• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN RESMI “ANALISIS KOAGULASI-FLOKULASI DENGAN METODA JAR TEST”

N/A
N/A
Reza Fadhillah M

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN RESMI “ANALISIS KOAGULASI-FLOKULASI DENGAN METODA JAR TEST”"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNIK ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN

“ANALISIS KOAGULASI-FLOKULASI DENGAN METODA JAR TEST”

Disusun Oleh :

Reza Fadhillah Mukhtar 5014201005

Diketahui Oleh :

Dosen : Bieby Voijant Tangahu, ST., MT., PhD.

Asisten Laboratorium : Insani Larasati

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL, PERENCANAAN DAN KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2022

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Tujuan dari dilakukannya praktikum analisis koagulasi-flokulasi dengan metoda jar test adalah untuk menentukan dosis optimum dalam pembubuhan koagulan atau tawas, dengan tujuan untuk menurunkan kekeruhan atau warna atau TSS.

1.2 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan pada praktikum analisis koagulasi-flokulasi menggunakan metode jar test adalah melakukan proses pengendapan partikel dengan memanfaatkan tawas, selanjutnya sampel dianalisis terkait kekeruhan dan nilai pH dari sampel tersebut. Kekeruhan sampel dapat diukur berdasarkan intensitas cahaya yang berbeda akibat adanya suspensi didalam sampel menggunakan alat turbidimeter. Analisis pH dilakukan untuk menentukan pH sampel dengan mengetahui konsentrasi ion hidrogen (H+) menggunakan pH meter. Jar Test merupakan metode sederhana dari proses flokulasi. Proses flokulasi dibagi menjadi 3 tahap. Pertama, melarutkan reagen dengan cara dilakukan pengadukan cepat atau flash mixing dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit. Kedua, dilakukan pengadukan lambat atau slow mixing hingga terbentuk flok dengan kecepatan 40-60 rpm selama 15 menit. Ketiga, didiamkan selama 15 menit untuk proses sedimentasi.

1.3 Dasar Teori

Air merupakan salah satu fase yang paling mudah sekali tercemar bahan kimia sehingga menyebabkan air tersebut memiliki kandungan bahan kimia berbahaya didalamnya. Pada air tercemar umumnya terdapat penyisihan kandungan zat bahan kimia tersebut pada tahap raw water treatment, dimana pada tahap tersebut air mengalami proses penjernihan sehinggan kandungan zat bahan kimia yang mencemari air dapat diturunkan (Wathoni, dkk. 2021).

Biasanya air yang telah tercemar ditandai oleh warnanya yang berubah menjadi keruh.

Kekeruhan atau turbidity adalah penurunan transparansi air yang disebabkan oleh adanya zat yang tidak larut. Kekeruhan disebabkan oleh air hujan yang deras sehingga dapat meningkatkan muka air di sungai dan menyebabkan jumlah zat tersuspensi dan padatan lain terbawa dan mengendap didalam air (Rak, 2013).

Air dikatakan bersih apabila air tersebut bening, tidak berwarna, dan tidak berbau.

Indikator air tercemar secara fisik dapat dilihat keadaanya yaitu akan mengalami perubahan warna dan tingkat kekeruhan. Faktor yang mempengaruhi tingkat kekeruhan air adalah kadar partikel yang terlarut didalamnya atau biasa disebut dengan Total Dissolved Solid (Wirman, dkk., 2019). Keruhan atau turbidity bukan merupakan sesuatu yang dikatakan sudah pasti bersifat membahayakan bagi makhluk hidup. Kekeruhan bisa dikatakan berbahaya apabila didalamnya sudah terkandung bahan-bahan kimia yang memberikan efek racun kepada makhluk hidup. Maka dari itu kekeruhan pada air harus dihilangkan dengan tujuan menghindari bahaya yang akan terjadi apabila air tersebut digunakan untuk keperluan sehari-hari atau keperluan konsumsi (Pramusinto dan Suryono, 2016).

