• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN FILUM COELENTERATA

N/A
N/A
Bintang Eri Bagus

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN FILUM COELENTERATA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN FILUM COELENTERATA

Disusun Oleh :

Hana Fitriani (11220161000044) Kelas : 3B Tadris Biologi

Anggota Kelompok :

1. Basmah Tuhfah Ma’shumah (11220161000030) 2. Adinda Syika Adzkia (11220161000036) 3. Alya Dwi Cahyanti (11220161000038) 4. Ones Lintang Nindyasari (11220161000052)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2023

(2)

A. TUJUAN

1. Menganalisis klasifikasi filum Coelenterata berdasarkan ciri utama yang dimiliki.

2. Mengidentifikasi karakteristik setiap kelas dalam filum Coelenterata.

3. Membandingkan struktur tubuh pada setiap kelas yang termasuk filum Coelenterata

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja klasifikasi kelas pada filum Coelenterata berdasarkan ciri utama yang dimilikinya?

2. Bagaimana karakteristik masing-masing kelas yang termasuk dalam filum Coelenterata?

3. Apa yang menjadi perbedaan pada struktur tubuh masing-masing kelas yang termasuk dalam filum Coelenterata?

C. HIPOTESIS

1. Klasifikasi kelas pada filum Coelenterata berdasarkan ciri utama yang dimilikinya terdiri dari kelas Hydrozoa, kelas Scyphozoa, dan kelas Anthozoa.

2. Anthozoa cenderung memiliki bentuk polip yang dominan dan tidak memiliki medusa, sementara Scyphozoa adalah yang memiliki medusa yang paling dominan. Hydrozoa memiliki polip koloni yang bisa menghasilkan medusa.

3. Anthozoa memiliki tentakel mengelilingi mulut, reproduksi aseksual, dan adaptasi polip yang kuat. Scyphozoa memiliki tentakel panjang, reproduksi seksual melalui pelepasan telur dan sperma, serta medusa dominan. Hydrozoa memiliki tentakel pada kedua bentuk tubuh, polip yang membelah diri aseksual, dan medusa yang terlibat dalam reproduksi seksual.

D. LANDASAN TEORI

Keanekaragaman hayati adalah istilah umum yang komprehensif untuk tingkat keanekaragaman alam atau variasi jumlah dan frekuensinya dalam sistem alam. Hal ini sering dipahami dalam hal berbagai macam tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme termasuk di dalamnya gen yang mereka punya dan ekosistem yang

(3)

mereka bentuk (Rawat & Agarwal, 2015). Keanekaragaman hayati mencakup perbedaan genetik dalam setiap spesies, misalnya varietas tanaman dan ternak.

Kromosom, gen, dan DNA yang merupakan penyusun kehidupan dan menentukan keunikan setiap individu dan setiap spesies. Namun fitur lain dari keanekaragaman hayati adalah keragaman ekosistem seperti yang terjadi di gurun, hutan, lahan basah, pegunungan, danau, sungai, dan lanskap pertanian. Dalam setiap ekosistem, makhluk hidup termasuk manusia membentuk suatu komunitas, berinteraksi satu sama lain dan dengan udara, air, tanah di sekitarnya (Asril, et al., 2022).

Keanekaragaman pada makhluk hidup dipicu karena adanya perbedaan pada warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, rupa, dan sifat-sifat lainnya. Sementara itu, keanekaragaman pada makhluk hidup dapat diamati melalui persamaan ciri atau sifat antara makhluk hidup. Keanekaragaman hayati meliputi flora dan fauna.

Keanekaragaman tumbuhan dapat diartikan sebagai variasi spesies tumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Sedangkan keanekaragaman hewan, yaitu variasi spesies hewan yang menempati suatu ekosistem (Mardiyanti, et al. 2013).

Keanekaragaman pada hewan secara garis besar terbagi menjadi hewan vertebrata dan hewan avertebrata. Hewan vertebrata merupakan kelompok hewan yang memiliki tulang belakang, sedangkan avertebrata merupakan kelompok hewan yang tidak bertulang belakang Pada setiap keanekaragaman tentu saja memiliki ciri fisik yang mirip, hal ini mencerminkan adanya kekerabatan antar spesies (Siagian, 2020).

