• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM 2 “PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN KRIM”

N/A
N/A
ami andari

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM 2 “PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN KRIM”"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM 2

“PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN KRIM”

Mata Kuliah Praktikum FTS Semi solid Dan Liquid

Kelompok Praktikum ( Kelas Alih Jenjang Semester 5 ) 1. Ami andari (NIM. 01022151) 2. Desi Ratna Sari (NIM. 01022163) 3. Erliyana Widyasari (NIM. 01022167) 4. Narti Dewi Solihat (NIM. 01022194) 5. Nurul Izza Fersilia (NIM. 01022202) 6. Okeu Nur Cahyawaty (NIM. 01022204)

UNIVERSITAS YPIB PROGRAM STUDI FARMASI

JL. PERJUANGAN, KARYAMULYA, KEC. KESAMBI KOTA CIREBON

(2)

2023

LAPORAN PRAKTIKUM 2

PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN KRIM

A. TUJUAN

Dapat memformulasikan sediaan krim dan melakukan evaluasi kualitas sediaan krim yang dihasilkan

B. DASAR TEORI

Krim ialah salah satu sediaan emulsi separuh padat dengan isi air tidak kurang dari 60%

dan dimaksudkan untuk pemakaian luar ataupun topikal. Sediaan topikal dengan wujud krim lebih disukai sebab banyak keuntungannya, antara lain ialah: mudah dalam pembuatan, mudah dalam pemakaian, mudah dicuci, wujudnya menarik dan memunculkan rasa aman untuk pengguna. Ada dua tipe krim, yaitu :

1. Tipe minyak dalam air (M/A)

Tipe krim M/A merupakan krim yang fase luarnya air, jadi mudah dicuci dengan air atau tidak lengket atau meninggalkan noda pada pakaian. Contoh: vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.

2. Tipe air dalam minyak (A/M)

Tipe krim A/M merupakan krim dengan fase luarnya minyak, tidak mudah dicuci dengan meninggalkan noda atau lengket pada pakaian serta tidak mudah mengering.

Contoh : cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.

Syarat- syarat krim yang baik ialah stabil; lunak serta homogen; mudah digunakan; sesuai dengan zat aktif; bahan obat dapat terbagi halus serta terdistribusi menyeluruh dalam dasar krim.

Proses terjadinya krim bisa terjalin lewat reaksi safonifikasi (penyabunan) serta emulsifikasi.

Reaksi penyabunan terdiri dari suatu basa serta asam lemak. Sebaliknya reaksi emulsifikasi terdiri dari gabungan surfaktan yang membentuk emulsi bersumber pada Hydrophilic- Lipophylic Balance (HLB) perlu dari minyak. Dalam pembuatan krim berlaku pula peraturan- peraturan untuk membuat salep dimana bahan-bahan yang larut dalam fase minyak dilarutkan dalam minyak serta dipanaskan pada temperatur 70o- 80oC di atas tangas air. Untuk bahan- bahan yang dapat larut air dilarutkan dalam fase air setelah itu dipanaskan pada temperatur 70o - 80oC di atas tangas air. Setelah itu diaduk hingga terbentuk krim. Apabila terdapat bahan- bahan yang

(3)

tidak tahan terhadap pemanasan hingga bahan tersebut ditambahkan langsung pada masa krim yang sudah jadi. Formula sediaan krim, antara lain:

1. Zat berkhasiat

Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat menentukan cara pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat.

2. Fase minyak

Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak. Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.

3. Fase air

Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air. Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/TEA, NaOH, KOH, Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil alkohol, polisorbatum/Tween, Span dan sebagainya).

4. Pengemulsi

Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikendaki.

Sebagai bahan pengemulsi krim, umumnya berupa surfaktan. Selain itu, dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, setasiun, setilalkohol, stearilalkohol, golongan sorbitan, polisorbat, PEG, dan sabun.

5. Zat tambahan

Zat tambahan yang digunakan adalah:

a. Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Bahan pengawet yang sering digunakan umumnya adalah metilparaben (nipagin) 0,12 – 0,18% dan propilparaben (nipasol) 0,02 – 0,05%.

b. Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan. Contoh : dapar fosfat.

c. Pelembab atau humectan, untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit menyebabkan jaringan menjadi lunak, mengembang, dan tidak berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh : gliserol, PEG, sorbitol.

d. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh. Contoh : tokoferol, alkil galla, BHT, dan Na sulfit.