Kegiatan industri ataupun kegiatan manusia yang berjalan dapat menghasilkan air limbah. Air limbah mengandung bahan pencemar yang dapat memberikan dampak buruk pada lingkungan, selain itu air limbah tersebut dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan manusia. Sehingga untuk itu diperlukan adanya pengelolaan air limbah dengan tujuan untuk

(3)

menghilangkan kontaminan dalam air sehingga tercapai kondisi yang diizinkan untuk dilepas ke lingkungan. Sebelum melakukan pengolahan air limbah tentu memerlukan analisis zat pencemar karena kontaminan yang masuk ke dalam air tidak selalu sama. Kontaminan tersebut tergantung pada kegiatan mikroba di dalam air serta kondisi cuaca saat hujan menyebabkan kandungan kontaminan akan lebih tinggi. Kondisi air yang dilepas ke lingkungan juga bergantung pada air tersebut apakah akan digunakan kembali atau dibuang ke aliran sungai (Ernest, dkk. 2017).

Prinsip pada pengolahan air limbah yaitu menggunakan prinsip koagulasi-flokulasi.

Dimana pada prinsip ini bertujuan untuk memisahkan padatan terlarut dengan air sehingga air menjadi jernih kembali. Prinsip ini merupakan prinsip yang berkelanjutan atau suatu urutan, dimana pada tahap koagulasi terjadi proses penyisihan partikulat, koloid, dan kotoran di dalam air dengan membuat koloid menjadi tidak stabil. Serta pada proses koagulasi terdapat penambahan koagulan ke dalam air untuk membantu proses penyisihan tersebut (Allerdings, dkk. 2015).

Proses flokulasi merupakan proses dimana menggumpalnya mikroflok yang telah terbentuk pada tahap koagulasi dan menjadi flok yang lebih besar dan nantinya akan mengendap dibawah dasar air. Contoh dari proses flokulasi adalah ketika penambahan tawas ke dalam air dimana tawas merupakan ion positif akan bereaksi dengan alkalinitas air dan membentuk flok (Setyawati, dkk. 2015).

Proses koagulasi merupakan proses penambahan bahan kimia yang disebut koagulan ke dalam sampel. Tujuan dari penambahan tersebut adalah untuk membuat partikel menjadi saling mengikat dan membentuk gumpalan. Proses pembentukan flok dalam proses koagulasi- flokulasi dipengaruhi oleh proses pengadukan dan dosis koagulan. Metode jar test merupakan metode yang dapat menentukan parameter tersebut (Oktaviasari dan Mashuri, 2016).

Dalam proses koagulasi-flokulasi pengadukan dilakukan secara cepat atau flash mixing dan secara lambat atau slow mixing. Kecepatan untuk flash mixing berkisar antara 120 hingga 240 rpm. Sedangkan kecepatan untuk slow mixing berkisar antara 20 hingga 60 rpm. Ukuran zat padat dapat mempengaruhi kecepatan dalam proses flokulasi sehingga dapat menyebabkan pengaruh yang sama pada proses pemisahan. Dosis koagulan pada proses koagulasi-flokulasi dipengaruhi oleh konsentrasi koloid dan padatan tersuspensi didalam air. Semakin tinggi konsentrasi koloid dan pada tan tersuspensi semakin tinggi pula juga dosis koagulan yang dibutuhkan (Sulistyo, et al. 2012).

Pada proses jar test terdapat 2 jenis koagulan yang umum digunakan yaitu aluminium sulfat dan pollyaluminium chloride (PAC). Untuk menghasilkan dosis yang optimum pada penentuan koagulan yang digunakan setiap keadaan air berubah karena faktor musim atau faktor lain. Jar test sendiri terdiri atas 6 buah batang pengaduk dengan sebuah gelas volume satu liter. Satu gelas tersebut digunakan sebagai kontrol dan lima gelas sisanya merupakan tempat penentuan dosis koagulan yang diperlukan sehingga dapat dilakukan perbandingan hasil percobaan jar test dalam menentukan kebutuhan optimum koagulan (Lestari, 2019).

