Telah dilakukan penelitian tentang evaluasi proses pembelajaran praktikum profil apoteker lulusan FFS UHAMKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran praktik akan mendukung pencapaian mutu lulusan program studi Farmasi Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA. Pemeringkatan dan analisis data berdasarkan klasifikasi dan penilaian kuantitatif dari masing-masing data, kemudian dinyatakan dengan prosentase dukungan terhadap profil lulusan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran praktik sampel memberikan dukungan untuk profil lulusan sebesar 82,8%, merinci profil Staf Teknis Farmasi sebesar 60%, Manajer sebesar 100%, Peneliti Pemula sebesar 100%, dan Wirausaha sebesar 71%. Kesimpulan pembelajaran praktek di Unit Teknologi Farmasi FFS UHAMKA memberikan dukungan terhadap profil lulusan sebesar 82,8%. Secara riil proses pembelajaran praktikum di laboratorium akan berdampak langsung pada keterampilan mahasiswa, sehingga keberhasilan pembelajaran praktikum di laboratorium berkaitan langsung dengan kompetensi lulusan dan harus sesuai dengan profil lulusan yang diinginkan seperti yang tercantum dalam kurikulum.
Penelitian ini dibatasi pada pelaksanaan pembelajaran praktikum dengan menganalisis bahan ajar yang tercantum dalam kurikulum semester (RPS) dalam kurikulum, kemudian mencocokkannya dengan pedoman praktikum dan berita acara praktikum (BAP). Permasalahan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sejauh mana pembelajaran praktikum laboratorium yang sesuai di FFS UHAMKA prodi Farmasi dengan learning outcome berupa profil lulusan S1 Farmasi FFS UHAMKA.
Tujuan Khusus Penelitian
Proses Pembelajaran
Sebagai suatu tubuh pengetahuan, sains atau ilmu pengetahuan alam terbentuk oleh hubungan timbal balik antara sikap dan proses ilmiah, penyelidikan fenomena alam dan produk ilmiah (Carin, 1997). Kisah sejarah di atas memberikan gambaran kepada kita betapa lama proses yang dilakukan oleh masing-masing tokoh untuk merumuskan suatu konsep, teori atau hukum yang kemudian diterima dan digunakan selama berabad-abad. Proses ini bukanlah proses yang berjalan satu kali, linier, tetapi proses yang terus menerus, bersiklus, didukung oleh sikap mental yang kuat untuk menemukan dan menghasilkan suatu bentuk pengetahuan yang berguna bagi masyarakat.
Sikap ilmiah, seperti peka atau kritis terhadap lingkungan, rasa ingin tahu, objektivitas, dan skeptisisme, mendorong seseorang untuk menemukan masalah dengan objek atau fenomena alam yang dihadapinya. Masalah ini menjadi dasar untuk melakukan proses ilmiah, yang terdiri dari proses pengamatan empiris dan penalaran logis. Pengamatan empiris adalah kegiatan mengamati atau menggunakan panca indera untuk merekam informasi yang terkandung dalam objek atau fenomena alam.
Informasi yang diperoleh melalui kegiatan observasi empiris inilah yang kemudian menjadi dasar kegiatan penalaran logis, yaitu kegiatan yang menggunakan akal atau akal untuk mengolah dan menginterpretasikan informasi tersebut sehingga menjadi suatu bentuk produk ilmiah berupa konsep, prinsip. , teori atau hukum (Subiantoro, 2015). . Unsur proses yang terdiri dari pengamatan empiris dan kegiatan penalaran logis merupakan bagian penting yang menghubungkan sikap dengan penyelidikan fenomena alam dalam rangka penciptaan produk ilmiah.
Praktikum sebagai Sarana Pembelajaran Keterampilan
Mengenali karakteristik objek atau faktor dalam gejala yang tetap atau berubah karena kondisi yang berbeda. Mengacu pada ketentuan tersebut, pelaksanaan praktikum di program studi harus sesuai dengan standar sedemikian rupa untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan dan kompetensi keahlian yang diinginkan. Pelaksanaan proses pembelajaran dapat berupa interaksi antara dosen dan mahasiswa dalam kegiatan laboratorium atau dalam lingkungan lain yang sesuai.
Proses pembelajaran di laboratorium berupa praktikum tetap harus mengacu pada RPS (Rencana Pembelajaran Semester). Setiap langkah yang terdapat dalam RPS harus dilakukan sesuai tahapannya, sehingga hasil belajar dinilai sesuai dengan tingkat pemahaman siswa dan sesuai dengan perkembangan penalaran ilmiahnya pada setiap langkah praktikum. Evaluasi kinerja pembelajaran setiap tahapan dapat dilakukan secara langsung, sehingga dalam pembelajaran praktik dapat diadakan ujian, ulangan, kuis atau bentuk penilaian lain yang sesuai yang berlangsung setiap saat.
Evaluasi program sangat diperlukan dalam rangka evaluasi praktikum karena evaluasi program praktikum merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengukur kelayakan suatu rancangan praktikum dan metode pelaksanaan rancangan tersebut. Kegiatan evaluasi digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, baik tujuan khusus maupun umum. Evaluasi program dapat digunakan untuk mengukur dampak program dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besarnya manfaat program, serta distribusi manfaat program yang dihasilkan (Susilaningsih 2012).
