• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN P RAKTIKU LAPANGAN PENGINDERAAN JAUH DASAR DESA BENTENG SOMBA OPU, KECEMATAN BAROMBONG, KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Made Hendri Kurniawan

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN P RAKTIKU LAPANGAN PENGINDERAAN JAUH DASAR DESA BENTENG SOMBA OPU, KECEMATAN BAROMBONG, KABUPATEN GOWA"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN P RAKTIKU LAPANGAN

PENGINDERAAN JAUH DASAR DESA BENTENG SOMBA OPU, KECEMATAN BAROMBONG, KABUPATEN GOWA

DISUSUN OLEH : A. SELVI 230110500005 GEOGRAFI SAINS A

PRODI GEOGRAFI SAINS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2023 – 2024

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap Praktikum penginderaan jauh dengan judul “ Interprestasi Visual Penutup/Penggunaan Lahan Dan Pemuktahiran Secara Fotogrametri Menggunakan Wahana Drone ’’ ini dibuat oleh:

KELOMPOK : I (satu)

PRODI : GEOGRAFI SAINS A

NAMA : A.SELVI

telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Asisten Koordinator, maka laporan ini dinyatakan telah diterima.

Makassar, Desember 2022

Asisten Dosen Asisten Lapangan

Nurhamdi S.Si Destri Wahyudin , S.Si

Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab

ABDUL MALIK,S.T.,M.SI.,PH..D.

NIP.19771011 200604 1 001

(3)

RINGKASAN

Remote sensing atau penginderaan jauh menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut, Lindgren Pengindraan jauh adalah berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Welson Dan Bufon Pengindraan jauh adalah sebagai suatu ilmu, seni, dan teknik untuk memperoleh objek, area, dan gejala dengan menggunakan alat dan tanpa kontak langsung dengan objek, area, dan gejala tersebut. Sumber tenaga dalam proses indraja terdiri dari sistem pasif yang menggunakan sinar matahari dan sistem aktif yang menggunakan tenaga buatan seperti gelombang mikro. Interaksi antara tenaga dan objek dapat dilihat dari rona yang dihasilkan oleh foto udara. Tiap-tiap objek memiliki karakterisitik yang berbeda dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor. Objek yang mempunyai daya pantul tinggi akan terlilhat cerah pada citra, sedangkan objek berdaya pantul rendah akan terlihat gelap pada citra.

Contohnya, permukaan puncak gunung yang tertutup oleh salju yang mempunyai daya pantul tinggi terlihat lebih cerah daripada permukaan puncak gunung yang tertutup oleh lahar dingin. Sensor merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat maupun satelit. Sensor dapat dibedakan menjadi dua.

Sensor fotografik merekam objek melalui proses kimiawi. Sensor ini menghasilkan foto. Sensor yang dipasang pada pesawat menghasilkan citra foto (foto udara); sensor yang dipasang pada satelit menghasilkan citra satelit (foto satelit) Sensor elektronik bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal elektrik ini direkam pada pita magnetik yang kemudian dapat diproses menjadi data visual atau data digital dengan menggunakan komputer. Wahana adalah kendaraan atau media yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapatkan indraja. Ada dua jenis data yang diperoleh dari indraja. Data manual didapatkan melalui interpretasi citra. Guna melakukan interpretasi citra secara manual, diperlukan alat bantu stereoskop. Stereoskop dapat digunakan untuk melihat objek dalam bentuk tiga dimensi. Data numerik (digital) diperoleh melalui penggunaan perangkat lunak khusus pengindraan jauh yang diterapkan pada komputer. Data dapat dikumpulkan dengan berbagai macam peralatan

(4)

menurut objek atau fenomena yang sedang diamati. Umumnya, teknik-teknik pengindraan jauh memanfaatkan radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan oleh objek yang diamati dalam frekuensi tertentu seperti inframerah, cahaya tampak, dan gelombang mikro. Hal ini terjadi karena objek yang diamati (tumbuhan, rumah, permukaan air, dan udara) memancarkan atau memantulkan radiasi dalam panjang gelombang dan intensitas yang berbeda-beda. Metode pengindraan jauh lainnya antara lain melalui gelombang suara, gravitasi, atau medan magnet.

Makassar, November 2023

penulis

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan praktikum lapangan ini dengan baik. Laporan ini berisi tentang uraian hasil riset mengenai “Laporan Akhir Praktikum Remote Sensing 2023 Kelurahan somba opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten gowa”.

Laporan ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak diantaranya; Bapak Abdul Malik S.T,. M,Si,. P,Hd selaku dosen mata kuliah Penginderaan Jauh, Bapak Nurhamdi serta Kak Destri. Oleh karena itu kami sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya yang telah diberikan.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat untuk kelompok kami khususnya, dan masyarakat Geografi umumnya.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

RINGKASAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR...v

DAFTAR TABEL...vi

BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang ...

1.2 Tujuan Praktek Lapang...

1.3 Manfaat Praktek Lapang...

1.4 Ruang Lingkup Praktek Lapang...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

2.1 Teknologi Penginderaan Jauh ...

2.1.1 Penginderaan Jauh Citra Satelit...

2.1.2 Penginderaan Jauh Fotogrametri Drone...

2.2 Interpretasi Secara Visual...

2.2.1 Unsur Interpretasi ...

2.2.2 Teknik Interpretasi ...

2.2.3 Akurasi Hasil Interpretasi Citra ...

BAB III METODE PRAKTEK LAPANG...

3.1 Waktu dan Lokasi Praktek Lapang ...

3.2 Variabel Praktek Lapang...

3.3 Instrumen Praktek Lapang...

3.4 Prosedur Kerja ...

3.4.1 Konvergensi Bukti Hasil Interpretasi ...

3.4.2 Fotogrametri menggunakan Wahana Drone...

3.4.3 Ortho-Photo Mosaiking Data Drone ...

(7)

3.5 Analisa dan Pemrosesan Data ...

3.5.1 Uji Akurasi Hasil Interpretasi Citra...

3.5.2 Layout Ortho-Photo Mosaiking Data Drone ...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...

4.1 Gambaran Umum Lokasi Praktek Lapang ...

4.2 Hasil dan Pembahasan...

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...

4.1 Kesimpulan...

4.2 Saran ...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN...

RIWAYAT HIDUP...

