• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM HIGIENE INDUSTRI FAKTOR FISIKA II PENGUKURAN IKLIM KERJA PADA PEKERJA DI AREA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

N/A
N/A
Aisyah Rani Sholichah

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM HIGIENE INDUSTRI FAKTOR FISIKA II PENGUKURAN IKLIM KERJA PADA PEKERJA DI AREA UNIVERSITAS SEBELAS MARET "

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Dosen Pengampu:

Bachtiar Chahyadhi, SST., M.KKK

Disusun Oleh:

Nama : Aisyah Rani Sholichah NIM : V8122007

Kelas : A

PROGRAM STUDI D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2023

(2)

ii

PENGESAHAN

Laporan Praktikum Higiene Industri Faktor Fisika I dengan Judul : Pengukuran Iklim Kerja pada Pekerja di Area Universitas Sebelas Maret

Aisyah Rani Sholichah, NIM: V8122007, Tahun: 2023

telah disahkan pada:

Hari ………….Tanggal ……….…….. 20 …….

Dosen Pengampu,

Bachtiar Chahyadhi, SST., M.KKK.

NIP. 1991030320200801

Pembimbing Praktikum,

Indah Ratnasari, A.Md.

NIP. 198909292014042001

(3)

iii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Manfaat ... 2

BAB II LANDASAN TEORI ... 3

A. Tinjauan Pustaka ... 3

B. Perundang-undangan ... 12

BAB III HASIL ... 13

A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Prosedur Pengukuran... 13

B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan ... 14

BAB IV PEMBAHASAN ... 16

A. Pembahasan ... 16

B. Pengendalian ... 17

BAB V PENUTUP ... 18

A. Simpulan ... 18

B. Saran ... 18

DAFTAR PUSTAKA ... 20

LAMPIRAN PERHITUNGAN ... 21

LAMPIRAN ... 24

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi menghadirkan berbagai perubahan dan sekaligus tantangan yang perlu antisipasi sejak dini. Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Proses dalam industri jelas memerlukan kegiatan tenaga kerja sebagai unsur dominan yang mengelola bahan baku/material, mesin, peralatan dan proses lainnya yang dilakukan di tempat kerja, guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat (Budiono, S., 2003). Namun demikian, penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan yang beraneka ragam dan kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya manusianya.

Pekerja di dalam lingkungan panas, seperti di sekitar furnaces, peleburan, boiler, oven, tungku pemanas atau bekerja di luar ruangan di bawah terik matahari dapat mengalami tekanan panas. Suhu setempat dan eksistensi kehidupan sangat erat berhubungan. Demikian pula efek cuaca kerja kepada daya kerja. Efisiensi kerja sangat di pengaruhi oleh cuaca kerja dalam daerah nikmat kerja, jadi tidak dingin dan kepanasan. Suhu nikmat demikian sekitar 24 - 26o C bagi orang-orang Indonesia (Suma’mur, 2009).

Kondisi panas sekeliling yang berlebihan akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja (Nurmianto, 2008).

Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang tekanan panas pada pekerja di area kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pengukuran tekanan panas dilakukan dengan menggunakan alat ukur Heat Stress Area. Hasil pengukuran tekanan panas tersebut kemudian dibandingkan dengan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 mengenai standar iklim di Indonesia.

(5)

B. Tujuan

1. Mengetahui pengertian, jenis-jenis, dan dampak iklim kerja 2. Mengetahui Nilai Ambang Batas (NAB) Iklim Kerja

3. Mengetahui tingkat paparan iklim kerja yang ada di area Universitas Sebelas Maret

4. Mengetahui pengukuran iklim kerja dengan alat Heat Stress Area 5. Mengetahui cara pengendalian iklim kerja

C. Manfaat

1. Bagi praktikan

Memperdalam dan mengembangkan pengetahuan dibidang kesehatan dan keselamatan kerja, khususnya mengenai iklim kerja bagi tenaga kerja, serta mampu mengoperasikan alat pengukuran heat stress area.

2. Bagi program studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menambah kepustakaan yang diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar.