(4)

BAB 2 METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam percobaan Analisis Kogulasi-Flokulasi dengan metode jar test adalah sebagai berikut :

- Reagen tawas 1% atau 10 g/L

- Alat jar test dengan 6 beker glass volume 1 liter - Beker glass dengan volume 100 mL sebanyak 6 buah - Pipet 10 mL

- pH meter - Turbidimeter

2.2 Diagram Alir

Skema analisis koagulasi-flokulasi dengan metode jar test dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut :

Sampel Air

Ditakar dan dimasukkan sebanyak 1 liter sampel ke dalam masing-masing beker glass

Ditandai menggunakan label masing-masing beaker glass, 1 beaker glass bergfungsi sebagai kontrol

Sampel diaduk dan dianalisis nilai pH dan kekeruhan dari sampel

Diletakkan sampel pada alat jar test

Gambar 1. Skema Analisis Koagulasi-Flokulasi dengan Metode Jar Test Tawas

Dibubuhkan tawas ke dalam sampel sebanyak dosis yang telah ditentukan sebelumnya

Sampel Air

Diaduk dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit.

Diaduk dengan kecepatan 40-60 rpm selama 15 menit.

Diendapkan selama 15 menit.

Diambil 100 mL sampel yang jernih dari masing-masing beker glass

Dianalisis nilai pH dan kekeruhan dari masing-masing sampel didalam beker glass

Hasil

(5)

BAB 3

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Langkah Kerja dan Pengamatan Analaisis Koagulasi-Flokulasi dengan Jar Test

No Perlakuan Keterangan Gambar

1. Disiapkan 10 Liter air sampel. Diambil 6 Liter air sampel ke dalam 6 beaker glass.

Karakteristik sampel : - Berwarna gelap - Terlihat sampel

sangat keruh

- Terdapat bau pada sampel

Ukuran setiap beaker glass adalah 1 Liter

2. Diaduk sampel pada salah satu beaker glass.

Kemudian dianalisis pH, dan nilai kekeruhannya.

Nilai pH sampel sebelum dilakukan metode jar test adalah 6,1

Nilai kekeruhan sampel sebelum dilakukan metode jar test adalah 184 NTU

3. Diletakkan 6 beaker glass berisi sampel ke dalam alat jar test.

Beaker glass hanya diletakkan pada alat jar test namun proses pengadukan belum dimulai karena menghitung dosis tawas terlebih dahulu

(6)

No Perlakuan Keterangan Gambar 4. Dibubuhkan larutan

tawas 3% dengan dosis yang telah sesuai dengan perhitungan

Perhitungan dosis tawas mendapatkan hasil sebagai berikut 3,33 ml ; 6,67 ml ; 13,33 ml ; 20 ml ; 26,67 ml

5. Diaduk secara cepat dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit

Sampel air menjadi tercampur dengan tawas, dan terlihat flok flok kecil mulai terbentuk.

6. Diaduk secara lambat dengan kecepatan 40- 60 rpm selama 15 menit.

Mulai terlihat beberapa flok yang berukuran besar dalam air sampel.

7. Diendapkan selama 15 menit

Terlihat banyaknya flok yang mulai terendap ke dasar beaker glass. Lama kelamaan air menjadi jernih kembali dari yang tadinya keruh.

8. Diambil 100 mL air yang jernih dari ke masing-masing beaker glass.

Air terlihat jernih tidak ada endapan sama sekali yang terlihat oleh mata.

(7)

No Perlakuan Keterangan Gambar 9. Dianalisis nilai pH, dan

nilai kekeruhan masing-masing ke 6 sampel.

Didapatkan hasil nilai pH dan kekeruhan untuk setiap sampel dan tidak ada perubahan fisik pada sampel.

