• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Gedung Plasa Simpanglima Semarang

N/A
N/A
Salsabila Oktavalentina

Academic year: 2024

Membagikan "Latar Belakang Gedung Plasa Simpanglima Semarang"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

TRANSPORTASI BANGUNAN

BERTINGKAT

Anugrah Dwi Andrian (4.11.21.1.07) Arief Karuniawan (4.11.21.1.08) Mutiara Hayunda (4.11.21.1.17) Zakiya Nurhana (4.11.21.1.24) Zalfa Maura Jasmine (4.11.21.1.25)

(2)

LATAR BELAKANG

Gedung Plasa Simpanglima terletak di Jalan Ahmad Yani No. 1 Semarang, merupakan pusat perbelanjaan berbagai macam barang/produk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari berbagai kalangan. Perkembangan Gedung Pertokoan Plasa Simpanglima sebagai salah satu pusat perbelanjaan terbesar

di Semarang sekarang ini cukup menggembirakan.

Perkembangan ini terasa setelah dibukanya icon Plasa Simpanglima, yaitu Semarang Cellular Trade Center

(Handphone Center) di Plasa Simpanglima II Lantai 3 maupun Semarang Computer Center (Computer Center) di Plasa

Simpanglima I Lantai 5.

(3)

LATAR BELAKANG

Di Plasa Simpanglima II hampir seluruh space yang ada terisi dengan Toko maupun counter Handphone baik baru maupun bekas serta pusat service dan spare part maupun accessories

handphone. Sedangkan di Plasa Simpanglima I Lantai 5, banyak sekali ditawarkan komputer baik PC maupun Laptop

serta notebook dengan berbagai merk dan spare part serta service. Selain sebagai IT mall, terdapat tenant yang paling besar yaitu Matahari Department Store yang berada di Lantai

2 & 3, juga ada pusat toko sepatu seperti Toko Buccheri, Virgo, dll serta pusat toko kaca mata seperti Toko Minly,

Nusantara, dll.

(4)

LATAR BELAKANG

Plasa Simpanglima I : ± 30.139,00 m² Plasa Simpanglima II : ± 8.796,00 m²

Jumlah : ± 38.935,00 m²

Luas Jembatan Penghubung Plasa Simpanglima – Mall Ciputra : ± 534 m²

Luas Keseluruhan Gedung Plasa Simpanglima (I + II + Jembatan Penghubung ) :

± 39.469,00 m²

Luas Parkir : ± 17.504,00 m²

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

DATA TEKNIS

(10)

DATA TEKNIS LIFT

● Jenis Lift : Lift observasi

● Merk : Pillar

● Jumlah Lantai dan Pemberhentian : 7 lantai dan 1 lantai dasar

● Ukuran : 1,6 x 1,4 m

● Kapasitas Lift : 13 orang (900 kg)

● Fasilitas Lift : Tombol lantai, tombol emergency, railing, exhauster, lampu

● Lebar dan Tinggi Pintu : 79 x 210 cm

● Waktu Buka Tutup Pintu : 10 detik

● Waktu Perjalanan ke Atas : 1 menit 25 detik

● Waktu Perjalanan ke Bawah : 1 menit 48 detik

(11)
(12)

DATA TEKNIS TANGGA

● Jumlah Anak tangga : 22

● Optrade & Antrade : 15 cm & 30 cm

● Lebar tangga : 191 cm

● Panjang dan Lebar Bordes : 412,5 cm x 154,5 cm

● Tinggi Railing : 80 cm

(13)
(14)

DATA TEKNIS ESKALATOR

● Jenis Perletakan Eskalator : Paralel

● Lebar escalator : 100 cm

● Jumlah Anak Tangga : 25

● Antrade & Optrade : 40 & 20

● Waktu Perjalanan Bawah ke Atas : 20 detik

(15)
(16)

DATA TEKNIS RAMP

● Lebar Ramp : 320 cm

● Panjang Ramp : 14 cm

● Tinggi Hand Rail : 95 cm

(17)

DATA TEKNIS TANGGA DARURAT

● Luas Ruangan : 7 x 4 m

● Lebar & Tinggi Pintu : 105 cm & 210 cm

● Jumlah Anak Tangga : 26

● Lebar Anak Tangga : 1,63 m

● Antrade Optrade : 29 & 18 cm

● Ukuran Bordes : 340 x 160 cm

● Tinggi Hand Rail : 96 cm

(18)
(19)