(6)

3 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Iklim Kerja

Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja bila berada pada kondisi yang ekstrim panas dan dingin dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan menurut standar kesehatan (Tarwaka, 2008). Kondisi temperatur lingkungan kerja yang ekstrim meliputi panas dan dingin yang berada di luar batas standar kesehatan dapat menyebabkan meningkatnya pengeluaran cairan tubuh melalui keringat sehingga bisa terjadi dehidrasi dan gangguan kesehatan lainnya yang lebih berat. Persoalan tentang bagaimana menentukan bahwa kondisi temperatur lingkungan adalah ekstrim menjadi penting, mengingat kemampuan manusia untuk beradaptasi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun demikian secara umum kita dapat menentukan batas kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan temperatur lingkungan pada kondisi yang ekstrim dengan menentukan rentang toleransi terhadap temperatur lingkungan (Suma’mur, 2009).

2. Pengertian Tekanan Panas

Tekanan panas adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara, dan panas radiasi yang dipadankan dengan produksi panas oleh tubuh sendiri (Suma’mur, 2009). Tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia (Santoso, G., 2004). Tekanan panas yang berlebihan akan merupakan beban tambahan yang harus diperhatikan dan diperhitungkan. Beban tambahan berupa panas lingkungan, dapat

(7)

menyebabkan beban fisiologis, misalnya kerja jantung menjadi bertambah (Depkes RI, 2003).

Tekanan panas adalah batasan kemampuan penerimaan panas yang diterima pekerja dari kontribusi kombinasi metabolisme tubuh akibat melakukan pekerjaan dan faktor lingkungan (seperti temperatur udara, kelembaban, pergerakan udara dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan. Pada saat tekanan panas mendekati batas toleransi tubuh, risiko terjadinya kelainan kesehatan menyangkut panas akan meningkat (ACGIH,2005).

Kelembaban udara diukur dengan menggunakan hygrometer.

Adapun suhu dan kelembaban dapat diukur bersama sama dengan misalnya menggunakan alat pengukur sling psychrometer atau arsmanpsychrometer yang juga menunjukkan suhu basah sekaligus.

Suhu basah adalah suhu yang ditunjukkan suatu termometer yang dibasahi dan ditiupkan udara kepadanya, dengan demikian suhu tersebut menunjukkan kelembaban relatif udara. Kecepatan aliran udara yang besar dapat diukur dengan anemometer, sedangkan kecepatan udara yang kecil dengan suatu katatermometer. Suhu radiasi diukur dengan suatu termometer bola (globe thermometer). Panas radiasi adalah energi atau gelombang elektromagnetis yang panjang gelombangnya lebih dari sinar matahari dan mata tidak peka terhadapnya atau mata tidak dapat melihatnya. Dan berikut merupakan definisi terkait dengan heat stress atau tekanan panas:

a. Dehidrasi adalah kondisi tubuh kekurangan cairan

b. Heat cramps adalah kejang otot secara mendadak akibat terganggunya keseimbangan elektrolit karena terjadinya pengeluaran keringat.

c. Heat exhaustion merupakan kondisi kecapaian akibat suhu panas, gejalanya pusing, sakit kepala, lemah, haus.

(8)

5

d. Heat stroke adalah keadaan ketika sistem pengendali suhu tubuh gagal berfungsi sehingga suhu tubuh meningkat mencapai titik kritis

e. Heat rash, kelainan kulit berupa kemerahan akibat meradangnya kelenjar keringat karena tidak adanya penguapan

f. Radiasi adalah proses terpaparnya suatu perpindahan gelombang secara langsung

g. Heat map adalah pemetaan area berdasarkan tingkat suhu di area tersebut, sehingga diketahui tingkat resiko dan bahaya yang dapat timbul diarea tersebut

h. Evaporasi adalah pengeluaran panas dari dalam tubuh

i. Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) adalah Indek suhu panas yang diperoleh dari hasil perhitungan antara suhu bola basah, suhu radiasi dan suhu bola kering. Dalam bahasa Inggris di sebut “Wet Bulb Globe Themeratur Index (WBGT Index)”.

j. Suhu bola Kering (Dry Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer dimana resevoir mercurinya tidak dilindungi langsung dari sumber panas radiasi.

k. Suhu Bola Basah Alami (Natural Wet Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer dimana reservoir mercurinya dilindungi dengan sumbu basah yang terpapar pada pergerakan udara alami tanpa dilindungi dari pengaruh radiasi.

l. Suhu Bola Basah (Wet Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer dimana bolanya ditutup dengan sumbu basah, secara effektif terlindung dari radiasi dan terpapar oleh pergerakan udara yang ada (contoh; Termometer bola basah pada sling psichrometer)

m. Suhu Radiasi adalah Suatu bentuk energi elektromagnetik sejenis sinar (Visible light) tetapi panjang gelombangnya lebih panjang.

