Hasil uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan responden dengan status gizi (Pvalue=0,022 < =0,05). Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan makan responden dengan status gizi (Pvalue=0,013 < =0,05). Untuk mengetahui gambaran kebiasaan makan, pola makan, pengetahuan gizi dan status gizi mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat FIkes UHAMKA.
Status Gizi
Status Gizi Remaja
Secara umum status gizi remaja dipengaruhi oleh kebiasaan makan, asupan makanan dan penyakit infeksi. Masalah status gizi yang dialami remaja akan menyebabkan daya tahan tubuh menurun, angka kesakitan meningkat, pertumbuhan abnormal, kecerdasan rendah, produktivitas menurun dan pertumbuhan organ reproduksi terhambat (Epridawati, 2012). Faktor eksternal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status gizi yang berasal dari luar diri manusia Sedangkan faktor internal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status gizi yang berasal dari dalam diri manusia.
Konsumsi Pangan
Pembatasan konsumsi makanan yang salah dan tidak memperhatikan prinsip gizi dan kesehatan justru akan berdampak negatif terhadap status gizi remaja (Widianti, 2012). Menurut Worthington-Robert (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pada remaja terbagi menjadi faktor eksternal dan faktor internal. Asesmen konsumsi makanan dilakukan sebagai alat untuk mengukur keadaan konsumsi makanan yang terkadang menjadi salah satu cara yang digunakan untuk menentukan status gizi.
Kebiasaan atau pola Makan
Sanjur (1982) menyatakan bahwa konsumsi makanan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap makanan, yang bergantung pada lingkungan, baik masyarakat maupun keluarga. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu dan meliputi emosi, kesehatan, dan evaluasi kualitas makanan yang lebih tinggi. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu, antara lain lingkungan alam, sosial budaya dan ekonomi.
Pengetahuan Gizi
Individu yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan memiliki kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan dan pengolahan makanan, sehingga konsumsi makanan tercukupi (Nasoetion & Khomsan 1995). Tingkat pengetahuan gizi seseorang mempengaruhi sikap dan perilaku dalam memilih makanan yang pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan akan semakin baik status gizinya (Irawati et al. 1992).
KerangkaKonsep
Road Map Penelitian Adapun peta penelitian ini
Tempat dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat analitik dengan desain yang digunakan adalah cross sectional yaitu pengumpulan data yang berhubungan dengan variabel dependen dan independen dilakukan satu kali dalam satu waktu. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program perangkat lunak statistik dimana data yang terkumpul akan diolah secara deskriptif. Kegiatan ini dilakukan untuk memperbaiki apakah data yang dikumpulkan memiliki kesalahan atau tidak. Proses editing sebaiknya dilakukan pada saat pendata masih berada di lapangan, sehingga jika ditemukan data yang tidak benar atau meragukan dapat segera dilacak dan dikonfirmasi. kepada responden (Budiarto, 2002).
Data dimasukkan ke dalam komputer untuk diproses dan dimasukkan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Merupakan kegiatan pemeriksaan lembar data masukan apakah ada kesalahan pemasukan data atau tidak (Hastono, 2010). Merupakan proses pemberian skor atau nilai terhadap data yang terkumpul dengan menghitung jumlah skor pada variabel pengetahuan gizi.
Selanjutnya dibuat variabel Skor Total Pengetahuan, dari hasil skor total pengetahuan diketahui bahwa hasilnya berdistribusi tidak normal, sehingga skor total pengetahuan dikelompokkan berdasarkan nilai median.
Analisis Data 1 Analisis Univariat
Analisis Bivariat
Ada kemungkinan data yang diperoleh tidak valid karena responden mengisi sendiri kuesionernya, meskipun berada di bawah pengawasan peneliti, namun ada kemungkinan responden tidak mengisi kuesioner sesuai dengan yang peneliti inginkan, yaitu adalah, mereka menjawab dengan jujur. berdasarkan kehidupan masing-masing responden tersebut.
