• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN SIMULASI DEBIT SUNGAI DAS CIKAPUNDUNG MENGGUNAKAN SWAT

N/A
N/A
Bidang Banglin

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN SIMULASI DEBIT SUNGAI DAS CIKAPUNDUNG MENGGUNAKAN SWAT"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

DAS Cikapundung merupakan bagian dari DAS Citarum yang berfungsi sebagai saluran drainase utama di pusat kota Bandung. Sebagai salah satu aplikasinya, model SWAT akan digunakan untuk mensimulasikan debit sungai di Cekungan Cikapundung. Hasil simulasi rata-rata aliran sungai nantinya akan dianalisis dengan kondisi iklim dan penggunaan lahan untuk mengetahui risiko banjir di DAS Cikapundung.

Untuk mengolah data DAS Cikapundung, kita perlu menambahkan data yang kita miliki ke database MWSWAT. Pilih Stream Polyline Shapefile dengan memilih file aliran sungai DAS Cikapundung (dalam bentuk .shp) untuk dicocokkan dengan data aliran sungai yang ada. Pilih Use a focus mask lalu gunakan Raster atau Shapefile sebagai mask dengan cara membuka file Cikapundung DAS (dalam bentuk .shp) yang telah disiapkan.

Ketika kita mengimpor database DAS Cikapundung ke database proyek, tabel-tabel dari database tersebut akan otomatis masuk ke sistem input proyek MWSWAT kita (Gambar 2.17). Pada pilihan HRU Tunggal/Berganda, pilih Pertanian Dominan, Tanah, Lereng untuk membuat HRU berdasarkan lahan pertanian, tanah, dan area lereng terluas di DAS (Gambar 2.18). Apabila proses Create HRU berhasil maka akan muncul shapefile dari HRU yang dibuat pada Windows Map (Gambar 2.19).

Setelah itu, muncul laporan informasi HRU yang menggambarkan sebaran penggunaan lahan, kelas tanah dan lereng, serta informasi rinci untuk setiap HRU (Gambar 2.20).

Gambar 2.1 Tampilan Map Windows dan MWSWAT di dalamnya  2.2.  Persiapan Data
Gambar 2.1 Tampilan Map Windows dan MWSWAT di dalamnya 2.2. Persiapan Data

Mendefinisikan Input Data Iklim Dalam SWAT

Untuk mengetahui informasi mengenai HRUs, kita dapat melihatnya dengan memilih HRUs pada pilihan Reports di jendela MWSWAT. Di Weather Resources, pilih Tabel Database dan pilih cuaca_stasiunIkim sesuai dengan entri database yang sebelumnya kita masukkan ke SWAT. Jendela SWAT Setup and Run menampilkan periode simulasi sesuai dengan database yang kita masukkan.

Karena data iklim yang digunakan adalah tahun 2013, maka periode simulasi akan dimulai pada tanggal 1 Januari 2013 dan berakhir pada tanggal 31 Desember 2013. Sebelum menjalankan simulasi model SWAT, perlu dilakukan pengaturan konfigurasi file input yang akan diproses oleh SWAT. Pilih Harian/CN/Harian di pengaturan SWAT dan jalankan jendela untuk jenis curah hujan/limpasan/perutean.

Kemudian tandai file data yang akan diolah dengan mengklik Select All Files.

Gambar 2.22 Tampilan Weather Sources  2.6.2.  Melakukan Input File SWAT
Gambar 2.22 Tampilan Weather Sources 2.6.2. Melakukan Input File SWAT

Menjalankan SWAT

Pada Map Windows, hasilnya akan ditampilkan dalam bentuk shapefile, namun seluruh area bawah air tetap menunjukkan warna yang sama, untuk itu kita masih perlu mendefinisikan/menampilkan informasi dari masing-masing variabel (Gambar 2.29). Jendela pembuatan Kategori terbuka, pada Jumlah kategori Anda harus memasukkan jumlah kategori yang ingin Anda buat, pada kolom Klasifikasi pilih variabel yang ingin Anda tampilkan (gambar 2.30). Klik Apply atau OK, maka layar result.shp akan berubah warna sesuai klasifikasi yang dilakukan (Gambar 2.31).

DAS Cikapundung merupakan salah satu sub DAS dari DAS Citarum yang berada di utara kota Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan proses deliniasi DAS Cikapundung menggunakan SWAT, terbentuk 16 DAS Cikapundung seperti terlihat pada Gambar 3.1. Berdasarkan proses perancangan HRU menggunakan SWAT HRU, dirancang 16 HRU berbeda di setiap subDAS.