(9)

3. Faktor yang Menyebabkan Pertukaran Panas

Faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas menurut Suma’mur (2009) sebagai berikut:

a. Konduksi

Konduksi adalah pertukaran panas antar tubuh dengan bendabenda sekitar melalui mekanisme sentuhan atau kontak langsung. Konduksi dapat menghilangkan panas dari tubuh, apabila benda-benda sekitar lebih rendah suhunya, dan dapat menambah panas kepada badan apabila suhunya lebih tinggi dari tubuh.

b. Konveksi

Konveksi adalah pertukaran panas dari tubuh dan lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas yang kurang begitu baik, tetapi melalui kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas antara udara dengan tubuh. Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin, konveksi memainkan besarnya peran dalm pertukaran panas antar tubuh dengan lingkungan. Konveksi dapat mengurangi atau menambah panas kepada tubuh.

c. Radiasi

Setiap benda termasuk tubuh manusia selalu memncarkan gelobang panas. Tergantung dari suhu benda-benda sekitar, tubuh menerima atau kehilangan panas lewat mekanisme radiasi.

d. Penguapan

Manusia dapat berkeringat dengan penguapan dipermukaan kulit atau melalui paru-paru tubuh kehilangan panas untuk penguapan.

Untuk mempertahankan suhu tubuh maka:

M ± Kond ± Konv ± R-E = 0 M : Panas dari metabolism

E : Panas oleh evaporasi

Kond : Pertukaran panas secara konduksi

(10)

7

Konv : Pertukaran panas secara konveksi R : Panas radiasi

4. Macam Iklim Kerja a. Iklim Kerja Panas

Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi dan sinar matahari (Budiono, 2008). Menurut Suma’mur (1996) tekanan panas adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan udara, dan suhu radiasi yang dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh.

b. Iklim Kerja Dingin

Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Kondisi semacam ini dapat meningkatkan tingkat kelelahan seseorang. Beberapa contoh tempat kerja dengan iklim kerja dingin diantaranya di pabrik es, kamar pendingin, laboratorium, ruang computer dan lain-lain.

Sedangkan pengaruh suhu ruangan sangat rendah terhadap kesehatan dapat mengakibatkan penyakit yang terkenal yang disebut dengan chilblains, trench foot, dan frostbite. Tekanan dingin adalah pengeluaran panas akibat pajanan terus menerus terhadap dingin yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas sehingga mengakibatkan hipotermin (suhu tubuh dibawah 36 derajat celcius).

5. Nilai Ambang Batas (NAB) Iklim Kerja

Menurut Permenaker No 5 Tahun 2018, Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/

intensitas rata rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

(11)

Di Indonesia, parameter yang digunakan untuk menilai tingkat iklim kerja adalah Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB). Hal ini telah ditentukan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: No. PER 13/MEN/X/2011, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja, pasal 1 ayat 9 berbunyi :

“Indeks suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang disingkat ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu bola”.

Untuk mengetahui iklim kerja di suatu tempat kerja dilakukan pengukuran besarnya tekanan panas salah satunya dengan mengukur ISBB atau Indeks Suhu Basah dan Bola (Tim Hiperkes, 2004), macamnya adalah:

1. Untuk pekerjaan diluar gedung

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering 2. Untuk pekerjaan didalam gedung

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi

Alat yang dapat digunakan adalah heat stress area monitor untuk mengukur suhu basah, temometer kata untuk menguku kecepatan udara dan termometer bola untuk mengukur suhu radiasi. Selain itu pengukuran iklim kerja dapat mengunakan questemt digital.

Pengukuran dilakukan pada tempat tenaga kerja melakukan pekerjaan kira – kira satu meter dari pekerja.