(8)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penginderaan jauh atau (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan sutu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji Lillesand dan Kiefer (dalam Syah, 2010). Sedangkan Sutanto (dalam Arifin dkk, 2014) mengatakan penafsiran citra penginderaan jauh berupa pegenalan obyek dan elemen yang tergambar pada citra penginderaan jauh serta penyajiaanya ke dalam bentuk peta tematik. Sistem satelit dalam penginderaan jauh tersusun atas pemindai (scanner) dengan dilengkapi sensor pada wahana (platform) satelit, dan sensor tersebut dilengkapi oleh detektor. Integrasi teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu bentuk yang potensial dalam penyusunan arahan fungsi penggunaan lahan. Dasar penggunaan lahan dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan penelitian, perencanaan, dan pengembangan wilayah, adapun tingkat ketelitian citra merupakan ukuran atau nilai kemampuan suatu cita dalam menyajikan atau menampilkan objek yang ada di permukaan bumi.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, citra satelit mulai marak digunakan sebagai komponen data

penginderaan jauh. CitraQuickbird merupakan citra beresolusi tinggi yang memiliki resolusi spasial 0,6 m (pankromatik) dan 2,4 m (multispektral). Hal tersebut dapat dilihat dari resolusi spasial (RS) yang melekat pada suatu citra satelit. Resolusi spasial adalah ukuran objek terkecil yang masih dapat disajikan/dibedakan dan

dikenali pada citra. Resolusi spasial

mencerminkan seberapa rinci suatu sensor yang dipasang pada satelit

(9)

dapat merekam suatu objek di permukaan bumi secara terpisah. Semakin besar nilai resolusi spasial yang dimiliki oleh suatu citra satelit, maka informasi objek yang ditampilkan akan terlihat semakin rinci. Kerincian informasi atas suatu objek yang divisualisasikan pada citra akan memudahkan operator dalam melakukan proses identifikasi suatu objek secara detail. Teknologi penginderaan jauh merupakan teknologi yang mempunyai dapat mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat.

Kemampuan penyediaan data dan informasi kebumian yang bersifat dinamik bermanfaat dalam pembangunan di era Otonomi Daerah. Data dan informasi mutakhir sangat diperlukan. Ketersediaan data dan informasi yang diimbangi dengan pengolahan data menjadi informasi wilayah dapat dilakukan dengan sistem informasi geografis (SIG). Data- data penggunaan lahan juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain misalnya untuk pembangunan, untuk mengetahui seberapa besar perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah, juga dapat digunakan untuk keperluan perencanaan wilayah apakah lahan tersebut sesuai atau tidak. Analisis penggunaan lahan dilakukan untuk mengetahui bentuk- bentuk penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan lahan untuk kegiatan budidaya dan lindung. Selain itu, dengan analisis ini dapat diketahui besarnya fluktuasi intensitas kegiatan di suatu kawasan, perubahan, perluasan fungsi kawasan, okupasi kegiatan tertentu terhadap kawasan, benturan kepentingan sektoral dalam pemanfaatan ruang, kecenderungan pola perkembangan kawasan budidaya dan pengaruhnya terhadap perkembangan kegiatan sosial ekonomi serta kelestarian lingkungan.

1.2 TUJUAN PRAKTEK LAPANGAN

Praktek Lapangan penginderaan jauh ini bertujuan agar mahasiswa lebih bisa memahami secara langsung tentang 8 unsur pada interpretasi citra serta belajar langsung bagaiamana cara pengambilan serta pengelolahan data dan bagaimana cara mengoperasikan drone.

(10)

1.3 MANFAAT PRAKTEK LAPANGAN

Setelah melaksanakan praktek lapangan kali ini mahasiswa lebih bisa memahami tentang apa itu intrepeterasi citra foto udara serta pengolahan dan cara pengambilan datanya.

1.4 RUANG LINGKUP PRAKTEK LAPANGAN

Ruang lingkup pada praktek lapangan kali ini adalah mengenai interpretasi citra foto udara, seperti cara pengelolahan dan cara pengambilan datanya dan perhitungan kerja lapangan, serta cara mengoperasikan drone.

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni dalam memperoleh informasi mengenai sutau obyek, area, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan alat tanpa suatu kontak langsung (Lillesand et al 2008). Sementara menurut American Society of Photogrammetry penginderaan jauh merupakan pengukuran atau perolehan informasi dari beberapa sifat obyek atau fenomena dengan menggunakan alat tertentu untuk menghindari kontak fisik dengan obyek atau fenomena yang diteliti.

Campbell menyatakan bahwa penginderaan jauh adalah ilmu untuk mendapatkan informasi tentang permukaan bumi seperti tanah dan air dari gambar yang diperoleh dari kejauhan. Sistem Informasi Geografi merupakan suatu sistem pada umumnya berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan. Keunggulan pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dibandingkan dengan pemotretan foto udara diantaranya dari segi harga, periode ulang terhadap perekaman daerah yang sama, pemilihan spectrum panjang gelombang untuk mengatasi hambatan atmosfer, serta kombinasi saluran spectral (spectral band) yang dapat diatur sesuai dengan tujuan pengguna (Danoedoro 2012).

2.1.1 Penginderaan Jauh Citra Satelit

Citra digital penginderaan jauh adalah citra yang menggambarkan kenampakan permukaan (atau dekat permukaan) bumi yang diperoleh melalui proses perekaman pantulan (reflectance), pancaran (emittance), maupun hamburan balik (backscatter) gelombang elektromagnetik dengan sensor optik-elektronik yang terpasang pada suatu wahana, baik itu wahana dimenara, pesawat udara maupun wahana luar angkasa (Danoedoro, 2012).

(12)

Jadi citra satelit adalah citra digital penginderaan jauh dari sensor optikelektronik di wahana luar angkasa yaitu satelit. .

Resolusi menurut Danoedoro (2012) atau disebut juga sebagai daya pisah/resolving power merupakan kemampuan sistem optic-elektronik untuk membedakan informasi spasial yang berdekatan atau secara spektral memiliki kemiripan/kesamaan. Dan seiring perkembangan zaman resolusi tidak hanya sebatas pada pengertian di atas karena terdapat unsur waktu yang disebut sebagai resolusi temporal. Menurut Purwadhi dan Sanjoto (2009:24). Karakteristik citra satelit meliputi:

a. Resolusi Spasial

Resolusi spasial merupakan salah satu resolusi yang sering disebut dan memiliki peran penting di dalam penyajjian data perekaman penginderan jauh. Yang dimaksud dengan resolusi spasial yakni ukuran terkecil suatu

obyek yang masih dapat dideteksi oleh suatu sistem penginderaan jauh.

Semakin tinggi resolusi spasial suatu citra maka citra tersebut mampu merekam obyek secara detail dan mampu menyajikan kenampakan obyek dengan satuan kecil yang ada di permukaan bumi. Citra satelit resolusi tinggi diantaranya adalah worldview, quickbird, ikonos, google earth, Geo- Eye, dsb. Beberapa citra tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan penyusunan data spasial dengan skala besar.

b. Resolusi Spektral

Danoedoro (2000) menyebutkan bahwasannya yang dimaksd dengan resolusi spektral merupakan kemampuan sutu sistem opticelektromagnetik yang berfungsi untuk membedakan informasi obyek berdasarkan nilai pantulan ataupun nilai pancaran spektralnya. Dalam konteks ini maka apabila sebuah citra memiliki jumlah saluran yang lebih banyak dan masing- masing saluran tersebut cukup sempit maka apabila dilakukan analisis kemungkinan citra dalam membedakan obyek berdasarkan respon spektralnya. Sehingga yang dimaksud citra yang memiliki resolusi spektral

(13)

yang tinggi adalah citra tersebut memiliki jumlah saluran yang banyak dan semakin sempit interval panjang gelombangnya.

c. Resolusi Temporal

Resolusi temporal merupakan suatu kemampuan sistem perekaman citra satelit yang mampu merekam ulang wilayah/daerah yang sama.

