• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI HANDLING, PEMELIHARAAN DAN PEMILIHAN HEWAN UJI

N/A
N/A
Ihsan nugraha

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI HANDLING, PEMELIHARAAN DAN PEMILIHAN HEWAN UJI "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI HANDLING, PEMELIHARAAN

DAN PEMILIHAN HEWAN UJI

Disusun :

Muhammad Ihsan Nugraha (20721035) 2HB02

Dosen pengampu:

Hotlina Nainggolan, S.Si, M. Biomed

PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS GUNADARMA

DEPOK

2023

(2)
(3)

1

PRAKTIKUM I

HANDLING, PEMELIHARAAN DAN PEMILIHAN HEWAN UJI

1.1 TUJUAN

Melalui praktikum ini diharapkan anda mampu memegang, memberikan perlakukan, dan melakukan Body Condition Scoring (BCS) hewan uji mencit, dan tikus dengan benar.

1.2 DASAR TEORI

Menurut Garber, 2010. Kesejahteraan hewan yang digunakan dalam percobaan mencakup dua aspek utama: perawatan umum dan penanganan selama prosedur percobaan. Kedua aspek ini berfokus pada cara peneliti merawat hewan laboratorium mulai dari penerimaan hingga penyelesaian studi. Untuk memenuhi kebutuhan hewan laboratorium, penting untuk menerapkan prinsip-prinsip kesejahteraan hewan secara konsisten dalam seluruh penelitian. Hewan laboratorium yang stres atau sakit dapat mempengaruhi hasil penelitian. Dengan kata lain, perlakuan terhadap hewan laboratorium oleh peneliti dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kualitas hewan dan, pada gilirannya, validitas hasil penelitian.

Pusat penelitian telah secara komprehensif mengemukakan konsep-konsep penting dalam penggunaan hewan coba, yaitu penggantian (replacement), pengurangan (reduction), dan perbaikan (refinement). Konsep penggantian mencakup penggunaan metode alternatif non-hewan sebagai alternatif yang lebih baik. Sementara itu, pengurangan mengacu pada upaya untuk meminimalkan penggunaan hewan coba sebanyak mungkin, tetapi tetap memastikan bahwa hasil penelitian tetap akurat dan relevan. Penanganan yang betul terhadap hewan uji seperti tikus dan mencit melibatkan perlakuan lembut saat mengambil mereka, diawali dengan mengambil dari ekornya terlebih dahulu. Disarankan untuk memberikan hewan-hewan ini sentuhan lembut di atas permukaan yang aman, seperti meja penelitian, untuk memberikan mereka kenyamanan dan rasa aman.

Setelah itu, hewan harus dipegang dengan hati-hati di leher dan diputar dengan lembut, tanpa menarik ekornya secara tiba-tiba. Selama digunakan sebagai model

(4)

2

penelitian, sangat penting untuk memastikan bahwa proses ini selalu diawasi dan dievaluasi oleh Komisi Etik Penggunaan Hewan. Hak-hak hewan yang digunakan dalam penelitian harus senantiasa dijaga, sesuai dengan prinsip-prinsip yang tercakup dalam Animal Welfare, termasuk konsep 5F (Five Freedoms).

Penting untuk selalu memastikan bahwa hewan uji yang digunakan dalam penelitian mendapatkan perlindungan yang dikenal sebagai Animal Welfare.

Prinsip-prinsip dari konsep kesejahteraan hewan ini, yang dikenal sebagai 'Five Freedoms', perlu ditegakkan dengan baik:

1. Kebebasan dari rasa lapar dan haus: Hewan harus memiliki akses terhadap makanan yang sesuai untuk jenis hewan tersebut, dalam jumlah yang memadai, dengan standar kebersihan yang tinggi, dan memiliki kandungan gizi yang mencukupi.

2. Kebebasan dari ketidaknyamanan fisik dan termal: Hewan harus ditempatkan dalam lingkungan yang sesuai dengan perilaku alamiah mereka, sehingga mereka tidak mengalami ketidaknyamanan fisik atau kepanasan yang berlebihan.

3. Kebebasan dari rasa nyeri, cedera, dan penyakit: Hewan harus diberikan perawatan yang mencegah rasa nyeri, cedera, dan penyakit, dengan tindakan pencegahan, diagnosis, dan pengobatan yang tepat.

