• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA PANEN (PNA 3523) ACARA III TEKNOLOGI PENGEMASAN UNTUK KOMODITAS HORTIKULTURA

N/A
N/A
Andhia Rizqi

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA PANEN (PNA 3523) ACARA III TEKNOLOGI PENGEMASAN UNTUK KOMODITAS HORTIKULTURA"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA PANEN

(PNA 3523)

ACARA III

TEKNOLOGI PENGEMASAN UNTUK KOMODITAS HORTIKULTURA

Oleh:

Andhiarizqi Mulyawan NIM. A1L113006

Rombongan 9

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

2015

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2013, terjadi peningkatan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dengan rata-rata 1,49 % per tahunnya.

Namun peningkatan jumlah penduduk tidak diiringi dengan peningkatan produksi pangan sehingga kebutuhan pangan tidak tercukupi. Maka dari itu, banyak dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan produksi pangan. Keberhasilan usaha tersebut salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki tentang tanaman. Pengetahuan tersebut dapat menjadi referensi untuk melakukan teknik budidaya yang tepat.

Buah dan sayuran merupakan produk hortikultura hasil dari kegiatan budidaya tanaman. Pada dasarnya buah dan sayuran merupakan salah satu bagian dari tanaman yang dimanfaatkan oleh manusia. Manusia memanfaatkan buah dan sayuran untuk berbagai macam kebutuhannya, umumnya untuk konsumsi pribadi atau untuk konsumsi hewan ternak dan lain-lain. Nilai ekonomis dari buah dan sayuran pun meningkat seiring dengan semakin meluas dan meningkatnya pemanfaatan dari buah dan sayur.

Kekurangan terbesar dari buah dan sayuran adalah tidak tahan lama apabila akan disimpan dalam waktu yang lama. Guna memperpanjang masa simpannya, dilakukan pengemasan terhadap produk tersebut. Kemudian berkembanglah

(3)

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Membedakan komoditas yang dikemas maupun yang tidak dikemas dari segi masa kesegaran, estetik dan ekonomis.

2. Mendemonstrasikan proses pengemasan suatu komoditas.

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Aspek Botani Apel

Apel (Malus sylvestris L.) dapat hidup subur di daerah yang mempunyai temperatur udara dingin (Rismunandar, 1990). Tumbuhan ini dibudidayakan terutama di daerah subtropis bagian Eropa Utara. Sedang apel lokal di Indonesia yang terkenal berasal dari daerah Malang, Jawa Timur dan daerah Gunung Pangrango, Jawa Barat (Soelarso, 1996). Produksi apel di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 2.260.337 ton (BPS, 2014), yang merupakan jumlah yang besar dan berpotensi menghasilkan keuntungan yang besar. Berdasarkan aspek botani, menurut Rismunandar (1990) apel diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rosales

Famili : Rosaceae Genus : Malus

Spesies : Malus sylvestris L.

Apel dapat tumbuh dan berkembang dengan baik apabila dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian sekitar 1200 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini sangat baik pada curah hujan 1.000-2.000 mm per tahun.

Tanaman ini juga sangat memerlukan cahaya matahari hingga 50-60 %, suhu 16-

(5)

Tumbuhan apel dikatagorikan sebagai salah satu anggota keluarga mawar- mawaran dan mempunyai tinggi batang pohon dapat mencapai 7-10 meter. Daun apel sangat mirip dengan daun tumbuhan bunga mawar. Berbentuk bulat telur dan dihiasi gerigi-gerigi kecil pada tepiannya. Pada usia produktif, apel biasanya akan berbunga pada sekitar bulan Juli. Buah apel yang berukuran macam-macam tersebut sebenarnya merupakan bunga yang membesar atau mengembang sehingga menjadi buah yang padat dan berisi (Soelarso, 1996).

Tanaman apel memiliki akar tunggang yaitu akar bawah tegak lurus ke dalam tanah. berfungi untuk menyokong tanaman, menyerap unsur hara tanah (Sunarjono, 1987). Batangnya berkayu keras dan kuat. Tanaman ini memiliki kulit yang tebal, berwarna mudah, kecoklatan hingga kuning dan keabu-abuan (Soelarso, 1996). Tanaman apel memiliki bentuk lonjong dan oval, memiliki ujung yang runcing dan memiliki daun tumpul dan tepi daunnya bergerigi (Soelarso, 1996).

Tanaman apel memiliki bungan bertangkai pendek, menghadap ketas, berdandan dan pada tiap tandan bunga memiliki 6-7 bunga. Bunga pada tanaman ini tumbuh di ketiak daun , mahkota bungan berwarna putih dan kemarahan (Widyastuti dan Palmin, 1993).

Tanaman apel memiliki buah yang sangat bervariasi yaitu hijau, merah, dan juga kemaraha dengan bentuk oval atau bulat. Buah pada apel memiliki kulit tipsi dan kasar serta memiliki pori-pori yang besar. Namun, setelah matang sempurna akan menjadi mengkilat dan juga halus permukaan buah (Sunarjono, 1987).