3.2 Diskusi dan Pembahasan

Praktikum mengenai analisis koagulasi-flokulasi menggunakan metode jar test dilaksanakan pada Jum’at, 22 April 2022 di laboratorium air gedung Teknik Lingkungan ITS.

Praktikum analisa jar test menggunakan prinsip koagulasi-flokulasi. Percobaan ini diawali dengan menyiapkan air sampel yang akan diuji sebanyak 10 liter. Air sampel tersebut lebih baik diperoleh dari air yang mengalir sehingga zat pencemar tidak terendap di dasar dan hasil percobaan akan lebih representatif. Air sampel yang digunakan kali ini berasal dari air yang terletak pada danau seberang gedung statistika ITS.

Kemudian air sampel diaduk dan dilakukan analisis karakteristik air sampel. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jumlah pencemar yang ada pada sampel. Tujuan dari percobaan jartest adalah menentukan dosis koagulan yang tepat sehingga dapat mempercepat penggumpalan partikel pencemar dalam air yang sangat kecil sehingga susah diendapkan secara langsung. Setelah diperoleh jumlah koagulan yang tepat, maka proses pengendapan partikel yang ada didalam air dapat berlangsung secara optimal (Oktaviasari dan Mashuri, 2016).

Pada analisa awal air sebelum dilakukan jartest, terlebih dahulu dianalisis pH, nilai kekeruhan, dan warna dari air sampel. Kekeruhan atau turbidity adalah penurunan transparansi air yang disebabkan oleh adanya zat yang tidak larut yang ada pada air dimana zat tidak larut tersebut dapat menyebabkan air keruh sehingga penerterasi cahaya ke dasar air rendah dan makhluk hidup didalam air kekurangan oksigen (Rak, 2013).

Untuk menentukan nilai kekeruhan atau turbiditas, maka dilakukan analisis untuk menentukan jumlah NTU atau Nephelometric Turbidity Unit yang merupakan satuan dari kekeruhan. Nilai turbiditas atau kekeruhan dilakukan dengan menggunakan alat turbidimeter.

Selanjutnya dilakukan analisis pH dimana pH air yang tercemar cenderung tidak netral dibandingkan dengan pH air bersih. Nilai pH merupakan nilai yang menentukan kualitas atau tingkat keasaman atau kebasaan dari air dimana rentang pH bernilai 0-14. Nilai pH ditentukan dengan menggunakan alat laboratorium pH meter (Oktaviasari and Mashuri, 2016).

(8)

Tabel 2. Hasil Analisis Kekeruhan dan pH setelah dilakukan jartest

Dari hasil analisa awal air sampel diperoleh data bahwa air sampel memiliki tingkat kekeruhan 184 NTU serta pH awal 6,1. Kemudian disiapkan 6 gelas beker dengan ukuran 1 liter dan ditungan air sampel sebanyak 1 liter ke masing masing gelas beker untuk nanti akan ditambahkan tawas ke dalam gelas beker dengan jumlah konsentrasi yang berbeda, serta 1 gelas beker sebagai blanko. Setelah itu dapat ditentukan dosis tawas masing-masing untuk 5 beaker glass. Konsentrasi tawas yang akan ditambahkan dengan kadar tawas 3% menggunakan pipet tetes 10 mL adalah 3,33 ml, 6,67 ml, 13,33 ml, 20 ml, 26,67 ml. Pemberian 5 dosis yang berbeda bertujuan untuk menetukan dosis optimum yang sesuai dengan kadar kekeruhan. Pada praktikum kali ini dilakukan penambahan tawas terhadap 1 beaker glass tambahan dengan dosis tawas yang cukup banyak sebagai pembanding mengenai dosis tawas yang tepat untuk menurunkan kekeruhan air sampel. Beaker glass tersebut dibubuhkan tawas dengan dosis 40 ml.