Resolusi temporal ini memiliki peran dan seringkali dimanfaatkan untuk analisis 9 perubahan penggunaan lahan ataupun monitoring tingkat kesesuaian penggunaan lahan, dsb. Setiap citra satelit memiliki resolusi temporal yang berbeda beberapa citra satelit mampu merekam obyek yang sama dalam waktu yang selangnya tidak lama sebagai contohnya yakni citra GMS memiliki kemampuan merekam obyek yang sama dalam waktu 2 kali selama satu hari. Sementara beberapa satelit sumber daya yakni Landsat memiliki resolusi temporal 16 hari, dan untuk citra SPOT memiliki resolusi temporal yakni 26 hari sekali.

d. Resolusi Radiometrik

Resolusi radiometrik merupakan kemampuan sensor dalam mencatat respons spektral obyek. Kemampuan ini memiliki keterkaitan dengan kemampuan coding (digital coding), yakni kemampuan mengubah intensitas pantulan atau pancaran spektral menjadi sebuah angka digital atau disebut dengan bit. Sebuah citra yang baik diantaranya memiliki kemampuan tingkatan bit yang lebih tinggi yakni hingga mencapai 11 bit coding atau sebesar 2048 tingkat. Seiring perkembangan penginderaan jauh maka saat ini beberapa citra satelit contohnya adalah Quickbird, Ikonos maupun Orbview mampu memiliki sistem koding hingga 11 bit atau sebesar 2048 tingkatan (Danoedoro 2000).

e. Resolusi Layar

Resolusi Layar adalah kemampuan layar monitor dalam menyajikan kenampakan objek pada citra secara lebih halus. Semakin tinggi resolusi layarnya, semakin tinggi kemampuannya untuk menyajikan gambar dengan

(14)

butir-butir piksel yang halus. Dengan kata lain semakin banyak pula jumlah sel citra (piksel) yang dapat ditampilkan pada layar. Biasanya ukuran piksel layar serin disebut dot pitch sebesar 0,26 milimeter sudah bisa memadai untuk penginderaan jauh (Danoedoro 2012).

2.1.2 Penginderaan Jauh Fotogrametri Drone

Fotogrametri adalah suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu obyek fisik dan keadaan di sekitarnya melalui proses perekaman, pengamatan atau pengukuran dan interpretasi citra fotografis atau rekaman gambar gelombang elektromagnetik. Seiring berkembangnya ilmu dan teknologi, teknik fotogrametri terus berkembang. Mulai dari fotogrametri analog, fotogrametri analitik hingga fotogrametri digital (Softcopy Photogrammetry) (Santoso, 2001 dalam Syauqani, Subiyanto, & Suprayogi, 2017).

Fotogrametri berasal dari kata Yunani dari kata “photos” yang berarti sinar

“gramma” yang berarti sesuatu yang tergambar atau ditulis, dan “metron”

yang berarti mengukur. Oleh karena itu konsep dari fotogrametri sendiri adalah pengukuran secara grafik dengan menggunakan sinar ( Hadi, 2007).

Kegiatan pemetaan secara fotogrametris yaitu menggunakan foto udara yang dilakukan selama puluhan tahun menyebabkan semakin berkembang pula peralatan dan teknik dalam pemetaan, diikuti dengan perkembangan fotogrametri yang akurat dan efisien, serta sangat menguntungkan didalam bidang pemetaan. Fotogrametri dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pemetan yang memerlukan ketelitian tinggi, sehingga perkembangan selanjutnya sebagian besar pemetaan topografi dan juga pemetaan persil dilakukan dengan menggunakan fotogrametri (Suyudi, 2014).

(15)

Akusisi data fotogrametri tidak melakukan kontak fisik secara langsung itu menjadikan perbedaan yang absolut dengan surveying. Terdapat informasi penting dari akusisi fotogrametri tersebut, yaitu:

1. Informasi Geometris

Informasi Geometris meliputi posisi spasial dan bentuk dari obyek. Hal ini merupakan sumber informasi paling penting yang bisa diperoleh dari fotogrametri.

2. Informasi Temporal

Informasi Temporal berkaitan dengan perubahan obyek dari waktu ke waktu. Biasanya dilakukan dengan membandingkan beberapa gambar yang direkam dari waktu yang berbeda.

2.2INTERPRETASI SECARA VISUAL

Interpretasi visual merupakan langkah untuk meninjau foto udara atau citra satelit dengan tujuan untuk mengidentifikasi objek dan menilainya.

Interpretasi citra udara dan satelit adalah metode untuk memperoleh informasi tentang objek dan lanskap. Ini adalah proses khusus mempelajari realitas geografis berdasarkan deteksi, identifikasi, dan lokalisasi spasial objek individu dan bentuk medan yang ditangkap dalam foto udara dan rekaman citra satelit. Objek juga memiliki karakteristik visual yang memungkinkan kita untuk membedakannya.

2.2.1 Unsur Interpretasi

Unsur interpretasi Citra terdiri atas 9 unsur yaitu Rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, tinggi bayangan, situs dan asosiasi serta konvergensi bukti.

a. Rona atau Warna

Rona pada citra mengacu pada terang atau gelap relatif suatu obyek.

Variasi rona disebabkan oleh karakter refleksi, emisi, transmisi atau

(16)

absorpsi suatu obyek. Ini mungkin berbeda dari satu obyek ke obyek lainnya dan juga berubah dengan mengacu pada pita yang berbeda. Rona berkaitan dengan cahaya yang keluar dari benda. Contoh rona misalnya pasir kering akan merefleksikan warna putih, sedangkan tanah yang basah akan merefleksikan warna kehitaman. Sedangkan, Warna dapat diartikan sebagai wujud yang terlihat oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak. Tampak warna yang terlihat pada suatu objek dapat diidentifikasi serta di definisikan sebagai hal yang berkaitan pada benda. Warna yang ada pada peta itu dapat menggambarkan suatu objek.

Contoh interpretasi citra pada unsur yang satu ini misalnya pada foto udara pankromatik, ladang jagung yang sudah siap panen terlihat berwarna kuning, sedangkan sungai hutan hujan terlihat berwarna hijau gelap. Apabila menggunakan inframerah, maka tumpahan minyak di laut bisa dikenali dari warnanya yang gelap.

b. Ukuran

Unsur yang satu ini bergantung pada skala dan resolusi gambar / foto. Fitur yang lebih kecil akan dengan mudah menjorok ke dalam gambar/foto berskala besar. Ukuran merupakan atribut obyek yang bisa berupa jarak, luas, volume lereng, ketinggian tempat dan kemiringan.