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja ISBB yang diperbolehkan Alokasi Waktu

Kerja dan Istirahat

NAB (°C ISBB)

Ringan Sedang Berat Sangat Berat

75 ˗ 100% 31,0 28,0 ˗ ˗

50 ˗ 75% 31,0 29,0 27,5 ˗

25 ˗ 50% 32,0 30,0 29,0 28,0

0 ˗ 25% 32,5 31,5 30,0 30,0

Sumber: Permenaker Nomor 5 Tahun 2018

(12)

9

Tabel 2.2 Standar Iklim Kerja di Indonesia Beban kerja setiap jam ISBB

(Indeks Suhu Basah dan Bola) Waktu kerja Waktu istirahat Ringan Sedang Berat Bekerja terus-

menerus (8 jam/hari)

- 30,0 26,7 25

75% kerja 25% istirahat 30,6 28 25,9

50% kerja 50% istirahat 31,4 29,4 27,9

25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 30,0

Sumber : Bunga Rampai Hiperkes dan KK.

Catatan :

a. Beban kerja ringan membutuhkan kaloiri 100–200 kilo kalori /jam.

b. Beban kerja sedang membutuhkan kalori >200–350 kilo kalori/ jam.

c. Beban kerja berat membutuhkan kalori >350–500 kilo kalori /jam.

6. Efek Iklim Kerja Terhadap Kesehatan

Efek panas terhadap kesehatan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, obesitas, keseimbangan air dan elektrolit, serta kebugaran. Ada 2 cara tubuh untuk menghasilkan panas yang terdiri dari panas metabolisme dimana tubuh menghasilkan panas pada saat mencerna makanan, bekerja dan latihan, kemudian panas lingkungan dimana tubuh menyerap panas dari lingkungan sekeliling, berupa panas matahari atau panas ruangan.

Apabila tubuh terpapar cuaca kerja panas, secara fisiologis tubuh akan berusaha menghadapinya dengan maksimal, dan bila usaha tersebut tidak berhasil akan timbul efek yang membahayakan. Karena kegagalan tubuh dalam menyesuaikan dengan lingkungan panas maka timbul keluhan-keluhan seperti kelelahan, ruam panas, heat cramps, heat exhaustion, dan heat stroke, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Ruam panas ( prickly heat ), dapat terjadi dilingkungan panas,

lembab dimana keringat tidak dapat dengan mudah menguap dari kulit. Keadaan ini dapat mengakibatkan ruam yang dalam beberapa kasus menyebabkan rasa sakit yang hebat. Prosedur untuk mencegah

(13)

atau memperkecil kondisi ini adalah beristirahat berulang kali ditempat yang dingin dan mandi secara teratur untuk memastikan dengan seksama kekeringan pada kulit.

b. Kelelahan. Orang bekerja maksimal 40 jam/minggu atau 8 jam sehari. Setelah 4 jam kerja seseorang harus istirahat, karena terjadi penurunan kadar gula dalam darah. Tenaga kerja akan merasa cepat lelah karena pengaruh lingkungan kerja yang tidak nyaman akibat tekanan panas. Cara yang terbaik mengatasi kondisi ini dengan memindahkan pasien ketempat dingin, memberikan kompres dingin, kaki dimiringkan keatas dan diberi banyak minum.

c. Heat cramps, dapat terjadi sebagai akibat bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari dalam tubuh, sehingga bisa menyebabkan kejang otot, lemah dan pingsan.Kondisi ini biasanya melebihi dari kelelahan karena panas. Kondisi ini dapat diobati melalui meminum cairan yang mengandung elektrolit seperti calcium, sodium and potassium.

d. Heat exhaustion, biasanya terjadi karena cuaca yang sangat panas terutama bagi mereka yang belum beradaptasi tehadap udara panas.

Penderita biasanya keluar keringat banyak tetapi suhu badan normal atau subnormal, tekanan darah menurun, denyut nadi lebih cepat.

e. Heat stroke, terjadi karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat, sehingga suhu badan naik, kulit kering dan panas (AM Sugeng Budiono, 2003: 37). Kondisi ini harus diatasi melalui mendinginkan tubuh korban dengan air atau menyelimutinya dengan kain basah.