Avertebrata merupakan kelompok hewan yang tidak memiliki tulang belakang, invertebrata merangkum 95% spesies hewan yang diketahui. Invertebrata menempati hampir setiap habitat bumi, mulai dari air mendidih yang dilepaskan oleh lubang sembur hidrotermal laut dalam hingga hingga ke tanah antartika yang berbatu dan beku. Invertebrata beradaptasi dengan sangat bervariasi, sehingga menghasilkan keanekaragaman bentuk yang luar biasa, dari spesies yang hanya terdiri dari sel-sel lapisan ganda yang pipih hingga spesies-spesies lain dengan kelenjar pemintal sutra, duri-duri yang berputar, lusinan kaki yang berbuku, atau tantakel yang ditutupi dengan mangkok penghisap. Hewan avertebrata dikelompokkan menjadi 8 filum yakni Porifera, Cnidaria, Nemathelminthes, Plathyhelminthes, Annelida, Moluska, Arthropoda dan Echinodermata (Yulitasari, 2020).

(4)

Coelenterata yang dikenal juga dengan nama Cnidaria berasal dari bahasa Latin yaitu koilos yang berarti selom atau rongga tubuh, dan enteron yang berarti usus.

Jadi, Coelenterata dapat diartikan sebagai rongga tubuh yang memiliki fungsi sebagai usus (Mardiastutik, 2010). Sedangkan Istilah Cnidaria berasal dari bahasa Yunani dari kata cnida yang berarti penyengat karena sesuai dengan namanya cnidaria yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat terdapat pada tentakel yang ada disekitar mulut (Rahmadina, 2021).

Coelenterata merupakan suatu hewan invertebrata yang sebagian besar hidupnya berada di laut. Ukuran tubuhnya paling besar dibandingkan dengan hewan invertebrata lainnya, baik yang soliter maupun yang berbentuk koloni. Coelenterata yang hidupnya melekat di dasar perairan disebut dengan polip, dan yang berenang bebas disebut dengan medusa. Coelenterata sering disebut juga sebagai hewan berongga. Pemberian nama hewan berongga sebetulnya tidak tepat karena Coelenterata adalah hewan yang tidak memiliki rongga tubuh yang sebenarnya, yang dimiliki hanyalah sebuah rongga sentral yang disebut coelenteron (rongga gastrovaskuler, yaitu rongga yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pencernaan dan pengedaran sari-sari makanan) (Rahmadina, 2019).

Coelenterata adalah hewan invertebrata yang mempunyai rongga dengan bentuk tubuh seperti tabung dan mulut yang dikelilingi oleh tentakel. Pada saat berenang, mulut coelenterata menghadap ke dasar laut. Tubuh Coelenterata (hewan berongga) adalah terdiri atas jaringan luar (eksoderm) dan jaringan dalam (endoderm) serta sistem otot yang membujur dan menyilang (mesoglea). Coelenterata memiliki bentuk tubuh simetri radial, yaitu bagian yang sama didistribusikan secara merata dalam susunan melinkar dari poros tengah. Hewan ini tidak memiliki kepala dan segmen tubuh. Pada bagian atas tubuhnya terdapat tulang mulut (ostium) yang dikelilingi oleh tentakel. Tentankel ini berbentuk seperti lengan dan jumlahnya tergantung pada spesiesnya. Pada permukaan tentakel terdapat kapsul knidoblas yang beracun, di dalamnya terdapat sel nematokis yang menyengat dan beracun (Maya & Nurhidayah, 2020).

Coelenterata merupakan multiseluler pertama yang membentuk jaringan sebenarnya. Sel-sel penyusun tubuhnya telah berkembang dan terdiferensiasi membentuk empat jaringan dasar, yaitu jaringan epitel sebagai pelindung, jaringan

(5)

musculer untuk bergerak, jaringan ikat atau jaringan penyokong, dan jaringan saraf yang biasanya ditemukan pada hewan tingkat tinggi. Oleh karena itu, Coelenterata dideskripsikan sebagai metazoa yang mempunyai struktur jaringan dasar.

