• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen laporan - SIMAKIP (Halaman 35-46)

Status Gizi

Gambaran status gizi responden berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi

Kategori N %

Sangat Kurus 3 4.6

Kurus 10 15.4

Normal 45 69.2

Overweight 5 7.7

Obesitas 2 3.1

Status gzi responden diukur dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh) yaitu BB/Kg² per umur. Diukur dilakukan dengan menggunakan WHO antropometri.

Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa sebesar 69.2% responden memiliki status gizi normal, sebesar 7.7% responden mengalami overweight, 3.1% responden mengalami obesitas, sebesar 15.4% responden kurus, dan sebesar 4.6% responden sangat kurus.

Tabel 2

Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi

Kategori N %

Baik 45 69.2

Tidak baik 20 30.8

Responden yang masuk dalam kategori status gizi baik (69.2%) lebih banyak dari responden yang memiliki status gizi tidak baik (kurus sekali, kurus, overweight dan obesitas)(30.8 %).

Diagram Status Gizi Responden

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sada (2012) mengenai status gizi Mahasiswa Politeknik kesehatan Jayapura tahun 2012 menggunakan data primer, diketahui presentase remaja dengan status gizi obesitas sebesar 14.1%, overweight 15.5%, normal 52.8%, dan kurus 17.6%. Hasil penelitian status gizi remaja yang dilakukan oleh Ruslie (2012) menunjukkan status gizi normal sebesar 70,83%, overweight 20,14%, dan underweight 9,03%. Hasil penelitian Intan Puspitasari (2018) mahasiswa yang memiliki status gizi baik sebesar70,6% untuk mahasiswa gizi dan 61,8% untuk mahasiswa non-gizi.

Nurohmi, Susi (2012) dalam penelitiannya yang dilakukan pada subjek bukan merupakan mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi ataupun Ilmu Teknologi Pangan dengan hasil status gizi subjek pada umumnya adalah normal dan cenderung gemuk, yaitu masingmasing 64.0% dan 18.6%. Terdapat 5.8% subjek yang memiliki status gizi obes I. Meskipun demikian, secara rata-rata, status gizi subjek masih berada dalam kategori normal yaitu dengan IMT 21.7±2.9 kg/ m2.

Dari keempat hasil penelitian tersebut, status gizi normal yang paling besar presentasenya. Hal ini tidak berbeda dengan penelitian ini namun yang menarik status gizi mahasiswa bidang kesehatan dan gizi sama dengan mahasiswa diluar bidang kesehatan dan gizi, dimana ditemukan status gizi buruk (gizi kurang dan gizi lebih/overweight dan obesitas) dengan prosentase yang hampir sama. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk melihat keadaan ini.

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi merupakan landasan penting untuk terjadi perubahan sikap dan perilaku gizi. Perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih lama, oleh sebab itu penting bagi remaja untuk memperoleh bekal pengetahuan gizi dari berbagai sumber seperti keluarga, sekolah, media cetak, maupun media elektronik.

Variabel pengetahuan gizi pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan responden mengenai gizi dan kandungan gizi yang terdapat pada makanan serta fungsinya bagi tubuh manusia. Distribusi jawaban responden berdasarkan pertanyaan- pertanyaan variabel pengetahuan gizi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi

No Pertanyaan

Jawaban Responden

Benar Salah

N % n %

1 Yang dimaksud dengan makanan bergizi 65 100 0 0

2 Lima komponen makanan yang dibutuhkan oleh

tubuh manusia 45 69.2 20 30.8

3 Guna makanan bagi tubuh manusia 60 92.3 5 7.7

4 Zat gizi untuk mempertahankan hidup, menunjang

pertumbuhan, dan melakukan aktivitas fisik 20 30.8 45 69.2 5 Daging ayam, telur, tahu, tempe, ikan merupakan

sumber makanan utama yang menghasilkan 23 35.4 42 64.6

6

Minyak, daging merah, mentega, dan keju merupakan sumber makanan utama yang menghasilkan

35 53.9 30 46.1

7 Apel, papaya, jeruk, dan mangga merupakan

makanan utama yang menghasilkan 50 76.9 15 23.1

8 sumber karbohidrat 40 61.5 25 38.5

9 banyak mengandung serat 30 46.1 35 53.9

10 Makanan yang kandungan zat besinya tinggi 16 24.6 49 75.4

11 Susunan menu yang bergizi seimbang 47 88.5 18 11.5

12

Konsumsi makanan sumber energy yang melebihi kebutuhan secara terus menerus akan menyebabkan