(6)

B. Aspek Botani Pakcoy

Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah tipe tanaman sayur-sayuran yang tergolong keluarga Brassicaceae. Flora pakcoy berasal dari China dan sudah dibudidayakan seusai abad ke-5 dengan cara luas di China selatan dan China pusat dan Taiwan. Sekarang pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina, Malaysia, Indonesia dan Thailand (Sunarjono, 2003). Menurut Rukmana (1994), klasifikasi tanaman sawi pakcoy adalah sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rhoeadales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica

Spesies : Brassica rapa L.

Daun pakcoy bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat, tak membentuk kepala, tumbuh agak tegak alias setengah mendatar, tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun, berwarna putih alias hijau muda, gemuk dan berdaging, tanaman mencapai tinggi 15-30 cm (Sunarjono, 2003).

(7)

Daerah penanaman yang tepat untuk pakcoy adalah dari ketinggian 5-1.200 mdpl. Tetapi biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100-500 mdpl.Tanaman pakcoy bisa tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, namun hasil yang diperoleh lebih baik jika ditanam di dataran tinggi (Firmansyah dkk., 2009). Tanaman pakcoy tahan kepada air hujan.

Pada musim kemarau yang butuh diperhatikan adalah penyiraman dengan cara teratur (Rukmana, 1994).

Pakcoy ditanam dengan benih langsung alias dipindah tanam dengan kerapatan tinggi; yaitu kurang lebih 20- 25 tanaman/m2, dan bagi kultivar kerdil ditanam dua kali lebih rapat. Kultivar genjah dipanen umur 40-50 hari, dan kultivar lain memerlukan waktu hingga 80 hari seusai tanam. Pakcoy mempunyai umur pasca panen singkat, tetapi nilai produk bisa dipertahankan selagi 10 hari, pada suhu 0. Media tanam adalah tanah yang tepat untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, tak sedikit mengandung humus, subur, dan pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 5-7 (Sunarjono, 2003).

(8)

C. Aspek Botani Selada

Selada (Lactuca sativa) adalah tumbuhan sayur yang biasa ditanam di daerah beriklim sedang maupun daerah tropika (Sunarjono, 2003). Menurut Sunarjono (2003), dalam dunia pertanaman selada diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Magnoliophyta Kelas :Magnoliopsida Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Lactuca Spesies : Lactuca sativa

Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar serabut menempel pada batang, tumbuh menyebar ke semua arah pada kedalaman 20-50 cm atau lebih. Sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman diserap oleh akar serabut. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi (Haryanto dkk., 1995).

Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam, bergantung varietasnya. Daun selada krop berbentuk bulat dengan ukuran daun yang lebar, berwarna hijau terang dan hijau agak gelap. Daun selada memiliki tangkai daun lebar dengan tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan halus. Daun bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak manis. Daun

(9)

selada umumnya memiliki ukuran panjang 20-25 cm dan lebar 15 cm (Haryanto dkk., 1995).

Tanaman selada memiliki batang sejati. Batang selada krop sangat pendek dibanding dengan selada daun dan selada batang. Batangnya hampir tidak terlihat dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Diameter batang selada krop juga lebih kecil yaitu berkisar antara 2-3 cm dibanding dengan selada batang yang diameternya 5,6-7 cm dan selada daun yang diameternya 2-3 cm (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Bunga selada berbentuk dompolan (inflorescence). Tangkai bunga bercabang banyak dan setiap cabang akan membentuk anak cabang. Pada dasar bunga terdapat daun - daun kecil, namun semakin ke atas daun tersebut tidak muncul. Bunganya berwarna kuning. Setiap krop panjangnya antara 3-4 cm yang dilindungi oleh beberapa lapis daun pelindung yang dinamakan volucre. Setiap krop mengandung sekitar 10-25 floret atau anak bunga yang mekarnya serentak (Sunarjono, 2003).

Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras, berwarna coklat, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang empat milimeter dan lebar satu milimeter. Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua,dan dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Selada dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun, hampir semua tanaman selada lebih baik diusahakan di dataran tinggi. Pada penanaman di dataran tinggi, selada cepat berbunga. Suhu optimum bagipertumbuhannya adalah 15-200C (Sunarjono, 2003).

(10)

Tanaman ini umumnya ditanam pada penghujung musim penghujan, karena termasuk tanaman yang tidak tahan kehujanan. Pada musim kemarau tanaman ini memerlukan penyiraman yang cukup teratur. Selain tidak tahan terhadap hujan, tanaman selada juga tidak tahan terhadap sinar matahari yang terlalu panas (Sunarjono, 2003).

Daerah - daerah yang dapat ditanami selada terletak pada ketinggian 5-2.200 mdpl. Selada krop biasanya membentuk krop bila ditanam di dataran tinggi, tapi ada beberapa varietas selada krop yang dapat membentuk krop di dataran rendah seperti varietas great lakes dan Brando (Haryanto dkk., 1995).

Selada tumbuh baik pada tanah yang subur dan banyak mengandung humus.

Tanah yang banyak mengandung pasir dan lumpur baik sekali untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian tanah jenis lain seperti lempung berdebu dan lempung berpasir juga dapat digunakan sebagi media tanam selada (Haryanto dkk., 1995).

D. Aspek Botani Wortel

Tanaman wortel berasal dari daerah yang beriklim sedang (subtropis) (Rukmana, 2002)). Tanaman ini ditemukan sekitar 6.500 tahun yang lalu, tumbuh secara liar di kawasan kepulauan Asia Tengah dan kawasan Timur Dekat (Asia Kecil, Dataran Tinggi Turkmenistan, Transcaucasia, dan Iran). Selanjutnya menyebar luas ke Eropa, Afrika, Amerika, dan Indonesia yang beriklim panas (tropis) (Cahyono, 2002).

(11)

Tanaman ini memilki kesamaan atau kerabatan dengan parsley, seledri parsnip dan lain-lain. Menurut Cahyono (2002), wortel diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Umbellales Famili : Umbelliferae Genus : Daucus

Spesies : Daucus carota L.

Daun pada tanaman wortel sangat lah majemuk, menyirip ganda dua atau tiga dan bertangkai . Daun memiliki anak-anak berbentuk lanset (garis-garis).

Bagian tepi bercanggap dan setiap tanaman memilki 5-7 tangkai daun berukuran agak panjang. Tangkai daun kaku dan tebal dengan permukaan halus. Sedangkan selehai daun emas lemas dan tipis. Daun berguna sebagai fotosintesis yang menghasilkan zat-zat yang di perlukan untuk vegetative maupun generatif (Rukmana, 2002).

Batangan paada tanaman wortel, berbentuk bulat , tidak berkayu, agak keras dan berdiameter 1 – 1,5 cm . Pada umumnya berwarna kuning keoren-orenan.

Batang tanaman tidak bercabang. Namun di tumbuhi dtangkai daun yang berukuran panjang sehingga kelihatan seperti cabang.Batang berfungsi sebagai media translokasi air dari tanam maupun hasil proses fotosintesis (Cahyono, 2002).

(12)

Tanaman wortel memilki akar serabut dan tunggang. Namun dalam pertumbuhan akar tunggang akan mengalami perubahan bentuk dan fungsinya juga sebagi tempat penyimpanan makanan sehingga akar akan berubah menjadi besar, bulat dan memanjang berdiameter 6 cm dan panjang 30 cm tergantung varietasnya (Cahyono, 2002).

Bunga tanaman wortek tumbuh pada ujung tanaman, berbentuk paying ganda , berwarna putih atau merah jambu agak pucat . Bunga memilki tangkai pendek dan tebal . bunga terletak pada bidang lengkung yang sama . Bunga wortel yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji berukuran kecil dan berbulu (Rukmana, 2002).

Biji tanaman wortel merupakan biji tertutup dan berkeping dua , dan di gunakan sebagai untuk memperbanyak tanaman. Biji berbentuk kecoklatan dengan 3 mm dan lebar 1.5 mm setiap gram benih berisi 200 biji (Rukmana, 2002).

Umbian pada tanaman wortel terbentuk dari akar tunggang yang berubah fungsinya menjadi tempat penyimpanan cadangan makanan berupa karbohidrat , lemak, vitamin, mineral dan air (Cahyono, 2002). Ukuran umbi wortel tergantung variatesnya . Umbian besar biasanya berdiameter 6.3 cm sedangkan berukuran kecil 3.5 cm berat umbi besar mencapai 300 gram sedangkan yang kecil 100 gram (Rukmana, 2002).

(13)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, 8 Desember 2015 di Laboratorium Agronomi dan Hortikultura.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: apel, wortel, selada, pakcoy masing-masing 4 buah, air biasa, solusi ppm 100 dan ppm 200 klorin serta sabun cuci piring (natrium sulfonat). Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah: ember, kulkas, keranjang, styrofoam dan plastik pembungkus.

C. Prosedur Kerja

1. Ember disiapkan, lalu diisi dengan air biasa, klorin dan sabun cuci piring 2. Buah dan sayuran yang digunakan pada praktikum dicuci dengan air biasa.

3. Buah dan sayuran dicuci dengan klorin selama 10 detik.

4. Buah dan sayuran dicuci dengan sabun cuci piring selama 20 detik.

5. Buah dan sayuran diletakkan di keranjang dan dikeringanginkan

6. Buah dan sayuran diambil dari keranjang, lalu diletakkan pada styrofoam.

7. Sebagian buah dan sayuran pada styrofoam ditutup dengan plastik pembungkus. Sedangkan sisanya dibiarkan tidak terbungkus.