Coelenterata memiliki sistem saraf difusi atau menyebar yang berupa sel sensoris, tetapi belum memiliki saraf pusat. Sel-sel sensoris tersebar di lapisan epidermis dan gastrodermis (Rahmadina, 2019).

Coelenterata ditemukan kebanyakan di laut yang dangkal khususnya pada suhu hangat dan daerah tropis, tidak ditemukan di darat. Koloni hidroid selalu ditemukan menempel pada cangkang mollusca, batu-batuan dan hewan lain di daerah dangkal tetapi ada beberapa spesies yang dapat ditemukan di daerah yang dalam. Medusa yang berenang bebas dapat ditemukan di laut terbuka dan di danau. Cnidaria kadang- kadang hidup bersimbiose dengan hewan lain, biasanya hidup menempel pada permukaan tubuh hewan lain (Suartini, 2014).

Tubuh Cnidaria memiliki dua bentuk berbeda, yaitu polip dan medusa, tergantung pada fase siklus hidupnya. Pada fase polip, Cnidaria adalah organisme yang melekat pada substrat (sesil), sementara pada fase medusa, mereka mampu bergerak dan berenang bebas di dalam air. Kedua fase kehidupan Cnidaria memiliki simetri tubuh yang radial. Selain itu, lapisan tubuh Cnidaria terdiri dari hanya dua lapisan, yaitu ektoderm dan endoderm. Organisme dalam Filum Cnidaria tidak memiliki organ lengkap seperti kepala, anus, alat ekskresi, alat pernapasan, dan alat peredaran darah. Mulut Cnidaria dikelilingi oleh tentakel, dan sistem saraf mereka adalah sistem saraf yang sederhana yang tersebar dan membentuk jala (Sagrang, et al., 2021).

Adapun peran dan manfaat dari filum Coelenterata yaitu terumbu karang (Anthozoa), anemon laut (Anthozoa) dan plankton (Hydrozoa) yang merupakan komponen penting dalam ekosistem laut, ubur-ubur (Scypozoa) juga dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik dan dijadikan makanan olahan. Selain memiliki berbagai manfaat, terdapat pula kerugian yang dapat ditimbulkan, sebagai contoh yaitu ubur- ubur kubus (Cubuzoa) yang diketahui sering menyerang manusia lewat sengatnya (Sari & Masnadi, 2021).

(6)

E. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Karakteristik Organisme dalam Filum Coelenterata Berdasarkan Kelasnya N

o Kelas Karakteristik Struktur Tubuh Habitat

1 Anthozoa

 Bentuk tubuh menyerupai bunga.

 Koral berukuran kecil, berkoloni dan bervariasi.

 Dipoblastik.

 Menempel pada substrat di dasar perairan.

 Memiliki tentakel disekitar mulut dalam jumlah banyak.

 Mulut nya

memanjang (Stomodeum).

 Hidup dengan bentuk polip.

 Terdapat oskulum sebagai mulut dan anus.

Di dasar perairan tawar

dan laut

2 Hydrozoa  Terdiri atas polip dominan yang membentuk

koloni-koloni kecil atau mungkin seluruh koloni hanya terdiri dari polip.

 Cara pembentukan

tunas hanya

dilakukan oleh beberapa jenis

polip yang

 Memiliki bentuk tubuh seperti tabung dengan panjang 5 – 10 mm dengan garis tengah 2 mm.

 Hidup berbentuk polip.

 Mulut dikelilingi tentakel yang terdiri atas 6 – 7 buah tentakel tergantung spesies

Di air laut dan air tawar

(7)

membentuk Medusa.

 Medusa memiliki bentuk serupa laci dalam payung (Velum).

nya dengan

panjang hingga 20 mm.

 Permukaan mulut (ujung oral) dan permukaan tempat melekatkan diri (ujung aboral).

3 Scyphozo a

 Hidup di air laut.

 Berwarna Transparan.

 Bentuk menyerupai

mangkok atau cawan terbalik.

 Hidup dengan medusa dan polip.

 Memiliki gastrovaskuler sebagai organ pencernaan.