Hasil Univariat dan Bivariat 4.1.1 Status Gizi
Pengetahuan Gizi
Perilaku berbasis pengetahuan akan bertahan lebih lama, sehingga penting bagi remaja memperoleh pengetahuan gizi dari berbagai sumber seperti keluarga, sekolah, media cetak dan elektronik. Tujuan variabel pengetahuan gizi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan responden tentang gizi dan kandungan gizi makanan. Distribusi jawaban responden berdasarkan pertanyaan pada variabel pengetahuan gizi dapat dilihat pada tabel berikut.
Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan gizi tinggi (64,4%) lebih cenderung memiliki status gizi baik dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan gizi rendah (35,6%). Permasalahan gizi yang masih ada di masyarakat seringkali disebabkan oleh ketidaktahuan dan kurangnya informasi tentang gizi yang cukup.Dalam kehidupan sehari-hari, pemilihan makanan sehat dan bergizi yang memenuhi kebutuhan tubuh dipengaruhi oleh pengetahuan gizi individu. Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan tingkat pendidikan remaja (Dieny, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan status gizi baik (64,4%) memiliki pengetahuan lebih tentang gizi.
Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan status gizi mahasiswa Fikes UHAMKA (Pvalue 0,034). Hal ini sejalan dengan penelitian Emilia (2009) yang menyatakan bahwa persentase pengetahuan gizi yang baik lebih tinggi pada responden yang bersekolah dibandingkan responden yang putus sekolah atau tidak sekolah. Namun berbeda dengan hasil penelitian Wuryani (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi remaja, dan Utami (2012) juga tidak menemukan hubungan antara pengetahuan dengan status gizi remaja dalam penelitiannya.
Kurangnya pemahaman antara variabel pengetahuan dengan status gizi kemungkinan terjadi karena jumlah sampel yang tidak cukup menunjukkan hubungan yang bermakna.
Kebiasaan Sarapan
Dimana responden yang biasa sarapan setiap hari (64,4%) memiliki status gizi lebih baik dibandingkan responden yang tidak biasa sarapan (35,6%). Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi. Namun pada penelitian ini kebiasaan sarapan responden tidak berhubungan nyata dengan status gizi, hal ini mungkin disebabkan oleh faktor lain yang lebih dominan.
Dimana responden yang sering jajan (80,0%) memiliki status gizi yang lebih baik daripada responden yang jarang jajan (20,0%) yang memiliki status gizi kurang (kurang, kurus, gemuk dan obesitas) (30,8) Responden yang sarapan teratur setiap hari (64,4) % ) lebih cenderung memiliki status gizi baik dibandingkan responden yang tidak biasa sarapan pagi (35,6%).
Dyah Intan Puspitasari (2018) Deskripsi kebiasaan sarapan dan status gizi mahasiswa gizi dan non gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta, MPPKI Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia, Jurnal Kesehatan Indonesia. M Sada, (2012) Media Gizi Bagi Masyarakat Indonesia, 2012 - academia.edu Hubungan Citra Tubuh, Pengetahuan Pola Makan Seimbang dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Mahasiswa Politeknik Kesehatan Jayapura. Perubahan berat badan dan status gizi mahasiswa jalur USMI tahun 2002 pada empat bulan pertama di IPB.
Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan, pola makan, pengetahuan gizi dan status gizi mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Jurnal Tahun 2017 Fakultas Ilmu Kesehatan Uhamka. Hasil: Siswa dengan status gizi baik (69,2%) lebih banyak dibandingkan responden dengan status gizi buruk (sangat kurus, kurus, kegemukan dan obesitas) (30,8%), namun hal ini tetap harus menjadi perhatian karena masih menjadi masalah kesehatan masyarakat (> 30%). Responden yang sarapan setiap hari (64,4%) memiliki status gizi lebih baik dibandingkan responden yang tidak biasa sarapan (35,6%).