Kemudian 6 gelas beker tersebut diletakkan pada alat jartest untuk dilakukan dua kali pengadukan yakni pengadukan cepat dan pengadukan lambat. Pada pengadukan cepat dilakukan dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit yang bertujuan untuk membentuk mikroflok dari zat pencemar dan tawas. Selanjutnya dilakukan pengadukan dengan kecepatan 40-60 rpm selama 15 menit yang bertujuan untuk memberi waktu agar mikroflok menggumpal dan membentuk flok yang lebih besar.

Kemudian 6 gelas beker tersebut dipindahkan ke atas meja lab untuk dilakukan proses sedimentasi selama 15 menit agar flok yang besar tersebut mengendap di dasar gelas beker dan terpisah dengan air sampel. Kemudian diambil 100 ml bagian air jernih dari setiap gelas beker untuk dilakukan uji coba nilai kekeruhan dan pH menggunakan turbidimeter dan pH meter.

Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh 5 nilai kekeruhan dan pH yang berbeda yang disajikan dalam tabel 2 berikut.

Dosis Tawas (ml) pH Kekeruhan (NTU)

0 6,1 184

3,33 5,73 0,88

6,67 5,17 2,26

13,33 3,91 4,47

20 3,16 1,7

26,67 3,56 1,56

40 3,52 3,14

Dari tabel tersebut maka dapat dibuat grafik perubahan pH terhadap penambahan dosis tawas dan grafik perubahan kadar kekeruhan terhadap penambahan dosis tawas.

(9)

Gambar 2. Grafik Antara Dosis Penambahan Tawas dan Parameter pH

Gambar 3. Grafik Antara Dosis Penambahan Tawas dan Parameter Kekeruhan

Dari hasil analisa kedua dan berdasarkan gambar 3 diperoleh data bahwa dosis optimum penambahan tawas pada air sampel adalah 3,33 mL. Pada grafik terlihat bahwa dosis 3,33 mL dapat menurunkan nilai kekeruhan air sampel hingga menjadi 0,88 NTU paling kecil dari ke 5 dosis yang lain. Secara teori memang apabila dosis tawas makin tinggi maka proses koagulasi- flokulasi makin maksimal, floc yang terbentuk lebih banyak dan besar sehingga menghasilkan air yang jernih. Namun pada praktikum kali ini justru dosis terkecil yang paling efektif untuk menurunkan kekeruhan air karena terdapat beberapa faktor yaitu seperti adanya kenaikan nilai kekeruhan pada dosis 6,67 mL dan seterusnya dikarenakan zat pencemar pada air sudah habis bereaksi dengan kadar tawas tertentu sehingga tawas yang tersisa di dalam air menaikkan kembali kadar kekeruhan dalam air sampel.

Kemudian pada gambar satu diketahui semakin banyaknya penambahan air tawas maka pH air akan semakin kecil, hal itu sesuai dengan reaksi kimia antara tawas dengan zat pada air sampel yakni

𝐴𝑙2(𝑆𝑂4)3+ 𝐻2𝑂 −→ 𝐴𝑙(𝑂𝐻)3+ 𝐻2𝑆𝑂4

(10)

Dimana pada hasil reaksi tersebut diketahui bahwa dihasilkan asam sulfat yang tercampur di dalam air yang membuat kondisi asam pada air sehingga pH air akan mengalami penurunan.

Pada percobaan analisis jar test terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam percobaan. Pertama apabila air sampel yang digunakan memiliki kadar kekeruhan yang sangat rendah maka bisa saja sudah diperlukan perjenihan sehingga penambahan larutan air tawas akan meningkatkan kadar kekeruhan saja, kemudian jika air sampel tidak dilakukan pengadukan sebelum dituang pada gelas beker juga dapat menyebabkan hal yang sama. Kemudian faktor yang dapat menyebabkan kegagalan ialah apabila pembersihan dari tabung untuk turbidimeter serta tongkat pH meter tidak dipersihkan secara serius maka dapat menganggu pengujian pH dan kadar kekeruhan sehingga data yang didapat kurang representatif. Selain itu kesalahan dalam membaca meniskus serta penambahan tawas ke dalam air sampel dapat menyebabkan kesalahan data.