 Memiliki knidosit (sel penyengat)

 Memiliki mesoglea.

Di air laut dan air tawar

4 Ctenopora  Simetri radial, dimana susunan saluran internal dan posisi tentakel terletak antara 2 kombinasi simetri.

 Bentuk tubuh elip soidal dan sperikal dengan lempengan sisir di permukaan eksternal tubuh nya.

 Tidak mempunyai mematokist

kecuali Euchiora

 Susunan tubuh terdiri atas lapisan dalam dan luar ditengahnya terdapat mesoglea (terdiri atas serabut otot dan sel yang tersebar (tripoblastik) ).

 Saluran

pencernaan terdiri

dari mulut,

stomadeum,

lambung dan

beberapa jenis saluran.

Di laut, umumnya dipermukaan

laut yang dalam.

(8)

rubra tetapi memiliki rel adesif.

 Tidak bersifat sesil dan polimorfisme.

 Sistem saraf terdiri dari organ sensoris yang terletak di bagian aboral dengan plexus subepidermal yang tersusun masuk ke bagian bawah dari

ke delapan

lempengan pasir.

Tabel 2. Penampakan Organisme dalam Kelas yang termasuk Filum Coelenterata

No Kelas Gambar

1 Anthozoa

2 Hydrozoa

(9)

3 Scyphozoa

4 Ctenopora

F. PEMBAHASAN

Cnidaria, yang juga dikenal sebagai Coelenterata, adalah hewan invertebrata yang memiliki tubuh berbentuk tabung dengan mulut yang dikelilingi oleh tentakel.

Ketika berenang, mulut Cnidaria menghadap ke dasar laut. Tubuh Cnidaria terdiri dari lapisan luar (eksoderm) dan lapisan dalam (endoderm) serta sistem otot yang membentang dan bersilangan yang disebut mesoglea. Nama "Coelenterata" berasal dari bahasa Yunani, dengan "Coeles" berarti rongga dan "enteron" berarti usus, merujuk pada rongga tubuh Cnidaria yang berfungsi sebagai saluran pencernaan (gastrovaskuler). Lebih dikenal dengan istilah "Cnidaria," yang berasal dari kata Yunani "cnida" yang berarti penyengat, mengacu pada sel-sel penyengat yang terdapat pada tentakel di sekitar mulut Cnidaria.

Cnidaria termasuk ke dalam hewan yang memiliki simetri radial. Hewan radial hanya memiliki bagian dorsal (atas) dan bagian ventral (bawah) atau bagian oral (mulut) dan bagian aboral, tapi tidak ada bagian anterior (kepala) dan posterior (ekor). Bentuk tubuh dasar hewan Cnidaria terdiri dari dua variasi, yaitu polip dan medusa yang secara bergantian terjadi pada siklus hidupnya. Polip adalah bentuk

(10)

seperti tabung yang menetap dan menempel pada substrat, seperti batu, di bagian aboral (berlawanan dengan mulut) pada tubuhnya. Pada bagian atas terdapat mulut dan anus yang menjadi satu sebagai tempat makan dan pengeluaran limbah. Organ ini dikelilingi oleh tentakel. Karena menempel pada substrat, polip bersifat pasif dalam mencari makanan dan menggunakan tentakel untuk menangkap mangsa.

Umumnya ketika berbentuk polip, Cnidaria akan bereproduksi secara aseksual.

Membentuk koloni (jika progeninya tetap melekat satu sama lain) atau klon (jika terpisah progeninya). Polimorfisme terjadi di koloni dari beberapa spesies hydrozoa dan anthozoa, dimana polipnya memiliki fungsi-fungsi yang khusus seperti mencari makan, pertahanan diri, dan reproduksi aseksual. Beberapa koloni polip, yang dilengkapi dengan tentakel berfungsi untuk mengambil makanan dan sebagai alat pertahanan diri. Polip lain yang tidak bertentakel dikhususkan untuk bereproduksi dengan menghasilkan medusa kecil melalui pertunasan secara aseksual. Ukuran Cnidaria polip tidak lebih dari satu millimeter atau lebih, namun bila berbentuk koloni dapat mencapai satu meter Iebih untuk diameternya.

Medusa memiliki bentuk hampir sama dengan polip hanya letak mulut / anus berada di bawah. Berbeda dengan polip, medusa dapat bergerak bebas di air karena terbawa air atau proses kontraksi tubuhnya yang berbentuk seperti lonceng. Cnidaria medusa akan bereproduksi seksual menghasilkan larva yang bermetamorfosis menjadi polip. Dengan demikian, pada dasarnya polip adalah fase anak dan medusa adalah bentuk dewasa. Contoh Cnidaria dalam bentuk medusa adalah ubur-ubur.

Namun tidak semua hewan Cnidaria melewati kedua tahapan bentuk tersebut.

Kebanyakan jenis Hydrozoa dan Scyphozoa yang mciewati tahap polip dan medusa, sedangkan Anthozoa hanya berbentuk polip dan tidak memiliki tahap medusa.

Tubuh Coelenterata terdiri dari dua lapisan utama: epidermis (lapisan luar) dan gastrodermis (lapisan dalam). Kehadiran kedua lapisan ini menyebabkan Coelenterata digolongkan sebagai hewan diploblastik. Di antara kedua lapisan ini terdapat mesoglea, sebuah matriks gelatin yang tidak mengandung sel. Ektoderm, lapisan luar, berfungsi sebagai pelindung dari lingkungan luar, sedangkan endoderm, lapisan dalam, terlibat dalam pencernaan. Sistem pencernaan dalam bentuk kantong yang disebut Gastrosol, tempat makanan yang ditangkap oleh tentakel dicerna oleh enzim yang dihasilkan oleh sel-sel gastrodermis. Proses

(11)

pencernaan ini dikenal sebagai Pencernaan Ekstraseluler. Ektoderm terdiri dari beberapa jenis sel, termasuk sel kontraktor otot, sel sensoris, sel cnidosit (yang berfungsi sebagai alat pertahanan), dan sel interstital (yang berperan dalam pembentukan sel gamet, tunas, cnidosit, dan regenerasi). Sedangkan Gastrodermis terdiri dari sel-sel sensoris, sel kontraktor otot, sel gastrodermis (kelenjar) dengan flagel, yang berperan dalam produksi enzim pencernaan (Rahmadina, 2021).

Coelenterata belum memiliki sistem pencernaan yang sempurna. Sistem

pencernaannya hanya terdiri dari mulut dan rongga usus atau sering disebut juga rongga gastrovaskuler. Coelenterata tidak memiliki anus, sehingga sisa makanan akan dikeluarkan melalui mulut. Proses pencernaan Coelenterata terjadi secara intraseluler dan ekstraseluler. Flagel yang berada disekeliling mulutnya berfungsi untuk menangkap makanan. Coelenterata yang berbentuk polip bersifat pasif, yang berarti hanya menunggu dan menangkap makanan yang datang kepadanya.

Sistem pencernaan yang dimiliki pada filum Cnidaria juga belum sempurna dikarenakan proses penyerapan nutrisi dan pengeluaran hasil eksresi dilakukan melalui organ di bawah mulut yang mana terdapat kerongkongan pendek.

Penyerapan zat-zat makanan berlanjut masuk dari kerongkongan tersebut menuju rongga gastrovaskuler untuk dicerna secara ekstraseluler (luar sel). Penyerapan sari- sari makanan dilakukan oleh sel-sel endodermis lalu dikeluarkan kembali melalui mulut. Ciri lain dari filum ini yaitu terdapat sebuah rongga gastrovaskuler yang di dalamnya terdapat enzim tripsin untuk mencerna protein (Apriyani, et al., 2023)

Setiap hewan coelenterata mempunyai rongga gastrovaskuler, rongga tersebut terdapat pula enzim tripsin untuk mencerna protein. Hasil makanan yang telah dicerna oleh gastrosol kemudian akan diserap oleh sel-sel gastroendermis untuk kemudian dicerna lebih lanjut. Setelah makanan selesai dicerna, sari dari makanan tersebut akan dibawa ke seluruh tubuh melalui proses difusi (yaitu pertukaran zat dari konsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah). Pertukaran oksigen dan karbon dioksida juga terjadi melalui proses difusi.