RTT

(20)

Adalah metode untuk memperkirakan efisiensi dan efektitivitas pada pemasangan Lift dengan menghitung waktu perjalanan lift. Dalam hal ini, kami menggunakan sampel lapangan dari matahri plasa simpang lima dengan data sebagai berikut :

1. Kapasitas kereta 13 orang dengan max beban 900 kg 2. H rata” per lantai adalah 3,5 m

3. Terdapat 8 lantai pada bangunan dengan rincian 1 lantai grounda dan 7 lantai pusat perbelanjaan

4. Kecepatan motor 0,8 m/s dan asumsi bukaan pintu 0,5m/s

5. Lebar bukaan pintu lift adalah 79 cm

(21)

S1

S1 adalah jumlah kemungkinan berhentinya kereta dalam penggunaan, dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Analisa s1 pada sampel

(22)

TU

Adalah perhitungan perjalanan ke atas bangunan Gedung.

Dapat dirumuskan sebagai berikut :

Analisa TU pada sampel

(23)

TD

Adalah waktu perjalanan untuk turun kebawah.

Dapat dirumuskan sebagai berikut :

Analisa TD pada sampel

(24)

TP

Adalah waktu transfer penumpang, penentuan waktu ditentukan pada kedalaman lift pada 2-3 sekon. Dapat dirumuskan sbg

berikut:

Analisa TP pada sampel

(25)

TO

Adalah waktu bukaan pintu lift. Dapat dirumuskan sebagai berikut:

Analisa TO pada sampel

(26)

RTT

Dari ke lima Analisa tadi dilakukan penjumlah guna mengetahui hasil rtt. Pada sampel Matahari Plasa Simpang Lima Semarang didapat kan hasil RTT dengan nilai sebagai berikut :

RTT = S1+TU+TD+TP+TO

RTT = 6,59+39,375+36,6+26+7,195

RTT = 115,76 s

(27)

KESIMPULAN

Menurut perhitungan RTT Lift sampel Matahari Plasa Simpang Lima Semarang didapat kan hasil 115,76 s

Sedangkan di lapangannya RTT lift didapatkan hasil 120 s

Jadi, dapat disimpulkan berdasarkan perhitungan rencana RTT

dan RTT pada keadaan riil mempunyai selisih 4,24 s dikarenakan

sudah lamanya lift beroperasi sehingga kemampuan lift semakin

berkurang.

(28)

KEBUTUHAN

LIFT

(29)

Menghitung beban puncak

kereta/lift

(30)

Menghitung daya angkut

kereta/lift

(31)

Menghitung Persamaan

 

(32)

KESIMPULAN

Jadi, jumlah kereta/lift berdasarkan perhitungan rencana

dan jumlah kereta/lift sesuai keadaan rill untuk melayani

Gedung mall plasa simpang lima 7 lantai tambah 1 lantai dasar

dengan luas lantai 3767,375 m2/ lantai adalah sama yakni

membutuhkan 2 lift

(33)

KEBUTUHAN

ESKALATOR

(34)

Power Eskalator

Dalam hasil pengamatan lapangan Matahari Plasa Simpang Lima didapatkan hasil sebagai berikut

H rata”/lantai = 3,5 m

V ekskalator = 0,175m/s = 10,5m/min Lebar ekskalator = 1000mm

antrade = 400mm

Kemiringan ekskalator = 35ᵒ Kapasitas teoritis = 40%

Asumsi berat 1 orang penumpang = 68 kg

(35)

Analisa Perhitungan Power

Ekskalator

(36)

PERBANDINGA

N SNI

(37)

Perbandingan SNI 05-7052-2004 dengan Lapangan

SNI 05-7052-2004 LAPANGAN

Pintu lantai harus dari bidang yang rapat tidak berlubang-lubang dapat menutup seluruh luas bukaan pintu pada ruang luncur.

Pintu lantai dari bidang yang rapat tidak berlubang- lubang dapat menutup seluruh luas bukaan pintu pada ruang luncur.

Sisi tekukan bagian pintu harus lengkung dan tidak terdapat bagian yang tajam yang akan membahayakan pemakai lift.