Contoh interpretasi citra yang berkaitan dengan ukuran suatu obyek misalnya lapangan olahraga dicirikan oleh bentuknya yang berupa segi empat, dengan ukuran sekitar 80 m x 100 m untuk lapangan sepak bola, sekitar 15 m x 30 m untuk lapangan tenis, dan sekitar 8 m x 15 m untuk lapangan bulu tangkis.

c. Bentuk

Ciri-ciri obyek alamiah atau buatan manusia dan alam seringkali memiliki bentuk yang begitu khas sehingga hanya ciri ini yang memberikan identifikasi yang jelas. Objek pastilah memiliki suatu bentuk yang dapat dideskripsikan oleh para peneliti untuk penelitiannya. Contohnya yaitu perkebunan kelapa sawit mempunyai bentuk seragam, sedangkan hutan

(17)

bakau mempunyai bentuk tidak teratur. Bentuk mesjid bisa dilihat dari adanya kubah sedangkan bentuk jalan adalah lurus dengan berbagai percabangan.

d. Tekstur

Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona yang menimbulkan kesan visual yang ditumbulkan sehinnga dari permukaan yang kasar atau halus benda tersebut dapat dirasakan. Unsur yang satu ini bergantung pada ukuran, bentuk, pola, dan bayangan. Tekstur pada peta dapat dilihat melalui interpretasi citra. Tekstur digunakan sebagai petunjuk penting dalam interpretasi gambar. Sangat mudah bagi penafsir untuk memasukkannya ke dalam proses mental mereka. Kebanyakan pola tekstur tampak tidak beraturan pada citra. Contoh tekstur misalnya padang rumput yang luas akan mencitrakan tekstur halus, sedangkan hutan konifer akan mencitrakan tekstur yang cenderung kasar.

e. Pola

Pola merupakan pengaturan spasial suatu obyek menjadi bentuk berulang yang khas: Hal ini dapat dengan mudah dijelaskan melalui pola jalan raya dan jalur kereta api. Meski keduanya linier, namun jalan utama berasosiasi dengan tikungan yang curam dan banyak persimpangan dengan jalan kecil.

Pola juga bisa diartikan sebagai susunan keruangan merupakan ciri bagi beberapa obyek alamiah. Sebagai contoh pola aliran sungai seringkali menandai struktur geologi, litologi, dan jenis tanah yang ada di suatu wilayah. Misalnya pola aliran trellis menandai struktur lipatan; pola aliran dendritik menandai jenis tanah atau jenis batuan serba sama dengan sedikit atau tanpa pengaruh lipatan maupun patahan.

f. Tinggi Bayangan

Bayangan dapat mengungkapkan informasi tentang ukuran dan bentuk obyek yang tidak dapat dilihat dari tampilan atas saja. Efek bayangan dalam citra Radar disebabkan oleh sudut pandang dan kemiringan medan.

(18)

Fitur yang lebih tinggi menghasilkan bayangan yang lebih besar daripada fitur yang lebih pendek. Contoh unsur interpretasi citra yang satu ini misalnya cerobong asap, menara, tangki minyak, dan bak air yang dipasang tinggi lebih tampak dari bayangannya. Lereng terjal juga terlihat lebih jelas dengan adanya bayangan.

g. Situs

Situs mengacu pada posisi topografi di bumi. Misalnya, tanaman tertentu biasanya ditanam di lereng bukit atau di dekat badan air yang besar.

Situs juga bisa diartikan sebagai kedudukan suatu obyek terhadap obyek lain yang saling berkaitan di sekitarnya.

h. Asosiasi

Asosiasi menunjukkan kemunculan satu jenis obyek yang dapat digunakan untuk menyimpulkan keberadaan obyek lain yang umumnya terkait di dekatnya. Atau secara sederhana bisa dikatakan bahwa asosiasi adalah keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Karena adanya keterkaitan tersebut maka terlihatnya suatu obyek pada citra seringkali menjadi petunjuk adanya obyek lain. Contoh interpretasi citra yang berkaitan dengan unsur yang satu ini yaitu stasiun kereta api yang memiliki asosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang).

i.Konvergensi Bukti

Konvergensi bukti merupakan upaya untuk mengenali obyek dengan menggunakan lebih dari satu unsur interpretasi citra. Apabila unsur interpretasi citra yang digunakan semakin banyak, maka semakin menciut lingkupnya ke arah titik simpul tertentu. Itulah yang dinamakan dengan konvergensi bukti, atau bukti-bukti yang mengarah ke satu titik simpul.

(19)

Misalnya pada foto udara terlihat tumbuh-tumbuhan yang tajuknya berbentuk bintang.

2.2.2 Teknik Interpretasi

Teknik Interpretasi Citra adalah cara-cara khusus untuk melaksanakan metode penginderaan jauh secara ilmiah. Teknik ini terdiri atas cara-cara interpretasi dengan mempertimbangkan kemudahan pelaksanaan interpretasi, akurasi hasil interpretasi atau jumlah informasi yang diperoleh. Interpretasi Citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan/atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut (Estes dan Simonett, 1975). Dalam menginterpretasi citra ada langkah yg harus kita lalui yaitu : deteksi, identifikasi, dan analisis.

a) Deteksi, merupakan pengamatan atas ada tidaknya suatu obyek pada citra (keterangan bersifat global)

b) Identifikasi, yaitu mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan memakai keterangan yang cukup (keterangan setengah rinci)

c) Analisis, Memberikan keterangan yang rinci terhadap obyek atau menilai pentingnya obyek yang telah dikenali tersebut

2.2.3 Akurasi Hasil Interpretasi Citra

Akurasi hasil interpretasi citra merupakan kesesuaian antara hasil interpretasi citra dengan nilai yang dianggap benar. Semakin sesuai atau semakin kecil beda antara dua nilai tersebut, berarti semakin akurat interpretasinya. Pengujian dilakukan untuk mencocokkan hasil klasifikasi dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Metode yang digunakan untuk menghitung akurasi klasifikasi dengan menggunakan confusion matrix/error matrix. Metode confusion matrix/error matrix membandingkan data per kategori (kelas) antara data yang sebenarnya di lapangan (reference data)

(20)

dengan data hasil klasifikasi. Jensen (2005) mendiskripsikan cara perhitungan masing-masing faktor akurasi sebagai berikut:

a) Akurasi keseluruhan (overall accuracy), cara menghitungnya dengan membagi jumlah piksel benar (jumlah diagonal utama) dengan jumlah total piksel dalam matriks kesalahan

b) Akurasi produser (producer’s accuracy), cara menghitungnya dengan membagi jumlah piksel benar dalam satu kategori dengan jumlah total piksel dalam kolom kategori tersebut.

c) Akurasi pemakai (user’s accuracy), cara menghitungnya dengan membagi jumlah piksel benar dalam satu kategori dengan jumlah total piksel dalam baris kategori tersebu.