Segera mencari pertolongan medis.

7. Pengendalian Iklim Kerja

Pengendalian kerja berdasarkan hirarki control untuk iklim kerja terdiri dari:

a. Engineering control 1) Isolasi Sumber Panas 2) Radiation shielding.

(14)

11

3) Local exhaust ventilation.

4) Localized cooling at work station.

5) Ventilasi umum (general ventilation) b. Administrative Controll

1) Permeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan secara khusus.

2) Pengadaan air minum harus disediakan dalam jumlah yang memadai

3) Menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan 4) Pengaturan lamanya kerja dan istirahat c. Alat Pelindung Diri

1) APD yang dipakai antara lain : 2) Kacamata (goggles),

3) Topi, 4) Celemek

5) Pakaian kerja yang dilapisi dengan alumunium, 6) Sarung tangan dari kulit atau gaunlets

7) Sepatu kerja.

Pencegahan masalah panas yang berhubungan dengan kesehatan, dapat dilakukan dengan cara:

a. Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan pengeluaran keringat yang meningkat, penurunan denyut jantung dan suhu tubuh. Proses ini biasanya memerlukan waktu 7 - 10 hari dan aklimatisasi ini dapat menghilang dengan cepat apabila pekerja tidak masuk selama satu minggu. Aklimatisasi bertujuan untuk membiasakan diri kita terhadap cuaca terutama pada periode waktu kerja fisik yang lama.

b. Pemeliharaan cairan tubuh

Cairan yang masuk kedalam tubuh harus tetap dipelihara dengan mempelajari aktifitas fisik. Dapat dialakukan dengan cara

(15)

jangan mengandalkan rasa haus sebagai indikator kekurangan cairan dan menghindari alkohol karena akan sering kencing sehingga akan meningkatkan dehidrasi dan dapat mempengaruhi penurunan panas tubuh.

c. Diet yang tepat

Memakan makanan ringan, menjauhi makanan berat.

Semakin sedikit yang dimakan,semakin sering mendapatkan keseimbangan pencernaan makanannya.

d. Pakaian yang tipis

Menggunakan pakaian yang tipis, pakaian warna lembut/muda, memakai pakaian longgar sperti katun yang dapat dilewati gerak udara keseluruh tubuh.

B. Perundang-undangan

1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Pasal 3 ayat 1 huruf (g), yang berbunyi “Mencegah dan mengendalikan timbul dan menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, sinar dan radiasi, suara dan getaran.”

2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Pasal 9

3. SNI 7629:2009 Tentang Penilaian Beban Kerja berdasarkan Tingkat Kebutuhan Kalori menurut Pengeluaran Energi

(16)

13 BAB III

HASIL

A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Prosedur Pengukuran 1. Gambar Alat

Nama alat : Area Heat Stress Monitor Merk : Quest Temp

Fungsi : mengukur kelembaban, suhu basah, suhu kering, radiasi Prinsip kerja: termometer yang dilengkapi sensor listrik (baterai) yang lengkap untuk mengukur kelembaban nisbi, panas, radiasi dan mengetahui lama pendinginan karena dalam satu alat ukur psychrometer, globe thermometer dan kata thermometer sekaligus hanya dengan menekan tombol sesuai dengan apa yang akan diukur.

Gambar 3.1 Area Heat Stress Monitor 2. Prosedur Pengukuran

a. Alat diletakkan pada titik pengukuran sesuai dengan waktu yang ditentukan

b. Waktu pengukuran dilakukan 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu pada awal shift kerja, pertengahan shift kerja dan akhir shift kerja.

c. Penentuan titik pengukuran

(17)

Letak titik pengukuran ditentukan pada lokasi tempat tenaga kerja melakukan pekerjaan.

Catatan: Jumlah titik pengukuran disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan dari kegiatan yang dilakukan.

d. Cara Kerja Alat :

1) Siapkan alat dan rangkai pada statif

2) Beri air pada wet sensor bar, lalu tekan ON dan biarkan ±10 menit untuk kalibrasi

3) Tekan tombol, pilih dalam 0C atau 0F

4) Tekan tombol WBGT In/Out (sesuai dengan tempat yang akan diukur)

5) Tekan tombol yang akan diukur. Lalu perhatikan angka di display, catat hasilnya.