Coelenterata belum memiliki alat atau organel yang berfungsi untuk respirasi, transportasi, dan ekskresi. Sebagai gantinya, Coelenterata menggunakan permukaan tubuh untuk respirasi dan ekskresi. Sedangkan untuk transportasi menggunakan rongga gastrovaskuler. Jadi rongga gastrovaskuler memiliki fungsi ganda, selain

(12)

sebagai saluran pencernaan juga sebagai sistem transportasi. Sistem syaraf pada coelenterata memiliki sistem syaraf sederhana yang tersebar dengan membentuk jala yang berfungsi untuk mengendalikan gerakan dalam merespon rangsangan. Sistem saraf ini terdapat pada mesoglea, merupakan lapisan bukan sel yang terdapat diantara lapisan epidermis dan gastrodermis (Rahmadina & Ananda, 2018).

Reproduksi pada Coelenterata terjadi secara seksual dan aseksual. Di mana reproduksi sekseualnya terjadi pada stadium polip sedangkan reproduksi aseksualnya terjadi pada stadium medusa. Pada stadium polip, perkembangbiakkannya dilakukan dengan cara pertunasan (budding), pembelahan atau pencabikan telapak kaki. Pada perkembangbiakan ini, suatu tunas terjadi dari dinding tubuh yang menonjol keluar diikuti perluasan rongga gastrovaskuler.

Berbeda dari stadium polip, pada stadium medusa sel telur atau sel sperma sebagian besar dihasilkan dari sel interstisial yang mengelompok sehingga membentuk ovari atau testis.

Filum Coelenterata terdiri atas empat kelas. Tiga kelas knidoblast dimasukkan ke dalam kelompok Cnidaria (terdiri dari kelas hydrozoa, scyphozoa, dan kelas anthozoa), sedangkan satu kelas lagi yang tidak memiliki knidoblast disebut kelompok Acnidaria (kelas Ctenophora). Awalnya, Coelentara diklasifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu: Hydrozoa, Scyphozoa, dan Anthozoa. Namun sekarang, Coelenterata terbagi menjadi dua filum yaitu Cnidaria dan Ctenophora. Pembagian ini dilakukan berdasarkan ada tidaknya sel cnidoblast (penyengat) pada bagian tubuh. Filum Cnidaria terbagi menjadi tiga kelas, yaitu: Hydrozoa, Scyphozoa, dan Anthozoa. Sedangkan Ctenophora merupakan Coelenterata yang tidak memiliki sel cnidoblast (Acnidaria) (Rusyana, 2011).

Hydrozoa memiliki beberapa karakteristik yang mencakup bentuk tubuh seperti tabung dengan panjang berkisar antara 5 hingga 10 mm dan garis tengah sekitar 2 mm. Mereka hidup dalam bentuk polip dengan mulut yang dikelilingi oleh 6 atau 7 tentakel, yang dapat memiliki panjang antara 1 hingga 20 mm, tergantung pada spesiesnya. Permukaan mulut dikenal sebagai ujung oral, sedangkan permukaan tempat melekatkan diri disebut ujung aboral. Hydrozoa melakukan reproduksi aseksual dengan pembentukan tunas, dan reproduksi seksual melibatkan pembentukan testis di bagian atas dan ovarium di bagian bawah untuk menghasilkan

(13)

zigot yang akan tumbuh menjadi individu baru. Biasanya, Hydrozoa didominasi oleh bentuk polip yang membentuk koloni-koloni kecil, meskipun beberapa jenis polip mampu membentuk medusa. Medusa mereka memiliki struktur yang menyerupai laci dalam payung, yang sering disebut sebagai velum. Contoh-contoh spesies Hydrozoa termasuk Hydra sp., Obelia sp., dan Gonionemus sp.

(Brotowidjoyo, 1989).