4. Kebebasan dari rasa takut dan penderitaan: Kondisi dan perlakuan terhadap hewan harus memastikan bahwa hewan tidak mengalami rasa takut atau stres yang tidak perlu, termasuk melalui penghindaran konflik dengan spesies lain dan perlindungan dari predator.

5. Kebebasan untuk mengekspresikan perilaku alamiah: Hewan harus diberikan kesempatan untuk mengekspresikan tingkah laku alamiah mereka. Ini bisa dicapai dengan menyediakan kandang yang sesuai baik dari segi ukuran maupun bentuknya, serta memberikan kesempatan bagi hewan untuk berinteraksi sosial atau bahkan berkembang biak.

Dalam panduan yang disampaikan oleh Hendra. S pada tahun 2016 mengenai penilaian Body Condition Scoring (BCS) pada hewan uji, terdapat beberapa kriteria sebagai berikut:

(5)

3 a) Nilai 1 BCS - Mencit dengan keadaan kurus.

Pada hewan ini, tulang-tulang tubuh sangat jelas terlihat, dan ketika diraba, tidak terasa adanya lapisan lemak atau daging. Tampaknya bagian tubuh hewan hampir tanpa isi lemak atau daging.

b) Nilai 2 BCS - Mencit berada di bawah kondisi standar.

Tikus tampak kurus, tetapi tulang-tulang masih terlihat dengan jelas. Ketika diraba, masih ada sedikit lapisan daging atau lemak yang dapat dirasakan. Siluet atas tubuhnya sudah tidak terlalu cekung, agak lebih berisi. Tulang pelvic dorsal dapat teraba dengan sedikit sentuhan.

c) Nilai 3 BCS - Mencit dalam kondisi yang baik.

Hewan ini tidak menunjukkan tonjolan tulang yang mencolok, namun ketika diraba, kita masih bisa merasakan tulang-tulang dengan mudah. Siluet tubuhnya biasanya lebih lurus dan terlihat berisi. Tulang pelvic dorsal hanya teraba dengan sedikit tekanan.

d) Nilai 4 BCS - Mencit berada di atas kondisi standar.

Pada hewan ini, tidak terdapat tonjolan tulang yang terlihat, dan ketika diraba, agak sulit merasakan tulang karena ada timbunan lemak dan daging yang cukup tebal.

Hewan ini tampak berisi dan terdapat lipatan-lipatan lemak di bawah kulit.

e) Nilai 5 BCS - Mencit dalam keadaan obesitas.

Hewan ini sangat sulit meraba tulang-tulangnya karena ada timbunan lemak dan daging yang sangat tebal.

1.3 ALAT DAN HEWAN 1.3.1 ALAT

Masker

Handscoon

Kendang tikus

Kendang mencit 1.3.2 HEWAN

• Tikus 3 ekor

• Mencit 6 ekor

(6)

4 1.4 CARA KERJA

1.4.1 HANDLING MENCIT:

• Angkat mencit dengan memegang ekornya ke atas menggunakan tangan.

• Letakkan mencit di atas permukaan kasar seperti kawat kandang dan biarkan mereka mencengkeram alas yang kasar.

• Pegang atau jepit lembut dan kuat tengkuk mencit menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.

• Setelah itu, angkat mencit sehingga mereka sudah dalam posisi yang aman dan siap untuk menerima perlakuan.

1.4.2 HANDLING TIKUS:

• Angkat tikus dengan menempatkan tangan di sekitar dada bagian atas tanpa meremas.

• Letakkan ibu jari di bawah rahang hewan jika ada kekhawatiran akan digigit, tanpa memberikan tekanan pada tenggorokan.

• Tikus akan tetap tenang jika perutnya dipijat lembut. Pastikan berbicara dengan tenang dan hindari suara bernada tinggi, serta hindari menahan bagian belakang hewan.

1.4.3 PEMELIHARAAN HEWAN UJI:

• Hewan percobaan yang digunakan terdiri dari 6 mencit dan 3 tikus.

• Berat badan hewan percobaan diukur dan dicatat.

• Hewan percobaan diaklimatisasi selama 7 hari dengan memberikan makanan dan minuman.

• Setelah 7 hari, berat badan hewan percobaan diukur ulang dan dicatat.