Manfaat evaluasi program adalah: (1) Memperbaiki cara-cara yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu program agar selalu konsisten dengan tujuan yang telah ditetapkan, (2) Meyakinkan tingkat keberhasilan program yang dapat dicapai, dan membantu dalam memilih program strategi yang paling tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, (3) Menentukan apakah pelaksanaan program dapat menjangkau masyarakat yang menjadi kelompok sasaran (penerima) program, (4) Mengukur apakah pelaksanaan program mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Integral: objek evaluasi terdiri dari komponen-komponen program praktikum secara keseluruhan, berdasarkan konteks lingkungan, masukan, proses dan hasil; Ekonomis: Penggunaan model ini membutuhkan biaya yang terjangkau, tidak membutuhkan banyak waktu, dan tidak membutuhkan banyak tenaga diluar praktisi; Dan.
Berdasarkan hasil survei terhadap model evaluasi program yang ada, terlihat bahwa program tersebut dirancang untuk mengevaluasi program pelatihan, program terkait kebijakan, dan program pembelajaran sosial. Untuk mencapai suatu model evaluasi yang sesuai untuk evaluasi praktikum yang akurat, valid dan reliabel bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, perlu dilakukan modifikasi model dan penyesuaian metode dari beberapa model evaluasi. Evaluasi yang dapat dilakukan antara lain mengevaluasi kesesuaian rencana, proses dan hasil yang diperoleh dari selesai magang.
Kerangka Berfikir (State of The Art)
- Tenaga Teknis Farmasi
- Manager bidang Farmasi
- Peneliti Pemula
- Enterpreneur
Komprehensif: Pokok evaluasi meliputi komponen-komponen program praktikum secara keseluruhan, mulai lingkungan, konteks, masukan, proses dan hasil. Bermanfaat: penggunaan model aplikatif untuk meningkatkan kinerja praktisi, meningkatkan kualitas praktikum, dan meningkatkan kompetensi mahasiswa sebagai tujuan program;
Proses Pengumpulan Data
Hasil akhir berupa persentase tingkat kesesuaian untuk setiap materi yang dinilai, dan persentase akhir merupakan persentase rata-rata dari keseluruhan materi.
Cara Analisis Data
Rubrik profil lulusan dibuat berdasarkan profil lulusan dalam kurikulum dengan tingkat kemampuan yang diinginkan. Jika tingkat kelas praktikum secara keseluruhan sesuai dengan angka persentase sebagai persentase dari profil lulusan, maka dianggap memiliki korelasi yang kuat.
Bagan Alir Penelitian
Pemilihan Mata Praktikum Sampel
Analisis Data 1. RPS Praktikum
- Kehadiran dalam Praktikum
- Analisis Penilaian
- Analisis Pembelajaran Praktikum
- Korelasional Praktikum dengan Profil Lulusan
Dalam penelitian ini, seluruh mata kuliah praktikum yang dijadikan sampel Prodi, dosen penunjang, asisten di laboratorium dan mahasiswa peserta praktikum dinilai dari 5 aspek tersebut. Dari tabel 6 terlihat bahwa skor penilaian keseluruhan untuk mata kuliah praktikum menunjukkan skor sangat baik yaitu 4,11 untuk skala skor maksimal 5,0. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas proses pembelajaran praktikum bidang Teknologi Farmasi di prodi Farmasi FFS UHAMKA sangat baik.
Hal ini menunjukkan bahwa magang yang dilakukan sangat bermanfaat, terutama untuk pekerjaan kefarmasian di dunia kerja nantinya. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa dan peserta magang di laboratorium menganggap prosedur praktis relatif tidak praktis. Jika dilihat dari proses dan peralatan, ada beberapa praktik di Farmasi, khususnya di bidang Teknologi Kefarmasian, yang relatif tidak praktis.
Realisasinya, instrumen yang digunakan dalam praktikum Farmasi disesuaikan dengan peralatan yang ada di lapangan kerja. Apotek UHAMKA tidak berhasil memenuhi seluruh instrumen, namun setidaknya melebihi batas kesesuaian minimal instrumen praktikum di program studi Farmasi. Hal ini membuktikan bahwa praktikum di Lekarna UHAMKA khususnya di bidang teknologi farmasi mencapai kualitas yang tinggi.
Berdasarkan isi RPS, semua sampel mata kuliah praktikum diberikan materi untuk menjadi tenaga teknis Farmasi. Untuk korelasi dengan profil lulusan ketiga, yaitu Peneliti Pemula, semua pembelajaran praktis menawarkan dukungan 100%. Seluruh materi praktikum dilaksanakan sesuai prinsip metode ilmiah ini, sehingga dapat dipastikan pembelajaran praktikum di Apteek UHAMKA telah memberikan kontribusi terhadap profil lulusan sebagai peneliti pemula.
Dalam hal profil keempat yaitu sebagai wirausaha yang mampu mengembangkan diri dan mampu menjadi wirausaha di bidang farmasi, sebagian besar pembelajaran praktik juga mendukung tercapainya kemandirian setiap mahasiswa dalam merancang produk farmasi. Hal ini terjadi karena 2 mata kuliah praktikum tidak sepenuhnya terkait dengan kemandirian wirausaha yaitu mata kuliah Fisika Farmasi dan praktikum Biofarmasi. Dengan diperolehnya data tersebut dapat digambarkan secara keseluruhan bahwa praktikum di unit teknologi farmasi FFS UHAMKA memberikan dukungan terhadap 4 profil lulusan dengan skor kesesuaian untuk staf teknis farmasi 60%, untuk manajer 100%, untuk pemula. Peneliti 100% dan pengusaha 71%.
Kesimpulan
Saran