Sisi tekukan pintu lengkung dan tidak terdapat bagian yang tajam

Pada kondisi menutup celah antara daun pintu dengan sisi rangka pintu atau dengan gantungan atau ambang harus sekecil mungkin dan maksimal 5 mm.

Celah pintu saat menutup 2 mm atau kurang dari 5 mm

Pintu lantai harus dilengkapi dengan kunci kait (interlock) yang mengunci dengan sendirinya saat pintu menutup rapat.

Pintu lantai dilengkapi dengan kunci kait (interlock)

Pintu lantai harus dapat dibuka dari luar secara manual dengan menggunakan kunci darurat (interlock releasing device) untuk rnaksud pemeriksaan dan pertolongan.

Pintu lantai dilengkapi kunci darurat (interlock releasing device)

Pintu Lantai

Syarat Umum

(38)

Perbandingan SNI 05-7052-2004 dengan Lapangan

SNI 05-7052-2004 LAPANGAN

Tinggi pintu dibatasi minimal 2000 mm dan lebar pintu dibatasi minimal 700 mm.

Tinggi Pintu 2100 mm Lebar Pintu 790 mm Lebar bukaan pintu lantai maksimal sama dengan lebar

kereta diukur pada dinding dari sisi ke sisi.

Lebar bukaan pintu lantai sama dengan lebar kereta.

Pintu Lantai

Ukuran dan Bentuk Pintu

SNI 05-7052-2004 LAPANGAN

Konstruksi pintu dan peralatannya dirancang sehingga

memperkecil risiko kerusakan dan kecelakaan. Konstruksi pintu dan peralatannya dirancang sehingga memperkecil risiko kerusakan dan kecelakaan.

Peralatan pengaman pintu sorong otomatis harus bekerja secara otomatis menghentikan dan membuka kembali pintu yang sedang menutup pada saat seseorang melintasi bukaan pintu atau pada saat mulai terjepit.

Peralatan pengaman tersebut dipasang pada pintu kereta.

Peralatan pengaman pintu sorong otomatis bekerja secara otomatis menghentikan dan membuka kembali pintu yang sedang menutup pada saat seseorang melintasi bukaan pintu

Keselamatan Operasi

(39)

Perbandingan SNI 05-7052-2004 dengan Lapangan

SNI 05-7052-2004 LAPANGAN

Pencahayaan sekitar daerah pintu harus memberikan cahaya alamiah ataupun iluminasi lampu dengan intensitas minimal 50 lux pada lantai depan pintu.

Tidak terdapat pencahayaan pada pintu

Sinyal kedatangan

Dalam hal pintu bekerja otomatis, tidak diharuskan memakai sinyal kedatangan.

Pintu tidak memakai sinyal kedatangan Percahayaan dan Sinyal Pintu Lantai

(40)

Perbandingan SNI 05-7052-2004 dengan Lapangan Pintu Lantai

Keamanan Pintu Lantai

SNI 05-7052-2004 LAPANGAN

Pencegahan risiko bahaya jatuh

Dalam keadaan normal, pintu lantai tidak dapat membuka kecuali bila kereta telah sampai pada zona pintu. Pada saat kereta berhenti, lantai kereta sama rata dengan lantai perhentian, atau mungkin tidak sama rata, tetapi masih dalam zona pintu (door zone), dimana kunci kait terbuka. Zona pintu dibatasi iidak lebih dari 0,2 m di atas dan 0,2 m di bawah muka lantai perhentian.

Dalam keadaan normal, pintu lantai tidak dapat membuka kecuali bila kereta telah sampai pada zona pintu.

Pencegahan risiko bahaya terpotong.

• Dalam keadaan normal lift tidak mungkin dijalankan jika pintu lantai dalam keadaan terbuka.

• Lift dengan pintu terbuka diperbolehkan bergerak hanya pada zona pintu, untuk maksud mengatur posisi kereta agar rata dengan lantai hentian (leveling and releveling) oleh kerja kendali pusat.

• Dalam keadaan normal lift tidak mungkin dijalankan jika pintu lantai dalam keadaan terbuka.

• Lift dengan pintu terbuka diperbolehkan bergerak hanya pada zona pintu, untuk maksud mengatur posisi kereta agar rata dengan lantai hentian (leveling and

releveling) oleh kerja kendali pusat.