Setelah pembuatan krim, langkah selanjutnya yaitu evaluasi fisik sediaan mencakup : a. Pemeriksaan organoleptis

Meliputi pemeriksaan konsistensi, bau dan warna yang dilakukan secara visual.

b. Pemeriksaan pH Sediaan

Sediaan ditimbang sebanyak 0,5 gram dan dilarutkan dalam 5 ml aquadest. Penentuan nilai pH dilakukan pada suhu 270C menggunakan pH meter.

c. Pemeriksaan Homogenitas

(4)

Hasil sediaan diuji homogenitasnya dengan cara meletakkan sediaan diantara 2 gelas objek.

d. Pemeriksaan Daya Sebar

Sediaan diletakkan diantara 2 kaca arloji yang diberikan beban dengan waktu tertentu dan dihitung diameter penyeberannya

e. Pemeriksaan Daya Lekat

Sediaan diletakkan diantara 2 gelas objek yang diberikan beban dengan waktu tertentu dan dihitung waktu yang dibutuhkan agar kedua gelas objek tersebut terlepas

f. Pemeriksaan Tipe Krim

Pengujian ini dengan melarutkan sediaan krim dengan metilen red pada kaca arloji, jika tersebar merata maka tipe krim tersebut adalah m/a, sedengkan jika tidak merata maka tipe krim tersebut adalah a/m.

Uraian Bahan

1) Hidrokortison Asetat

Nama Resmi : Hydrocortisone Acetate Rumus Kimia : C23H32O6

Pemerian : Serbuk hablur putih sampai praktis putih; tidak berbau. Melebur pada suhu lebih kurang 215° disertai penguraian

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air dan eter; agak sukar larut dalam aseton dan etanol; sukar larut dalam kloroform

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Khasiat & penggunaan : Adrenoglukokortikoidum 2) Asam Stearat

Nama resmi : Acidum stearicum Rumus Kimia : C18H36O2

Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukan susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin

(5)

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P

Suhu lebur : Tidak kurang dari 54°

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Khasiat & penggunaan : Zat tambahan

3) Cera Alba

Pemerian : Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis; bau khas lemah dan bebas bau tengik

Kelarutan : Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol dingin. Larut sempurna dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan minyak atsiri. Sebagian larut dalam benzen dingin dan dalam karbon disulfida dingin. Pada suhu lebih kurang 30° larut sempurna dalam benzen, dan dalam karbon disulfida

Suhu lebur : Antara 62° dan 65°

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Khasiat & penggunaan : zat tambahan

4) Vaselin Putih

Nama Resmi : White Vaseline

Pemerian : Putih atau kekuningan pucat, massa berminyak transparan dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada suhu 0º

Kelarutan : Tidak larut dalam air; sukar larut dalam etanol dingin atau panas dan dalam etanol mutlak dingin; mudah larut dalam benzen, dalam karbon disulfida, dalam kloroform; larut dalam heksana, dan dalam sebagian besar minyak lemak dan minyak atsiri

Suhu lebur : Antara 38° sampai 56°

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Khasiat & penggunaan : zat tambahan

5) Trietanolamin

Nama Resmi : Triaethanolaminum Rumus Kimia : C6H15NO3

(6)

Pemerian : cairan kental; tidak berwarna hingga kuning pucat; bau lemah mirip amoniak; higroskopik

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya Khasiat & penggunaan : zat tambahan

6) Propilen Glikol

Nama Resmi : Propylene Glycol Rumus Kimia : C3H8O2

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau; menyerap air pada udara lembab

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial;

tidak dapat bercampur dengan minyak lemak Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat & Penggunaan : zat tambahan; pelarut 7) Aquadest

Nama Resmi : Aqua Destillata Rumus Kimia : H2O

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

C. FORMULASI

R/ Hidrocortison asetat 1%

Basis cream qs

(7)

m.f. cream 25 S u e

Pro : Nabil (15 TH) Catatan :

Basis cream yang digunakan Vanishing cream (tipe m/a):

R/ Asam stearat 15 Cera alba 2 Vaselin Alb. 8 Trietanolamin 1,5 Propilenglikol 8 Aquadest ad 100 Perhitungan

1. Hidrocortison 1% : 1g

100 x 25 gram = 0,25 gram 2. Basis : 25 gram – 0,25 gram = 24,75 gram Basis cream

1. Asam Stearat : 15g

100 x 24,75 gram = 3,7125 gram 2. Cera alba : 2g

100 x 24,75 gram = 0,495 gram 3. Vaselin alba : 8g

100 x 24,75 gram = 1,98 gram 4. Trietanolamin : 1,5g

100 x 24,75 gram = 0,37125 gram 5. Propilenglikol : 8g

100 x 24,75 gram = 1,98 gram

6. Aquadest : 24,75 gram – 8,53875 = 16,21125 gram / 16,21125 mL Cara Kerja

a. Siapkan alat dan bahan, kemudian timbang seluruh bahan yang diperlukan

b. Masukkan asam stearat, cera alba, dan vaselin ke dalam cawan, lalu panaskan (W1) c. Masukkan TEA, PPG, dan aquadest lalu panaskan (W2)

d. Campurkan fase air (W2) ke dalam fase minyak (W1), lalu aduk kuat hingga terbentuk masa krim yang homogen

e. Lakukan evaluasi krim, setelah itu tuang krim ke dalam pot, kemas dan beri etiket biru