Setiap sub DAS mempunyai karakteristik dominan jenis penggunaan lahan yang berbeda-beda dan jenis tekstur tanah yang berbeda-beda. Berdasarkan sebarannya, sub DAS yang menunjukkan debit aliran harian tinggi terdapat pada Sub DAS 2, 3, dan 5 dengan debit aliran harian berkisar lebih dari 6 m3/s. Sub DAS di sekitar hulu DAS Cikapundung sebagian besar termasuk dalam kategori rendah, yaitu rata-rata sekitar 2 m3/s.

Aliran sungai pada sub DAS kemudian dijadikan simulasi debit pada SWATPlot dan SWATGraph. Karakteristik debit sungai berdasarkan simulasi SWAT pada sub DAS dan 11 dilihat dari plot debit simulasi (gambar 3.4) menunjukkan plot yang sama. Rata-rata debit bulanan sungai di Sub DAS 2 adalah 13,32 m3/s dengan debit maksimum mencapai 21,9 m3/s pada bulan Desember dan debit minimum 5,64 m3/s pada bulan September.

Debit maksimum pada DAS ini terjadi pada bulan April yaitu 14,18 m3/s, dan debit minimum pada bulan Januari dengan debit sungai sebesar 3,4 m3/s. Rata-rata debit sungai bulanan di DAS 10 dan 11 menunjukkan rata-rata yang tidak berbeda jauh yaitu 3,96 m3/s untuk DAS 10 dan 3,8 untuk DAS 11. Debit maksimum kedua DAS ini terjadi pada bulan yang sama, begitu pula sebaliknya pada bulan Desember. , dengan debit maksimum 6,9 m3/s untuk cekungan 10 dan 6,7 m3/s untuk cekungan 11.

Sedangkan debit minimum pada kedua sub DAS ini juga terjadi pada bulan yang sama yaitu pada bulan September dengan debit sebesar 1,25 m3/s untuk sub DAS 10 dan 1,2 m3/s untuk sub DAS 11. Berdasarkan karakteristik sub DAS 11. setiap bulan debit sungai pada sub DAS dan 11, debit sungai akan mencapai maksimum pada bulan April dan Desember dan debit minimum cenderung terjadi pada bulan September.

Gambar 2.26 Tampilan Save run  2.7.  Visualisasi Output SWAT
Gambar 2.26 Tampilan Save run 2.7. Visualisasi Output SWAT

Hubungan Debit Sungai dan Kondisi Iklim

Analisa Debit Sungai dan Resiko Banjir

Debit Simulasi SWAT dan Rata-Rata Curah Hujan

  • Data
  • Proyeksi
  • Simulasi
    • Kelebihan Menggunakan Simulasi SWAT 1. Data
  • Simulasi

Dalam hal ini panduan yang ada kurang jelas sehingga ketika membuat proyeksi banyak kendala. Karena tutorial yang kurang memadai, maka yang perlu dilakukan adalah trial and error dalam memproyeksikan data yang akan digunakan. Proses trial and error memerlukan waktu yang lama sebelum data siap untuk disimulasikan.

Proses simulasi MWSWAT disarankan pada perangkat komputasi dengan RAM lebih dari 4 GB agar proses simulasi tidak gagal. Terkadang dalam simulasi, meskipun perangkat komputasi memiliki cukup memori, proses simulasi tidak menghasilkan keluaran yang seharusnya dihasilkan. Asalkan data sudah siap setelah proses proyeksi dan konversi yang panjang serta memori yang mencukupi, proses simulasi MWSWAT memakan waktu kurang dari 1 jam dari awal hingga selesai.

Berdasarkan hasil simulasi menggunakan SWAT diperoleh 16 sub DAS, dimana sub DAS yang sesuai dengan titik debit sungai adalah sub DAS, dan 11. Dimana rata-rata debit sungai terbesar terdapat pada Sub DAS 2, dengan debit sungai rata-rata adalah 13,32 m3/s. Hal ini sesuai dengan grafik rata-rata curah hujan di DAS Cikapundung, dimana limpasan maksimum terjadi pada bulan-bulan dengan curah hujan tinggi.

Sub DAS yang mempunyai debit sungai rata-rata tinggi (Sub DAS 2, 3 dan 5) didominasi oleh penggunaan lahan berupa pemukiman dan mempunyai ketinggian yang landai. Oleh karena itu diperkirakan akan terjadi perubahan penggunaan lahan yang lebih besar untuk pemukiman dan kondisi elevasi yang landai menyebabkan sub DAS 2, 3 dan 5 berisiko banjir.

Gambar

Gambar 2.1 Tampilan Map Windows dan MWSWAT di dalamnya  2.2.  Persiapan Data
Gambar 2.3 Database DAS Cikapundung pada Ms.Access
Gambar 2.4 Peta dan tabel database jenis penggunaan tanah
Gambar 2.5 Peta dan tabel database jenis tekstur tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait