• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI DAN LISTRIK PERTANIAN KELOMPOK 2 TPB A

N/A
N/A
Permata

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI DAN LISTRIK PERTANIAN KELOMPOK 2 TPB A"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI DAN LISTRIK PERTANIAN

OLEH:

KELOMPOK 2 TPB A

PRAKTIKUM ENERGI DAN LITRIK PERTANIAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2023

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBUATAN BIOGAS

LAPORAN OLEH:

KELOMPOK 2

Faomasi Nduru 200308004

Helpin Zanvanes Wau 200308006

Muhammad Farhan 200308012

Anggi Indri Kokoina Sihombing 200308030

Anis Dwi Silviandari 200308031

Cindy Siburian 200308034

Diaz Ananda Putra Nasution 200308035 Elizabeth Bintang Paulaean 200308036

Galuh Permat Sari 200308038

Iin Yolanda Cibro 200308040

Rakha Jabran Ochisa 200308076

TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM A

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Komponen Penilaian di Mata Kuliah Praktikum Energi dan listrik Pertanian Program Studi Teknik

Pertanian dan Biosistem Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh:

Dosen Penanggung Jawab

(Sulastri Panggabean STP., MSi) NIP. 198504172019032009

PRAKTIKUM ENERGI DAN LITRIK PERTANIAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2023

(3)

i DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Biogas ... 3

Kotoran sapi ... 3

Effective Microorganisme (EM-4) ... 4

Pembentukan Biogas ... 4

METODOLOGI PRAKTIKUM ... 8

Waktu dan Tempat ... 8

Alat dan Bahan ... 8

Prosedur Praktikum ... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10

KESIMPULAN DAN SARAN ... 13

Kesimpulan ... 13

Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

LAMPIRAN ... 16

(4)

ii

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Data pengukuran pada hari ke-7 ... 10

2. Data Pengukuran pada hari ke-14 ... 10

3. Data Pengukuran pada hari k-21 ... 10

4. Analisis parameter mutu biogas ... 11

(5)

iii

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Pemotongan jerami padi ... 16

2. Penimbangan kotoran sapi ... 16

3. Penimbangan jerami padi ... 16

4. Pelarutan kotoran sapi dengan air ... 17

5. Pencampuran jerami ke dalam larutan kotoran sapi ... 17

6. Pemindahan bahan yang telah tercampur dari ember ke galon ... 18

7. Pencampuran EM4 ... 18

8. Pembuatan manometer ... 18

9. Menghubungkan selang manometer dengan galon ... 19

10. Pengukuran tekanan pada manometer di hari ke-7 ... 19

11. Pengukuran tekanan pada manometer di hari ke-14 ... 19

12. Pengukuran tekanan pada manometer di hari ke-21 ... 20

13. Pengukuran Volume (panjang dan lebar) pada hari ke-21 ... 20

14. Hasil stopwatch pengukuran lamanya api biogas yang menyala ... 21

15. Hasil api yang didapat ketika dilakukan pengujian... 21

16. Perhitungan Biogas ... 22

(6)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan energi di Indonesia yang sangat tinggi dipengaruhi oleh meningkatnya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya perkembangan industri.

Penggunaan energi fosil yang tidak dapat diperbaharui menjadi salah satu faktor kelangkaan energi. Karena itu pengembangan energi alternatif sangat dibutuhkan.

Salah satu energi alternatif tersebut adalah biogas.

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan– bahan organik oleh mikroorganisme yaitu bakteri metanogenik dan dalam keadaan anaerob. Biogas yang dihasilkan dapat digunakan untuk memasak, penerangan, dan bahan bakar motor atau genset. Biogas mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar yang berasal dari fosil. Keunggulan tersebut ialah biogas memiliki sifat yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Jenis bahan organik yang digunakan sebagai bahan baku diantaranya kotoran hewan maupun manusia serta limbah pabrik kelapa sawit. Pada biogas tersusun gas metan sebanyak 55-75% dan karbondioksida sebanyak 25-45%. Biogas memiliki pH yang netral yang membuat pada proses pembuatannya diperlukan bahan yang dapat menetralkan bahan utama. Contoh pada bahan utama kotoran sapi yang memiliki pH asam diperlukan jerami yang memiliki pH basa untuk menetralkan pH pada biogas. Selain itu kandungan C/N pada biogas yang ideal adalah 25-30% .