(41)

Perbandingan SNI 05-7052-2004 dengan Lapangan

Pintu Lantai

Keamanan Pintu Lantai

SNI 05-7052-2004 LAPANGAN

Sistem penguncian

• Pintu lantai harus dilengkapi alat pengunci atau kunci kait (interlock) untuk memenuhi persyaratan pada butir 4.4.7.1).

• Alat pengunci harus dilengkapi dengan pegas atau pemberat yang menghasilkan gaya untuk menekan kunci terus menerus selama pintu tertutup.

• Penguncian efektif pintu menutup harus mendahului gerakan kereta. Proses penguncian pintu harus diikuti oleh kontak listrik pengaman, sebeium kereta dapat bergerak.

• Elemen kunci harus tahan terhadap benturan tanpa perubahan bentuk secara permanen, jika dikenakan gaya 1000 N horizontal arah bukaan pintu.

• Dilengkapi dengan interlock

• Alat pengunci dilengkapi dengan pegas atau pemberat yang menghasilkan gaya untuk menekan kunci terus menerus selama pintu tertutup.

• Penguncian efektif pintu menutup mendahului gerakan kereta

(42)

Perbandingan SNI 05-7052-2004 dengan Lapangan

Pintu Lantai

Pembukaan Dengan Kunci Darurat

SNI 05-7052-2004 LAPANGAN

Setiap pintu lantai harus dilengkapi dengan sarana dimana pintu lantai dapat dibuka dengan kunci darurat dari luar pada saat-saat diperlukan oleh petugas yang berwenang dan berkompeten (butir 4.4.1.5) untuk maksud pemeriksaan dan pertolongan.

Setiap pintu lantai dilengkapi dengan sarana dimana pintu lantai dapat dibuka dengan kunci darurat

(43)

Perbandingan SNI 05-7052-2004 dengan Lapangan

Kereta Dan Bobot Imbang

Tinggi Kereta

SNI 05-7052-2004 LAPANGAN

Tinggi kereta dari lantai sampai atap ataupun sampai langit-langit dekorasi minimal 2000 mm (clear ceiling height).

Tinggi kereta : 2500 mm

Tinggi pintu kereta minimal 2000 mm Tinggi pintu kereta : 2100 mm Ruang dalam Kereta

SNI 05-7052-2004 LAPANGAN

Untuk menghindari jumlah penumpang melebihi kapasitas

lift, maka luas kereta harus dibatasi. Luas Kereta 2,24 m2

(44)

Perbandingan SNI 05-7052-2004 dengan Lapangan

Kereta Dan Bobot Imbang

Ruang dalam Kereta

SNI 05-7052-2004 LAPANGAN

Hubungan antara beban rata-rata dan luas kereta sebagai acuan tercantum dalam Tabel 2.

Luas Kereta 2,24 m2 Jumlah penumpang : 13

Beban : 900 kg

(45)

Perbandingan SNI 05-7052-2004 dengan Lapangan

Kereta Dan Bobot Imbang

Pintu Kereta

SNI 05-7052-2004 LAPANGAN

Kereta harus dilengkapi dengan pintu yang bekerja

secara otomatis, dan jenis sorong (sliding doors). Kereta dilengkapi dengan pintu yang bekerja secara otomatis, dan jenis sorong (sliding doors).

Pintu kereta harus dari bidang yang rapat dan tidak

berlubang-lubang. Pintu kereta dari bidang yang rapat dan tidak

berlubang-lubang.

SNI 05-7052-2004 LAPANGAN

Harus dilengkapi dengan mekanisme pembuka/penutup pintu, bekerja secara otomatis. Motor harus tetap aktif bekerja menekan pintu agar tetap menutup selama lift beroperasi.

Dilengkapi dengan mekanisme

pembuka/penutup pintu, bekerja secara otomatis.

Motor Penggerak Pintu

(46)

Perbandingan SNI 05-7052-2004 dengan Lapangan

Kereta Dan Bobot Imbang

Perlengkapan Kereta

SNI 05-7052-2004 LAPANGAN

Jumlah lampu pencahayaan kereta minimal 2 (dua) buah dan dihubungkan secara paralel. Intensitas iluminasi minimal 50 lux pada lantai kereta.

Lampu penerangan berbentuk melingkar namun tidak semua menyala sehingga sedikit redup

Kereta harus dilengkapi dengan lampu darurat dengan daya minimal 5 watt selama 1 jam memakai sumber arus searah. Bila aliran listrik terputus, secara otomatis

pencahayaan darurat akan menyala.