Dalam pengaplikasiannya dibidang teknik lingkungan, proses koagulasi-flokulasi dimanfaatkan untuk menghilangkan polutan-polutan yang terdapat pada air limbah sehingga air limbah tersebut kadar polutannya turun dan bisa dibuang kembali ke alam karena sudah dianggap tidak mencemari sungai.

(11)

BAB V KESIMPULAN

Percobaan analisis koagulasi-flokulasi menggunakan metode jartest dilakukan dengan menggunakan prinsip koagulasi-flokulasi. Jar test merupakan metode sederhana berupa pengadukan yang dilakukan secara cepat dan secara lambat. Pengadukan secara cepat dilakukan dengan tujuan mencampur air sampel dengan koagulan serta membentuk mikrofloc. Sedangkan pengadukan lambat dilakukan dengan tujuan membentuk floc yang lebih besar untuk mengurangi kekeruhan. Sebelum dilakukan jartest terdapat beberapa tahap yang dilalui seperti melakukan analisis pH dan kadar kekeruhan pada air sampel, didapatkan nilai pH dan kekeruhan adalah 6,1 dan 184 NTU. Kemudian dilakukan pewadahan pada beaker glass, penambahan tawas, pengadukan cepat, pengadukan lambat, dan proses sedimentasi. Pada proses pengadukan dibubuhkan tawas dengan dosis berbeda-beda setiap beaker glass yaitu 3,33 mg/L, 6,67 mg/L, 13,33 mg/L, 20 mg/L, 26,67 mg/L, dan 40 mg/L. Kemudian terhadap 6 beaker glass berisi air sampel setelah dilakukan jar test dihitung kembali nilai pH dan kekeruhannya.

Didapatkan nilai pH untuk 6 beaker glass yaitu 6,1 ; 5,73 ; 5,17 ; 3,91 ; 3,16 ; 3,56 ; 3,52 nilai pH semakin turun seiring bertambahnya dosis tawas. Kemudian nilai kekeruhan untuk 6 beaker glass yaitu 0,88 ; 2,26 ; 4,47 ; 1,7 ; 1,56 ; 3,14 nilai kekeruhan berbeda-beda pada setiap dosis tawas yang diberikan. Berdasarkan hasil tersebut maka bisa disimpulkan bahwa dosis tawas yang optimum untuk menjernihkan air sampel sebesar 3,33 mg/L.

(12)

Daftar Pustaka

Allerdings, Demitri. Et al. 2015. The Practical Influence of Rapid Mixing on Coagulation in A Full Scale Water Treatment Plant. Journal Water Science and Technology. IWA.

Dresden.

Ernest, Ezeh. Et al. 2017. Effects of pH, Dossage, Temperature and Mixing Speed on The Efficiency of Water Melon Seed in Removing The Turbidity and Colour of Atabong River, Awka-Ibom State, Nigeria. International Journal of Advanced Engineering, Management, and Science. Vol 13, Issue-5 ISSN:2454-1311.

Lestari, Septyn Anggun. 2019. Efektivitas Penggunaan Bahan Koagulan Dalam Proses Perencanaan Pengolahan Bangunan Air Minum. Universitas Trisakti. Kota Jakarta.

Oktavisari, Sakura Ayu dan Muhammad Mashuri. 2016. Optimasi Parameter Proses Jar Test Menggunakan Metode Taguchi dengan Pendekatan PCR-TOPSIS (Studi Kasus: PDAM Surya Sembada Kota Surabaya). Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol. 5 No. 2, 2337-3520.

Pramusinto, Khanif dan Suryono. 2016. Sistem Monitoring Kekeruhan Air Menggunakan Jaringan Wireless Sensor System Berbasis WEB. Youngster Physics Journal. Vol. 5 No.

