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) di lima rumah sakit di Jawa dan Bali, dan pada tahun 2006 didapatkan bahwa rata-rata usia pasien gagal jantung di Indonesia adalah sekitar 60 tahun, yaitu sekitar 60 tahun. berarti lima tahun lebih muda. seperti usia rata-rata pasien gagal jantung di wilayah Asia-Pasifik Indonesia (Yuniadi et al. 2017). Risiko gagal jantung meningkat seiring bertambahnya usia karena berkurangnya fungsi ventrikel akibat penuaan (Kasron 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada Tabel 1, lama rawat inap pasien gagal jantung terbanyak yaitu ≥ 5 hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Djaya et al. 2012) rata-rata lama rawat inap pada semua pasien gagal jantung adalah 8 hari, sedangkan pada pasien gagal jantung NYHA III-IV adalah 9 hari. Obat untuk pengobatan gagal jantung kronis adalah diuretik, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors, Angiotensin Receptor Blockers, β Receptor Blockers dan terapi tambahan (spironolactone, kombinasi hydralazine-ISDN, digoxin) (Loscalzo 2013).

Penggunaan obat gagal jantung pada pasien rawat inap Obat yang paling banyak digunakan (Gambar 3) dan digunakan pada semua pasien adalah furosemide, diikuti oleh glikosida jantung dan antagonis aldosteron. Penggunaan obat lain pada pasien gagal jantung yang dirawat di rumah sakit Obat tambahan untuk pengobatan diagnosis sekunder yang digunakan pasien ditunjukkan pada Gambar 4, yaitu obat sistem pernapasan, obat saluran pencernaan dan metabolisme, obat saluran pencernaan dan metabolisme Darah dan organ pembentuk darah, sistem muskuloskeletal, sistem saraf, anti infeksi untuk penggunaan sistemik, sistem kardiovaskular, preparat hormon sistemik (terapi tiroid) (preparat hormon sistemik (terapi tiroid), dokter kulit (dokter kulit), dokter mata dan obat herbal. Pasien gagal jantung biasanya menderita penyakit lain. -morbiditas, mengakibatkan tambahan lebih banyak obat dalam terapi mereka (Mariam 2016).

Hal ini juga sejalan dengan penelitian Lupiyatama (2012) bahwa etiologi gagal jantung adalah penyakit arteri koroner yaitu adanya plak pada arteri koroner dan akan berlanjut menjadi Penyakit Jantung Iskemik. Komorbiditas lain yang paling banyak terjadi pada pasien gagal jantung adalah gangguan ginjal sebesar 6,7%.

Gambar 3. Penggunan Obat Gagal Jantung Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit  Obat yang paling banyak digunakan (Gambar 3) dan digunakan pada semua pasien  yaitu  Furosemid,  diikuti  oleh  Glikosida  jantung  dan  Antagonis  aldosteron
Gambar 3. Penggunan Obat Gagal Jantung Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Obat yang paling banyak digunakan (Gambar 3) dan digunakan pada semua pasien yaitu Furosemid, diikuti oleh Glikosida jantung dan Antagonis aldosteron

Gambaran DRP Pada Data Penelitian

  • Pemilihan dosis
  • Durasi Terapi

Domain pemilihan obat yang tidak tepat meliputi obat yang tidak tepat dan formularium yang tidak tepat, penggunaan obat yang kontra indikasi, tidak ada indikasi pemberian obat, kombinasi obat atau makanan yang tidak tepat, duplikasi kelompok terapeutik atau bahan aktif yang sama, tidak ada terapi walaupun ada indikasi. dan terlalu banyak obat yang diresepkan atas indikasi. DRP untuk kategori obat tidak sesuai, tidak sesuai dengan guidelines atau formularium pada penelitian ini yaitu pengobatan gagal jantung pada pasien hanya diberikan digoksin. Penggunaan obat kategori DRP yang dikontraindikasikan pada penelitian ini adalah obat yang tidak direkomendasikan oleh guidelines.

