Judul Penelitian: Analisis Kualitas Mata Kuliah Matakuliah Kompetensi Gizi pada Mahasiswa Semester IV pada Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan UHAMKA. Masalah mutu soal ujian kompetensi gizi pada mata pelajaran MSPMI Dasar, Dietetika, Peny. Adanya bukti bahwa pelaksanaan ujian mutu ujian semester IV Mahasiswa Gizi UAS akan mempengaruhi kualitas soal bank soal mata kuliah Kompetensi Gizi setiap semester IV.
Sumbangan soal-soal yang berkualitas akan membantu peningkatan kualitas mata pelajaran bagi mahasiswa Semester IV. Pendidikan gizi merupakan salah satu pendidikan di bawah Fakultas Ilmu Kesehatan UHAMKA, dimana beberapa mata kuliah yang diampu adalah mata kuliah kompetensi gizi. Hingga saat ini di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi dan Banten terdapat 15 program studi gizi yang menjadi kompetitor UHAMKA, 4 program studi gizi di perguruan tinggi negeri dan 10 program studi gizi dari perguruan tinggi swasta.
Oleh karena itu perlu adanya peningkatan pelatihan guru agar soal tes yang diberikan kepada siswa memiliki kualitas soal yang baik dan sesuai dengan kompetensi gizi yang diharapkan, sehingga lulusan program UHAMKA gizi dapat bersaing dengan lulusan gizi lainnya. Untuk mencapai keseragaman kualitas lulusan yang relatif merata, maka perlu dilakukan penelitian terkait mata kuliah kompetensi gizi pada program studi gizi Fikes UHAMKA agar memiliki kualitas soal yang terstandarisasi dengan baik sehingga mahasiswa memiliki persepsi yang sama terhadap hasil di lapangan. kursus guru. Dalam penelitian ini dilakukan penyeragaman soal ujian kompetensi bidang gizi, sekaligus melihat tingkat kesulitan soal khususnya untuk mata kuliah kompetensi semester IV.
Hasil analisis yang dilakukan pada mata kuliah kompetensi semester IV yaitu pada mata kuliah dasar gizi menunjukkan daya serap siswa masih rendah yaitu 51,7% dan tingkat kesukaran soal masih harus dianalisis menggunakan program ITEMAN, karena masih ditemukan soal-soal yang kurang dimengerti oleh mahasiswa program studi gizi di Fikes UHAMKA.
Latar Belakang
Tes dikatakan valid jika dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur. Tes reliabel jika tes tersebut memberikan hasil yang sama ketika diberikan berkali-kali pada subjek yang sama dan menunjukkan determinasi. Hasil analisis yang dilakukan pada mata pelajaran kompetensi pada Semester 1 yaitu pada mata pelajaran gizi dasar menunjukkan bahwa daya serap siswa masih rendah yaitu 34% dan kesulitan soal masih setelah dianalisis menggunakan program ITEMAN masih ditemukan soal yang kurang dipahami oleh mahasiswa program studi gizi di Fikes UHAMKA.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kepentingan penelitian ini adalah program studi gizi menjadi bahan masukan untuk analisis soal-soal ujian khususnya kompetensi gizi semester IV dengan standar yang ditetapkan oleh program studi.
Luaran Penelitian
Ada beberapa ciri yang harus dimiliki suatu tes dalam fungsinya sebagai alat ukur, antara lain: validitas, reliabilitas, kesukaran, daya pembeda, kelengkapan, objektif, dan administrasi. Dua karakteristik yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tingkat kesukaran dan indeks pembeda untuk setiap soal.
Tingkat Kesukaran Soal Ujian
Indeks Pembeda
Tinjauan Tentang Evaluasi
6 dalam Sukiman (2012), secara singkat merumuskan evaluasi adalah penilaian sistematis terhadap harga atau layanan dari berbagai objek. Sudaryono (2012), mengungkapkan “evaluasi adalah rangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan sistem pembelajaran secara keseluruhan. Menurut Gronlund dalam Ngalim Purwanto (2009), evaluasi adalah proses sistematis dalam menentukan atau mengambil keputusan dengan mempertimbangkan sejauh mana tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.
Brown dalam Anas Sudijono (2011) “istilah penilaian merujuk pada atau mengandung arti perbuatan atau proses penentuan nilai dari sesuatu”. Berdasarkan penjelasan para ahli mengenai pengertian evaluasi, dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses mengukur hasil belajar atau prestasi belajar siswa dari awal proses sampai akhir proses pembelajaran. Data dikumpulkan selama pembelajaran dan pada akhir pembelajaran, dikumpulkan kemudian dianalisis untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai, dan evaluasi juga digunakan sebagai faktor penentu dalam pengambilan keputusan terkait dengan proses pendidikan saat ini dan yang akan datang.
Untuk mengetahui sejauh mana tujuan program pengajaran telah tercapai, maka tujuan yang dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan digunakan sebagai tolak ukur. Melalui evaluasi program, langkah-langkah evaluasi dilakukan tidak secara acak, tetapi secara sistematis, terperinci, dan menggunakan prosedur yang telah diuji secara cermat. Prinsip validitas menyatakan bahwa alat evaluasi yang digunakan benar-benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Sedangkan reliabilitas adalah pengukuran sejauh mana pengukuran tidak bias dan karena itu menjamin pengukuran dari waktu ke waktu dan lintas item dan instrumen yang berbeda. Prinsip kegunaan ini menyatakan bahwa evaluasi yang dilakukan harus bermanfaat, baik bagi siswa maupun bagi pelaksana. Oleh karena itu, rencana evaluasi harus ditetapkan selama persiapan unit pelajaran, sehingga dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan materi pelajaran yang akan disajikan.