Tidak terdapat lampu darurat

Kereta harus dilengkapi dengan kipas angin listrik secara permanen, dipasang pada bagian atap kereta, yang

dilengkapi dengan saklar pemutus.

Terdapat kipas angin listrik namun sudah banyak debu seingga tidak terasa dan pengap Kereta juga harus dilengkapi dengan alat komunikasi

(intercom) dua arah, dan bel tanda bahaya (alarm bell) dengan sumber arus searah.

dilengkapi dengan alat komunikasi (intercom) dua arah, dan bel tanda bahaya (alarm bell) dengan sumber arus searah.

(47)

Perbandingan SNI dengan lapangan

SNI 05-7052-2004 LIFT YANG DIOBSERVASI

Bila pesawat pengaman bekerja dan pada kereta ada beban muatan dengan distribusi yang merata maka kemiringan pada lantai kereta tidak boleh meiebihi 5

% dari kondisi datar.

Kemiringan lantai kereta lift kurang dari 5%

Kemiringan lantai kereta

SNI 05-7052-2004 LIFT YANG DIOBSERVASI

Diameter nominal tali baja pengaman minimai 6,0 mm

Diameter nominal tali baja pengaman lebih dari 6 mm

Tali harus tegang, dengan puli penegang yang dilengkapi dengan pemberat yang terarah pada lekuk dasar.

Tali tegang dengan puli penegang yang dilengkapi dengan pemberat

Tali pengaman

(48)

Perbandingan SNI dengan lapangan

Rel Pemandu

SNI 05-7052-2004 LIFT YANG DIOBSERVASI

Jumlah jalur rel yang dipergunakan untuk mengarahkan pergerakan kereta dan bobot imbang, masing-masing minimal 1 (satu) pasang atau duajalur.

Mempunyai jumlah jalur rel 1 (satu) pasang atau dua jalur

Rel pemandu untuk pengarah gerakan kereta dan bobot imbang harus terbuat dari baja karbon profil "T"

dan mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan gaya reaksi akibat kerja pesawat pengaman, dengan kereta bermuatan penuh dan tidak tergantung besaran kecepatan.

Rel pemandu terbuat dari baja karbon profil “T”

Rel dan sambungan rel harus cukup mampu menahan beban dan semua gaya yang menimpanya terutama saat pesawat pengaman bekerja untuk memastikan pengoperasian lift yang aman.

Rel dan sambungan cukup mampu menahan beban dan semua gaya karena pengoperasian lift sudah aman.

(49)

Perbandingan SNI dengan lapangan

Dinding ruang luncur

SNI 05-7052-2004 LIFT YANG DIOBSERVASI

Dinding ruang luncur harus tertutup rapat dan rata permukaannya, tegak lurus (vertikal), dengan toleransi tonjolan dan lekukan maksimal 50 mm.

Dinding ruang luncur sudah tertutup rapat.

SNI 05-7052-2004 LIFT YANG DIOBSERVASI

Panel operator kereta ditempatkan di dalam kereta pada dinding yang mudah dijangkau dan dilihat

Panel operator sudah ditempatkan dalam kereta pada dinding yang mudah dijangkau dan dilihat.

Indikator penunjuk posisi kereta pada lantai-lantai perhentian

Terdapat Indikator penunjuk posisi kereta pada lantai- lantai perhentian

Panel operator kereta

(50)

Perbandingan SNI dengan lapangan

SNI 05-7052-2004 LIFT YANG DIOBSERVASI

Terdapat informasi Kapasitas beban dalam satuan

kg. Terdapat informasi Kapasitas beban dalam satuan

kg.

Terdapat Informasi kapasitas jumlah maksimal

penumpang dalam satuan orang. Terdapat Informasi kapasitas jumlah maksimal penumpang dalam satuan orang.

Terdapat tulisan atau simbol dilarang merokok. Terdapat tulisan atau simbol dilarang merokok.

Terdapat tombol pelayanan atau permintaan lantai. Terdapat tombol pelayanan atau permintaan lantai.

Terdapat tombol pintu buka. Terdapat tombol pintu buka.

Terdapat tombol bel darurat. Terdapat tombol bel darurat.

Terdapat terIntercom atau alat komunikasi dua arah. Terdapat terIntercom atau alat komunikasi dua arah.