8. Buah dan sayuran yang terbungkus dan tidak terbungkus diletakkan di ruang terbuka dan kulkas. Lalu diamati perubahannya selama 10 hari.

(14)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.a. Pengamatan teknologi pengemasan N

o Tanggal Produk Indikator Komoditas

Wortel Apel Selada Pakchoy

1 9/12/2015

Tanpa Kemas Ruang Terbuka

Warna Kesegaran Kontaminan

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak ada Kemas Ruang Terbuka

Warna Kesegaran Kontaminan

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak Ada

(15)

Tanpa Kemas Ruang Kulkas

Warna Kesegaran Kontamina

n

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Ada

Tetap Segar Ada

Kemas Ruang Kulkas

Warna Kesegaran Kontamina

n

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Ada

Tetap Segar Tidak ada 2

.

Kamis 10/12/201 5

Tanpa Kemas Ruang Terbuka Warna Kesegaran Kontamina

n

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak ada

Berubah Tidak Segar

Ada

Tetap Tidak segar

Ada

(16)

Kemas Ruang Terbuka

Warna Kesegaran Kontamina

n

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak ada

Berubah Tidak segar

Ada

Berubah Tidak segar

Ada Tanpa Kemas Ruang Kulkas

Warna Kesegaran Kontamina

n

Berubah Tidak segar

Ada

Tetap Segar Tidak ada

Berubah Tidak segar

Ada

Tetap Segar Ada Kemas Ruang Kulkas

Warna Kesegaran Kontamina

n

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak ada

Berubah Tidak segar

Ada

Tetap Segar Tidak ada

(17)

Kontamina

n Tidak ada Tidak ada - -

Tanpa Kemas Ruang Terbuka

Warna Kesegaran Kontamina

n

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak ada

Berubah Tidak segar

Ada

Berubah Tidak segar

Ada

Kemas Ruang Kulkas

Warna Kesegaran Kontamina

n

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak ada

Berubah Tidak segar

Ada

Berubah Tidak segar

ada Tanpa Kemas Ruang Kulkas Warna

Kesegaran Kontamina

Berubah Tidak ada

Ada

Berubah Tidak Segar

Ada

Berubah Tidak segar

Ada

Berubah Tidak segar

ada

(18)

n

4 .

Sabtu 12/12/201 5

Kemas Ruang Terbuka

Warna Kesegaran Kontamina

n

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak Ada

- - -

- - -

Tanpa Kemas Ruang Terbuka

Warna Kesegaran Kontamina

Berubah segar tidak Ada

Tetap segar Tidak Ada

- - -

- - -

(19)

Kemas Ruang Kulkas

Warna Kesegaran Kontamina

n

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak ada

Berubah Tidak segar

ada

Tetap Segar Tidak ada

Tanpa Kemas Ruang Kulkas

Warna Kesegaran Kontamina

n

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak ada

Berubah Tidak segar

ada

Tetap Segar Tidak ada

5 .

Minggu 13/12/201 5

Kemas Ruang Terbuka Warna

Kesegaran Kontamina

n

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak ada

- - -

- - -

(20)

Tanpa Kemas Ruang Terbuka

Warna Kesegaran Kontamina

n

Berubah Tidak segar

Tidak ada

Tetap Tidak segar

Tidak ada

- - -

- - -

Kemas Ruang Kulkas

Warna Kesegaran Kontamina

n

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak ada

- - -

- - -

Kemas Ruang Kulkas

Warna Kesegaran Kontamina

Berubah Tidak segar

Tidak ada

Berubah Tidak segar

Tidak ada

Berubah Tidak segar

Tidak ada

Tetap Segar Tidak ada

(21)

. 14/12/201 5

Kesegaran Kontamina

n

Segar Tidak ada

Segar Tidak ada

- -

- -

Tanpa Kemas Ruang Terbuka

Warna Kesegaran Kontamina

n

Berubah Tidak segar

Tidak ada

Tetap Tidak segar

Tidak ada

- - -

- - -

Kemas Ruang Kulkas

Warna Kesegaran Kontamina

n

Tetap Segar Tidak ada

Tetap Segar Tidak ada

- - -

- - -

Kemas Ruang Kulkas Warna Berubah Berubah Berubah Tetap

(22)

Kesegaran Kontamina

n

Tidak segar Tidak ada

Tidak segar Tidak ada

Tidak segar Tidak ada

Segar Tidak ada

7 .