Pada praktikum ini dilakukan dengan metode sederhana menyeseuaikan alat dan bahan yang tersedia dilakukan untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Energi dan Listrik Pertanian serta melihat teknik pembuatan biogas secara langsung

(7)

2

memberikan pengalaman dalam pembuatan biogas dari awal hingga akhir, sehingga peserta praktikum dapat memahami proses pembuatan dan kualitas produk yang

dihasilkan.

Tujuan

1. Mengetahui cara pembuatan biogas yang berasal dari kotoran sapi dari awal hingga akhir,

2. Meningkatkan pemahaman peserta praktikum mengenai bahan baku yang dapat digunakan dalam pembuatan biogas.

3. Mengetahui parameter serta faktor - faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan biogas.

(8)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Biogas

Biogas dapat dihasilkan dari pengolahan limbah rumah tangga dan buangan dari sisa kotoran ternak, dengan demikian biogas memiliki peluang yang besar dalam pengembangannya karena bahannya dapat diperoleh dari sekitar tempat tinggal masyarakat (Wahyono dan Sudarno, 2012). Teknologi biogas dengan konsep zero waste (tidak dihasilkan limbah) diharapkan dapat membantu memperlambat laju pemanasan global. Selain bisa menjadi energi alternatif, biogas juga dapat mengurangi permasalahan lingkungan, seperti polusi udara, polusi tanah, dan pemanasan global (Wahyuni, 2011).

Biogas dalam skala rumah tangga dengan jumlah ternak 2 – 4 ekor atau suplai kotoran sebanyak kurang lebih 25 kg/hari cukup menggunakan tabung reaktor berkapasitas 2500 – 5000 liter yang dapat menghasilkan biogas setara dengan 2 liter minyak tanah/hari dan mampu memenuhi kebutuhan energi memasak satu rumah tangga pedesaan dengan 6 orang anggota keluarga (Kaharudin dan Sukmawati, 2010).

Kotoran sapi

Kotoran sapi adalah limbah hasil pencernaan sapi.Sapi memiliki sistem pencernaan khusus yang menggunakan mikroorganisme dalam sistem pencernaan yang berfungsi untuk mencerna selulosa dan lignin dari rumput berserat tinggi.Oleh karena itu kotoran sapi memiliki kandungan selulosa yang tinggi.Oleh karena itu kotoran sapi sangat cocok untuk diolah menjadi biogas karena kandungan selulosanya yang tinggi.

(9)

4

Kotoran sapi merupakan salah satu sumber bahan baku pembuatan biogas.

Kandungan gas metana (CH4) pada kotoran sapi sebesar 65,7%. Tingginya kandungan gas ini, maka kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biogas (Wulandari dan Labiba, 2017). Komposisi gas yang dihasilkan dari kotoran sapi adalah (CH4) 65,7%, Karbondioksida (CO2) 27,0%, Nitrogen (N2) 2,3%, Oksigen (O2) 0,1%, dan Propena (C3H8) 0,7%. (Wulandari dan Labiba, 2017)

Effective Microorganisme (EM-4)

Effective Microorganisme merupakan kultur campuran dari mikroorganisme

fermentasi (peragian) dan sintetik (penggabungan) yang bekerja secara sinergis (saling menunjang) untuk memfermentasi baha n organik. Bahan organik tersebut berupa sampah, kotoran ternak, serasah, rumput dan daun-daunan. Melalui proses fermentasi bahan organik diubah kedalam bentuk gula, alkohol dan asam amino.

EM-4 pertama kali ditemukan oleh Prof. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus Jepang tahun 1905. Keuntungan dari penambahan Em-4 pada proses pembuatan biogas adalah mempercepat proses fermentasi. Proses fermentasi lebih cepat karena EM-4 terdiri dari bakteri asam laktat (Lactobacillus sp), bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp), Streptomycetes sp, Ragi (yeast), Actinomycetes.

Pembentukan Biogas

Menurut Wahyono dan Sudarno (2012) biogas bahan organik dari kotoran sapi dengan 1 kg dapat menghasilkan biogas sebanyak 40 liter. Pada prinsipnya dalam pembuatan biogas ini yaitu menghasilkan proses fermentasi bahan organik dalam ruang tertutup/kedap udara yang disebut dengan digester. Dalam digester tersebut terjadi proses/interaksi yang kompleks dari sejumlah bakteri yang berbeda-

(10)

5

beda. Bakteri tersebut merupakan bakteri metanogen dan terdapat empat jenis bakteri anaerob yang berperan dalam memproduksi gas metana antara lain yaitu, Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus, dan Methanosarcina. Gas

yang membuat biogas ini dapat terbakar adalah gas metana (CH4) sehingga jumlah energi yang terkandung dalam biogas ini bergantung pada konsentrasi gas metana tersebut. Semakin tinggi kandungan gas metana dalam digester maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas.