Kombinasi obat dapat menyebabkan hiperkalemia yang mengancam jiwa dan fatal, terutama bila kombinasi obat digunakan pada pasien dengan faktor risiko seperti gagal ginjal, diabetes, usia tua, gagal jantung berat atau memburuk, dehidrasi dan penggunaan bersamaan obat lain yang dapat menghambat sistem kekebalan renin-angiotensin-aldosteron atau meningkatkan kadar kalium serum (Drugs.com 2019). Selain itu, suplemen kalium oral harus dihindari pada pasien dengan gagal jantung kongestif berat jika kadar kalium serum di atas 3,5 meq/L (Drugs.com 2019). Kombinasi obat yang tidak sesuai kategori DRP yang ditemukan pada penelitian ini antara lain kombinasi Aspirin dan Clopidogrel serta Furosemide dan Digoxin.

Jika tidak dapat dihindari maka penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah memantau, menyesuaikan dosis, mengganti atau bahkan menghentikan penggunaan obat tersebut pada pasien (Drugs Interaction Fact 2013). Kategori DRP tidak memberikan terapi walaupun sudah ada indikasi yang jelas yaitu pada pasien dengan diagnosis asma bronkial tetapi tidak mendapatkan pengobatan untuk terapi ini. Candesartan diberikan sekali sehari dalam pedoman pengobatan gagal jantung, target dosis 32 mg per hari (PERKI 2015).

Pada terapi antibiotik diberikan pada pasien gagal jantung dengan pneumonia diberikan terapi Azitromisin (kelompok Makrolida). Gambaran yang berhubungan dengan terjadinya DRP pada pasien gagal jantung Terjadinya DRP pada pengobatan pasien gagal jantung dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya.

Tabel 4. Kejadian DRP Berdasarkan PCNE 2017
Tabel 4. Kejadian DRP Berdasarkan PCNE 2017

Karakteristik yang Berhubungan dengan Kejadian DRP Pada Pasien Gagal Jantung Kejadian DRP pada terapi pasien gagal jantung dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

Pada penelitian ini perbedaan usia pasien tidak mempengaruhi terjadinya DRP dengan p-value 0,717. Prevalensi DRP yang tinggi pada pasien usia lanjut disebabkan karena kelompok pasien ini lebih rentan mengalami penyakit penyerta serta gangguan kesehatan dan penurunan fungsi organ terkait usia (Rufaidah 2015). Perbedaan kejadian DRP disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain perbedaan metode penelitian dan alat yang digunakan untuk analisis.

Dengan bantuan alat statistik dan uji chi-square, kami memperoleh nilai p 0,581 untuk menentukan hubungan antara jenis kelamin dan kejadian DRP. Dari hasil statistik dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin pasien tidak berhubungan atau tidak mempengaruhi kejadian DRP pada pasien. Berdasarkan analisis korelasi uji t diperoleh hasil pada penelitian ini bahwa polifarmasi berhubungan dengan kejadian DRP.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lorensia (2016), penelitian ini menetapkan bahwa prevalensi polifarmasi pada pasien asma meningkatkan kejadian DRP untuk jenis obat yang dibutuhkan, artinya semakin banyak obat yang digunakan pasien, semakin besar risiko yang diderita pasien. adalah. Pada penelitian ini jumlah pasien gagal jantung dengan penyakit kardiovaskuler paling tinggi dibandingkan dengan kelompok penyakit lainnya. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Dasopang (2015), ditemukan bahwa jumlah obat mempengaruhi terjadinya interaksi obat yang salah satunya adalah kejadian DRP.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa lama rawat inap memiliki hubungan atau pengaruh terhadap kejadian DRP pada pasien. Pengujian statistik menggunakan T-test menunjukkan bahwa penyakit penyerta tidak berhubungan dengan kejadian DRP pada pasien.

Tabel 5. Gambaran Hubungan Karakteristik dan DRP pada Pasien Gagal Jantung  Faktor
Tabel 5. Gambaran Hubungan Karakteristik dan DRP pada Pasien Gagal Jantung Faktor

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Saran

LUARAN YANG DICAPAI Jurnal

IDENTITAS JURNAL

IDENTITAS SEMINAR

RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dari 87

Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa insiden masalah terkait pengobatan gagal jantung masih tinggi (lebih dari 50%). Hasil uji T menunjukkan bahwa karakteristik yang berhubungan dengan DRP adalah polifarmasi (p-value 0,007) dan lama rawat inap (p-value 0,001). Hal ini menunjukkan bahwa kejadian DRP berhubungan bermakna dengan pengobatan polifarmasi dan lama rawat inap pasien.