50 76.9 15 23.1

13 Yang termasuk jenis makanan cepat saji (Fastfood) 35 53.9 30 46.1 14 Yang dimaksud dengan makanan cepat saji

(Fastfood) 16 24.6 49 75.4

15 Yang terjadi jika seseorang mengkonsumsi

makanan tidak sesuai dengan kebutuhan gizinya 41 63.1 24 36.9 16 Manfaat utama mengkonsumsi sayur dan buah 33 50.8 32 49.2 17 Makanan yang mengandung kolesterol tinggi 10 6,5 55 97,5 18 Akibat jika remaja mengalami kekurangan gizi 45 69.2 20 30.8 19 Cara mengatasi obesitas yang efektif 23 35.4 42 64.6 20 Penyakit degeneratif akibat obesitas 41 63.1 24 36.9

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa responden responden paling banyak menjawab benar pada pertanyaan “Yang dimaksud dengan makanan bergizi” yaitu sebesar 100%. Sedangkan responden yang paling banyak menjawab salah adalah pada pertanyaan “Makanan yang mengandung kolesterol tinggi” yaitu sebesar 97,5%.

Tabel 4

Nilai-Nilai Statistik Berdasarkan Pengetahuan Gizi

Mean Median Modus SD Min Maks PvalueKolmogorov

Smirnov

11.37 13 13 3.24 6 18 0,000

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan responden adalah 12,05 dengan skor pengetahuan terendah adalah 6 dan skor pegetahuan tertinggi adalah 18. Hasil Uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan data diatas adalah Ho ditolak yang berarti data diatas memiliki distribusi tidak normal (Pvalue 0,000) sehingga cut off point yang digunakan berdasakan nilai median (Tinggi ≥13 dan Rendah <13).

Tabel 5

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Kategori N %

Tinggi Rendah

36 29

55.4 44.6

Total 65 100

Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan tinggi sedikit lebih banyak yaitu sebesar 55.4% dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan rendah (44.6%).

Diagram Pengetahuan tentang Gizi

Hubungan antara status gizi dengan pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 6

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dengan Status Gizi

Pengetahua Status Gizi Jumlah PR (95% Confident Pvalue

n gizi Interval) Baik Tidak Baik

n % n % n %

Tinggi 29 64.4 7 35.0 36 55.4 4.124 (1.225-13.889)

0,022 Rendah

Total

16 45

35.6 100

13 20

65.0 100

29 65

44.6 100

Tabel 6. menunjukan pengetahuan tentang gizi responden dengan Status gizi.

Dimana responden yang berpengetahuan gizi yang tinggi (64.4%) lebih banyak berstatus gizi baik daripada responden yang berpengetahuan gizi yang rendah (35.6%). Hasil Uji Chi Square menunjukan ada hubungan antara pengetahuan responden dengan Status gizi (Pvalue=0,022 < =0,05). Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR) menunjukan responden yang berpengetahuan tinggi berpeluang 4.124 kali berstatus gizi baik daripada responden yang berpengetahuan rendah (95% CI 1.225-13.889).

Masalah gizi yang masih ditemukan dimasyarakat seringkali disebabkan karena ketidaktahuan dan kurangnya informasi tentang gizi yang memadai.Dalam kehidupan sehari- hari, pemilihan makanan sehat dan bergizi serta mencukupi kebutuhan tubuh dipengaruhi oleh pengetahuan gizi setiap individu.Terdapat hubungan bermakna antara status gizi dengan tingkat pendidikan remaja (Dieny, 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi baik lebih banyak ditemukan pada responden dengan pengetahuan gizi yang tinggi (64.4%). Hasil uji Chi Square menunjukkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan gizi dengan status gizi mahasiswa Fikes UHAMKA (Pvalue 0,034).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Emilia (2009) yang menyatakan bahwa persentase tingkat pengetahuan gizi baik lebih tinggi pada responden yang bersekolah dibandingkan dengan responden yang putus atau tidak bersekolah.

Namun berbeda dengan hasil penelitian Wuryani (2007) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi remaja.Demikian juga dengan Utami (2012) dalam penelitiannya menemukan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi remaja. Ketidakbermaknaan antara variabel pengetahuan dengan status

gizi ini kemungkinan terjadi karena jumlah sampel yang kurang untuk menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang didasari dengan pemahaman yang tepat akan menumbuhkan sikap yang positif sehingga akhirnya tumbuh satu tindakan yang diharapkan (Notoatmodjo, 2015).