BAB III

METODE PRAKTEK LAPANG

3.1 WAKTU DAN LOKASI PRAKTEK LAPANG

Praktek lapangan Remote Sensing dilakukan pada tanggal 18-19 November 2023 yang berlokasi pada koordinat 119º24’43.0” BT dan 5º11’36.5” LS di Kelurahan Bantaeng Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Peta lokasi praktek bisa di lihat di bawah ini:

(21)

Gambar 3.1 Peta Lokasi Praktek Lapang 3.2 VARIABEL PRAKTEK LAPANG

Secara umum variabel praktek lapang merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan di lapangan. Variabel juga merupakan salah satu unsur yang penting karena dalam suatu proses pengumpulan fakta atau pengukuran dapat dilakukan dengan baik, bila dapat dirumuskan variabel dengan tegas (Nasution, 2012). Dalam kegiatan praktek lapang, terdapat beberapa variabel yang teramati melalui kegiatan yakni interpretasi citra dalam hal ini kegiatan ground truth dan penangkapan foto citra. Pada umumnya objek yang dimaksud tergambar seperti adanya permukiman, sawah, ladang, dan lain sebaginya.

3.3 INSTRUMEN PRAKTEK LAPANG

Adapun alat dan fungsinya yang digunakan pada praktek lapangan ini di Kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Instrumen alat dan fungsinya

NO ALAT FUNGSI

1. Peta Citra Praktik Lapang

Untuk melihat titik yang ditindai pada citra lokasi

2. Drone Untuk menghasilkan citra udara 3. Baterai Drone Sebagai energi atau tenaga drone 4. Handphone Sebagai display untuk wahana drone

5. Kabel Data Untuk menghubungkan handphone sebagai display pada drone

6. GPS Untuk menentukan titik koordinat 7. Laptop Untuk mengolah data hasil citra udara

8. Memori Card Sebagai tempat penyimpanan hasil citra udara

(22)

menggunakan drone

9. Aplikasi DJI GO 4 Untuk mengontrol drone dalam menangkap citra foto udara

10. Drone Deploy Untuk menentukan jalur yang akan dilalui drone

3.4 PROSEDUR KERJA 1. Interpretasi Citra

Yang pertama adalah kita harus melakukan deteksi untuk mengetahui sebuah benda dan juga gejala yang ada di sekitar lingkungan menggunakan alat sensor.

Kemudan setelah itu, kita melakukan identifikasi sebuah objek dengan 9 unsur interpretasi citra : rona/warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan, situs dan asosiasi.

Melakukan pengenalan terhadap suatu objek secara langsung.

Setelah itu kita melakuakan analisis yang bertujuan untuk mengelompokkan sebuah objek yang mempunyai sebuah citra sama dengan identifikasi sebuah objek.

Setelah itu kita melakukan deduksi yang didasarkan pada bukti yang mengarah kepada khususan.

Kemuadian klasifikasi atau mendeskripsikan sebuah penampakan yang dibatasi.

Dan yang terakhir adalah idealis yaitu menyajikan hasil dari interpretasi citra kedalam bentuk peta.

2. Pengambilan Data

 Membuat jalur terbang terlebih dahulu menggunakan Drone Deploy yang telah di kontrol pada HP.

 Siapkan alat dan bahan dan cek kelengkapan sebelum menuju ke lapangan.

(23)

 Melakukan pemasangan bagian-bagian terhadap wahana drone, yaitu pemasangan propeller dan baterai.

 Menyalakan Remote Kontrol.

 Mengaktifkan Drone untuk mengecek apakah pemasangan bagian-bagian drone telah terpasang dengan baik

 Matikan kembali drone

 Letakkan Handphone pada remote sebagai display drone

 Melakukan koneksi antara Remote Kontrol dengan handphone

 Menghubungkan remote drone dengan HP yang telah menginstal aplikasi DJI GO 4 dan Drone deploy.

 Pastikan mode drone berada pada huruf P (autopilot).

 Menghidupkan Drone kembali.

 Drone akan terbang mengikuti jalur terbang yang telah dibuat dan melakukan pengambilan gambar.

 Untuk menerbangkan drone dibutuhkan pilot dan Co pilot. Pilot bertugas untuk mengamati keadaan drone berupa baterai dan lajur terbang drone pada layar HP dan Co pilot bertugas untuk mengamati doren secara langsung ketika terbang.

 Pilot harus selalu mengarahkan antena kearah terbangnya drone.

 Setelah telah selesai melakukan pengembalian data, drone akan otomatis kembali ke titik pilot berada.

 Pada ketinggian 20m, tekan pause pada aplikasi Pix4D Capture dan lakukan landing manual sampai Co pilot memegang drone tersebut.

 Lakukan pencabutan bagian bagian drone dan menyimpan di tempat nya kembali

3. Pengolahan Data

Resizer data foto yang sudah diambil dengan menggunakan aplikasi Faststone photo resizer

(24)

Kemudian lanjut mengolah data dengan memasukan foto yang tadi di aplikasi Agisoft metashape pro

a) Pilih menu workflow > add folder > pilih file > select folder

> single camera > oke

b) Workflow > align photo, accuracy : low, source > oke c) Workflow > build dense cloud, quality : low > oke

d) Workflow > build mesh, source data : dense cloud, surface type : arbitrary (3D), face count : low (22,363) > oke

e) Workflow > Build texture, texture type : diffuse map >

source data : images, mapping mode : adaptive ortophoto, blending mode : mosaic (default), texture size : 4096 > oke

(25)

f) Workflow > build tiled model, source data : dense cloud, pixel size : 0.129088, title size : 256, face count : low > oke g) File > save > pilih folder untuk menyimpan file > save h) Workflow > build DEM, geographic, WGS 84, source data :

dense cloud, interpolation : enabled (default), > oke

i) Double tap DEM > export DEM > export TIFF,BIL,XYZ >

Export > Pilih folder untuk menyimpan file DEM > Save j) Workflow > build orthomosaic, surface : mesh, blending

mode

: mosaic (default), pixel size > oke

k) Double tap orthomosaic > export orthomosaic > export JPEG/TIFF/PNG > pilih folder untuk menyimpan file >

export

Kemudian layout di aplikasi Arcmap/Arcgis 3.4.1 Konvergensi Bukti Hasil Interpretasi

Konvergensi bukti hasil interpretasi di lakukan dengan cara ground truth atau pembuktian secara langsung dengan cara datang ke titik yang akan diinterpretasi yang telah ditentukan sebelumnya pada peta citra.

a. Menentukan titik yang akan diinterpretasi pada peta citra

b. Melakukan identifikasi terhadap titik yang telah dipilih dan ditandai pada peta citra

c. Melakukan ground truth dengan cara mendatangi lokasi atau titik yang telah ditentukan secara langsung

d. Kemudian mengidentifikasi jenis penggunaan lahan yang benar, apakah sesuai dengan identifikasi sebelumnya yang telah dilakukan sebelum turun kelapangan.

e. Mengambil foto atau gambar menggunakan handphone serta menentukan titik koordinat tiap lokasi

(26)

f. Kemudian melakukukan penghitungan akurasi dengan menggunakan tabel akurasi.