1.4.4 PEMERIKSAAN HEWAN UJI:

• Siapkan 6 mencit dan 3 tikus sebagai hewan uji.

• Letakkan satu hewan uji di atas kandang yang terbuat dari kawat.

• Biarkan hewan uji beristirahat.

• Amati kondisi tulang belakang hingga ke tulang dekat kemaluan (bokong).

• Perlahan-lahan sentuh bagian tulang belakang hingga mencapai tulang bokong.

• Catat hasil pengamatan dan perasaan, dan ulangi proses ini untuk semua hewan uji lainnya.

(7)

5 1.5 HASIL

1.5.1 HANDLING TIKUS DAN MENCIT

Handling Tikus

Handling Mencit

(8)

6 1.5.2 PEMELIHARAAN HEWAN UJI

Penimbangan berat badan hewan uji Kelompok

No Mencit Berat Badan (g)

Persen Perubahan

II

Sebelum Sesudah

1 26 g 25 g -3,84%

2 22 g 25 g 13,63%

3 27 g 25 g -7,4%

4 31 g 30 g -3,22%

5 21 g 20 g -4,76%

6 24 g 25 g 4,16%

% Perubahan = berat akhir – berat awal / berat awal x 100%

Kelompok

No Tikus Berat Badan (g)

Persen Perubahan

II

Sebelum Sesudah

1 212 g 225 g 6,13%

2 149 g 155 g 4,02%

3 152 g 160 g 5,26%

1.5.3 PEMERIKSAAN HEWAN UJI No

Mencit Berat Badan Hasil BCS

Pengamatan Perabaan

1 26 g Mencit dalam kondisi

yang baik (BCS Nilai 3).

Tubuhnya tidak tampak tonjolan tulang, namun bilamana diraba cukup mudah

(9)

7

merasakan adanya tulang-tulong.

Tampak atas, biasanya sudah lebih lurus tampak berish. Tulang pelvic dorsal sedikit teraba.

2 22 g

Mencit di bawah kondisi standart Tikus

tanpak kurus (BCS Nilai 2).

Tulang-tulang masih kelihatan jelas, namun bilamana diraba masih terasa adanya daging atau lemak Tampak atas sudah tidak terlalu berlekuk lekuk, agak berisi. Tulang pelvic dorsal dapat langsung teraba,

3 27 g

Mencit dalam kondisi yang baik (BCS Nilai

3).

Tubuhnya tidak tampak tonjolan tulang, namun bilamana diraba cukup mudah merasakan adanya tulang-tulong.

Tampak atas, biasanya sudah lebih lurus tampak berish. Tulang pelvic dorsal sedikit teraba

4 31 g Mencit di atas kondisi

standart (BCS nilai 4)

Tidak tampak adanya tonjolan tulang-tulang dan bilamana diroba

agak sulit

merasakan tulang karena tebalnya timbunan lemak dan daging, hewan kelihoon berisi dan tampok juga lipatan-lipatan lemak dibawah kulit

5 21 g Mencit di bawah

kondisi standart Tikus

Tulang-tulang masih kelihatan

(10)

8

tanpak kurus (BCS Nilai 2).

jelas, namun bilamana diraba masih terasa adanya daging atau lemak Tampak atas sudah tidak terlalu berlekuk lekuk, agak berisi. Tulang pelvic dorsal dapat langsung teraba,

6 24 g

Mencit dalam kondisi yang baik (BCS Nilai

3).

Tubuhnya tidak tampak tonjolan tulang, namun bilamana diraba cukup mudah merasakan adanya tulang-tulong.

Tampak atas, biasanya sudah lebih lurus tampak berish. Tulang pelvic dorsal sedikit teraba

No

Tikus Berat Badan Hasil BCS

Pengamatan Perabaan

1 212 g Tikus di atas kondisi

standart (BCS nilai 4)

Tubuhnya tidak tampak tonjolan tulang, namun bilamana diraba cukup mudah merasakan adanya tulang-tulong.

Tampak atas, biasanya sudah lebih lurus tampak berish. Tulang pelvic dorsal sedikit teraba.

2 149 g Tikus di bawah kondisi

standart Tikus tanpak kurus (BCS Nilai 2).