6) Jika sudah selesai matikan alat dengan menekan OFF

B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan 1. Hasil Pengukuran

Berdasarkan pengukuran iklim kerja dengan Area Heat Stress Monitor yang dilakukan pada:

Hari : Jumat Tanggal : 26 Mei 2023 Waktu : 09.00 – selesai

Tempat : Lingkungan Kampus UNS Alat : Area Heat Stress Monitor Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Iklim Kerja No. Lokasi Jenis

Pekerjaan

Beban Kerja

Waktu Penguk uran

Cuaca Indikator

Hasil Pengukuran

(°C)

Keterangan

1.

Gerbang Belakang UNS

Pedagang Sedang 09.10-

10.20 Cerah

WBGT

in/out 32,4

Di bawah Globe 47,1 NAB

Dry Bulb 35,8 Wet Bulb 28,1

(18)

15

2.

Taman Samping Rektorat

Menyapu Sedang 09.10-

10.20 Cerah

WBGT

in/out 26,7

Di bawah Globe 32,9 NAB

Dry Bulb 31,1 Wet Bulb 24,6 3. Pos

Satpam Gerbang Samping UNS

Satpam Ringan 09.10-

10.20 Cerah

WBGT

in/out 28,1

Di bawah NAB

Globe 33,7

Dry Bulb 32,0 Wet Bulb 25,6 4.

Kantin Kopma UNS

Pedagang Berat 09.10-

10.20 Cerah

WBGT

in/out 28,3

Di atas NAB

Globe 32,5

Dry Bulb 30,2 Wet Bulb 26,1 2. Hasil Pehitungan

a. Gerbang Belakang UNS Hasil ISBB: 32,67 ℃ Beban Kerja: Sedang

Batas Waktu Kerja: Istirahat setiap 1 jam 75 menit b. Taman Samping Rektorat

Hasil ISBB : 26,91 ℃ Beban Kerja : Sedang

Batas Waktu Kerja : Istirahat setiap 3 jam c. Pos Satpam Gerbang Samping UNS

Hasil ISBB : 27,86 ℃ Beban Kerja : Ringan

Batas Waktu Kerja : Istirahat setiap 6 jam d. Kantin Kopma UNS

Hasil ISBB: 27,97 ℃ Beban Kerja: Berat

Batas Waktu Kerja : Istirahat setiap 2 jam 30 menit

(19)

16

Pengukuran iklim kerja dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 26 Mei 2023 pukul 09.10 hingga pukul 10.20 WIB. Pengukuran ini dilakukan pada empat lokasi yang berbeda yaitu 2 outdoor dan 2 indoor di area kampus Universitas Sebelas Maret, Jebres, Surakarta. Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan panas adalah Area Heat Stress Monitor merk Quest Temp.

Untuk mengetahui apakah iklim kerja suatu lokasi kerja tertentu melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) atau tidak, maka harus dilakukan pengukuran dan perhitungan ISBB atau Indeks Suhu Bolah Basah untuk mengetahui tingkat beban kerja yang tergantung jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja.

1. Pengukuran pertama dilakukan pada Gerbang Belakang UNS dengan jenis pekerjaan pedagang cilok. Seorang laki-laki berumur 50 tahun dengan berat badan 65 kg melakukan pekerjaan berdiri melayani pembeli selama 4 jam dan berjalan mendorong gerobak selama 3 jam.

Didapatkan ISBB 32,67 ℃ , beban kerja sedang, dan batas waktu kerja pekerja harus istirahat setiap 1 jam 75 menit.

2. Pengukuran kedua dilakukan pada Taman Samping Rektorat dengan jenis pekerjaan menyapu. Menurut SNI 7269:2009 termasuk pekerjaan dengan satu tangan kategori I. Didapatkan ISBB 26,91 ℃ dengan beban kerja sedang, dan batas waktu kerja selama 3 jam.

3. Pengukuran ketiga dilakukan pada Pos Satpam Gerbang Samping UNS didapatkan hasil ISBB 27,86 ℃ dengan beban kerja ringan, dan batas waktu kerja istirahat setiap 6 jam.