3.4.2 Fotogrametri Menggunakan Wahana Drone

a) Membuat jalur terbang terlebih dahulu menggunakan Pix4DCapture yang telah di kontrol pada HP.

b) Siapkan alat dan bahan dan cek kelengkapan sebelum menuju ke lapangan.

c) Melakukan pemasangan bagian-bagian terhadap wahana drone, yaitu pemasangan propeller dan baterai.

d) Menyalakan Remote Kontrol.

e) Mengaktifkan Drone untuk mengecek apakah pemasangan bagian- bagian drone telah terpasang dengan baik

f) Matikan kembali drone

g) Letakkan Handphone pada remote sebagai display drone h) Melakukan koneksi antara Remote Kontrol dengan handphone i) Menghubungkan remote drone dengan HP yang telah menginstal

aplikasi DJI GO 4 dan Pix4Dcapture.

j) Pastikan mode drone berada pada huruf P (autopilot).

k) Menghidupkan Drone kembali.

l) Drone akan terbang mengikuti jalur terbang yang telah dibuat dan melakukan pengambilan gambar.

m) Untuk menerbangkan drone dibutuhkan pilot dan Co pilot. Pilot bertugas untuk mengamati keadaan drone berupa baterai dan lajur terbang drone pada layar HP dan Co pilot bertugas untuk mengamati doren secara langsung ketika terbang.

n) Pilot harus selalu mengarahkan antena kearah terbangnya drone.

o) Setelah telah selesai melakukan pengembalian data, drone akan otomatis kembali ke titik pilot berada.

p) Pada ketinggian 20m, tekan pause pada aplikasi Pix4D Capture dan lakukan landing manual sampai Co pilot memegang drone tersebut.

(27)

q) Lakukan pencabutan bagian bagian drone dan menyimpan di tempat nya kembali

3.4.3 Orto-Photo Mosaiking Data Drone

Ortho-Photo Mosaiking Data Drone menggunakan aplikasi agisoft dengan melakukan beberapa tahap yaitu sebagai berikut:

1. Memasukkan folder foto udara

Gambar 3.1 Tahap Add folder foto udara 2. Proses melakukan allign phot0

Gambar 3.2 Tahap Allign Photo

(28)

3. Proses pembuatan build dense cloud

Gambar 3.3 Tahap Build Dense Cloud 4. Proses pembuatan build mesh

Gambar 3.4Tahap Build Mesh 5. Proses pembuatan build texture

(29)

Gambar 3.5 Tahap Build Textur

(30)

6. Proses pembuatan build tiled model

Gambar 3.6 Tahap Build Tiled Model 7. Proses pembuatan build DEM

Gambar 3.7 Tahap Build DEM

Gambar 3.8 Tahap Build DEM

(31)

Gambar 3.9 Tahap Build DEM 1. Proses pembuatan build orthomosaic

Gambar 3.10Tahap build orthomosaic

Gambar 3.11 Tahap build orthomosaic

(32)

Gambar 3.12 Tahap export orthomosaic 3.5 Analisis dan Pemrosesan Data

3.5.1. Uji Akurasi Hasil Interpretasi Citra

Pengujian akurasi citra dilakukan dengan membandingkan objek yang teridentifikasi pada peta terhadap keadaan sebenarya. Adapun langkah – langkah yang dilakukan sebagai berikut :

a.Membuat tabel akurasi data. Titik yang akan di interpretasi yaitu 10 titik.

b.Mengimput nilai hasil ground truth yang telah dilakukan.

c. Tabel ini akan menunjukkan jumlah identifikasi yang salah dan identifikasi yang benar.

d. Nilai-nilai yang ada dalam tabel akurasi kemudian dijumlahkan, lalu dibagi dengan jumlah titik yang telah diinterpretasi pada saat melakukan ground truth.

e. Hasil penjumlahan tersebut kemudian di kalikan dengan 100 untuk mendapatkan nilai persentasi akurasi hasil ground truth.

Hasil dari interpretasi awal dimasukkan ke dalam table. Disesuaikan apakah hasil penggunaan lahan berdasarkan interpretasi awal sudah sesuai dengan penggunaan lahan berdasarkan metode ground truth. Jika interpretasi benar, diberikan angka 1, jika salah diberikan angka 0. Untuk menghitung tingkat akurasi interpretasi digunakan rumus yakni :

(33)

3.4.4 Layout Ortho-Photo Mosaiking Data Drone

Ubah foto udara dari bentuk tif menjadi file ecw dengan global mapper, Kemudian masukkan foto udara yang telah diubah kedalam arcgis, Lakukan layout peta foto udara dengan arcgis, Unsur-unsur yang ada dalam layout yaitu skala bar dan skala batang, sumber peta, koordinan sistem dan legendanya.

BAB IV

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK LAPANG

Kabupaten Gowa merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan, Indonesia. Lokasi pratik lapangan kali ini bertempatkan di Kelurahan Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa. Kelurahan Benteng somba opu secara astronomis terletak pada 119º24’43.0” BT dan 5º11’36.5 LS. Seperti daerah pada umumnya, di Kelurahan Benteng somba opu terdapat kawasan pemukiman, persawahan dan ladang. Selain itu, terdapat pula beberapa lahan yang digunakan untuk membuat kos kosan, tambak dan juga terdapat memelihara hewan ternak seperti ayam dan sapi juga terdapat banyak pepohonan di pekarangan tiap permukiman seperti pohon rambutan, pohon mangga, pohon jambu biji. Tempat tinggal masyarakat desa ini mayoritas rumah batu dan ada juga perumahan dalam tahap pembangunan. Pendidikan di desa ini juga pada umumnya cukup baik karena disediakan sekolah dari taman kanak-kanak (TK) sampai sekolah menengah atas (SMA). Masyarakat di desa ini pada umumnya bekerja sebagai petani, pedagang, dan pengusaha.

Gambar 4.1 Image Google Earth Kec. Barombong 4.2 HASIL DAN PEMBAHASAN

(35)

1. Konvergensi Hasil Bukti Interpretasi

Tabel 4.1 Interpretasi Citra

TABEL INTERPRETASI CITRA

Objek di Citra Foto di Lapangan Unsur Interpretasi Rona/Warna: Sedang Bentuk : Persegi Ukuran : Besar Tekstur : Sedang Pola : T

eratur

Bayangan :Ada Situs :Permukiman Asosiasi :Rumah kos Pembahasan Kunci Interpretasi Citra Visual:

• Rona warna pada objek citra berfariasi karena didalamnya terdapat beberapa objek bangunan

• Bentuk dari objek merupakan bentuk persegi yang dimana biasanya menggambarkan sebuah permukiman

• Tekstur yang terjadi dilapangan dan di objek interpretasi terlihan teratur Pendapat kami dari objek citra kurang dapat membedakan antara permuahan warga dengan rumah kost

2. Nama Objek

Objek di Citra Foto di Lapangan Unsur Interpretasi Rona/Warna: Sedang Bentuk : Persegi Ukuran : Sedang Tekstur : Sedang Pola : Teratur Bayangan : Ada Situs : Perumahan Asosiasi : Perumahan

(36)

Pembahasan Kunci Interpretasi Citra Visual:

• pola dari permukiman biasanya teratur dan terdapat banyak bangunan didalamnya

• ukuran bangunan biasanya berukuran sedang dan menyebar sepanjang jalan

• rona warna pada pemukiman biasanya berfariasi karena terdapat beberapa objek didalamnya

Didalam permukiman tidak dapat membedakan antara permuhaan dengan penjula dan perumahan