Selasa 15/12/201 5

Kemas Ruang Terbuka

Warna Kesegaran Kontamina

n

Berubah Tidak segar

Tidak ada

Berubah Tidak segar

Tidak ada

- - -

- - -

Tanpa Kemas Ruang Terbuka

Warna Kesegaran Kontamina

n

Berubah Tidak segar

Tidak ada

Berubah Tidak segar

Tidak ada

- - -

- - -

(23)

Kesegaran Kontamina

n

Segar Tidak ada

Segar Tidak ada

- -

- -

Tanpa Kemas Ruang Kulkas

Warna Kesegaran Kontamina

n

Berubah Tidak segar

Ada

Berubah Tidak segar

Ada

- - -

- - -

(24)

B. Pembahasan

Pengemasan atau pembungkusan, pewadahan dan pengepakan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap makanan atau bahan pangan dengan mengemas suatu produk agar kuantitas maupun kualitasnya tetap terjaga hingga mencapai konsumen (Lakitan, 1995). Pengemasan memegang peranan penting dalam pengawetan dan mempertahankan mutu bahan hasil pertanian (Kartasapoetra, 1989).

Fungsi pengemasan yaitu mengatur interaksi antara bahan pangan dengan lingkungan sekitar, sehingga menguntungkan bagi bahan pangan, dan menguntungkan bagi manusia yang mengkonsumsi bahan pangan.Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan dan getaran). Selain itu, pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi (Lakitan, 1995).

Menurut (Pantastico, 1997), manfaat pengemasan pada bahan pangan adalah:

1. Membuat umur simpan bahan pangan menjadi panjang.

2. Menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah.

3. Mencegah rusaknya nutrisi/gizi bahan pangan.

(25)

6. Mendukung perkembangan makanan siap saji.

7. Menambah estetika dan nilai jual bahan pangan.

Pengemasan terhadap bahan pangan harus memenuhi beberapa kondisi atau aspek untuk dapat mencapai tujuan pengemasan tersebut, yaitu sebagai berikut (Coles et.al., 2003):

1. Bahan pengemasnya harus memenuhi persyaratan tertentu.

2. Metode atau teknik pengemasan bahan pangan harus tepat.

3. Pola distribusi dan penyimpanan produk hasil pengemasan harus baik.

Berdasarkan syarat pengemasan terhadap bahan pangan tersebut, maka dalam merancang kemasan untuk komoditas hortikultura, perlu diperhatikan kriteria bahan pengemasan berikut (Coles et.al., 2003):

1. Kemasan harus benar – benar berfungsi sebagai wadah yang dapat diisi produk.

2. Kemasan harus tahan dan tidak berubah bentuk selama pengangkutan.

3. Permukaan bagian dalam kemasan harus halus sehingga produk tidak rusak selama pengangkutan.

4. Ventilasi kemasan harus cukup, sehingga dapat mengeluarkan gas hasil metabolisme produk dan menurunkan panas yang timbul. Selain itu, jugadapat menahan laju transpirasi dan respirasi dari produk.

5. Bahan untuk kemasan harus cukup kering sehingga beratnya tetap (konstan), dan tidak mengabsorpsi air dan perisa (flavour) produk.

6. Kemasan harus bersih dan tidak memindahkan infeksi penyakit ke produk, bahan kemasan juga harus tahan serangan jamur, gigitan serangga dan tikus.

(26)

7. Kemasan harus mudah diangkat dan dapat disusun pada bak – bak alat angkut dengan sistem pallet (khusus untuk ekspor).

8. Kemasan harus ekonomis dan bahan kemasan terdapat di sentra produksi.

9. Mempunyai kemudahan dalam membuka atau menutup dan juga memudahkan dalam tahap-tahap penanganan,pengangkutan dan distribusi.

10. Mempunyai ukuran,bentuk dan bobot yang sesuai dengan stndart yang ada,mudah dibuangdan mudah dibentuk atau dicetak.

11. Menampakkan identitas ,informasi dan penampilan yang jelas agar dapat membantu promosi atau penjualan.

Kemasan dapat digolongkan berdasarkan berbagai hal antara lain: frekuensi pemakaian, struktur sistem kemasan,sifat kekakuan bahan kemas, sifat perlindungan terhadap lingkungan, dan tingkat kesiapan pakai (Pantastico, 1997).

1. Frekuensi pemakaian

a. Kemasan sekali pakai (disposable),yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah dipakai (bungkus permen, bungkus daun).

b. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (multi trip),yaitu kemasan yang dikembalikan pada penjual setelah dipakai (beberapa jenis botol minuman).

c. Kemasan yang tidak dibuang atau dikembalikan (semi disposable), kemasan tersebut biasanya digunakan untuk keperluan lain setelah dipakai (kaleng susu).

(27)

2. Struktur sistem kemas

a. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi bahan (kaleng susu, botol minuman,bungkus tempe)

b. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kemasan primer (kotak karton)

c. Kemasan tersier, kuarter yaitu apabila diperlukan lagi pengemasan setelah kemasan primer dan sekunder.

3. Sifat kekakuan bahan kemas

a. Kemasan fleksibel,yaitu bila bahan kemas mudah dilenturkan tanpa adanya retak atau patah plastik, kertas, foil)

b. Kemasan kaku,yaitu bila bahan kemas bersifat keras,kaku,tidak tahan lenturan (kayu, gelas, logam)

c. Kemasan semi kaku atau semi fleksibel,yaitu bahan kemas yang memiliki sifat-sifat antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku (botol plastik).