D. HASIL PENGAMATAN

1. Uji organoleptis

(8)

Dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau, dan tekstur sediaan salep. Sediaan sebaiknya berbentuk setengah padat, berwarna kekuningan, berbau khas, dan bertekstur halus.

Bentuk/tekstur Krim halus, setengah padat

Warna Putih bersih

Bau Bau tengik

2. Uji Homogenitas

Dilakukan dengan menggunakan kaca objek, yaitu dengan cara mengambil sediaan salep secukupnya, taruh di kaca objek, lalu tutup dengan kaca objek yang lainnya sambil sedikit di tekan, dan amati. Sediaan dikatakan homogen bila tidak terdapat granul/butiran yang kasar.

Hasil Homogen

3. Uji pH

Kertas pH dimasukkan ke dalam campuran antara sediaan dan air (1:10), misalkan sediaan 0,5 g, maka airnya adalah 5 ml, lalu tunggu beberapa saat. Amati kertas pH dan bandingkan dengan indikator pH. (Pengujian pH dilakukan untuk melihat pH salep apakah berada pada rentang pH normal kulit yaitu 4,5 – 7. Jika pH terlalu basa dapat mengakibatkan kulit kering, sedangkan jika pH kulit terlalu asam dapat memicu terjadinya iritasi kulit.

Hasil pH 6

4. Uji Daya Sebar

 Timbang 0,5 gram salep, letakkan ditengah alat (kaca bulat)

 Timbang dahulu kaca penutup, letakkan kaca tersebut diatas massa salep dan biarkan selama 1 menit

 Ukur diameter salep yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata dari beberapa sisi)

 Tambahkan 50 gram beban tambahan, diamkan selama 1 menit dan catatlah diameter salep yang menyebar seperti sebelumnya

 Teruskan penambahan 50 gram beban seperti di atas dengan beban 250 gram.

Beban Diameter rata-rata

Tanpa beban 2,45 cm

50 gram 2,75 cm

250 gram 2,8 cm

5. Uji Daya Lekat

 Sediaan ditimbang 0,5 gram

 Letakkan pada objek gelas

 Letakkan objek gelas yang lain di atas salep tersebut, tekanlah dengan beban 1 kg selama 1 menit

 Setelah 1 menit turunkan bebannya

 Lepaskan beban seberat 80 gram dan catat waktunya hingga kedua objek glass tersebut terlepas

(9)

Hasil 2,51 detik 6. Uji Tipe Krim

 Ambil sedikit sediaan, lalu letakkan di gelas arloji

 Tambahkan 2-3 tetes metilen red

 Campur sediaan dan amati hasilnya

Hasil Tipe m/a

E. PEMBAHASAN

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Ada 2 tipe krim, yaitu minyak dalam air (m/a) dan air dalam minyak (m/a). Pembuatan krim dalam praktikum kali ini menggunakan tipe minyak dalam air yang mempunyai kelebihan yaitu mudah dalam pembuatan, mudah dalam pemakaian, mudah dicuci, wujudnya menarik dan memunculkan rasa aman untuk pengguna.

Dalam pembuatan krim ini, fase minyak (asam stearat, cera alba dan vaselin) dan fase air (TEA, PPG dan aquadest) dileburkan kemudian dicampurkan dengan cara penggerusan, setelah itu ditambahkan zat aktif yaitu hidrocortisone acetate. Setelah sediaan dibuat sesuai formula, kemudian dilakukan evaluasi yang mencakup evaluasi organoleptis, uji homogenitas, uji pH, daya sebar, uji daya lekat, dan uji tipe krim.

Pada pengujian organoleptis, yaitu menguji sediaan dari warna, bentuk dan baunya. Dilihat dari warna, sediaan krim memiliki warna putih, memiliki bau khas tengik, dan bentuk setengah padat yang halus.

Pada pengujian homogenitas, sediaan diletakkan diantara 2 gelas objek, kemudian diperhatikan kehomohenannya. Pada hasil pengamatan sediaan diperoleh bahwa sediaan krim yang dibuat sudah homogen, tidak terlihat adanya partikel-partikel kasar yang menandakan sediaan tersebut memiliki homogenitas yang baik.