Rencana tindak lanjut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tidak hanya pada pasien gagal jantung tetapi juga pada penyakit kronis lainnya untuk menambah informasi data kejadian DRP di rumah sakit sehingga semakin banyak data kejadian DRP akan memberikan gambaran nyata untuk panduan lebih lanjut dengan berkaitan dengan pencegahan atau pengobatan pasien rawat inap dengan gagal jantung dan penyakit kronis lainnya. Kajian Drug Relationship Problems (DRPs) Kategori Interaksi Obat, Overdosis dan Dosis Subterapi pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di Rumah Sakit Umum Universitas Hasanuddin. IDENTIFIKASI POTENSIAL DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONgestif DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH INSTALASI DELANGGU TAHUN 2016.

Analisis penurunan biaya obat antihipertensi pada kombinasi ramipril-spironolakton dan valsartan pada pasien gagal jantung kongestif di RS Pemerintah XY Jakarta tahun 2014. Identifikasi drug related problems (DRP) pada pasien gagal jantung kongestif (CHF) di Akomodasi rumah sakit Prof. Identifikasi drug-related problem dan faktor-faktor terkait pada pasien gagal jantung rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Istimewa Yogyakarta.

Identification Drug Related Problems and Associated Factors of Hospitalized Heart Failure Patients in A General Hospital Yogyakarta

Masalah terkait obat (DRP) atau masalah terkait obat adalah peristiwa atau keadaan yang melibatkan terapi obat yang benar-benar atau berpotensi mengganggu hasil kesehatan yang diinginkan (Pharmaceutical Care Network Europe Foundation (PCNE), 2017). Masalah terkait obat di antara pasien rawat inap dengan gagal jantung tinggi, terutama untuk domain pemilihan obat. Tingginya kejadian gagal jantung di Yogyakarta tidak dibarengi dengan data ciri dan karakteristik penyakit penyerta serta penggunaan obat.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penyakit dan pengobatan pasien gagal jantung di Yogyakarta. Sampel penelitian adalah pasien berusia ≥ 18 tahun yang dirawat di rumah sakit dengan diagnosis gagal jantung. Gambaran Umum Kesimpulan penelitian ini adalah kejadian DRP pada pasien gagal jantung masih tinggi dan karakteristik pasien yang berhubungan dengan kejadian DRP adalah polifarmasi (p-value 0,007) dan lama rawat inap (p-value 0,001).

Gagal jantung merupakan masalah kesehatan progresif dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti: penyakit jantung koroner, gagal jantung atau gagal jantung, hipertensi dan stroke (Riskesdes 2013). Berdasarkan diagnosis dokter prevalensi gagal jantung di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,13% atau diperkirakan 229.696 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis atau gejala dokter sebesar 0,3% atau diperkirakan 530.068 orang (Riskesdes 2013).

Dengan desain cross sectional, data yang digunakan dikumpulkan secara retrospektif yaitu dengan mencatat data yang diperlukan untuk penelitian dari rekam medis pasien dengan diagnosis utama gagal jantung yang dirawat inap pada periode tahun 2018. Kriteria inklusi dalam penelitian adalah pasien yang berusia ≥ 18 tahun dan merupakan pasien rawat inap dengan diagnosis gagal jantung. Diurutan kedua komorbiditas terbanyak pada pasien gagal jantung adalah penurunan fungsi ginjal sebesar 6,422%.

Fungsi jantung yang tidak normal akibat otot jantung iskemik, hipertrofi ventrikel kiri, dikombinasikan dengan retensi air dan garam pada penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan gagal jantung (Fauci et al. 2008).

Table 1. Characteristics of the Study Population  Characteristics  N=87  Percentage (%)  Demography
Table 1. Characteristics of the Study Population Characteristics N=87 Percentage (%) Demography

Gambar

Gambar 1. Roadmap Penelitian
Tabel 1. Definisi Operasional
Gambar 2. Diagram Alir Prosedur Penelitian
Tabel 2. Karakteristik Pasien Gagal Jantung Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2018  Karakteristik  N=87  Persentase (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain dosis yang tidak sesuai dan interaksi dengan obat lain, penyakit penyerta juga dapat menjadi faktor terjadinya toksisitas pada obat metamizole.. Menurut sebuah