LAPORAN
PRAKTIKUM BAJA I
Disusun Oleh : Kelompok Asistensi 5
1. Fanji Indrajaya Putra (1432200080) 2. Mohammad Rijal Fikri (1432200084) 3. Femas Putra Bagaskara (1432200085) 4. Moch Anas Rizal Qaf Rifqi (1432200088) 5. Elvanda Vitho Denni (1432200106)
6. Abdul Muis (1432200107)
7. Muhammad Alvan Mashuri Al Irsyad(1432200108)
8. Rifky Darmawan (1432200109)
9. Tarisa Tri Juwita (1432200112)
10. Divia Rahma Putri (1432200113)
11. Aisyatul Oktavia (1432200114)
12. Mufid Afif Syafriansah (1432200116) 13. Fitriyanti Cahya Ningrum (1432200117)
14. Istifaiyah (1432200125)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2023
LEMBAR ASISTENSI PRAKTIKUM BAJA
Kelompok : 5
Dosen : Ir. Gede Sarya, M.T.
TANGGAL URAIAN ASISTENSI TTD
KONTRIBUSI ANGGOTA
BAGIAN NAMA ANGGOTA NBI
HALAMAN JUDUL Femas Putra Bagaskara 1432200085
LEMBAR ASISTENSI Fanji Indrajaya Putra 1432200080
KATA PENGANTAR Mohammad Rijal Fikri 1432200084
DAFTAR ISI Femas Putra Bagaskara 1432200085
BAB 1 PENDAHULUAN
Fitriyanti Cahya Ningrum 1432200117
Istifaiyah 1432200125
BAB 2 PENGUJIAN TARIK
Fanji Indrajaya Putra 1432200080
Mohammad Rijal Fikri 1432200084
Femas Putra Bagaskara 1432200085
Moch Anas Rizal Qaf Rifqi 1432200088
Abdul Muis
1432200107
Rifky Darmawan 1432200109
Divia Rahma Putri 1432200113
Aisyatul Oktavia 1432200114
Mufid Afif Syafriansah 1432200116
BAB 3 KESIMPULAN & PENUTUP
Tarisa Tri Juwita 1432200112
Fitriyanti Cahya Ningrum 1432200117
Elvanda Vitho Denni 1432200106
Muhammad Alvan Mashuri Al Irsyad 1432200108
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Struktur Baja I ini dengan tepat pada waktunya. Penyusunan Laporan Praktikum Struktur Baja I ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami dengan baik dasar Ilmu Baja.
Dalam hal ini kami menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari semua pihak tentunya Laporan Praktikum Baja I ini tidak akan dapat terselesaikan.
Untuk itu, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak-pihak yang telah membantu, antara lain :
1. Bapak Ir. Ismail, M.Sc. selaku Kepala Laboratorium Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
2. Bapak Masca Indra Triana, S.T., MSM. selaku dosen pengampu mata kuliah Struktur Baja I
3. Bapak Ir. Gede Sarya, M.T. selaku dosen pembimbing Laporan Praktikum Baja I 4. Asisten Laboratorium Material Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya yang
telah membantu dan melayani kelompok kami selama praktikum.
5. Seluruh anggota kelompok yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan Laporan Praktikum Baja I ini.
Kami menyadari bahwa Laporan Praktikum Baja I ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi menyempurnakan Laporan Praktikum Baja I ini agar lebih baik dan bermanfaat serta menambah pengetahuan dan wawasan bagi kita semua.
Surabaya, 04 November 2023
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori 1.1.1 Baja
Baja merupakan paduan, yang terdiri dari besi, karbon dan unsur lainnya. Baja dapat dibentuk melalui pengecoran, pencanaian atau penempaan. Karbon merupakan salah satu unsur terpenting karena dapat meningkatkan kekerasan dan kekuatan baja. Baja merupakan logam yang paling banyak digunakan dalam teknik, dalam bentuk plat, lembaran, pipa, batang, profil dan sebagainya (Amstead, 1997).
Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0,2% hingga 2,1% dari berat keseluruhan baja tersebut sesuai gradenya. Elemen berikut ini selalu ada dalam baja : karbon, mangan, fosfor, sulfur, silicon, dan sebagaian kecil oksigen, nitrogen, dan aluminium. Selain itu, ada elemen lain yang ditambahkan untuk membedakan karakteristik antara beberapa jenis baja diantaranya : mangan, nikel, krom, molybdenum, boron, titanium, vanadium, dan niobium.
(Tarkono dkk, 2012).
1.1.2 Pengertian Tegangan
Tegangan adalah besarnya gaya yang diberikan oleh molekul-molekul terhadap luasan penampang. Tegangan terjadi ketika suatu benda elastis akan bertambah panjang sampai ukuran tertentu ketika ditarik oleh sebuah gaya. Besarnya tegangan pada sebuah benda adalah perbandingan antara gaya tarik yang bekerja pada benda terhadap luas penampang benda tersebut.
1.1.3 Pengertian Regangan
Regangan adalah pertambahan panjang suatu benda terhadap panjang mula-mula yang disebabkan oleh adanya gaya luar yang mempengaruhi benda. Regangan dapat diartikan juga sebagai ukuran perubahan dimensi yang terjadi akibat tegangan. Regangan merupakan perubahan relatif ukuran atau bentuk suatu benda yang mengalami tegangan. Selain itu regangan menjadi tolak ukur seberapa jauh benda tersebut berubah bentuk.
Grafik nilai tegangan (σ) sepanjang sumbu y dan regangan (ε) sepanjang sumbu x disebut dengan kurva tegangan-regangan. Bentuk Kurva tegangan-regangan dapat berbeda- beda tergantung pada jenis spesimen atau bahan.