Tulang-tulang masih kelihatan jelas, namun bilamana diraba masih terasa adanya daging atau lemak Tampak atas sudah tidak terlalu

(11)

9

berlekuk lekuk, agak berisi. Tulang pelvic dorsal dapat langsung teraba,

3 152 g

Tikus dalam kondisi yang baik (BCS Nilai

3).

Tubuhnya tidak tampak tonjolan tulang, namun bilamana diraba cukup mudah merasakan adanya tulang-tulong.

Tampak atas, biasanya sudah lebih lurus tampak berish. Tulang pelvic dorsal sedikit teraba

1.6 PEMBAHASAN

Para peneliti yang menggunakan hewan sebagai subjek eksperimen harus selalu memperhatikan kesejahteraan hewan tersebut, dengan mematuhi prinsip-prinsip lima kebebasan, yang meliputi pemenuhan hak untuk tidak merasa lapar dan haus, bebas dari ketidaknyamanan, terhindar dari rasa sakit, trauma, dan penyakit, serta memungkinkan mereka untuk mengekspresikan perilaku alamiah mereka. Selain itu, penggunaan hewan coba juga harus mengikuti prinsip-prinsip replacement, reduction, dan refinement (3R) untuk mengurangi dampak yang mungkin timbul pada hewan tersebut.

Penting untuk diingat bahwa seluruh tindakan yang dilakukan oleh peneliti terhadap hewan, mulai dari saat hewan diterima hingga penelitian selesai, memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan hewan tersebut. Hal ini juga memengaruhi validitas hasil penelitian yang dihasilkan. Oleh karena itu, penting bagi peneliti untuk mematuhi prinsip-prinsip lima kebebasan dan prinsip 3R.

Salah satu metode yang efektif untuk menilai kondisi fisik hewan adalah dengan menggunakan Body Condition Scoring (BCS). BCS merupakan cara yang cepat dan non-invasif untuk mengevaluasi kondisi tubuh hewan dan dapat digunakan sebagai titik akhir klinis yang lebih akurat daripada hanya mengukur berat badan.

BCS memungkinkan penilai untuk mengidentifikasi perbedaan antara lemak tubuh dan simpanan otot dalam hewan, sehingga memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kesehatan mereka.

Dari praktikum handling yang telah dilakukan, kita dapat menyimpulkan bahwa handling yang benar adalah yang tidak menyebabkan cedera pada hewan uji.

Handling atau penanganan hewan uji harus dilakukan dengan penuh rasa kasih sayang dan berperikemanusiaan. Sebagai contoh, pada mencit yang memiliki sifat cenderung berkumpul bersama, penakut, dan fotofobik, serta lebih aktif pada

(12)

10

malam hari, aktivitas mereka terhambat dengan kehadiran manusia, dan biasanya tidak menggigit.

Cara memperlakukan mencit adalah dengan mengangkatnya melalui ekornya dengan tangan kiri, lalu meletakkannya di suatu tempat yang permukaannya tidak licin. Hal ini memungkinkan mencit untuk mencengkram saat ditarik. Selanjutnya, telunjuk dan ibu jari tangan kanan digunakan untuk menjepit kulit tengkuk mencit, sementara ekornya tetap dipegang dengan tangan kiri. Kemudian, posisi tubuh mencit dibalikkan sehingga permukaan perutnya menghadap kita, dan ekornya dijepitkan antara jari manis dan kelingking tangan kanan.

Selain mencit, hewan tikus juga digunakan dalam penelitian. Sifat tikus sangat cerdas, tidak terlalu fotofobik, dan aktivitasnya tidak terhambat dengan kehadiran manusia. Namun, jika diperlakukan kasar atau dalam keadaan defisiensi nutrisi, tikus cenderung menjadi galak dan sering menyerang. Mereka juga dapat hidup sendiri di dalam kandangnya.

Cara memperlakukan tikus adalah dengan mengangkatnya melalui bagian ujung ekornya, lalu meletakkannya di atas kawat kendang. Selanjutnya, tangan kiri bergerak dari belakang dengan jari tengah dan telunjuk mengunci tengkuk tikus, sementara ibu jari menjepit kaki depannya.

Adapun keuntungan dan kerugian dari penggunaan hewan uji seperti mencit adalah bahwa mereka mudah ditangani, mudah dikembangbiakkan, mudah dipelihara, reaksi terhadap obat lebih cepat terlihat. Namun, mereka dapat terganggu dalam aktivitas mereka jika ada manusia di sekitar, dan pemberian obat secara oral bisa agak sulit dilakukan karena sifat penakut mereka.