4. Halaman 203-210.

Rak, Adam. 2013. Water Turbidity Modelling During Water Treatment Processes Using Artificial Neural Networks. International Journal of Water Sciences. Opole University of Technology. Opole.

Setyawati, Harimbi. Dkk. 2018. Efektifitas Biji Kelor dan Tawas Sebagai Koagulan Pada Peningkatan Mutu Limbah Cair Industri Tahu. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 12 No. 2. Kota Malang.

Sulistyo, Hary. Dkk. 2012. Water Treatment by Coagulation-Flocculation Using Ferric Sulphate As Coagulant. AJCHE 2012. Vol. 12, No. 1. Page 42-50.

Wathoni, Akda Zahrotul. Ika Fitri Ulfindrayani. Karya Hidayat. 2021. Pengaruh Penambahan Flokulan dan Koagulan Menggunakan Metode Jar Test Terhadap Kuliatas Air Baku.

Jurnal Industry Xplore. Vol. 5, No.2.

Wirman, Rahmi Putri. Indrawata Wardhana. Vandri Ahmad Isnaini. 2019. Kajian Tingkat Akurasi Sensor pada Rancang Bangun Alat Ukur Total Dissolved Solids (TDS) dan Tingkat Kekeruhan Air. Jurnal Fisika 9 (1) (2019). Halaman 37-46.

(13)

Lampiran :

Jawaban Pertanyaan :

1. Sebutkan langkah-langkah proses koagulasi dan flokulasi ? Jawab :

Langkah-langkah dalam proses koagulasi dan flokulasi adalah : - Letakkan ke 6 beaker glass pada alat jar test

- Kemudian dibubuhkan koagulan pada setiap beaker glass dengan dosis koagulan yang berbeda-beda

- Lakukan pengadukan secara cepat (Flash Mix) dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit untuk mencampur sampel dengan koagulan (Proses Koagulasi)

- Lakukan pengadukan secara lambat (Slow Mix) dengan kecepatan 40-60 rpm selama 15 menit untuk membentuk floc-floc yang berukuran besar (Proses Flokulasi)

- Lakukan proses sedimentasi selama 15 menit agar floc-floc yang terbentuk dapat mengendap ke dasar air dan terpisah dari air

2. Sebutkan faktor penting dalam proses jartest ? Jawab :

- Konsentrasi dan jenis zat tersuspensi - pH larutan

- Dosis dan jenis koagulan

- Waktu dan kecepatan pengadukan - Adanya ion terlarut

3. Sebutkan macam-macam koagulan yang anda ketahui ? Jawab :

- Alum (Al2(SO4)3.18H2O) - Ferri Sulphate

- Lime - Soda

- Ferri Chloride (FeCl3) - Alumunium Salts - Ekstrak daun kelor

4. Jelaskan pentingnya proses koagulasi atau flash mix dalam proses penurunan kekeruhan ? Jawab :

Pentingnya proses koagulasi ata flash mix dalam menurunkan kekeruhan adalah berperan dalam mencampurkan koagulan dengan sampel sehingga dapat larut dengan sampel pada permukaan koloid dan mengubah muatan zat-zat didalamnya sehingga antara zat pencemar dapat saling tarik menarik untuk memulai membentuk floc.

5. Pada pH berapa terjadi proses koagulasi yang optimum dan jelaskan mengapa ? Jawab :

pH optimum proses koagulasi adalah pada pH 6-8, karena pembentukan floc (Al(OH)3) tidak dapat terjadi bila pH terlalu tinggi dan mengandung Al dengan konsentrasi tinggi.

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)

Gambar

2.2  Diagram Alir
Tabel 1. Langkah Kerja dan Pengamatan Analaisis Koagulasi-Flokulasi dengan Jar Test
Tabel 2. Hasil Analisis Kekeruhan dan pH setelah dilakukan jartest
Gambar 2. Grafik Antara Dosis Penambahan Tawas dan Parameter pH

Referensi

Dokumen terkait