Panel operator kereta

(51)

TANGGA

DARURAT

(52)

Perda DKI Jakarta no 7 Tahun 1991 TANGGA DARURAT YANG DIOBSERVASI

Setiap tangga kebakaran tertutup pada bangunan 5 lantai atau lebih, harus dapat melayani semua lantai mulai dari lantai bawah, kecuali ruang bawah tanah (basement) sampai lantai teratas harus dibuat tanpa bukaan (opening) kecuali pintu masuk tunggal pada tiap lantai dan pintu keluar pada lantai yang berhubungan langsung dengan jalan, pekarangan atau tempat terbuka.

Tangga darurat pada Gedung mall 7 lantai tambah 1 lantai dasar ini tertutup dan dapat melayani semua lantai mulai dri lantai bawah sampai lantai teratas dengan dibuat tanpa bukaan opening kecuali pintu masuk Tunggal pada tiap lantai dan pintu keluar pada lantai yang berhubungan langsung dengan jalan, pekarangan atau tempat terbuka.

Perbandingan standar dengan lapangan

Pasal 113

(53)

Perda DKI Jakarta no 7 Tahun 1991 TANGGA DARURAT YANG DIOBSERVASI

Dilarang menggunakan tangga melingkar (tangga spiral) sebagai tangga kebakaran

Tidak menggunakan tangga melingkar (tangga spiral)

Tangga kebakaran dan bordes harus memiliki lebar minimal 1,20 m dan tidak boleh menjepit ke arah bawah.

Tangga kebakaran dan bordes ini memiliki lebar minimal 1,60 m dan tidak menjepit ke arah bawah.

Tangga kebakaran harus dilengkapi pegangan (hand rail) yang kuat setinggi 1,10 m dan mempunyai lebar injakan anak tangga minimal 28 cm dan tinggi maksimal anak tangga 20 cm.

Tangga darurat ini memiliki pegangan (hand rail) yang kuat setinggi 0,95 m dan mempunyai lebar injakan anak tangga 29 cm dan tinggi anak tangga 18 cm.

Jarak pencapaian ke tangga kebakaran dari setiap titik dalam ruang efektif, maksimal 25 m apabila tidak dilengkapi dengan spinkler dan maksimal 40 m apabila dilengkapi dengan spinkler.

Jarak pencapaian ke tangga kebakaran dari setiap titik dalam ruang efektif, lebih dari 25 m tidak dilengkapi dengan sprinkler.

Perbandingan standar dengan lapangan

Pasal 115

(54)

Perda DKI Jakarta no 7 Tahun 1991 TANGGA DARURAT YANG DIOBSERVASI

Setiap bangunan sedang dan tinggi harus dilengkapi tangga kebakaran.

Bangunan Gedung mall 7 lantai tambah 1 lantai dasar ini sudah dilengkapi tangga kebakaran.

Perbandingan standar dengan lapangan

Pasal 169

Referensi

Dokumen terkait

Setiap tema memiliki latar tambahan belakang yang terkait dengan gaya yang dapat diterapkan pada slide untuk mengubah tema.. Tema Latar

“PENGARUH LATAR BELAKANG PERSONAL, LATAR BELAKANG POLITIK, BUDAYA POLITIK DAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PERAN DPRD DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (APBD)

Kata Kunci: Latar Belakang Personal, Latar Belakang Politik, Budaya Politik, dan Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Peran DPRD Dalam Pengawasan Keuangan Daerah

Adanya gedung bioskop yang dapat mewadahi kebutuhan hiburan diharapkan akan menarik perhatian dan minat banyak masyarakat, sebab latar belakang proyek gedung bioskop ini

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Evaluasi kekuatan struktur pada bangunan gedung tujuh lantai komplek Gedung H Universitas Dian Nuswantoro mendemonstrasikan dampak

Berdasarkan latar belakang yang terjadi di dalam usaha Soto Ayam Dargo Pak Tanto di kota Semarang, maka penulis akan mengidentifikasi kegiatan pengusaha soto generasi

Tujuan pembahasan mengenai perencanaan dan perancangan gedung olahraga di Semarang Barat yang berfungsi sebagai fasilitas olahraga indoor di wilayah Semarang Barat

Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, bahwa gedung Universitas Dian Nuswantoro Semarang memiliki sumber potensi bahaya kebakaran dan pada