4. Pengukuran keempat dilakukan pada Kantin Kopma UNS dengan jenis pekerjaan penjual makanan kantin didapatkan hasil ISBB 27,97℃

(20)

17

dengan beban kerja berat dan batas waktu kerja istirahat setiap 2 jam 30 menit.

Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan dan dari hasil perbandingan dengan NAB yang sudah ditentukan, ditemukan bahwa iklim kerja di setiap lokasi kerja sudah sesuai. Dapat diketahui bahwa iklim kerja pada gerbang belakang, taman rektorat, dan pos satpam gerbang samping termasuk dalam kategori beban kerja ringan. Namun, terdapat satu jenis pekerjaan dengan beban kerja berat dan melebihi NAB yaitu pada Kantin Kopma UNS dengan total beban kerja sebesar 364,8 kkal/jam. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian agar beban kerja yang berat tersebut tidak berdampak buruk pada pekerja.

B. Pengendalian

Setelah dilakukan pengukuran iklim kerja, ternyata ada yang melebihi nilai ambang batas atau termasuk dalam kategori beban kerja berat.

Bentuk pengendalian terhadap iklim kerja dapat dilakukan melalui : a. Menghilangkan sumber panas atau sumber dingin dari tempat kerja b. Mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber

panas atau sumber dingin

c. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber panas atau sumber dingin d. Menyediakan sistem ventilasi

e. Menyediakan air minum

f. Mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber panas atau sumber dingin

g. Penggunaan baju kerja yang sesuai

h. Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau

i. Melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(21)

18

Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja bila berada pada kondisi yang ekstrim panas dan dingin dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan menurut standar kesehatan (Tarwaka, 2008). Terdapat dua jenis iklim kerja yaitu, iklim kerja panas dan iklim kerja dingin. Efek panas terhadap kesehatan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, obesitas, keseimbangan air dan elektrolit, serta kebugaran. Nilai Ambang Batas (NAB) Iklim Kerja diatur dalam Permenaker No 5 Tahun 2018.

Praktikum pengukuran iklim kerja ini memiliki tujuan agar praktikan dapat memahami bagaimana cara mengoperasikan alat Heat Stress Area dan kemudian hasilnya dapat digunakan untuk mengukur Indeks Bola Basah atau ISBB, beban kerja yang diterima pekerja, serta berapa batas waktu yang diperkenankan yang tentunya disesuaikan dengan regulasi yang ada. Dari pengukuran yang telah dilakukan dapat disimpulkan pengukuran ISBB outdoor yaitu pada area gerbang belakang UNS dan taman samping rektorat sudah memenuhi NAB. Kemudian untuk pengukuran ISBB indoor pada titik 1 yaitu pos satpam gerbang samping juga sudah sesuai NAB, namun pada titik pengukuran 2 di kantin Kopma UNS didapat hasil beban kerja berat melebihi NAB yang selanjutnya dapat dilakukan pengendalian.

B. Saran

1. Sebelum praktikum dimulai, sebaiknya praktikan memahami dan mengetahui prosedur dan cara kerja pengukuran dengan benar dalam menggunakan alat ukur Heat Stress Area.

(22)

19

2. Sebaiknya pada saat melakukan alat yang digunakan sudah dipastikan dalam kondisi baik dan tidak rusak sehingga mendapatkan hasil yang valid.

3. Sebaiknya dilakukan pengecekan iklim kerjan dan pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala sehingga pekerja dapat dapat melakukan pekerjaannya dengan nyaman dan produktif.

(23)

20

A.M. Sugeng Budiono Z, dkk, 2003. Bunga Rampai Higiene Perusahaan Ergonomi (HIPERKES) dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit Universitas diponegoro.

Suma’mur, 2014. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : CV Sagung Seto.

Sumardiyono, S.Km, M.Kes. 2010. Buku Pedoman Praktikum Semester III.Surakarta : UNS.

Budiono Sugeng, Jusuf, Pusparini Adriana. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK.

Semarang:Badan Penerbit UNDIP Semarang.

Haryuti, Siswanto,A., Setijoso,W.(1987), Tekanan Panas. Surabaya : Balai Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Jawa Timur.