Berikut ini merupakan kurva tegangan-regangan pada jenis spesimen baja struktural karbon-sedang yang ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar 1.1 Kurva Tegangan-Regangan (Sumber: Setiawan, 2008)
Berdasarkan kondisi panjang awal batang (L0) dan luas area awal batang (A0) yang diberikan beban (F). Maka tegangan (σ) adalah gaya per satuan luas area, sedangkan regangan (ε) adalah perubahan panjang (δ) dibagi dengan panjang awal batang (L0).
ԑy = ∆L
𝐿0 × 100%
Dimana :
ԑ = Regangan (%)
∆L = Pertambahan Panjang (mm) L0 = Panjang awal benda (mm)
1.1.4 Pengertian Tegangan Leleh
Tegangan leleh (yield stress) adalah nilai tegangan yang ketika terlampaui, maka material akan meregang dengan sangat cepat meskipun perubahan tegangannya tidak terlalu besar. Setelah melampaui yield stress, material akan meregang dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dari sebelumnya, sehingga nyaris ‘tanpa perlawanan’, sebelum akhirnya putus pada suatu titik yang disebut dengan ‘tegangan ultimate’.
Dimana :
σ = Tegangan Normal (Mpa) P = Gaya Normal (N)
A = Luas Penampang (mm²) 1.1.5 Pengertian Tegangan Ultimate
Kekuatan tarik (Tensile Strength, Ultimate Tensile Strength) adalah tegangan maksimum yang bisa ditahan oleh sebuah bahan ketika diregangkan atau ditarik, sebelum bahan tersebut patah. Kekuatan tarik adalah kebalikan 10 dari kekuatan tekan, dan nilainya bisa berbeda. Beberapa bahan dapat patah begitu saja tanpa mengalami deformasi, yang berarti benda tersebut bersifat rapuh atau getas (brittle).
Kekuatan tarik umumnya dapat dicari dengan melakukan uji tarik dan mencatat perubahan regangan dan tegangan. Titik tertinggi dari kurva tegangan-regangan disebut dengan kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength). Nilainya tidak bergantung pada ukuran bahan, melainkan karena faktor jenis bahan. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi seperti keberadaan zat pengotor dalam bahan, temperatur dan kelembaban lingkungan pengujian, dan penyiapan spesimen.
1.1.6 Pengertian Tegangan Putus
Tegangan putus (Ultimate Stress) adalah nilai tegangan yang terjadi disaat material telah mencapai kekuatan maksimum di ambang batas yang bisa mengakibatkan material terputus. Tegangan putus untuk perencanaan Fu tidak boleh diambil melebihi nilai yang ditetapkan.
1.2 Latar Belakang
Baja merupakan salah satu material yang sering dijumpai sebagai bahan bangunan yang banyak digunakan dalam dunia konstruksi. Sebagai bahan bangunan, baja memiliki beberapa kelebihan diantaranya memiliki kekuatan terhadap beban tekan maupun tarik, mudah dibentuk, keseragaman bahan, dan efisiensi waktu pada proyek konstruksi.
Selain memiliki kelebihan baja juga memiliki beberapa kelemahan seperti mudah korosi, berkurangnya kekuatan akibat temperatur yang tinggi, dan harganya yang cukup mahal. Baja merupakan bahan bangunan yang berupa campuran dari biji besi, mangan, dan
karbon. Semakin tinggi nilai karbon pada baja maka baja akan semakin keras, namun mudah patah. Akan tetapi semakin rendah nilai karbon maka baja akan mudah bengkok.
Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0,2% hingga 2,1% berat sesuai ukurannya. Sebagai bahan bangunan yang berhubungan dengan kekuatan struktur ataupun tidak, sangat banyak diperlukan dalam pekerjaan yang dilakukan dalam bidang teknik sipil misalnya, kuda-kuda, tulang beton, kerangka jembatan, dan masih banyak lagi. Baja secara umum juga diklasifikasikan berdasarkan kualitas oleh beberapa lembaga-lembaga standar.
Material baja unggul jika ditinjau dari segi kekuatan, kekakuan, dan daktilitasnya. Jadi tidak mengherankan jika disetiap proyek-proyek konstruksi bangunan (jembatan dan gedung) maka baja selalu ditemukan, meskipun tentu saja volumenya tidak harus mendominasi.
Tinjuan dari segi kekuatan, kekakuan, dan daktilitas sangat cocok dipakai mengevaluasi struktur yang diberi pembebanan. Tetapi perlu diingat bahwa selain kondisi tadi aka nada pengaruh lingkungan yang mempengaruhi kelangsungan hidup struktur bangunannya. Jadi pada suatu kondisi tertentu, suatu bangunan bahkan dapat mengalami kerusakan meskipun tanpa diberikan beban sekalipun (belum berfungsi). Jadi ketahanan bahan material kontruksi terhadap lingkungan sekitarnya adalah penting untuk diketahui agar dapat diantisipasi dengan baik.
1.3 Tujuan Praktikum
Maksud dan tujuan dari pelaksaan Praktikum Baja I ini adalah :
1. Mengaplikasikan teori dari mata kuliah Struktur Baja I yang diterima diperkuliahan untuk keperluan pelaksanaan di lapangan atau dunia kerja.
2. Mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi saat Praktikum Uji Tarik 3. Memahami sifat mekanik dari material baja tulangan
4. Menentukan kekuatan leleh, kekuatan maksimum dan kekuatan putus pada material baja
1.4 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Struktur Baja I ini dilaksanakan di Laboratorium Material Teknik, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Praktikum dilakukan pada :
Tempat : Laboratorium Material Teknik (Gedung N) Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
Tanggal : 04 November 2023 Waktu : 10.00 WIB – Selesai Keterangan : Tes Uji Tarik
BAB II
PENGUJIAN TARIK
2.1 Tujuan Pengujian
Tujuan dari pengujian tarik ini, yaitu untuk mengetahui pertahanan perlawanan logam terhadap suatu tarikan. Selain itu pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat, salah satu cara untuk mengetahui besaran sifat mekanik dari logam adalah dengan uji tarik. Selain itu pengujian tarik ini juga digunakan untuk mengetahui sifat mekanis suatu material antara lain batas leleh, kekuatan tarik, pertambahan panjang dan pengecilan luas penampang material.
2.2 Alat dan Bahan
1. Mesin Uji Tarik untuk menentukan kekuatan dan perilaku deformasi material hingga titik patah.
(Gambar 2.1 Mesin Uji Tarik (UTM)) 2. Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter benda uji.
(Gambar 2.2 Jangka Sorong)
3. Penggaris untuk mengukur panjang benda uji, baik sebelum dilakukan uji tarik maupun sesudah dilakukan uji tarik.
(Gambar 2.3 Penggaris) 4. Besi Polos, material benda uji.
(Gambar 2.4 Besi Polos) 5. Besi Ulir, material benda uji.
(Gambar 2.5 Besi Ulir)
6. Kertas Milimeter, untuk media penggambaran grafik benda uji tarik pada mesin.
(Gambar 2.6 Kertas Milimeter)
2.3 Prosedur Percobaan
1. Siapkan benda yang akan diuji, kemudian ukur diameter benda uji tersebut.
(Gambar 2.7 Ukur diameter awal) 2. Ukur panjang benda uji yang telah ditentukan
3. Tentukan titik tengah benda uji, ukur ke kanan dan ke kiri masing-masing 50 mm, lalu beri tanda dengan solatip pada setiap ujung titik yang ditentukan.
(Gambar 2.8 Memberi tanda pada Benda Uji) 4. Pasang benda uji pada Mesin Uji Tarik
(Gambar 2.9 Pemasangan Benda Uji pada Mesin)
5. Siapkan Mesin Uji Tarik, pasang kertas milimiter dan bolpoin pada mesin.
(Gambar 2.10 Memasang kertas milimeter pada mesin) 6. Lihat jarum pada mesin, lalu catat skala di tabel yang disediakan
(Gambar 2.11 Melihat jarum pada mesin)
7. Nyalakan mesin tarik yang sudah diberi benda uji, lalu tunggu benda uji hingga putus 8. Ambil kertas milimeter pada mesin, lalu ukur perubahan panjang dan diameter pada benda uji
(Gambar 2.12 Pengukuran panjang setelah putus)
2.4 Data Praktikum
(Tabel 2.1 Data Pengujian I Praktikum Kelompok 10)
BENDA UJI
BAHAN MATERIAL 1
POLOS
MATERIAL 2 ULIR
Diameter Awal d0 (mm) 9 9,9
Diameter Setelah Patah d1(mm) 7 6,4
Luas Area Awal A0 ( mm )2 63,64 77,01
Luas Area Akhir Af ( mm )2 38,5 32,18
PANJANG UKUR
Awal, L0 ( mm ) 100 100
Akhir, Lf ( mm ) 140 140
∆L Max ( Pertambahan Panjang ) mm 40 40
Beban Luluh ( Kgf ) 2910,6 2773
Beban Maksimum ( Kgf ) 4240 4160
Beban Putus ( Kgf ) 4116 3776
Kekuatan Luluh ( Kg / mm2) 45,73 36,01
Ultimate Tensile Strenght [UTS] ( Kg / mm2) 66,62 54,02
Kekuatan Putus ( Kg / mm2 ) 64,67 49,04
(Tabel 2.2 Data Pengujian II Praktikum Kelompok 9)
BENDA UJI
BAHAN MATERIAL 1
POLOS
MATERIAL 2 ULIR
Diameter Awal d0 (mm) 9,5 10,9
Diameter Setelah Patah d1(mm) 6,2 7,3
Luas Area Awal A0 ( mm )2 70,91 93,35
Luas Area Akhir Af ( mm )2 30,20 41,87
PANJANG UKUR
Awal, L0 ( mm ) 100 100
Akhir, Lf ( mm ) 142 130
∆L Max ( Pertambahan Panjang ) mm 42 30
Beban Luluh ( Kgf ) 2997,21 2737,06
Beban Maksimum ( Kgf ) 4570 4120
Beban Putus ( Kgf ) 4035,84 3975,94
Kekuatan Luluh ( Kg / mm2) 42,27 29,32
Ultimate Tensile Strenght [UTS] ( Kg / mm2) 64,45 44,13
Kekuatan Putus ( Kg / mm2 ) 56,91 42,59