Istilah "Scyphozoa" berasal dari bahasa Yunani, merujuk pada hewan yang memiliki bentuk medusa yang dominan dalam siklus hidupnya, seperti ubur-ubur sejati. Medusa Scyphozoa biasanya berenang secara bebas dengan bentuk menyerupai payung, dengan ukuran diameter mencapai 2-40 cm, bahkan hingga 2 m. Warna medusa mereka dapat bervariasi, termasuk jingga, kecoklatan, dan kesumba. Beberapa anggota Scyphozoa termasuk dalam ordo Stauromedusae (Lucernariida), memiliki medusa yang menempel pada substrat seperti ganggang atau benda lainnya. Beberapa Scyphozoa tidak memiliki bentuk polip, seperti atolla dan pelagia, sementara yang lain memiliki polip kecil, seperti skifistoma pada aurelia. Reproduksi umumnya terjadi dengan pelepasan sperma dan telur ke dalam rongga gastrovaskuler dan fertilisasi dapat terjadi secara eksternal di air laut atau di koral. Contoh-contoh dari kelas Scyphozoa termasuk Aurelia, Cyanea, Perphylla, Chrysaora, dan Rhizostoma. Karakteristik umum Scyphozoa meliputi ukuran besar, saluran pencernaan bercabang, tentakel di sekitar mulut, empat lengan dengan nematokist untuk menangkap mangsa, dan sistem saraf yang membentuk anyaman (Maya & Nurhidayah, 2020).

Anthozoa sering disebut juga sebagai anemon laut yang memiliki bentuk tubuh seperti bunga sehingga disebut juga sebagai mawar laut. Anemon yang juga sering disebut sebagai bunga laut merupakan hewan yang termasuk dalam ordo Actinaria yang tersebar di perairan Indonesia sebanyak 10 jenis berdasarkan habitat dan kedalamannya (Amirudin, Palupi, & Subhan, 2021). Sepanjang hidup Anthozoa hanya sebagai sesil atau bentuk polip yang menempel di dasar perairan, Anthozoa tidak memiliki bentuk medusa itulah yang menyebabkan mengapa ia hanya hidup di dasar perairan. Anthozoa memiliki bentuk tubuh berbentuk silinder pendek, dengan salah satu ujungnya yang bebas terdapat mulut yang dikelilingi tentakel. Sifonoglipa merupakan gullet atau kerongkongan yang bersekat yang fungsinya unttuk

(14)

menghubungkan mulut dan usus. Jenis Anthozoa yang terkenal adalah Metridium marginatum, Tubiphora musica, Euplexaura antipathies (akar bahar), dan Pleurobranchia (Rahmadina, 2019).

Ctenophora memiliki arti mengandung sisir. Maksudnya adalah lempengan berjumlah delapan yang memiliki bentuk seperti sisir dan tersusun oleh silia yang menyatu. Contoh dari Ctenophora adalah ubur-ubur sisir. Ctenophora bergerak dengan silia. Memiliki bentuk tubuh menyerupai medusa Cnidaria dan dilengkapi dengan sepasang tentakel panjang yang mengandung koloblas (sel laso). Koloblas merupakan sel-sel lengket yang memiliki fungsi membantu menangkap makanan.

Ctenophora, atau hewan berjumbai laut, memiliki tubuh berbentuk simetri radial dengan diameter bervariasi. Ctenophora memiliki sepasang tentakel yang panjang dan dapat ditarik kembali, serta satu mulut untuk memasukkan makanan dan dua lubang pengeluaran untuk mengeluarkan air dan sisa zat padat. Ctenophora memiliki bentuk tubuh yang bulat atau lonjong, dan bersifat lunak. Salah satu ciri uniknya adalah kemampuan untuk mengeluarkan cahaya dari tubuhnya sendiri (Lumenta, 2017).

G. KESIMPULAN

Awalnya, Coelentara diklasifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu: Hydrozoa, Scyphozoa, dan Anthozoa. Namun sekarang, Coelenterata terbagi menjadi dua filum yaitu Cnidaria dan Ctenophora. Pembagian ini dilakukan berdasarkan ada tidaknya sel cnidoblast (penyengat) pada bagian tubuh. Filum Cnidaria terbagi menjadi tiga kelas, yaitu: Hydrozoa, Scyphozoa, dan Anthozoa. Sedangkan Ctenophora merupakan Coelenterata yang tidak memiliki sel cnidoblast (Acnidaria). Anthozoa cenderung memiliki bentuk polip yang dominan dan tidak memiliki medusa, sementara Scyphozoa adalah yang memiliki medusa yang paling dominan.