3. Nama Objek

Objek di Citra Foto di Lapangan Unsur Interpretasi Rona/Warna: Sedang Bentuk : Persegi Ukuran : Sedang Tekstur : Sedang Pola : teratur Bayangan : Ada Situs : Perkotaan Asosiasi : Lahan terbuka

Pembahasan Kunci Interpretasi Citra Visual:

• Ukuran bangunan biasanya sedang dan menyebar di berbagai tempat

• Warna ronanya sedang pada permukiman yang biasanya berfariasi dan berbagai warna

• Pola teratur dengan yang ada di perumahan dan juga di interpretasi Di dalam perumahan terdapat pola yang hamper sama dengan interpretasi yang di indentifikasi

4. Nama Objek

Objek di Citra Foto di Lapangan Unsur Interpretasi

(37)

Rona/Warna: Sedang Bentuk :Persegi Ukuran : Besar Tekstur : Sedang Pola : Segi empat Bayangan : Ada

Situs : Daerah jauh dari permukiman

Asosiasi : Masjid Pembahasan Kunci Interpretasi Citra Visual:

• Rona warna terliht jelas karena hanya ada perbandingan warna antara vegetasi dengna bangunan masjid

• Ukuran bangunan masjid pada objek dan lapangan berukuran besar Tidak terdapat kesalahan pada onjek dan data yang diperoleh dilapangan karena terlihat jelas gambar bangunannya

5. Nama Objek

Objek di Citra Foto di Lapangan Unsur Interpretasi Rona/Warna: Terang Bentuk : Perrsegi panjang

Ukuran : Sedang Tekstur : Halus Pola : Teratur Bayangan : Ada Situs :Desa

Asosiasi : Perumahan Pembahasan Kunci Interpretasi Citra Visual:

• Pola Teratur dengan yang ada di kompleks perumahan dan yang di interpretasi

• Bayangan ada sama dengan data lapangan yang di foto

• Rona dan warna senada dengan yang di interpretasi bangunan dengan data lapangan

Di dalam kompleks perumhan terdapat pola yang sama dengan interpretasi dan data lapangan

(38)

6. Nama Objek

Objek di Citra Foto di Lapangan Unsur Interpretasi Rona/Warna: Sedang Bentuk : persegi Ukuran : Sedang Tekstur : Kasar Pola : Teratur Bayangan : Ada Situs : Perkotaan Asosiasi : Permukiman Pembahasan Kunci Interpretasi Citra Visual:

• Pola permukiman biasanya memiliki pola yang teratur persegi karena di buat oleh 1 individu

• Bentuk pada objek pemukiman biasanya memiliki bentuk yang sama yaitu berbentuk persegi

• Ukuran objek perumahan memilikiukuran yang sama setiap ukurannya sehingga dapat di simpulkan bawah objek twesebut adalah permukiman

7. Nama Objek

Objek di Citra Foto di Lapangan Unsur Interpretasi Rona/Warna: Sedang Bentuk : Persegi Ukuran : Sedang Tekstur : Sedang Pola : Teratur

Bayangan : Ada Situs : Perkotaan

Asosiasi : Permukiman

(39)

Pembahasan Kunci Interpretasi Citra Visual:

• Rona dan warna sedan ada permukiman dengan data lapangan

• Bentuk pada objek permukiman biasanya memiliki bentuk yang sama yaitu berbentuk persegi

• Bayangan ada pada interpretasi dan juga data lapangan

8. Nama Objek

Objek di Citra Foto di Lapangan Unsur Interpretasi Rona/Warna: Sedang Bentuk : Persegi Ukuran : Sedang Tekstur : Sedang Pola : Beraturan Bayangan : Ada Situs : Desa

Asosiasi : Perumahan Pembahasan Kunci Interpretasi Citra Visual:

• Rona dan warna senada karena memiliki warna yang bervariasi

• Ukuran pada objek sedang karena memiliki hampir sama dengan bangunan yang ada

• Pola permukiman memiliki pola yang teratur memanjang karena dibuat perkelompok

9. Nama Objek

Objek di Citra Foto di Lapangan Unsur Interpretasi

(40)

Rona/Warna: Cerah Bentuk : Persegi panjang

Ukuran : Sedang Tekstur : Halus Pola : Teratur Bayangan : Ada Situs : Lahan terbuka Asosiasi : Permukiman Pembahasan Kunci Interpretasi Citra Visual:

• Bentuk persegi Panjang karena interpretasi dan data lapangan sesuai

• Tekstur halus karena terdapat pembukaan lahan yang ada di interpretasi dan tidak sesuai pada lapangan

10. Nama Objek

Objek di Citra Foto di Lapangan Unsur Interpretasi Rona/Warna: Sedang Bentuk : Persegi Ukuran : Kecil Tekstur : Sedang Pola : Tidak beraturan Bayangan : Ada Situs : Lahan terbuka Asosiasi : Lahan kosong

Pembahasan Kunci Interpretasi Citra Visual:

• Warna rona nya ssedang pada lahan kosong yang terdapat vegetasi

• Tekstur Sedang karena data interpretasi memiliki bangunan dan lahan terbuka atau kosong

(41)

Berdasarkan tabel diatas, kita dapat mengetahui bahwa ada 10 objek yang akan diuji kesesuiannya dengan keadaaan yang sebenarnya di lapangan. Diantara 10 objek tersebut, masing mansing terdiri dari daerah sawah atau ladang, perkebunan, perumahan, lapangan terbuka, tanah kosong bangunan sekolah, peternakan serta permukiman. Pengamatan objek disetiap titik koordinat menjadikan peta sebagai acuan dalam interpretasi.

Melalui peta citra, kita mula-mula melakukan proses interpretasi terhadap 9 titik lokasi dengan memerhatikan 8 unsur interpretasi citra, setelah itu melakukan groundtruth atau konvergensi bukti dari hasil interpretasi yang telah di lakukan tadi. Adapun kunci interpretasi yang digunakan yaitu berdasarkan unsur-unsur interpretasi citra yang nampak melalui citra tersebut, yang diantaranya yaitu Rona, Warna, Tekstur, Bentuk, Ukuran, Pola, Bayangan, Situs, dan Asosiasi (Arsy, 2013; Agoes, 2018).

Setelah proses identifikasi dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat 8 objek berupa penggunaan lahan yang berhasil teridentifikasi. Kemudian, dilakukan proses konvergensi data untuk dapat mengetahui tingkat akurasi dari proses interpretasi yang telah dilakukan. Mengetahui tingkat akurasi penting untuk dilakukan untuk dapat mengetahui keakuratan dari proses analisis dan hasil interpretasi yang dilakukan agar dapat memberi informasi yang tepat (Lubis, 2017).

Adapun proses konvergensi data dilakukan dengan melakukan groundtruth atau pengecekan secara langsung di lapangan. Setelah itu, hasil pengecekan lapangan ini kemudian dimasukkan ke dalam tabel sebagai berikut untuk dapat menghitung tingkat akurasinya.