2.5 Pengolahan Data
Gambar Asumsi Pembagian Titik Beban Baja Polos
Data Pengujian I (Kelompok 10)
Contoh Perhitungan Benda Uji Polos
Diameter Benda Uji (D) Diameter Awal, 𝐷0 (mm) = 9 Diameter Akhir, 𝐷1 (mm) = 7
Luas Area
Awal, 𝐴0 (mm²) = ∏ × r2
= 22
7 × 4,52
= 22
7 × 20,25
= 63,64 mm²
Akhir, 𝐴𝑓 (mm²) = ∏ × r2
= 22
7 × 3,52
= 22
7 × 12,25
= 38,5 mm²
Panjang Ukur
Awal, 𝐿0 (mm) = 100 mm (10 cm) Akhir, 𝐿𝑓 (mm) = 140 mm (14 cm)
∆𝑙 Max (mm) = 140 – 100
= 40 mm
Beban Maksimum = 4240 kgf
Mencari kekuatan Per satuan meter (mm) = 4240
144
= 29,4 mm
Beban luluh, kgf = 29,4 × 99 = 2910,6
Beban putus, kgf = 29,4 × 140 = 4116
Kekuatan luluh, kg/mm² = 2910
63,64
= 45,73 kg/mm²
UTS, kgf/mm² = 4240
63,64
= 66,62 kgf/mm²
Kekuatan putus, kgf/mm² = 4116
63,64
= 64,67 kgf/mm²
TEGANGAN
Mencari Skala = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑥
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑡𝑎𝑘 𝐷𝑖𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑌 𝑘𝑒 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑥
= 4240
144
= 29,4 mm
Perhitungan Beban
(Tabel 2.2 Perhitungan Beban Tegangan Baja Polos)
BEBAN
JUMLAH KOTAK DISUMBU (Y)
SKALA HASIL (Kg)
1 0 29,4 0
2 71 29,4 2087,40
3 79 29,4 2322,60
4 87 29,4 2557,80
5 98 29,4 2881,20
6 99 29,4 2910,60
7 110 29,4 3234,00
8 124 29,4 3645,60
9 128 29,4 3763,20
10 142 29,4 4174,80
11 144 29,4 4233,60
12 143 29,4 4204,20
13 140 29,4 4116,00
Perhitungan Tegangan
(Tabel 2.3 Perhitungan Tegangan Baja Polos)
TEGANGAN BEBAN ( Kg ) LUAS A0 ( mm2 ) HASIL ( Kg / mm2 )
1 0 63,64 0
2 2087,40 63,64 32,80
3 2322,60 63,64 36,50
4 2557,80 63,64 40,19
5 2881,20 63,64 45,27
6 2910,60 63,64 45,74
7 3234,00 63,64 50,82
8 3645,6 63,64 57,28
9 3763,20 63,64 59,13
10 4174,80 63,64 65,60
11 4233,60 63,64 66,62
12 4204,20 63,64 66,06
13 4116,00 63,64 64,68
REGANGAN
Mencari Skala = ∆𝐿 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑡𝑎𝑘 𝐷𝑖𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑌 𝑘𝑒 𝑃𝑢𝑡𝑢𝑠 (𝑃𝑃)
= 40
138
= 0,286
Perhitungan Beban
(Tabel 2.4 Perhitungan Beban Regangan Baja Polos)
BEBAN
JUMLAH KOTAK DISUMBU (X)
SKALA HASIL (Kg)
1 0 0,286 0
2 1,00 0,286 0,29
3 2,00 0,286 0,57
4 3,00 0,286 0,86
5 5,00 0,286 1,43
6 8,00 0,286 2,29
7 11,00 0,286 3,15
8 18,00 0,286 5,15
9 21,00 0,286 6,01
10 59,00 0,286 16,87
11 78,00 0,286 22,31
12 82,00 0,286 23,45
13 83,00 0,286 23,74
Perhitungan Regangan
(Tabel 2.5 Perhitungan Regangan Baja Polos) TEGANGAN BEBAN (Kg) PANJANG UKUR
L0 (mm2) HASIL (Kg / mm2)
1 0 100,0 0
2 0,29 100,0 0,00286
3 0,57 100,0 0,00572
4 0,86 100,0 0,00858
5 1,43 100,0 0,01430
6 2,29 100,0 0,02288
7 3,15 100,0 0,03146
8 5,15 100,0 0,05148
9 6,01 100,0 0,06006
10 16,87 100,0 0,16874
11 22,31 100,0 0,22308
12 23,45 100,0 0,23452
13 23,74 100,0 0,6467
Grafik Hubungan Pertambahan Panjang
(Grafik 2.1 Grafik Hubungan Pertambahan Panjang (Polos))
Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan
(Grafik 2.2 Grafik Hubungan Tegangan – Regangan (Polos))
0 2087,402322,602557,80
2881,202910,60 3234,00
3645,603763,20
4174,80 4233,604204,204116,00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
0 5 10 15 20
Beban (kg)
Pertambahan Panjang (mm) BEBAN
0 27,6730,7933,91
38,2038,59 42,87
48,3349,89
55,35 56,1355,7454,57
0 10 20 30 40 50 60
0 0,05 0,1 0,15 0,2
Tegangan ( Kg/mm2)
Regangan TEGANGAN DAN REGANGAN
Contoh Perhitungan Benda Uji Ulir
Gambar Asumsi Pembagian Titik Beban Baja Ulir
Diameter Benda Uji (D)
Diameter Awal, 𝐷0 (mm) = 10,25 + 10,30 + 9,15 3
= 29,7
3
= 9,9 mm Diameter Akhir, D1 (mm) = 6,15 + 6,65
2
= 12,8
2
= 6,4 mm
Luas Area
Awal, 𝐴0 (mm²) = ∏ × r2
= 22
7 × 4,952
= 22
7 × 24,5025
= 77,01 mm² Akhir, 𝐴𝑓 (mm²) = ∏ × r2
= 22
7 × 3,22
= 22
7 × 10,24
= 32,18 mm²
Panjang Ukur
Awal, 𝐿0 (mm2) = 100 mm (10 cm) Akhir, 𝐿𝑓 (mm2) = 140 mm (14 cm)
∆L Max (mm) = 140 – 100
= 40 mm
Beban Maksimum = 4160 kgf
Mencari Kekuatan Per satuan meter (mm) = 4160
141
= 29,5
Beban luluh, kgf = 29,5 × 94 = 2773
Beban Putus, kgf = 29,5 × 128 = 3776
Kekuatan Luluh, kg/mm² = 2773
77,01 = 36,01
UTS, kgf/mm² = 4160
77,01 = 54,02
Kekuatan Putus, kgf/mm² = 3776
77,01 = 49,03
TEGANGAN
Mencari Skala = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑥
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑡𝑎𝑘 𝐷𝑖𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑌 𝑘𝑒 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑥
= 4160
141
= 29,5
Perhitungan Beban
(Tabel 2.6 Perhitungan Beban Tegangan Baja Ulir)
BEBAN JUMLAH KOTAK
DISUMBU (Y) SKALA HASIL (Kg)
1 0 29,5 0
2 61 29,5 1799,50
3 75 29,5 2212,50
4 90 29,5 2655,00
5 94 29,5 2773,00
6 113 29,5 3333,50
7 127 29,5 3746,50
8 130 29,5 3835,00
9 135 29,5 3982,50
10 139 29,5 4100,50
11 141 29,5 4159,50
12 140 29,5 4160,00
13 128 29,5 3776,00
Perhitungan Tegangan
(Tabel 2.7 Perhitungan Tegangan Baja Ulir)
TEGANGAN BEBAN (Kg) LUAS A0 (mm2) HASIL (Kg / mm2)
1 0 77,01 0
2 1799,50 77,01 23,37
3 2212,50 77,01 28,73
4 2655,00 77,01 34,48
5 2773,00 77,01 36,01
6 3333,50 77,01 43,29
7 3746,50 77,01 48,65
8 3835,00 77,01 49,80
9 3982,50 77,01 51,71
10 4100,50 77,01 53,25
11 4159,50 77,01 54,02
12 4130,00 77,01 53,63
13 3776,00 77,01 49,04
REGANGAN
Mencari Skala = ∆𝐿 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑡𝑎𝑘 𝐷𝑖𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑌 𝑘𝑒 𝑃𝑢𝑡𝑢𝑠 (𝑃𝑃)
= 40
128
= 0,313
Perhitungan Beban
(Tabel 2.8 Perhitungan Beban Regangan Baja Ulir) BEBAN JUMLAH KOTAK
DISUMBU (X) SKALA HASIL (Kg)
1 0 0,313 0
2 1 0,313 0,31
3 1 0,313 0,31
4 3 0,313 0,94
5 8 0,313 2,50
6 17 0,313 5,32
7 27 0,313 8,45
8 31 0,313 9,70
9 42 0,313 13,15
10 56 0,313 17,53
11 82 0,313 25,67
12 88 0,313 27,54
13 90 0,313 28,17
Perhitungan Regangan
(Tabel 2.9 Perhitungan Regangan Baja Ulir) TEGANGAN BEBAN (Kg) PANJANG UKUR
L0 (mm2) HASIL (Kg / mm2)
1 0 100,0 0
2 0,31 100,0 0,00313
3 0,31 100,0 0,00313
4 0,94 100,0 0,00939
5 2,50 100,0 0,02504
6 5,32 100,0 0,05321
7 8,45 100,0 0,08451
8 9,70 100,0 0,09703
9 13,15 100,0 0,13146
10 17,53 100,0 0,17528
11 25,67 100,0 0,25666
12 27,54 100,0 0,27544
13 28,17 100,0 0,4903
Grafik Hubungan Pertambahan Panjang
(Grafik 2.3 Grafik Hubungan Pertambahan Panjang (Ulir))
Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan
(Grafik 2.4 Grafik Hubungan Tegangan – Regangan (Ulir))
0 1799,50 2212,50
2655,002773,00
3333,50
3746,503835,00 3982,50 4100,50 4159,504130,00 3776,00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
0 5 10 15 20 25 30
Beban (kg)
Pertambahan Panjang (mm) BEBAN
0 23,37 28,73
34,4836,01
43,29
48,6549,80 51,71 53,25 54,01 53,63
49,03
0 10 20 30 40 50 60
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3
Tegangan ( Kg/mm2)
Regangan
HUBUNGAN TEGANGAN DAN REGANGAN
Data Pengujian II (Kelompok 9)
Contoh Perhitungan Benda Uji Polos
Diameter Benda Uji (D) Diameter Awal, 𝐷0 (mm) = 9,5 Diameter Akhir, 𝐷1 (mm) = 6,2
Luas Area
Awal, 𝐴0 (mm²) = ∏ × r2
= 22
7 × 4,752
= 22
7 × 22,5625
= 70,91 mm² Akhir, 𝐴𝑓 (mm²) = ∏ × r2
= 22
7 × 3,12
= 22
7 × 9,61
= 30,20 mm²
Panjang Ukur
Awal, 𝐿0 (mm) = 100 mm (10 cm) Akhir, 𝐿𝑓 (mm) = 142 mm (14,2 cm)
∆𝑙 Max (mm) = 142 – 100
= 42 mm
Beban Maksimum = 4570 kgf
Mencari kekuatan Per satuan meter (mm) = 4570
154
= 29,7 mm
Beban luluh, kgf = 29,7 × 101 = 2997,21
Beban putus, kgf = 29,7 × 136 = 4035,84
Kekuatan luluh, kg/mm² = 2997,21
70,91
= 42,27 kg/mm²
UTS, kgf/mm² = 4570
70,91
= 64,45 kgf/mm²
Kekuatan putus, kgf/mm² = 4035,84
70,91
= 56,91 kgf/mm²
TEGANGAN
Mencari Skala = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑥
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑡𝑎𝑘 𝐷𝑖𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑌 𝑘𝑒 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑥
= 4570
154
= 29,68 mm
Perhitungan Beban