Secara umum, di dalam proses pembentukan biogas terdapat tiga tahapan, yaitu:

Tahap 1: Hidrolisis. Banyak limbah organik terdiri dari polimer organik kompleks seperti protein, lemak, karbohidrat, selulosa, lignin, dll, beberapa di antaranya dalam bentuk padatan yang tidak larut. Pada tahap ini, polimer organik ini dipecah oleh enzim ekstraseluler yang diproduksi oleh bakteri hidrolitik, dan dilarutkan dalam air. Komponen organik (monomer) yang mudah larut yang dibentuk dengan mudah tersedia untuk bakteri penghasil asam. Reaksi hidrolisis yang terjadi pada tahap ini akan mengubah protein menjadi asam amino, karbohidrat menjadi gula sederhana dan lemak menjadi asam lemak rantai panjang.

Namun pencairan selulosa dan senyawa kompleks lainnya ke monomer sederhana dapat menjadi langkah pembatas dalam laju pencernaan anaerobik, karena aksi bakteri ini jauh lebih lambat di tahap 1 daripada di tahap kedua atau ketiga. Laju hidrolisis tergantung pada konsentrasi substrat dan bakteri serta tergantung pada faktor lingkungan seperti pH dan suhu.

Tahap 2: Pembentukan Asam. Komponen monomer yang dilepaskan oleh pemecahan hidrolitik yang terjadi selama tindakan bakteri tahap-1 selanjutnya

(11)

6

diubah menjadi asam asetat (asetat) dan H2 / CO2 oleh bakteri acetogenik pada tahap ini. Asam lemak volatil diproduksi sebagai produk akhir metabolisme bakteri protein, lemak dan karbohidrat; di mana asam asetat, propionat, dan laktat adalah produk utama. Karbon dioksida dan gas hidrogen juga dibebaskan selama katabolisme karbohidrat. Metanol dan alkohol sederhana lainnya adalah produk sampingan lain dari pemecahan karbohidrat. Proporsi substrat yang berbeda ini diproduksi tergantung pada flora yang ada serta pada kondisi lingkungan.

Tahap 3: Pembentukan Metana. Produk dari tahap kedua akhirnya diubah menjadi CH4 dan produk akhir lainnya oleh sekelompok bakteri yang disebut metanogen. Bakteri metanogenik adalah anaerob obligat yang tingkat pertumbuhannya umumnya lebih lambat daripada bakteri pada tahap 1 dan 2.

Bakteri metanogenik menggunakan asam asetat, metanol, atau karbon dioksida dan gas hidrogen untuk menghasilkan metana. Asam asetat atau asetat adalah satusatunya substrat paling penting untuk pembentukan metana, dengan sekitar 70% dari metana yang dihasilkan berasal dari asam asetat. Metana yang tersisa berasal dari karbon dioksida dan hidrogen. Beberapa substrat lain juga dapat dimanfaatkan, seperti asam format, tetapi ini tidak penting, karena mereka biasanya tidak hadir dalam fermentasi anaerobik. Bakteri metanogenik juga bergantung pada bakteri tahap 1 dan 2 untuk menyediakan nutrisi dalam bentuk yang dapat dimanfaatkan. Sebagai contoh, senyawa nitrogen organik harus direduksi menjadi amonia untuk memastikan pemanfaatan nitrogen yang efisien oleh bakteri metanogenik.

Reaksi pembentukan metana di tahap 3 paling penting dalam pencernaan anaerobik. Selain menghasilkan gas CH4, metanogen juga mengatur dan

(12)

7

menetralkan pH slurry digester dengan mengubah asam lemak yang mudah menguap menjadi CH4 dan gas lainnya. Konversi H2 menjadi CH4 oleh methanogen membantu mengurangi tekanan parsial H2 pada digester slurry yang bermanfaat bagi aktivitas bakteri acetogenik. Jika bakteri metanogenik gagal berfungsi secara efektif akan ada sedikit atau tidak ada produksi CH4 dari digester itu dan stabilisasi limbah tidak tercapai karena senyawa organik akan diubah menjadi hanya asam lemak yang mudah menguap, yang dapat menyebabkan polusi lebih lanjut jika dibuang ke air atau di darat.