Pada pengujian pH, kertas pH dimasukkan ke dalam campuran antara sediaan dan air (1:10), misalkan sediaan 0,5 g, maka airnya adalah 5 ml, lalu tunggu beberapa saat. Amati kertas pH dan bandingkan dengan indikator pH. Didapat nilai pH 6, dimana masih masuk kedalah kisaran pH normal kulit yaitu 4,5-7.

Pada pengujian daya sebar, sediaan diletakan diatas kaca arloji, lalu tutup dengan kaca arloji yang lain dan diamkan selama 1 menit, ukur diameter penyebarannya. Lakukan hal yang sama namun dengan beban seberat 50 gram dan 250 gram. Hasil uji daya sebar menunjukkan penyebaran salep tanpa beban yaitu 2,45 cm, dengan beban 50 gram yaitu 2,75 cm dan dengan beban 250 gram yaitu 2,8 cm. Persyaratan daya sebar untuk sediaan topikal yaitu sekitas 5-7 cm, maka berdasarkan hasil uji daya sebar pada sediaan dapat dikatakan bahwa sediaan belum memenuhi syarat daya sebar yang baik. Semakin besar penyebaran suatu krim dengan kulit, maka akan semakin besar kontak antara zat aktif krim dengan kulit maka obat akan mudah diabsobsi.

(10)

Pada pengujian daya lekat, sediaan diletakaan diantara 2 objek gelas, lalu ditaruh beban seberat 500 g dalam waktu 1 menit, kemudian diganti dengan beban seberat 80 g dalam waktu 1 menit. Setelah itu dihitung waktu yang dibutuhkan agar salah satu objek gelas tersebut terlepas dengan stopwatch. Hasil yang didapatkan yaitu 2,51 detik. Adapun syarat waktu daya lekat yang baik adalah tidak kurang dari 4 detik. Berdasarkan hasil uji yang dilakukan sediaan ini belum memenuhi syarat daya lekat. Krim dikatakan baik jika daya lekatnya terhadap kulit besar karena obat tidak mudah lepas sehingga dapat menghasilkan efek yang diinginkan.

Pada pengujian tipe krim, sedikit sediaan diambil dan diletakkan pada kaca objek/kaca arloji. Lalu teteskan pewarna metilen red (1-2 tetes). Lalu aduk dengan batang pengaduk dan amati. Jika metilen red tersebar merata maka krim tersebut merupakan tipe m/a, sebaliknya jika tidak tersebar merata maka termasuk tipe krim a/m. Hasil yang didapatkan adalah krim tersebut tersebar merata sehingga termasuk kedalam tipe krim minyak dalam air (m/a).

F. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

2. Pada pengujian organoleptis, sediaan krim memiliki warna putih, memiliki bau khas tengik, dan bentuk setengah padat yang halus.

3. Pada pengujian pH didapatkan hasil krim tersebut memiliki nilai pH 6, sehingga diharapkan tidak mengiritasi kulit

4. Pada pengujian daya sebar, krim tersebut memiliki daya sebar yaitu 2,45; 2,75; dan 2,8 sehingga belum memenuhi persyaratan daya sebar yang baik

5. Pada pengujian daya lekat, krim tersebut memiliki daya lekat dengan waktu 2,51 detik, dan belum memenuhi syarat waktu daya lekat yang baik

6. Pada uji tipe krim didapat hasil bahwa krim tersebut memiliki tipe krim m/a

G. DAFTAR PUSTAKA

Amaliah, A.D. dan Pratiwi, R. 2017. Review Artikel: Studi Formulasi dan Evaluasi Fisik Sediaan Krim Antiskabies dari Minyak Mimba (Azadirachta Indica A.Juss).

Farmaka. 15 (2): 73 – 75.

Dirjen POM. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Ulaen, Selfie P.J., Banne, Yos Suatan & Ririn A,. 2012. Pembuatan Salep Anti Jerawat dari Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Jurnal Ilmiah Farmasi. 3(2): 45-49.

(11)

LAMPIRAN

(12)

Referensi

Dokumen terkait

รูปแบบการเรียนตระหนักรู้ตนเองด้านความรับผิดชอบของเด็กด้อยโอกาส โดยใช้กระบวนการวิจัยเชิงปฏิบัติการแบบมีส่วนร่วมของ โรงเรียนราชประชานุเคราะห์ 50 จังหวัดขอนแก่น* A MODEL OF LEARNING

Kurva Cadsvs t untuk penentuan waktu kontak optimum Berdasarkan kurva Cads terhadap t untuk penentuan waktu kontak optimum, dapat dilihat bahwa lamanya waktu kontak pada proses