Hydrozoa memiliki polip koloni yang bisa menghasilkan medusa. Anthozoa memiliki tentakel mengelilingi mulut, reproduksi aseksual, dan adaptasi polip yang kuat. Scyphozoa memiliki tentakel panjang, reproduksi seksual melalui pelepasan telur dan sperma, serta medusa dominan. Hydrozoa memiliki tentakel pada kedua bentuk tubuh, polip yang membelah diri aseksual, dan medusa yang terlibat dalam

(15)

reproduksi seksual. Ctenophora tidak memiliki sel cnidoblast, memiliki bentuk seperti sisir dan tersusun oleh silia yang menyatu.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin, Palupi, R. D., & Subhan. 2021. Identifikasi Anemon di Daerah Terumbu Karang Perairan Kaswari, Taman Nasional Wakatobi. Sapa Laut, 6(2):147-152.

Apriyani, H., Fitria, R. A., Octavia, R., Fourthina, Y., Junita, F., & Nurseha, T. 2023.

Keragaman Invertebrata Laut Di Kepulauan Mandeh Sumatera Barat. Jurnal Nasional Biologi, 2(2), 224–236.

Asril, M., Simarmata, M., Sari, S. P., Indarwati, Setiawan, R. B., Arsi, Afriansyah, &

Junairih. 2022. Keanekaragaman Hayati. Medan : Yayasan Kita Menulis.

Brotowidjoyo, M. D. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.

Lumenta, C. 2017. Avertebrata Air. Manado : Unsrat Press.

Mardiastutik, W. E. 2010. Mengenal Hewan Invertebrata. Bekasi : Mitra Utama.

Mardiyanti, DE., Wicaksono, KP., Baskara, M. 2013. Dinamika Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Pasca Pertanaman Padi. Jurnal Produksi Tanaman, 1(1):24- 35.

Maya, S., & Nurhidayah. 2020. Zoologi Invertebrata. Bandung : Widina Bhakti Persada.

Rahmadina. 2019. Biologi : Taksonomi Invertebrata. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Rahmadina. 2021. Taksonomi Hewan Invertebrata Berbasis Riset. Yogyakarta : Deepublish Publisher.

Rahmadina, & Ananda, D. 2018. Inventarisasi Hewan Invertebrata pada Filum Coelenterata di Pantai Pondok Permai Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Klorofil, 2(2):1-5.

Rawat, U. S., & Agarwal, N. K. 2015. Biodiversity: Concept, Threats and Conservation. Environment Conservation Journal, 16(3):19-28.

Rusyana, A. 2011. Zoologi Invertebrata : Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta.

Sagrang, A. M., Paruntu, C. P., Wagey, B., Roeroe, K. A., Ompi, M., & Wantasen, A.

S. 2021. Komposisi Nematosit Karang Fungia, Cycloseris vaugani dari Terumbu Karang Pantai Malalayang, Manado. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 9(3), 7-14.

Sari, N., Masnadi, M. 2021. Inventarisasi Spesies Filum Coelentrata di Kawasan Pantai Cermin untuk Pengembangan Bahan Ajar Pada Mata Kuliah Taksonomi Hewan Rendah. Best Journal, 4(2):173-179.

Siagian, G. 2020. Taksonomi Hewan. Bandung: Widina Bhakti Persada Bandung.

Suartini, N. M. 2014. Taksonomi Invertebrata Filum Cnidaria. Bali : Universitas Udayana.

Yulitasari, N. 2020. Taksonomi Invertebrata Pendidikan Biologi. Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Referensi

Dokumen terkait

The interaction between urea 500 kg/ha and chicken manure 40 t/ha showed the highest fresh tuber weight and was significantly different from the control and other

Based on the results of data processing, obtained a significance value > 0.05, it can be concluded that the birth order has the same variance or is homogeneous.. [36] In the results of