(13)

8

METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Adapun praktikum ini dilaksanakan pada Selasa, 7 Febuari 2023 pukul 14.30 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Biosistem Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah ember, galon air, timbangan, gunting, pisau dan pengaduk kayu. Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kotoran sapi sebanyak 5 kg, jerami padi sebanyak 1,25 kg, 5 ml EM4 dan air.

Prosedur Praktikum

Adapun prosedur praktikum adalah sebagai berikut : 1. Dipersiapakan seluruh alat dan bahan yang diperlukan.

2. Dipotong jerami menggunakan gunting atau pisau dengan ukuran 1 cm.

3. Dilarutkan kotoran sapi dengan air sampai kental dan tidak terlalu encer pada ember.

4. Dimasukkan jerami yang sudah dipotong pada larutan kotoran sapi dengan air, aduk hingga homogen.

5. Dimasukkan campuran tersebut yang telah homogen ke galon air.

6. Dicampur EM4 ke dalam larutan yang telah tercampur di galon, lalu tutup galon dan goyangkan galon guna tercampurnya EM4 pada larutan tesebut.

7. Ditutup rapat galon air tersebut, lalu buat lubang yang menghubungkan selang pada galon ke manometer dan ke plastik yang nantinya akan menampung gas.

(14)

9

8. Digunakan plastisin pada selang di tutup galon guna menghindari adanya kebocoran gas.

9. Ditunggu selam seminggu untuk mulai menghitung parameter dan pembuangan gas.

10. Dilakukan perhitungan parameter di hari ke 7 dan 14.

11. Dilakukan uji biogas seperti volume dan lama nyala api pada hari ke 21.

(15)

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan pada hari ke-7

Parameter pengukuran Keterangan

Panjang a 37 cm

Panjang b 10 cm

Nilai h pada manometer 2 cm

Volume 57,3 liter

Tekanan 117,6 kPa

Tabel 1. Data pengukuran pada hari ke-7 Perhitungan pada hari ke-14

Parameter pengukuran Keterangan

Panjang a 37,5 cm

Panjang b 13,5 cm

Nilai h pada manometer 0,4 cm

Volume 79,9 liter

Tekanan 101,92 kPa

Tabel 2. Data Pengukuran pada hari ke-14 Perhitungan pada hari ke-21

Parameter pengukuran Keterangan

Panjang a 38 cm

Panjang b 18 cm

Nilai h pada manometer 0,5 cm

Volume 108,8 liter

Tekanan 102,9 kPa

Tabel 3. Data Pengukuran pada hari k-21

Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat dilihat bahwa semakin lama waktu fermentasi biogas, volume pada plastik pun bertambah. Penambahan volume ini disebabkan oleh fermentasi yang terjadi berlangsung dengan baik, dimana mikroorganisme pada biogas berkembang dengan baik sehingga menghasilkan gas metan yang cukup banyak. Selain volume, tekanan pada manometer berubah setiap waktunya. Terlihat pada tabel tekanan mengalami penaikan penurunan.

(16)

11

Pada hari ke-21 telah dilakukan uji pembakaran biogas, dan menghasilkan:

Parameter mutu Keterangan

Warna api Biru

Lama api menyala 5 menit 30 detik

Panjang api yang menyala 5 cm

Tabel 4. Analisis parameter mutu biogas

Berdasarkan data pembakaran yang diperoleh, biogas yang dihasilkan adalah ideal.

Dapat dilihat bahwa warna api yang dihasilkan adalah berwarna biru, ini menunjukkan bahwa biogas mengandung lebih banyak gas metana daripada gas karbondioksida. Lama api menyala dipengaruhi oleh banyaknya gas yang ditampung di plastik. Pada praktikum yang dilakukan terjadi kebocoran gas oleh karena itu lama api yang menyala hanya sebentar yaitu 5 menit 30 detik.