Menurut (Kartasapoetra, 1989), jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai pengemas adalah sebagai berikut:

1. Gelas

Sebagai bahan kemas gelas mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan seperti inert (tidak bereaksi) kuat, tahan terhadap kerusakan,sangat baik sebagai barrier terhadap benda padat, cair dan gas. Sifat gelas yang transparan menguntungkan dari segi promosi disamping itu beberapa jenis gelas seperti pyrex tahan terhadap suhu yang tinggi. Kelemahan kemasan

(28)

gelas yaitu mudah pecah dankurang baik bagi produk-produk yang peka terhadap penyinaran (ultraviolet).

2. Kertas

Selain untuk media komunikasi atau media cetak, kertas digunakan menjadi bahan pengemas. Pada abad ke 19 kertas menggantikan peranan kemasan dari tanah liat, gelas dan kaleng.Pada abad ke 19 itu pula karton mulai berkembang dalam bentuk kantong kertas dan kardus.Kotak kertas yang dibuat pada sekitar tahun 1840 membutuhkan banyak lem karena banyak potongan yang perlu direkat. Penggunaannya terbatas untuk barang-barang mewah (Kartasapoetra,1989)

3. Karton Lipat

Karton lipat merupakan jenis pengemas yang popular karena mempunyai sifat praktis, murah dan mudah dilipat sehingga hanya memerlukan sedikit ruang dalam pengangkutan dan penyimpanan.Demikian pula dalam pencetakan dan penggrafiran dapat dilakukan untuk meningkatkan penampilan produk.Pemakaian yang luas dari jenis kemasan ini disebabkan oleh banyaknya variasi dalam hal model, bentuk dan ukuran dengan karakteristik yang khusus. Dalam perdagangan karton lipat dikenal dengan nama FC (Folding Carton).

4. Logam

Beberapa keuntungan dari kemasan logam (kaleng) untuk makanan dan minuman yaitu mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi,mempunyai sifat

(29)

dan kotoran sehingga cocok untuk kemasan hermitis. Disamping itu walaupun mempunyai resiko adanya pengikisan atau migrasi unsur-unsur logam,akan tetapi toksisitasnya relatif rendah,tahan terhadap perubahan atau keadaan suhu yang ekstrim dam mempunyai permukaan yang ideal untuk pemberian dekorasi dalam labeling (Pantastico, 1997).

Kemasan kaleng umumnya digunakan untuk berbagai produk yang mengalami proses sterilisasi termal. Pada mulanya kemasan kaleng dibuat dari plat timah (tin plate) yang terdiri dari lembaran dasar baja dilapisi timah putih dengan cara encelupan dalam timah cair panas (hot dipping) atau dengan proses elektrolisis yaitu menggunakan listrik galvanis sehingga menghasilkan lapisan timah yang lebih tipis. Contohnya adalah kaleng baja bebas timah (tin free steel), kaleng tiga lapis (three piece cans) dan kaleng lapis ganda (two piece cans) (Pantastico, 1997).

Foil adalah bahan kemasan dari logam, berupa lembaran aluminium yang padat dan tipis dengan ketebalan kurang dari 0,15 mm. Mempunyai kekerasan yang berbeda-beda, yaitu dari mulai yang sangat lunak sampai yang keras. Foil mempunyai sifat yang hermetis, fleksibel, tidak tembus cahaya.

Pada umumnya digunakan sebagai bahan pelapis yang dapat ditempatkan pada bagian dalam atau lapisan tengah sebagai penguat yang dapat melindungi kemasan (Coles et.al., 2003).

(30)

5. Plastik

Penggunaan plastik dalam pengemasan sebenarnya sangat terbatas tergantung dari jenis makanannya. Kelemahan plastik adalah tidak tahan panas, tidak hermetis (masih bisa ditembus udara melalui pori-pori plastik), dan mudah terjadi pengembunan uap air didalam kemasan ketika suhu turun.

Penggunaan plastik sebagai kemasan dapat berupa kemas bentuk (flexible) atau sebagai kemas kaku. Makanan padat yang memiliki umur simpan pendek atau makanan yang tidak memerlukan perlindungan ekstra dikemas dengan kemasan bentuk. Sementara itu makanan cair dan padat yang memerlukan perlindungan ekstra perlu dikemas dengan kemasan kaku dalam bentuk botol, jerigen, kotak atau bentuk lainnya (Coles et.al., 2003).

Berdasarkan sifat-sifatnya terhadap perubahan suhu maka plastik dapat dibagi dua, yaitu termoplastik dan termodursinable. Termoplastik yaitu plastik yang meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu,dan mempunyai sifat dapat balik (reversible) kepada sifat aslinya,yaitu kembali mengeras bila didinginkan. Termodursinable yaitu plastik yang tidak dapat mengikuti perubahan suhu, bila pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali (non reversible),meskipun dengan pemanasan yang tinggi. Karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai tutup ketel.

Jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan antara lain : polietilen, cellophan, polivinilklorida (PVC), polivinil dienaklorida (PVDC), polipropilen, poliester, poliamida, dan polietilentereptalat (PET).

(31)

Polietilen adalah jenis plastik yang harganya paling murah. Polietilen memiliki beberapa varian antara lain : Low Density Polyetilene (LDPE), High Density Polyetilene (HDPE), dan Polietelentereptalat (PET). Polietilen memiliki sifat kuat bergantung variannya, transparan dan dapat direkatkan dengan panas sehingga mudah dibuat kantong plastik.

Cellophan sebenarnya terbuat dari serat selulosa yang disulfatasi.

Cellophan dapat dipergunakan untuk membungkus sayuran, daging, dan beberapa jenis roti. Cellophan yang dilapisi nitroselulosa mempunyai sifat yang tahan terhadap uap air, fleksibel, dan mudah direkatkan dengan pemanasan. Cellophan yang dilapisi PVDC tahan terhadap uap air dan kedap oksigen sehingga baik untuk mengemas makanan yang mengandung minyak atau lemak.

Polivinilklorida (PVC) adalah jenis plastik yang kuat, namun memiliki kelemahan yaitu dapat berkerut (Shrinkable). Sering digunakan untuk mengemas daging atau keju.

Polivinildienaklorida (PVDC) adalah jenis plastik yang kuat, tahan terhadap uap air dan transmisi udara. Sering dugunakan dalam pengemasan keju dan buah-buahan yang dikeringkan.

Kain Blacu dapat digunakan untuk mengemas bahan pangan tepung, seperti tepung terigu atau tepung tapioka. Dibuat dalam bentuk kantung- kantung yang berkapasitas 10-50 kg. Kelebihannya adalah tidak mudah sobek, fleksibel, mudah dicetak dan murah harganya. Kelemahannya adalah memiliki permeabilitas udara yang jelek dan tidak kedap air.

(32)

6. Edible film

Edible film adalah bahan pengemas organik yang dapat dimakan sekaligus dengan bahan pangan yang dikemasnya, biasa terbuat dari senyawa polisakarida dan turunan lemak.ahan yang digunakan antara lain polisakarida yang berasal dari rumput laut (agarose, karaginan, dan alginat), polisakarida pati, amilosa film, gelatin, gum arabik, dan turunan monogliserida. Contoh pengemasan edible film adalah pada sosis, permen, dan kapsul minyak ikan (Coles et.al., 2003).

Telah dilakukan praktikum mengenai teknologi pengemasan untuk produk hortikultura. Produk yang digunakan untuk praktikum adalah buah apel dan sayuran wortel, pakchoy serta selada. Prosedur pelaksanaan praktikum diawali dengan penyucian produk dengan air biasa, klorin dan sabun cuci piring (natrium sulfonat). Penyucian dengan klorin bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang kemungkinan berada di dalam produk, karena klorin bersifat basa sehingga mampu membunuh mikroorganisme (Pantastico, 1997). Sedangkan penyucian dengan natrium sulfonat bertujuan untuk menghilangkan aroma tidak sedap pada produk (Rahmat, 1993). Penyucian dengan bahan-bahan tersebut dilakukan dalam waktu hanya beberapa detik agar tidak meresap masuk ke dalam produk (Coles et.al., 2003).

Setelah dilakukan penyucian, produk dikeringanginkan untuk mengurangi kelembapannya. Kemudian produk diletakkan pada 4 buah styrofoam berbeda. 2

(33)

berpasangan di dalam kulkas dan di ruangan terbuka untuk diketahui perubahannya. Variabel yang diamati adalah warna, kesegaran dan kontaminan.

Pengamatan perubahan dilakukan selama 10 hari.

Perubahan produk telah terjadi pada hari ke 1 pengamatan. Produk tanpa kemas dan kemas kulkas telah terdapat kontaminan. Produk yang terkena kontaminan adalah selada pada perlakuan tanpa kemas dan kemas kulkas serta pakchoy pada perlakuan tanpa kemas kulkas. Pada hari ke 2 pengamatan terjadi perubahan pada semua perlakuan. Pada hari ke 3 pengamatan sudah terdapat produk yang busuk, yaitu selada dan pakchoy pada perlakuan kemas ruang terbuka. Hal tersebut diakibatkan oleh produk yang tidak dikeringkan dengan baik dan menjadi lembap, sehingga mudah terkena kontaminan dan akhirnya membusuk (Coles et.al., 2003).

Pada hari ke 5 pengamatan, perlakuan tanpa kemas ruang terbuka dan kemas ruang kulkas menjadi busuk.Produk yang membusuk adalah selada dan pakchoy.