Dosen melakukan penilaian dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa terhadap proses pembelajaran, mahasiswa akan kecewa jika usahanya tidak dinilai. Dengan asas koherensi berarti penilaian harus berkaitan dengan materi pembelajaran yang disajikan dan sesuai dengan bidang kemampuan yang akan diukur. Sejauh mana keberhasilan program pengajaran harus dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan pendidikan sebagai laporan pertanggungjawaban.
Road Map Penelitian
Siswa yang berhasil diberi hadiah, dan siswa yang kurang berhasil diberi hukuman, yang membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar. 9 Pada strategi pertama, inovasi penelitian ilmiah mendasar yang dimaksud adalah renovasi basis penelitian di prodi Fikes UHMAKA gizi untuk kepentingan pengembangan pembelajaran ke arah mahasiswa berprestasi. Perubahan bersifat evolusioner, bertahap, terbuka, natural, hingga terbentuk budaya riset sebagai bagian penting dalam proses belajar mengajar di Fikes UHAMKA.
Inovasi dasar dari penelitian ini adalah penelitian yang selalu sejalan dengan tema yang ingin dicapai, tentang motivasi dan mentalitas serta tanggung jawab dalam melakukan olahraga catur di UHAMKA. Penelitian dalam skala nasional sebaiknya dilakukan dengan melihat sumber daya manusia, dimulai dari mahasiswa yang akan mengikuti suatu mata kuliah. Strategi ketiga, meningkatkan hasil penelitian melalui publikasi jurnal nasional, berkaitan dengan kebermanfaatan topik penelitian bagi kehidupan masyarakat, khususnya kampus yaitu mahasiswa.
Disain Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Analisis Univariat
Analisis univariat ini akan mendeskripsikan variabel bebas yaitu Nilai Ujian Akhir Semester Baseline MSPMI, Dietetik Penyakit Menular dan Defisiensi, dan Standarisasi Proses Perawatan Pangan. Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Jika analisis univariat tersebut di atas telah dilakukan, maka akan diketahui karakteristik atau distribusi masing-masing variabel, dan analisis bivariat dapat dilanjutkan.
Analisis bivariat ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan korelasi. Dilakukan uji signifikansi antara data observasi dan data ekspektasi dengan ambang batas signifikansi (αα, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen (Dahlan, 2015).Berdasarkan Tabel 1 di atas tampak bahwa responden terbanyak berusia antara 19 hingga 20 tahun (88,3%), sedangkan 11,7% berusia antara 20 hingga 25 tahun.
Dari Tabel 2 di atas terlihat bahwa mayoritas adalah perempuan yaitu 93,3%, sedangkan responden laki-laki sebesar 6,7%.
Nilai Mata Kuliah Kompetensi Gizi Responden
Berdasarkan tabel 6 diatas terlihat nilai mata kuliah kompetensi gizi (diet penyakit menular) responden sebanyak 40% memiliki nilai < 58 dan memiliki nilai > 79,9 hanya 3,3%. Hal ini dikarenakan siswa masih belum memahami materi yang disampaikan oleh guru mata pelajaran. Berdasarkan tabel 7 diatas terlihat nilai mata kuliah kompetensi gizi (diet penyakit menular) responden sebanyak 36,7% memiliki nilai < 58 dan memiliki nilai > 79,9 hanya 8,3%.
Berdasarkan tabel 8 di atas diperoleh hasil daya serap mata pelajaran kompetensi gizi pada responden MSPMI sebesar 66,7% memiliki daya serap yang kurang baik dibandingkan responden yang daya serapnya baik dan sangat baik masing-masing 16,7% dan 3,3%. Berdasarkan sebaran soal oleh dosen penanggung jawab mata kuliah MSPMI masih belum merata dalam hal pemerataan tingkat kesukaran. Berdasarkan tabel 9 di atas diketahui daya serap mata kuliah kompetensi gizi pada mata kuliah Dietary Infectious Diseases sebanyak 51,7% responden memiliki daya serap yang buruk dan 33,3% jauh lebih rendah dibandingkan responden yang daya serapnya baik dan sangat baik. masing-masing 13, 3% dan 1,7%.
Dilihat dari sebaran soal dosen pada mata kuliah Diet Penyakit Menular, ditemukan bahwa soal yang diberikan masih belum merata dalam pemerataan tingkat kesulitannya. Berdasarkan tabel 10 di atas diperoleh hasil bahwa daya serap mata kuliah kompetensi gizi pada mata kuliah asuhan gizi terstandar responden sebanyak 43,3% memiliki daya serap baik dan 10% sangat baik dibandingkan responden yang daya serapnya lemah. dan jauh lebih sedikit. yaitu 35% dan 11% ,7%. Berdasarkan sebaran soal dari dosen penanggung jawab mata kuliah dietetika gizi terstandar, soal yang diberikan memenuhi sebaran soal yang baik dengan sebaran tingkat kesukaran soal yang merata.
Kesimpulan
Saran
Anggaran Biaya
Honorarium
Pembelian Bahan Habis Pakai
SIMAKIP