Sementara itu, tikus memiliki keuntungan seperti mudah ditangani, sangat cerdas, mudah dikembangbiakkan, mudah dipelihara, dan reaksi terhadap obat yang cepat terlihat. Namun, mereka lebih resisten terhadap infeksi, cenderung menjadi galak, dan jika makanan kurang, mereka bisa memakan sesama jenisnya.

Dalam pemeriksaan hewan uji terdapat berbagai variasi kondisi tubuh hewan jika mengacu pada aturan BCS. Hasil yang didapat dari pengujian antara lain BCS nilai 2, pada mencit no 2 dan 5; nilai 3, pada mencit 1 dan 3; dan nilai 4, untuk mencit 4. Sedangkan untuk tikus sendiri memiliki nilai BCS 4 untuk tikus no 1, nilai 2 untuk tikus no 2, nilai 3 untuk tikus no 3.

Pengukuran berat badan hewan uji merupakan salah satu aspek yang penting untuk memantau respons terhadap perlakuan atau obat yang diberikan. Dalam laporan praktikum ini, kita memiliki data berat badan sebelum dan setelah periode pemeliharaan hewan uji selama 7 hari. Berikut adalah pembahasan berdasarkan data yang diberikan:

(13)

11 Pengukuran Berat Badan Mencit:

1. Mencit Nomor 1: Berat awal mencit ini adalah 26 g, dan setelah 7 hari pemeliharaan, beratnya turun menjadi 25 g. Ini menunjukkan penurunan berat badan sebesar -3,84%. Penurunan ini mungkin menunjukkan adanya faktor-faktor stres atau perubahan lingkungan selama pemeliharaan yang memengaruhi berat badan mencit ini.

2. Mencit Nomor 2: Berat awal mencit ini adalah 22 g, dan setelah 7 hari pemeliharaan, beratnya naik menjadi 25 g. Ini menunjukkan peningkatan berat badan sebesar 13,63%. Peningkatan ini bisa disebabkan oleh faktor- faktor seperti pemulihan dari stres awal atau asupan makanan yang baik selama pemeliharaan.

3. Mencit Nomor 3: Berat awal mencit ini adalah 27 g, dan setelah 7 hari pemeliharaan, beratnya turun menjadi 25 g. Ini menunjukkan penurunan berat badan sebesar -7,4%. Penurunan ini juga dapat berkaitan dengan faktor-faktor stres atau perubahan dalam lingkungan pemeliharaan.

4. Mencit Nomor 4: Berat awal mencit ini adalah 31 g, dan setelah 7 hari pemeliharaan, beratnya turun menjadi 30 g. Ini menunjukkan penurunan berat badan sebesar -3,22%. Penurunan ini bisa mengindikasikan adanya faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi makanan atau metabolisme mencit ini selama periode pemeliharaan. Perubahan berat badan seperti ini dapat menjadi fokus penelitian lebih lanjut untuk memahami penyebabnya.

5. Mencit Nomor 5: Berat awal mencit ini adalah 21 g, dan setelah 7 hari pemeliharaan, beratnya turun menjadi 20 g. Ini menunjukkan penurunan berat badan sebesar -4,76%. Penurunan berat badan mencit ini juga dapat berkaitan dengan faktor-faktor yang memengaruhi asupan makanan atau stres selama pemeliharaan. Penting untuk memahami apakah penurunan ini merupakan respons alami atau efek dari perlakuan tertentu.

6. Mencit Nomor 6: Berat awal mencit ini adalah 24 g, dan setelah 7 hari pemeliharaan, beratnya naik menjadi 25 g. Ini menunjukkan peningkatan berat badan sebesar 4,16%. Peningkatan ini bisa disebabkan oleh pemulihan dari stres awal atau asupan makanan yang memadai selama periode pemeliharaan. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin berkontribusi pada peningkatan berat badan ini.

Pengukuran Berat Badan Tikus:

1. Tikus Nomor 1: Berat awal tikus ini adalah 212 g, dan setelah 7 hari pemeliharaan, beratnya naik menjadi 225 g. Ini menunjukkan peningkatan berat badan sebesar 6,13%. Peningkatan ini bisa mengindikasikan bahwa tikus ini telah mendapatkan nutrisi yang cukup selama pemeliharaan.