(Tabel 2.2 Perhitungan Beban Tegangan Baja Polos)
BEBAN
JUMLAH KOTAK DISUMBU (Y)
SKALA HASIL (Kg)
1 0 29,68 0
2 75 29,68 2225,65
3 90 29,68 2670,78
4 98 29,68 2908,18
5 101 29,68 2997,21
6 105 29,68 3115,91
7 120 29,68 3561,04
8 140 29,68 4154,55
9 150 29,68 4451,30
10 153 29,68 4540,32
11 154 29,68 4570,00
12 136 29,68 4035,84
Perhitungan Tegangan
(Tabel 2.3 Perhitungan Tegangan Baja Polos)
TEGANGAN BEBAN (Kg) LUAS A0 (mm2) HASIL (Kg / mm2)
1 0 70,91 0
2 2225,65 70,91 31,39
3 2670,78 70,91 37,66
4 2908,18 70,91 41,01
5 2997,21 70,91 42,27
6 3115,91 70,91 43,94
7 3561,04 70,91 50,22
8 4154,545455 70,91 58,59
9 4451,30 70,91 62,77
10 4540,32 70,91 64,03
11 4570,00 70,91 64,45
12 4039,2 70,91 56,91
REGANGAN
Mencari Skala = ∆𝐿 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑡𝑎𝑘 𝐷𝑖𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑋 𝑘𝑒 𝑃𝑢𝑡𝑢𝑠 (𝑃𝑃)
= 42
72
= 0,57
Perhitungan Beban
(Tabel 2.4 Perhitungan Beban Regangan Baja Polos)
BEBAN
JUMLAH KOTAK DISUMBU (X)
SKALA HASIL (Kg)
1 0 0,57 0
2 1 0,57 0,57
3 2 0,57 1,14
4 3 0,57 1,70
5 4 0,57 2,27
6 6 0,57 3,41
7 13 0,57 7,38
8 25 0,57 14,19
9 38 0,57 21,57
10 46 0,57 26,11
11 67 0,57 38,03
12 74 0,57 42,00
Perhitungan Regangan
(Tabel 2.5 Perhitungan Regangan Baja Polos) TEGANGAN BEBAN (Kg) PANJANG UKUR
L0 (mm2) HASIL (Kg / mm2)
1 0 100,0 0
2 0,57 100,0 0,00568
3 1,14 100,0 0,01135
4 1,70 100,0 0,01703
5 2,27 100,0 0,02270
6 3,41 100,0 0,03405
7 7,38 100,0 0,07378
8 14,19 100,0 0,14189
9 21,57 100,0 0,21568
10 26,11 100,0 0,26108
11 38,03 100,0 0,38027
12 42,00 100,0 0,42000
Grafik Hubungan Pertambahan Panjang
(Grafik 2.1 Grafik Hubungan Pertambahan Panjang (Polos))
0 2225,65
2670,782908,182997,213115,91
3561,04
4154,55 4451,30 4540,32 4570,00
4035,84
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Beban (kg)
Pertambahan Panjang (mm) BEBAN
Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan
(Grafik 2.2 Grafik Hubungan Tegangan – Regangan (Polos))
Contoh Perhitungan Benda Uji Ulir
0 31,39
37,6641,0142,2743,94
50,22
58,59 62,77 64,03 64,45
56,91
0 10 20 30 40 50 60 70
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45
Tegangan ( Kg/mm2)
Regangan
TEGANGAN DAN REGANGAN
Diameter Benda Uji (D)
Diameter Awal, 𝐷0 (mm) = 12,2+11+ +9,5 3
= 32,7
3
= 10,9 mm Diameter Akhir, D1 (mm) = 7,3 mm
Luas Area
Awal, 𝐴0 (mm²) = ∏ × r2
= 22
7 × 5,452
= 22
7 × 29,70
= 93,35 mm²
Akhir, 𝐴𝑓 (mm²) = ∏ × r2
= 22
7 × 3,652
= 22
7 × 13,32
= 41,87 mm²
Panjang Ukur
Awal, 𝐿0 (mm2) = 100 mm (10 cm) Akhir, 𝐿𝑓 (mm2) = 130 mm (13 cm)
∆L Max (mm) = 130 – 100
= 30 mm
Beban Maksimum = 4120 kgf
Mencari Kekuatan Per satuan meter (mm) = 4120
143
= 28,81
Beban luluh, kgf = 28,81 × 95 = 2737,06
Beban Putus, kgf = 28,81 × 138 = 3975,94
Kekuatan Luluh, kg/mm² = 2736,95
93,34 = 29,32
UTS, kgf/mm² = 4120
93,34 = 44,13
Kekuatan Putus, kgf/mm² = 3975,78
93,34 = 42,59
TEGANGAN
Mencari Skala = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑥
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑡𝑎𝑘 𝐷𝑖𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑌 𝑘𝑒 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑥
= 4120
143
= 28,81
Perhitungan Beban
(Tabel 2.6 Perhitungan Beban Tegangan Baja Ulir) BEBAN JUMLAH KOTAK
DISUMBU (Y) SKALA HASIL ( Kg )
1 0 28,81 0
2 84 28,81 2420,14
3 88 28,81 2535,38
4 94 28,81 2708,25
5 95 28,81 2736,06
6 100 28,81 2881,12
7 110 28,81 3169,23
8 120 28,81 3457,34
9 135 28,81 3889,51
10 142 28,81 4091,19
11 143 28,81 4120,00
12 138 28,81 3975,94
Perhitungan Tegangan
(Tabel 2.7 Perhitungan Tegangan Baja Ulir)
TEGANGAN BEBAN ( Kg ) LUAS A0 ( mm2 ) HASIL ( Kg / mm2 )
1 0 93,35 0
2 2420,14 93,35 25,93
3 2535,38 93,35 27,16
4 2708,25 93,35 29,01
5 2736,06 93,35 29,32
6 2881,12 93,35 30,86
7 3169,23 93,35 33,95
8 3457,34 93,35 37,04
9 3889,51 93,35 41,67
10 4091,19 93,35 43,83
11 4120,00 93,35 44,13
12 3975,94 93,35 42,59
REGANGAN
Mencari Skala = ∆𝐿 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑡𝑎𝑘 𝐷𝑖𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑋 𝑘𝑒 𝑃𝑢𝑡𝑢𝑠 (𝑃𝑃)
= 30
65
= 0,46
Perhitungan Beban
(Tabel 2.8 Perhitungan Beban Regangan Baja Ulir) BEBAN JUMLAH KOTAK
DISUMBU (X) SKALA HASIL ( Kg )
1 0 0,46 0
2 1 0,46 0,46
3 2 0,46 0,92
4 4 0,46 1,85
5 6 0,46 2,77
6 9 0,46 4,15
7 14 0,46 6,46
8 20 0,46 9,23
9 34 0,46 15,69
10 50 0,46 23,08
11 61 0,46 28,15
12 65 0,46 30,00
Perhitungan Regangan
(Tabel 2.9 Perhitungan Regangan Baja Ulir) TEGANGAN BEBAN ( Kg ) PANJANG UKUR
L0 ( mm2 ) HASIL ( Kg / mm2 )
1 0 100,0 0
2 0,46 100,0 0,00462
3 0,92 100,0 0,00923
4 1,85 100,0 0,01846
5 2,77 100,0 0,02769
6 4,15 100,0 0,04154
7 6,46 100,0 0,06462
8 9,23 100,0 0,09231
9 15,69 100,0 0,15692
10 23,08 100,0 0,23077
11 28,15 100,0 0,28154
12 30,00 100,0 0,30000
Grafik Hubungan Pertambahan Panjang
(Grafik 2.3 Grafik Hubungan Pertambahan Panjang (Ulir))
0
2420,142535,382708,252737,062881,12
3169,233457,34
3889,51 4091,19 4120,003975,94
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
0 5 10 15 20 25 30 35
Beban (kg)
Pertambahan Panjang (mm) Series1
Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan
(Grafik 2.4 Grafik Hubungan Tegangan – Regangan (Ulir))
0
25,9327,1629,0129,3230,86 33,95
37,04
41,67 43,83 44,13
42,59
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
Tegangan ( Kg/mm2)
Regangan
HUBUNGAN TEGANGAN DAN REGANGAN
BAB III PENUTUP
2.6 Kesimpulan
Berdasarkan dari praktikum uji tarik baja yang telah dilakukan didapatkan nilai seperti yang ada pada tabel 3.1, untuk data kelompok 10 diperoleh nilai tegangan max baja polos sebesar 62.49576 Kg/mm2 dan tegangan max pada baja ulir sebesar 43.3739 Kg/mm2, sedangkan untuk data kelompok 10 diperoleh nilai tegangan max baja polos sebesar 68.39623 Kg/mm2 dan tegangan max pada baja ulir sebesar 45.8734 Kg/mm2. Sehingga dapat disimpulkan dari tabel 3.1 bahwa baja polos lebih kuat karena dapat menahan tegangan max lebih besar dibandingkan baja ulir.
Hal ini juga dapat dibuktikan dari hasil grafik gabungan 3.2 data kelompok 9 dan kelompok 10 bahwa tegangan max pada baja polos berada dititik lebih tinggi dibandingkan dengan baja ulir.
percobaan uji Tarik didapatkan hasil perhitungan data praktikum kelompok 9 dan data praktikum kelompok 10 sebagai berikut :
Hasil Perhitungan Kelompok 09 Kelompok 10
Besi Polos Besi Ulir Besi polos Besi Ulir
Diameter (mm) 9,50 10,9 9 9,9
Luas (A) (mm2) 70,91 93,35 63,64 77,01
Beban Luluh (Kg) 2997,21 2737,06 2910,6 2773
Beban Maksimum (Kg) 4570 4120 4240 4160
Beban Putus (Kg) 4035,84 3975,94 4116 3776
Tegangan Luluh (Kg/mm2) 42,27 29,32 45,73 36,01
Tegangan Ultimate Strength (Kg/mm2)
64,45 44,13 66,62 54,02
Tegangan Putus (Kg/mm2) 56,91 42,59 64,67 49,04
Regangan Luluh 0,02270 % 0,02769 % 0,02288% 0,0250%
Regangan Ultimate Strength
0,38027% 0,28154
%
0,22308 % 0,256 66%
Regangan Putus 0,42000% 0,30000% 0,6467% 0,4903%
Dalam menentukan pertahanan dan perlawanan dari logam terhadap pemutusan
hubungan akibat tarik satu arah maka dari hasil pengujian terhadap 2 (dua) jenis baja, yaitu baja polos dan baja ulir didapat beberapa disimpulkan antara lain :
Baja polos memiliki sifat yang kuat dan ductile, hal ini dilihat dari sulitnya baja tersebut patah ketika sudah mencapai ultimate strength yang memang sangat besar tetapi
memiliki daerah kurva yang panjang sebelum mendapatkan beban maksimum(UTS).
Dalam proses uji tarik, terjadi peristiwa “necking”, dimana terjadinya pengecilan diameter spesimen hingga akhirnya putus
Pada saat uji tarik dilaksanakan, ada beberapa besaran yang didapat diantaranya adalah : Tegangan luluh (yield strength), tegangan tarik maksimum, kekuatan patah (fracture
strength), dan modulus elastisitas.
Berikut adalah hasil grafik kelompok 9 dan 10 untuk baja polos dan baja ulir.
Hasil Grafik Kelompok 9 dan 10
Grafik Hubungan P dan ΔL Data Kelompok 9 dan 10 (polos)
Grafik 3.1 Grafik Hubungan P ΔL Daata kelompok 9 dan 10 (polos)
Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan Data Kelompok 9 dan 10
0 2087,402322,602557,80
2881,202910,60 3234,00
3645,603763,20
4174,80 4233,604204,204116,00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
0 5 10 15 20
Beban (kg)
Pertambahan Panjang (mm) BEBAN
Grafik 3.2 Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan Data Kelompok 9 dan 10 (polos)
Grafik Hubungan P ΔL Data Kelompok 9 dan 10 (ulir)
Grafik Hubungan Pertambahan Panjang
(Grafik 3.3 Grafik Hubungan Pertambahan Panjang (Ulir))
Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan
0 27,6730,7933,91
38,2038,59 42,87
48,3349,89
55,35 56,1355,7454,57
0 10 20 30 40 50 60
0 0,05 0,1 0,15 0,2
Tegangan ( Kg/mm2)
Regangan TEGANGAN DAN REGANGAN
0 1799,50 2212,50
2655,002773,00
3333,50
3746,503835,00 3982,50 4100,50 4159,504130,00 3776,00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
0 5 10 15 20 25 30
Beban (kg)
Pertambahan Panjang (mm) BEBAN
(Grafik 3.4 Grafik Hubungan Tegangan – Regangan (Ulir))
Grafik Gabungan Kelompok 9 dan 10
Grafik Hubungan P ΔL Data Kelompok 9 dan 10 (Polos dan Ulir)
Grafik Hubungan Pertambahan Panjang
(Grafik 3.5 Grafik Hubungan Pertambahan Panjang (Ulir))
0 23,37 28,73
34,4836,01
43,29
48,6549,80 51,71 53,25 54,01 53,63
49,03
0 10 20 30 40 50 60
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3
Tegangan ( Kg/mm2)
Regangan
HUBUNGAN TEGANGAN DAN REGANGAN
0
2420,142535,382708,252737,062881,123169,233457,34
3889,51 4091,19 4120,003975,94
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
0 5 10 15 20 25 30 35
Beban (kg)
Pertambahan Panjang (mm) Series1
Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan
(Grafik 3.6 Grafik Hubungan Tegangan – Regangan (Ulir))
(Grafik 3.7 Grafik Gabungan antara P dan ∆L Kelompok 9 dan 10)
0
25,9327,1629,0129,3230,86 33,95
37,04
41,67 43,83 44,13
42,59
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
Tegangan ( Kg/mm2)
Regangan
HUBUNGAN TEGANGAN DAN REGANGAN
0 1799,50 2212,50
2655,002773,00 3333,50
3746,503835,003982,50 4100,50 4159,504130,00 3776,00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Beban (kg)
Pertambahan Panjang (mm)
POLOS 1 POLOS 2 ULIR 1 ULIR 2
(Grafik 3.8 Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan Kelompok 9 dan 10)
0 23,37 28,73
34,4836,01 43,29
48,6549,80 51,71 53,25 54,0153,63 49,03
0 10 20 30 40 50 60 70
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5
Tegangan ( Kg/mm2)
Regangan
POLOS 1 POLOS 2 ULIR 1 ULIR 2
LAMPIRAN DATA PARKTIKUM KELOMPOK 10
LAMPIRAN DATA PARKTIKUM KELOMPOK 9
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, Agus. "Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRF D." (2008).
Nasional, Badan Standarisasi. Perencanaan struktur baja untuk jembatan. SNI T-03- 2005, 2005.
Kianjaya, H. S., Satyarno, I., & Suhendro, B. (2021). Studi Experimental Balok Sloof- Kolom Pada Rumah Instan Struktur Baja Dengan Metode Pembebanan Siklik. Jurnal Teknik Sipil, 16(3), 159-168.
PHIEGIARTO, Fendy, et al. Perencanaan Elemen Struktur Baja Berdasarkan Sni 1729:
2015. Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil, 2015, 4.2.
Wijaya, Usman. "Petunjuk Dasar Pemeriksaan Bangunan Existing Metode Non- Destructive Test: Studi Kasus Bangunan Industrial Struktur Baja." Buletin Profesi Insinyur 2.2 (2019): 63-68.
MAHARDIKA, GILANG. PENGARUH METODE MODIFIKASI GERAKAN TANAH TERHADAP KINERJA DEFORMASI STRUKTUR BAJA SRPMK BERBRESING EKSENTRIS (STUDI LITERATUR). 2022. PhD Thesis.
Turu’allo, G., and A. H. Anggara. "Analisis Struktur Baja dengan Perhitungan Beban Gempa Menggunakan Metode Time History Berdasarkan SNI 1726: 2012 dan SNI 1729:
2015." REKONSTRUKSI TADULAKO: Civil Engineering Journal on Research and Development (2023): 29-40.
Suryatman, Tina Hernawati, and Eli Cahya Aprilia. "Meminimasi Waste Pada Proses Fabrikasi Struktur Baja dengan Konsep Lean Manufacturing Menggunakan Metode Value Stream Mapping (Studi Kasus PT. CDB)." Jurnal Teknik 11.2 (2022).
Nawal, Choirun, Budi Doloksaribu, and Jeni Paresa. "Perhitungan Rencana Anggaran Biaya dan Metode Pelaksanaan Pada Perencanaan Ulang Gedung Struktur Baja." Musamus Journal of Civil Engineering 4.02 (2022): 95-104.
Yurisman, Yurisman, and Muslinang Moestopo. "Studi eksperimental terhadap parameter daktilitas struktur baja." Jurnal Teknik Sipil ITB 10.4 (2003): 133-144.
Haryadi, Gunawan Dwi. "Pengaruh Suhu Tempering Terhadap Kekerasan Struktur Mikro Dan Kekuatan Tarik Pada Baja K-460." Rotasi 7.3 (2005): 1-10.