Suma’mur PK. PK. 1996. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta:

PT.Toko Gunung Agung.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

Manullang, Herbert. 2018. ‘Pengaruh Iklim Kerja Panas Terhadap Kelelahan Kerja Panas Pada Pekerja di Bagian Produksi PTPN IV Unit Usaha Adolina Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018’. Skripsi.

(24)

21

LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Perhitungan ISBB indoor

a. Lokasi Indoor Titik 1: Pos Satpam Gerbang Samping UNS 1) ISBB = (0,7×suhu basah alami) + (0,3×suhu bola)

= (0,7×25,6) + (0,3×33,7) = 17,92 + 10,11

= 28,03℃

2) Beban Kerja

Pekerja laki-laki (Umur: 40 tahun; BB: 75 kg) BK= (0,60×18)+ (3,85×4)+ (3,85×4)

18+4+4 × 60

= 96 kkal/jam

MB laki-laki = 1 kal × 75 kg × 1 jam = 75 Total BK = 96 + 75 = 171 kkal/jam [Ringan]

3) Kesesuaian Jam Kerja

Batas Waktu Kerja : 75%-100% = 4

4× 6 = 6 𝑗𝑎𝑚 b. Lokasi Indoor Titik 2: Kantin Kopma UNS

1) ISBB = (0,7×suhu basah alami) + (0,3×suhu bola) = (0,7×26,1) + (0,3×32,5)

= 18,27 + 9,75 = 28,02℃

2) Beban Kerja

Pekerja laki-laki (Umur: 45 tahun; BB: 75 kg) BK= (3,90×60)+ (4,25×120)+ (11,75×60)

300 × 60

= 234+ 510+ 705

300 × 60

= 289,8 kkal/jam

MB laki-laki = 1 kal × 75 kg × 1 jam = 75 Total BK = 289,8 + 75 = 364,8 kkal/jam [Berat]

3) Kesesuaian Jam Kerja

(25)

Batas Waktu Kerja : 25%-50% = 1

4× 5 = 2,5 𝑗𝑎𝑚

2. Perhitungan ISBB outdoor

a. Lokasi Outdoor Titik 1: Gerbang Belakang UNS

6) ISBB = (0,7×suhu basah alami) + (0,2×suhu bola) + (0,1×suhu kering)

= (0,7×28,1) + (0,2×47,1) + (0,1×35,8) = 19,67 + 9,42 + 3,58

= 32,67℃

7) Beban Kerja

Pedagang cilok laki-laki (Umur: 50 tahun; BB: 65 kg) BK= (1,85×240) + (6,25×180)

240+180 × 60

= 444 + 1125

420 × 60

= 224,14 kkal/jam

MB laki-laki = 1 kal × 65 kg × 1 jam = 65

Total BK = 224,14 + 65 = 289,14 kkal/jam [Sedang]

8) Kesesuaian Jam Kerja

Batas Waktu Kerja : 0%-25% = 1

4× 7 = 1,75 𝑗𝑎𝑚 b. Lokasi Outdoor Titik 2: Taman Samping Rektorat

1) ISBB = (0,7×suhu basah alami) + (0,2×suhu bola) + (0,1×suhu kering)

= (0,7×24,6) + (0,2×32,9) + (0,1×31,1) = 17,22 + 6,58 + 3,11

= 26,91℃

2) Beban Kerja

Pekerja perempuan (Umur: 50 tahun; BB: 55 kg) BK= (3,90×150) + (1,85×30)

180 × 60

= 585 + 55,5

180 × 60

= 213,5 kkal/jam

(26)

23

MB laki-laki = 0,9 kal × 55 kg × 1 jam = 49,5 Total BK = 213,5 + 49,5 = 263 kkal/jam [Sedang]

3) Kesesuaian Jam Kerja

Batas Waktu Kerja : 75%-100% = 4

4× 3 = 3 𝑗𝑎𝑚

(27)

24

Gambar

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja ISBB yang diperbolehkan  Alokasi Waktu
Tabel 2.2 Standar Iklim Kerja di Indonesia  Beban kerja setiap jam  ISBB
Gambar 3.1 Area Heat Stress Monitor  2.  Prosedur Pengukuran

Referensi

Dokumen terkait