Perhitungan C/N

Bahan C/N %N Berat (kg)

Kandungan C (kg) Kandungan N (kg) Kotoran sapi 19,86 2,06 5 19,86 x 2,06 x 5 2,06 x 5

Jerami Padi 143,46 0,57 1,25 143,46 x 057 x 1,25 0,57 x 1,25 Tabel 5. Data Perhitungan C/N

C/N= 204,558+102,215

10,3+ 0,71 = 27,86

Berdasarkan data yang telah dihitung, diperoleh nilai C/N pada biogas yang dilakukan di praktikum kali ini adalah 27,86. Nilai C/N ini dapat dikatakan bahwa nilai tersebut adalah ideal. Hal ini dapat dilihat bahwa dari ketentuan nilai C/N yang ideal adalah 25-30. Kadar C/N ini diperlukan pada biogas karena unsur karbon sebagai sumber energi bagi bakteri mikroorganisme dan nitrogen sebagai pembangun struktur sel. Dari perhitungan diatas pun dapat dilihat bahwa unsur karbon yang dibutuhkan lebih banyak dibanding dengan nitrogen

(17)

12

Faktor lainnya yang mempengaruhi biogas adalah pH dimana kondisi pH ini yang akan mempengaruhi bekerjanya mikroorganisme dalam pembentukan gas metan. Pada mikroorganisme memiliki pH yang netral berkisar 6,8 – 7,8 merupakan pH yang optimal. Mengingat bahan baku yang digunakan yaitu kotoran sapi yang memiliki pH asam, maka diperlukan unsur yang bersifat basa untuk menetralkan pH. Bahan yang digunakan pada praktikum adalah jerami padi. Untuk mempercepat datangnya mikroorganisme diperlukan starter atau mikroorganisme perombak.

(18)

13

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pembentukan biogas diawali dengan melarutkan kotoran sapi dengan air, lalu campurkan jerami padi untuk menetralkan pH dan EM4 sebagai pemancing datangnya bakteri metan. Kemudian larutan yang sudah tercampur diletakkan di wadah tertutup dan tunggu fermentasi selama 21 hari.

2. Bahan baku yang dapat digunakan dalam pembuatan biogas adalah kotoran hewan, kotoran manusia, limbah pabrik kelapa sawit, dan limbah sayur – sayuran.

3. Faktor – faktor yang harus diperhatikan pada pembuatan biogas adalah kondisi anaerob, bahan baku isian, temperatur, pH, starter, dan rasio C/N. Parameter yang harus diperhatikan saat pengujian pembakaran biogas adalah warna api, lama menyala api, dan panjang api saat menyala.

Saran

Pada saat melakukan praktikum, saat pemotongan jerami padi diharapkan ukurannya sangat kecil agar memudahkan saat memindahkan larutan biogas dari ember ke galon. Selain itu, saat mengikat plastik ke selang diharapkan untuk lebih ketat agar tidak adanya kebocoran gas.

(19)

14

DAFTAR PUSTAKA

Afrian, Chandra., dkk. 2017. Produksi Biogas dari campuran Kotoran Sapi dengan Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum). Universitas Lampung.

Lampung. Vol 6(1). 21-32.

Aremu, M .O. dan Agarry S. E. , 2012 , Comparison of Biogas production from Cow dung and Pig dung Under Mesophilic Condition , International Refereed Journal of Engineering and Science (IRJES) , 16-21

Ayub, A. Haryanto, S. Prabawa. 2015. Produksi Biogas dari Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum) Melalui Proses Fermentasi Kering.Artikel Ilmiah Teknik Pertanian Lampung: 33 – 38 (abe.fp.unila.ac.id).

Ayuningtyas Wardani, Indah. 2013. Laporan Praktikum Energi Alternatif.

Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.

Darmanto, A., S. Soeparman, dan D. Widhiyanuriawan. 2012. Pengaruh Kondisi Temperatur Mesophilic (35oC) dan Thermophilic (55oC) Anaerob Digester Kotoran Kuda Terhadap Produksi Biogas. Jurnal Rekayasa Mesin. 3.2.317-326.

Dioha, I.J., C.H. Ikeme, T. Nafi’u, N.I. Soba, dan Yusuf. 2013. Effect of Carbon to Nitrogen Ratio on Biogas Production. International Research of Natural Sciences. 1.3.1-10.

Gupta, K. K., Aneja, K. R., & Rana, D. (2016). Current status of cow dung as a bioresource for sustainable development. Bioresources and Bioprocessing, 3(1), 28. https://doi.org/10.1186/s40643-016-0105-9 Kaharudin dan F, Sukmawati. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Umum Limbah

Ternak untuk Kompos dan Biogas. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 23 Hlm.