PENDAHULUAN
Usulan: Perlunya peningkatan pengetahuan remaja tentang gizi dengan cara penyuluhan remaja tentang gizi dan kesehatan dengan media yang menarik, seperti pemutaran film, stand up comedy, dll. Pentingnya penyuluhan jajanan sehat dan bergizi serta menyediakan jajanan sehat, bergizi dan terjangkau di kantin kampus agar mahasiswa yang tidak sempat sarapan dan mahasiswa yang mengikuti kuliah hingga malam hari terjamin asupan gizi yang baik, yang dapat alternatifnya adalah kerjasama dengan mahasiswa gizi. Mahasiswa Fikes UHAMKA adalah pemuda milenial yang tinggal di ibu kota dengan gaya hidup milenial, menikmati western food dan memiliki akses yang sangat mudah terhadap informasi gizi dan kesehatan remaja.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada beberapa mahasiswa diperoleh informasi bahwa beberapa mahasiswi FIKES UHAMKA mengalami defisit energi kronis dengan LILA <23cm.
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Responden yang berada pada kategori status gizi baik (69,2%) lebih banyak dibandingkan responden yang memiliki status gizi buruk (sangat kurus, kurus, berat badan berlebih dan obesitas) (30,8. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sada (2012) mengenai status gizi masyarakat Mahasiswa Poltekkes Jayapura tahun 2012 dengan menggunakan data primer diketahui persentase remaja dengan status gizi obesitas dengan persentase 14,1%, kegemukan 15,5%, normal 52,8%, dan kurus 17,6% 83%, kegemukan 20,14%, dan kekuarangan 9,03%. .
Hasil penelitian Intan Puspitasari (2018) menunjukkan bahwa siswa yang berstatus gizi baik sebanyak 70,6% siswa gizi dan 61,8% siswa tidak gizi. Nurohmi, Susi (2012) dalam penelitiannya dilakukan pada subjek yang bukan mahasiswa Prodi Ilmu Gizi atau Ilmu Teknologi Pangan, dimana hasil status gizi subjek secara umum normal dan cenderung gemuk yaitu 64,0% dan 18 . 6% masing-masing. Meskipun demikian, status gizi subjek rata-rata masih dalam kategori normal dengan IMT 21,7 ± 2,9 kg/m2.
Hal ini tidak berbeda dengan penelitian ini, namun yang menarik adalah status gizi mahasiswa bidang kesehatan dan gizi sama dengan mahasiswa di luar bidang kesehatan dan gizi, dimana status gizi buruk (undernutrition dan overnutrition/overweight) dan obesitas) ditemukan dengan persentase yang hampir sama. Variabel pengetahuan gizi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan responden tentang gizi dan kandungan gizi yang terdapat pada makanan serta fungsinya bagi tubuh manusia. Sedangkan responden yang paling banyak menjawab salah adalah pertanyaan “Makanan yang mengandung kolesterol tinggi” yaitu sebesar 97,5%.
Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR) menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan tinggi memiliki peluang 4,124 kali untuk memiliki status gizi baik dibandingkan responden dengan pengetahuan rendah (95% CI. Pada tabel 7 terlihat bahwa mahasiswa Fikes UHAMKA kelas 1G dan 1H memiliki kebiasaan sarapan setiap hari lebih banyak 61,5%) dibandingkan siswa yang kebiasaan sarapan tidak setiap hari 28,5%.
KESIMPULAN
UCAPAN TERIMAKASIH
Angka Kecukupan Mineral, Besi, Yodium, Seng, Mangan, Selenium, Dalam Pangan dan Gizi Nasional Widyakarya VIII. M Sada, (2012) Media Gizi untuk Masyarakat Indonesia, 2012 - academia.edu Hubungan body image, pengetahuan gizi seimbang dan aktivitas fisik terhadap status gizi mahasiswa politeknik kesehatan. Makalah disampaikan pada Executive Workshop on Nutrition Training and Health Integration in Agriculture Development, Bogor.