Objek

Objek di Lapangan

Total Perumah

an Mesjid Permukim

an Lahan

kosong

Perumhan 2

Mesjid 1

Permukim 2

(42)

an Lahan

kosong 2

Total Total 70

(%) : Formula yang digunakan untuk penilaian akurasi adalah sebagai berikut:

Total Accuracy= × 100% = 70 Objek Hasil Interpretasi Citra

(43)

Gambar 4.2 Hasil layout menggunakan arcgis

Layout gambar di atas di hasilkan dari akuisisi foto udara menggunakan wahana drone yang sudah dilaukan di lapangan. Sebelum dilakukan layout, hasil akuisisi data foto udara mencakup wilayah yang sempit yakni daerah persawahan disekitar tambak. Layout diatas di hasilkan dari hasil fotogrametri menggunakan drone yang kemudian datanya akan kita olah di aplikasi agisoft lalu setelah di olah di agisoft kemudian di layout menggunakan arcgis. Pada agisoft, dimasukkan foto-foto hasil drone kemudian dilakukan align photo, build dense cloud, build mesh, build texture, build tiled model, build dem kemudian orthomozaic sehingga menghasilkan peta yang selanjutnya akan di layout di arcgis. Align foto merupakan tahap awal pada pengolahan data udara digital menggunakan perangkat lunak agisoft photoscan. Di tahap ini, proses identifikasi point secara otomatis dilakukan dengan menggunakan alogaritma SIFT invariant.

Alogaritma ini menggunakan logika yang dimana akan mengenali setiap titik-titik yang memiliki kesamaan pixcel dan akan membentuknya menjadi menjadi point cloud atau disebut smart poin. Sebelum itu, proses align foto terlebih dahulu dilakukan proses penyeleksian foto. Hal ini dilakukan pada foto yang tidak digunakan untuk pembuatan orthofoto. Pada tahap Build

(44)

Dense Cloud agar memperoleh point cloud lebih padat berdasarkan pada posisi kamera yang sudah diperhitungkan oleh alogaritma program. Di tahapan ini, photo tunggal yang di hasilkan diubah menjadi foto orthophoto.

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

Penginderaan jauh didefinisikan sebagai ilmu dalam mengumpulkan informasi suatu objek tanpa menyentuh atau berkontak fisik langsung dengan objek tersebut. Secara umum, penginderaan jauh berkaitan dengan pengolahan citra dalam mengetahui atau mengamatai suatu fenomena di muka bumi. Prinsip dasar dari penginderaan jauh adalah adanya rekaman interaksi antara gelombang elektronik dan objek di muka bumi yang tertangkap oleh sensor penangkap gelombang.

Penangkap gelombang ini dapat berupa satelit, pesawat, atau pesawat tanpa awak.

Manfaat Penginderaan Jauh adalah untuk Pemetaan geologi dan geomorfologi, misalnya eksplorasi mineral dan energi, pemetaan terjadinya suatu fenomena di muka bumi, misalnya kebakaran, kebanjiran, degradasi lahan, perubahan lahan, dan lain – lain, dan pemetaan bencana alam. Foto dan Video udara adalah pengambilan foto dan video melalui wahana tanpa awak. Dengan sudut pengambilan tertentu dengan tujuan mendapatkan hasil gambar yang informatif sesuai keinginan dari pemberi tugas.

Umumnya sudut pengambilan tidak tegak lurus untuk mendapatkan efek kedalaman gambar. Adapun contoh fptp udata yaitu pemetaan menggunakan drone yang merupakan sebuah aktivitas untuk mendapatkan sebuah peta wilayah dengan gambar yang dihasilkan oleh drone (Fotogrametri). Sampai hari ini drone menjadi populer di kalangan para mapper. Secara umum fotogrametri merupakan teknologi geo- informasi dengan memanfaatkan data geospasial yang diperoleh melalui pemotretan udara.

(46)

5.1 SARAN

Diharapkan kepada mahasiswa agar lebih bersungguh-sungguh saat mengikuti praktek lapang selanjutnya agar apa saja yang diajarkan saat di lapangan dapat dipahami dengan baik dan semoga praktikan kedepannya lebih serius lagi dalam menginterpretasi citra, dan lebih memperhatikan lagi 8 unsur interpretasi citra, dan semoga kedepannya lebih disiplin lagi dalam mengambil data.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, H. F., Irawan, F. A., & Marlianisya, R. (2018). Interpretasi Citra Digital Penginderaan Jauh Untuk Pembuatan Peta Lahan Sawah dan Estimasi Hasil Panen Padi. Jurnal INTEKNA: Informasi Teknik dan Niaga, 18(1):24-30.

Arsy, R. F. (2013). Metode Survei Deskriptif Untuk Mengkaji Kemampuan Interpretasi Citra Pada Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Universitas Tadulako. Kreatif, 16(3):62-72.

Lilesand T.M dan Keifer. 2004 Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.

Lubis, D. P., Pinem, M., & Simanjuntak, M. A. N. (2017). Analisis Perubahan

Garis Pantai Dengan Menggunakan Citra Penginderaan Jauh (Studi Kasus di Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara). Jurnal Geografi, 9(1): 21-31.

Semedi, B., & Lutfi, O. M. (2019). Pemanfaatan Data Citra Satelit Sentinel- 2 Untuk Asesmen Habitat Dasar Perairan Pantai Selatan Sempu Kabupaten Malang. JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research), 3(2):273-279.

Siebert S., Teizer J. 2014. Mobile 3D mapping for surveying earthwork projects using an Unmanned Aerial Vehicle (UAV) system.

Automation in Construction 41: 14.

Solikhin, A., Minarno, P.A., Junaedi, D., Putra, I.E., (2016). Penelitian Gempabumi Memicu Gerakan Tanah di Kabupaten Aceh Tengah, Aceh. Bandung: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, KESDM.Yogyakarta Gadjah Mada University Press.

Yusuf, Daud. Pengideraan Jauh. Buku ajar penginderaanprogram studi geografi

(48)

LAMPIRAN

(49)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama A.Selvi lahir di Mikuasi pada tanggal 14 Desember 2004. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Mulai menempuh pendidikan di TK Kuncup Pertiwi 2010, kemudian melanjutkan Pendidikannya di SD N 1 Mikuasi 2011 sampai dengan tahun 2017. Di tahun 2017 penulis melanjutkan studi pendidikannya di MTS N 2 Kolaka Utara. Setelah tamat pada tahun 2017 penulis melanjutkan studi pendidikannya di SMAN 1 Pakue dan tamat pada tahun 2022. Setelah menamatkan pendidikan dasar dan menengah baik menengah pertama maupun menengah atas, penulis melanjutkan pendidikan pada tahun 2023 di Universitas Negeri Makassar (UNM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, jurusan Geografi, prodi Geografi Sains.

Gambar

Gambar 3.1 Peta Lokasi Praktek Lapang 3.2 VARIABEL PRAKTEK LAPANG
Gambar 3.1 Tahap Add folder foto udara 2. Proses melakukan allign phot0
Gambar 3.2 Tahap Allign Photo
Gambar 3.3 Tahap Build Dense Cloud 4. Proses pembuatan build mesh
+7

Referensi

Dokumen terkait