Kebiasaan Sarapan

Dari hasil penelitian yang dilakuakn kebiasaan sarapan pagi mahasiswa Fikes dapat dilihat dalam tabel 7. berikut ini:

Tabel 7. Distribusi frekuensi kebiasaan sarapan pagi responden

Kebiasaan sarapan

pagi jumlah persen

Cumulative Percent

Ya (setiap hari) 40 61.5 61.5

Tidak (tidak setiap hari)

25 38.5 100.0

Total 65 100.0

Pada tabel 7 menunjukkan mahasiswa Fikes UHAMKA angkatan 2017 kelas 1G dan 1H mempunyai kebiasaan sarapan pagi setiap hari lebih banyak(61.5%) dibandingkan mahasiswa yang kebiasaan sarapan paginya tidak setiap hari, 28.5%

Ket: 1.00 adalah responden yang sarapan pagi tiap hari

2.00 adalah responden yang sarapan pagi tidak setiap hari

Hasil penelitian ini juga menunjukkan hubungan atau peran sarapan pagi terhadap status gizi responden. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1.h berikut:

Tabel 8

Distribusi Responden Berdasarkan kebiasaan sarapan pagi dengan Status Gizi responden

Kebiasaan sarapan pagi

Status Gizi

Jumlah PR (95% Confident

Interval) Pvalue

Baik Tidak Baik

n % N % n %

Ya 29 64.4 11 55.0 40 55.4 1.332 (0.392-4.526)

0,583 Tidak

Total

16 45

35.6 100

9 20

45.0 100

25 65

44.6 100

Tabel 8 menunjukan hubungan Kebiasaan sarapan pagi dengan sttaus gizi. Dimana responden dengan biasa sarapan pagi setiap hari (64.4%) lebih banyak berstatus gizi baik daripada responden yang tidak biasa sarapan pagi (35.6%). Hasil Uji Chi Square menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara Kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi.

(Pvalue=0.583  =0,05). Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR) menunjukan responden

dengan biasa sarapan pagi 1.332 kali berstatus gizi baik daripada responden dengan yang tidak sarapan pagi (95% CI 0.392-4.526).

Sarapan memiliki arti penting dalam hal penyediaan energi untuk menunjang aktivitas pagi hari sampai tiba saatnya waktu makan selanjutnya. Untuk anak sekolah, penyediaan energi sangat penting untuk membantu dalam berkonsentrasi pada saat belajar di sekolah. Menurut Effendi (2003) kebiasaan tidak makan pagi disebabkan karena tidak adanya nafsu makan, terbiasa tidak makan pagi, dan tidak mempunyai waktu cukup untuk melakukannya.

Remaja umumnya mempunyai kegiatan fisik yang sangat aktif setiap hari yang sangat banyak membutuhkan energi. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari sangat dianjurkan untuk membiasakan makan pagi di rumah sebelum meninggalkan rumah (Nurhayati 2000). Kontribusi gizi sarapan adalah sekitar 25 persen.

Karenanya sarapan pagi setiap hari menjadi penting. Namun dalam penelitian ini kebiasaan sarapan pagi responden tidak berhubungan secara bermakna dengan status gizi hal ini mungkin disebabkan ada factor lain yang lebih dominan.

Kebiasaan Jajan

Gambaran status gizi responden berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1.i berikut ini :

Tabel 9 Distribusi Frekuensi berdasarkan kebiasaan jajan Responden

kebiasaan jajan Jumlah Persen

Cumulative Percent

Sering (setiap hari) 46 70.8 70.8

Jarang (tidak setiap hari)

19 29.2 100.0

Total 65 100.0

Tabel 9 menunjukkan bahwa sebesar 70.8% responden memiliki kebiasaan jajan sering dan sebesar 29.2% responden jarang jajan. Hal dapat dilihat juga pada gambar barchart dibawah ini,

Hubungan antara status gizi dengan kebiasaan jajan responden dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 10

Distribusi Responden Berdasarkan kebiasaan jajan dengan Status Gizi

Kebiasaan jajan

Status Gizi

Jumlah PR (95% Confident

Interval) Pvalue

Baik Tidak Baik

n % n % n %

sering 36 80.0 10 50.0 36 55.4 4.957 (1.403-17.515)

0,013 jarang

Total

9 45

20.0 100

10 20

50.0 100

29 65

44.6 100

Tabel 10 menunjukan kebiasaan jajan responden dengan Status gizi. Dimana responden yang sering jajan (80.0%) lebih banyak berstatus gizi baik daripada responden yang jarang jajan (20.0%. Hasil Uji Chi Square menunjukan ada hubungan antara kebiasaan jajan responden dengan Status gizi (Pvalue=0,013 < =0,05). Hasil perhitungan Prevalence Ratio (PR) menunjukan responden yang sering jajan

berpeluang 4.957 kali bersttus gizi baik daripada responden yang jarang jajan (95% CI 1.403-17.515).

Dalam dokumen laporan - SIMAKIP (Halaman 35-46)

Dokumen terkait