Lailan Ni’mah, 2014. “Biogas From Solid Waste of Tofu Production and Cow Manure Mixture: Composition Effect”, Jurnal CHEMICA, Jurnal Teknik Kimia, Vol.1 No. 1, 2014, Hal. 1-9, ISSN: 2355- 875X e- ISSN:2355-8776, Prodi Teknik Kimia, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

Semin. 2015. Analysis of biogas as an alternative fuel for electric generator engine in bawean island – Indonesia. International Journal of Applied Engineering Research. Vol 10 (15). pp 35313-35317.

Wahyono, E. H., dan N, Sudarno. 2012. Biogas : Energi Ramah Lingkungan.Yapeka : Bogor. 50 Hlm.

(20)

15

Wahyuni, S. 2011. Menghasilkan Biogas dari Aneka Limbah. Edisi Pertama. PT Agro Media Pustaka : Jakarta. 96 Hlm

Wahyuni, S. 2015. Panduan Praktis Biogas. Penebar Swadaya. Jakarta Timur. 116 hlm.

Wulandari, C., & Labiba, Q. (2017). Pembuatan Biogas dari Campuran Kulit Pisang dan Kotoran Sapi Menggunakan Bioreaktor Anaerobik.

http://repository.its.ac.id/46279/

(21)

16 LAMPIRAN

Lampiran 1. Pemotongan jerami padi

Lampiran 2. Penimbangan kotoran sapi

Lampiran 3. Penimbangan jerami padi

(22)

17 Lampiran 4. Pelarutan kotoran sapi dengan air

Lampiran 5. Pencampuran jerami ke dalam larutan kotoran sapi

(23)

18

Lampiran 6. Pemindahan bahan yang telah tercampur dari ember ke galon

Lampiran 7. Pencampuran EM4

Lampiran 8. Pembuatan manometer

(24)

19

Lampiran 9. Menghubungkan selang manometer dengan galon

Lampiran 10. Pengukuran tekanan pada manometer di hari ke-7

Lampiran 11. Pengukuran tekanan pada manometer di hari ke-14

(25)

20

Lampiran 12. Pengukuran tekanan pada manometer di hari ke-21

Lampiran 13. Pengukuran Volume (panjang dan lebar) pada hari ke-21

(26)

21

Lampiran 14. Hasil stopwatch pengukuran lamanya api biogas yang menyala

Lampiran 15. Hasil api yang didapat ketika dilakukan pengujian

(27)

22 Lampiran 16. Perhitungan Biogas

1. Perhitungan hari ke—7 Volume = 4

3(𝜋𝑎2𝑏) = 4

3(3,14(37)210) = 57.315,47 𝑐𝑚3 = 57,3 liter

Tekanan = 98 𝑘𝑃𝑎 ± 𝜌𝑔ℎ = 98 𝑘𝑃𝑎 + 1000 × 9,8 × 2 = 98𝑘𝑃𝑎 + 19600 𝑃𝑎

= 98 𝑘𝑃𝑎 + 19,6 𝑘𝑃𝑎 = 117,6 𝑘𝑃𝑎

2. Perhitungan hari ke -14 Volume = 4

3(𝜋𝑎2𝑏) = 4

3(3,14(37,5)213,5) = 79.481,25 𝑐𝑚3 = 79,9 liter Tekanan = 98 𝑘𝑃𝑎 ± 𝜌𝑔ℎ = 98 𝑘𝑃𝑎 + 1000 × 9,8 × 0,4 = 98𝑘𝑃𝑎 + 3920 𝑃𝑎

= 98 𝑘𝑃𝑎 + 3,92 𝑘𝑃𝑎 = 101,92 𝑘𝑃𝑎

3. Perhitungan hari ke-21 Volume = 4

3(𝜋𝑎2𝑏) = 4

3(3,14(38)218) = 108.819,84 𝑐𝑚3 = 108,8 liter

Tekanan = 98 𝑘𝑃𝑎 ± 𝜌𝑔ℎ = 98 𝑘𝑃𝑎 + 1000 × 9,8 × 0,5 = 98 𝑘𝑃𝑎 + 4900 𝑃𝑎

= 98 𝑘𝑃𝑎 + 4,9 𝑘𝑃𝑎 = 102,9 𝑘𝑃𝑎

Referensi

Dokumen terkait

7 Gambar 2.2 Konstruksi biogas dengan digester tipe fixed domed plant .... 9 Gambar 2.3 Konstruksi biogas digester tipe floating drum plant