(14)

12

2. Tikus Nomor 2: Berat awal tikus ini adalah 149 g, dan setelah 7 hari pemeliharaan, beratnya naik menjadi 155 g. Ini menunjukkan peningkatan berat badan sebesar 4,02%. Sama seperti tikus nomor 1, peningkatan ini juga menunjukkan bahwa tikus ini mendapatkan nutrisi yang cukup selama pemeliharaan.

3. Tikus Nomor 3: Berat awal tikus ini adalah 152 g, dan setelah 7 hari pemeliharaan, beratnya naik menjadi 160 g. Ini menunjukkan peningkatan berat badan sebesar 5,26%. Seperti tikus nomor 1 dan 2, peningkatan ini juga mengindikasikan pemeliharaan yang baik dan asupan makanan yang cukup.

Perubahan berat badan pada hewan uji adalah parameter penting dalam penelitian farmakologi karena dapat memberikan petunjuk tentang efek obat atau perlakuan tertentu. Perubahan berat badan positif atau peningkatan berat badan mungkin mengindikasikan bahwa obat atau perlakuan tersebut memberikan manfaat kesehatan atau pertumbuhan. Sebaliknya, penurunan berat badan mungkin mengindikasikan efek negatif atau adanya masalah dalam perlakuan.

1.7 KESIMPULAN

Dalam penelitian farmakologi, pemantauan kesejahteraan dan perubahan berat badan hewan uji adalah aspek penting untuk memahami efek dari perlakuan atau obat yang diberikan. Data yang diperoleh dari pengukuran berat badan mencit dan tikus selama periode pemeliharaan 7 hari memberikan gambaran tentang respons individu terhadap lingkungan pemeliharaan dan faktor-faktor lain yang memengaruhi kesehatan mereka. Terdapat variasi dalam respons berat badan, dengan beberapa hewan mengalami peningkatan berat badan, sementara yang lain mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan kompleksitas pengaruh yang dapat terjadi pada hewan uji selama percobaan farmakologi.

Pentingnya mematuhi prinsip-prinsip lima kebebasan dan prinsip 3R dalam penggunaan hewan uji menjadi semakin jelas, karena tindakan peneliti terhadap hewan, termasuk pemeliharaan dan penanganan, dapat memengaruhi kesejahteraan hewan serta validitas hasil penelitian yang dihasilkan. Oleh karena itu, peneliti harus selalu memprioritaskan kesejahteraan hewan uji dan memastikan bahwa mereka diperlakukan dengan penuh rasa kasih sayang dan berperikemanusiaan sepanjang percobaan. Selain itu, penggunaan metode evaluasi seperti Body Condition Scoring (BCS) dapat membantu memahami lebih dalam kondisi fisik hewan, sehingga memungkinkan penilaian yang lebih akurat terhadap respons mereka terhadap perlakuan atau obat yang diuji. Dengan demikian, upaya untuk memahami dan mematuhi prinsip-prinsip etika dan kesejahteraan hewan sangatlah penting dalam menjalankan penelitian farmakologi yang berkualitas dan berkelanjutan.

(15)

13 1.8 DAFTAR PUSTAKA

Darusman, H. S., Nugroho, S. W., Munggaran, F. A., & Sajuthi, D. (2018). "Teknik Penanganan Kendali Hewan Sesuai Kaidah Kesejahteraan Hewan Meningkatkan Akurasi Pengukuran Profil Hemodinamika Tikus Laboratorium." Jurnal Veteriner, 19(2), 208.

Dosen Farmasi. (2021). Modul Praktikum Farmakologi. Depok: Universitas Gunadarma.

Endi Ridwan (2013). "Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan." Journal of the Indonesian Medical Association.

Malole, Sri Utami Pramono, C. (1989). "Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium." Institut Pertanian Bogor.

Mutiarahmi, C. N., Hartady, T., & Lesmana, R. (2021). "Kajian Pustaka:

Penggunaan Mencit Sebagai Hewan Coba di Laboratorium yang Mengacu pada Prinsip Kesejahteraan Hewan." Jurnal Indonesia Medicus Veterinus, 10.

Smith, B. J. dan S. Mangkoewidjojo. (1988). "Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis Indonesia." University Press, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait