Kemampuan membaca pemahaman merupakan keterampilan fundamental yang menjadi prasyarat keberhasilan belajar siswa di berbagai mata pelajaran (Muliawanti et al., 2022).
Membaca pemahaman adalah salah satu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memahami isi bacaan dengan cara membaca. Kemampuan ini tidak hanya penting dalam pembelajaran bahasa, tetapi juga berperan krusial dalam memahami konsep ilmu pengetahuan alam, matematika, ilmu pengetahuan sosial, dan mata pelajaran lainnya. Kemampuan membaca pemahaman yang baik memungkinkan siswa untuk mengidentifikasi informasi penting, menentukan ide pokok, menganalisis hubungan antar konsep, dan menarik kesimpulan dari teks yang dibaca (Febiwanti et al., 2023).
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru, sebagian besar siswa kelas 5 dan 6 masih mengalami kesulitan dalam membaca pemahaman, seperti menjawab soal panjang, menentukan ide pokok, dan menarik kesimpulan dari teks. Kondisi ini menghambat proses pembelajaran tidak hanya di mata pelajaran bahasa Indonesia, tetapi juga mata pelajaran lain yang membutuhkan pemahaman teks. Data PISA 2022 menunjukkan skor literasi Indonesia masih di bawah rata-rata global (371 dibanding 487), dan survei Kemendikbudristek (2023) menyebutkan 37% siswa SD kesulitan memahami teks narasi/informatif, menegaskan urgensi masalah ini .
Materi energi dan pemanfaatannya di kelas VI SD termasuk materi kompleks yang membutuhkan kemampuan membaca pemahaman yang baik. Penelitian terdahulu menunjukkan pembelajaran konsep sains, termasuk energi, belum optimal dan membutuhkan pendekatan yang efektif. Model Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah model pembelajaran yang memiliki ciri belajar dengan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan (Aprilia et al., 2021). Model Problem Based Learning (PBL) dianggap solusi potensial karena mendorong siswa aktif memecahkan
masalah dan mengkonstruksi pengetahuan. Penelitian Karangsari (2023) dan Kabangan (2024) membuktikan efektivitas PBL dalam meningkatkan pemahaman konsep dan ketuntasan belajar siswa SD. Penelitian lain juga menunjukkan bahan ajar dan media pembelajaran berbasis PBL sangat valid dan efektif dalam meningkatkan kompetensi sains siswa.
Penelitian tindakan adalah salah satu bentuk CCR yang dipandang sebagai skala kecil dan situasional, yaitu berfokus pada masalah tertentu untuk mencoba memahami dan memecahkan beberapa masalah konkret di kelas (Arikunto & Suhardjono, 2021). Penelitian tindakan kelas dipilih sebagai metode untuk mengatasi masalah ini secara sistematis dan sesuai kebutuhan siswa, sekaligus meningkatkan profesionalisme guru. Model PBL tidak hanya mengajarkan konsep energi, tetapi juga mengembangkan kemampuan membaca pemahaman melalui pemecahan masalah bermakna, sesuai prinsip pembelajaran konstruktivistik. Studi di SD Muhammadiyah Truko juga menunjukkan PBL lebih efektif dibanding metode konvensional dalam meningkatkan hasil belajar.
Dengan demikian, penelitian tindakan kelas menggunakan model PBL sangat penting untuk membangun fondasi literasi yang kokoh bagi siswa, agar mereka mampu mengikuti pembelajaran secara optimal dan tidak tertinggal secara akademik.