Pada perlakuan tanpa kemas ruang terbuka, pembusukan terjadi akibat produk tidak terlindungi dengan baik sehingga mudah terkena kontaminan dan akhirnya membusuk (Rahmat, 1993). Sedangkan pada perlakuan kemas kulkas, pembusukan terjadi akibat produk yang tidak dikeringkan dengan baik dan menjadi lembap, sehingga mudah terkena kontaminan dan akhirnya membusuk (Coles et.al., 2003). Sampai hari terakhir pengamatan, tidak ada perlakuan yang masih lengkap produknya.

(34)

Produk yang dibungkus dengan plastik dan diletakkan di dalam kulkas merupakan perlakuan yang paling tepat untuk menyimpan produk dalam jangka waktu tertentu. Seperti pernyataan Kartasapoetra (1989) bahwa perlakuan pembekuan atau penyimpanan dalam suhu dingin merupakan salah satu cara menyimpan produk pasca panen dalam jangka waktu tertentu. Sementara itu, bahan pengemas yang digunakan, yaitu plastik, mampu menjadi bahan pengemas yang baik dan dapat digunakan untuk mengemas produk pasca panen (Coles et.al., 2003). Penggunaan bahan pengemas tergantung pada jenis produk yang digunakan. Contohnya Purba dkk. (2013) menyebutkan bahwa pengemasan rosella menggunakan aluminium foil lebih baik dibandingkan dengan pengemasan dengan bahan lainnya.

(35)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum acara III ini adalah:

komoditas / produk yang dikemas lebih memiliki masa kesegaran, estetik dan nilai ekonomis yang lebih baik dibandingkan produk yang tidak dikemas. Produk yang diletakkan dalam kulkas pun lebih lebih memiliki masa kesegaran, estetik dan nilai ekonomis yang lebih baik dibandingkan produk yang diletakkan di ruang terbuka.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan pada praktikum acara III ini adalah:

1. Meningkatkan ketelitian dalam melakukan prosedur kerja untuk mencapai hasil yang diharapkan.

2. Meningkatkan kerjasama antar praktikan agar pelaksanaan rangkaian acara praktikum lebih maksimal.

3. Menjalin komunikasi lebih intens antar praktikan dan antara praktikan dengan asisten untuk kelancaran berlangsungnya praktikum.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2013. Data Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010. www.bps.go.id diakses19 Mei 2015.

________________. 2014. Produksi Tanaman Buah-buahan. www.bps.go.id diakses 20 Desember 2015.

Cahyono, B. 2002. Wortel, Teknik Budi Daya dan Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta.

Coles, R., D. McDowell, Kirwan and Mark, 2003. Food Packaging Technology.Blackwell Publishing Ltd, London.

Firmansyah, F., T.M. Anngo dan A.M. Akyas. 2009. Pengaruh umur pindah tanam bibit dan populasi tanaman terhadap hasil dan kualitas sayuran pakcoy (Brassica campestris L. Chinensis Group) yang ditanam dalam naungan kasa dan di dataran medium. J. Agrikultura 20 (3): 216-224.

Haryanto, E., S. Tina, dan R. Estu. 1995. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kartasapoetra.A.G. 1989. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Bina Aksara, Jakarta.

Lakitan, B. 1995. Hortikultura Teori, Budidaya dan Pasca Panen. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Pantastico, Er. B. 1997. Fisiologi Pasca Panen. Terjemahan Kamariyani dan Gembong Tjitrosoepomo.Penerbit Gajah Mada University Press.

Purba, H. W. S., F.E. Sitepu dan Haryati. 2013. Viabilitas benih rosella (Hibiscus sabdariffa L.) pada berbagai kadar air awal dan kemasan benih. Jurnal Online Agroekoteknologi1(2): 318-326.

Rahmat. 1993. Panen dan Pasca Panen Serta Cara Khusus Keberhasilan.

Setyabook, Bandung.

Rismunandar. 1990. Membudidayakan Tanaman Buah-buahan. CV Sinar Baru.

Bandung.

(37)

Rukmana. 1994. Bertanam Pakchoi dan Sawi. Kanisius, Yogyakarta.

________. 2002. Bertanam Wortel. Kanisius, Yogyakarta.

Soelarso. R.B, 1996, Budidaya Apel, Kanisius, Yogyakarta.

Sunarjono, H. 1987. Ilmu Produksi Tanaman dan Buah-Buahan. CV. SinarBaru, Bandung.

___________. 2003. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya, Jakarta.

Widyastuti. Y.E. dan Paimin. F.B. 1993.Mengenal Buah Unggul Indonesia.

PT.Penebar Swadaya dan Trubus, Jakarta.

(38)

LAMPIRAN

Lampiran 3.a. Logbook pengamatan acara III.

Gambar

Tabel 3.a. Pengamatan teknologi pengemasan N

Referensi

Dokumen terkait