• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Masa remaja adalah periode perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa ( Potter and Perry,2009)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Latar Belakang Masa remaja adalah periode perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa ( Potter and Perry,2009)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masa remaja adalah periode perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa ( Potter and Perry,2009). Batasan remaja berdasarkan umur masa remaja awal yaitu 10-12 tahun, masa remaja tengah yaitu 13-15 tahun, masa remaja akhir yaitu 16-21 tahun . Masa remaja terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dalam fisik, psikologis, serta intelektual. Ardhyantoro dan Kumalasari (2010).

Berdasarkan Badan Statistik Amerika Serikat jumlah penduduk dunia pada bulan januari 2018 mencapai 7,53 milyar jiwa. Dari jumlah tersebut anak berusia 0-4 tahun, yakni mencapai 662 juta jiwa skitar 8,7% dari total populasi diikuti usia 5-9 tahun dan 10-14 tahun. Berdasarkan proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) jumlah pendudukan Indonesia pada tahun 2018 mencapai 265 juta jiwa terdiri dari 133,17 juta jiwa laki-laki dan 131,88 juta perempuan.

Provinsi JawaBarat dengan populasi remaja sebanyak 8,5 juta jiwa memiliki data problematika remaja yang cukup tinggi. Tingginya jumlah remaja disertai pula dengan problematika yang dihadapi oleh mereka. Dari berbagai masalah yang mencuat, masalah seksualitas adalah yang paling banyak disoroti dari berbagai kalangan. Masalah seksualitas merupakan masalah yang paling pelik bagi remaja, karena masa remaja merupakan masa dimana seseorang

(2)

dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah baik itu masalah perkembangan maupun lingkungan. Tantangan dan masalah ini akan berdampak pada perilaku remaja,khususnya perilaku seksual.(Wardani 2012).

Data menunjukan bahwa 15 juta remaja perempuan usia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya, sekitar 15-20% dari remaja usia sekolah di Indonesia sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Tingginya angka hubungan seksual pra nikah di kalangan remaja erat kaitanya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, jumlah aborsi saat ini 2,3 juta dan 15-20% diantaranya dilakukan remaja. Dampak perilaku seksual 72,9% kehamilan tidak diinginkan (KTD), 54,3% terinfeksi HIV dan AIDS penyakit menular seksual 32,2% (Rahma 2018).

Tingginya dampak dari seks bebas perlunya upaya menanggulangi permasalahan tersebut yaitu dengan dilakukan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada remaja, kelompok, atau individu sehingga dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan. Dalam penyampaikan pendidikan kesehatan di butuhkan alat bantu untuk meningkatkan pengaruh pendidikan kesehatan dalam penyampaian materi yaitu dengan memanfaatkan kemajuan industri teknologi (Fitriani 2011).

Menurut Schwab (2017) dunia mengalami empat revolusi industri 1.0 ditandai ditemukan alat transfortasi, energi listrik dan pembagian tenaga kerja untuk menghasilkan produksi dalam jumlah besar pada awal abad 19 telah menandai lahirnya 2.0. Abad 20 melahirkan teknologi informasi semua di

(3)

kendalikan oleh computer atau programmable logic controller (PLC) 3.0. dan 4.0 terlahir terobosan berkat kemajuan teknologi baru diantaranya robot kecerdasan buatan, teknologi nano, bioteknologi, computer kuantum, teknologi berbasis internet, dan printer 3D.

Di era teknologi informasi, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sudah menjadi bagian dari gaya hidup, apalagi dalam dunia akademik.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya- upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar, pendidikan kesehatan di tuntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan dan sesuai perkembangan dan tuntutan zaman (Darimi, 2017).

Di samping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, dan di tuntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang digunakannya apabila medianya belum tersedia. Dalam komunikasi pembelajaran, media pembelajaran sangat dibutuhkan untuk meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran. Beradaptasi dengan era teknologi, kegiatan pembelajaran di tuntut mengurangi penggunaan metode ceramah dan dapat diperkaya penggunaan media pembelajaran. (Tejo, 2012).

Media audiovisual merupakan salah satu media yang menyajikan informasi atau pesan secara audiovisual ( Dermawan dan Setiawati 2008). Media ini Cukup efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar serta dapat memotivasi remaja untuk mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang didengar, mengatur dan mempersiapkan diskusi, menjadikan model yang

(4)

dapat ditiru remaja, serta menyiapkan variasi yang menarik perubahan tingkat kecepatan belajar (Arsyid A,2014).

Menurut Yuliana (2017) yang menjabarkan sifat-sifat media audiovisual yang mempunyai kemampuan untuk meningkatkatkan persepsi, kemampuan untuk meningkatkan pengertian, kemampuan untuk mentransfer (pengalihan) belajar, kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement atau pengetahuan hasil yang dicapai), dan kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan) media.

Keberhasilan pendidikan kesehatan pada masyarakat tergantung kepada komponen pembelajaran. Media pendidikan kesehatan merupakan salah satu komponen dari proses pembelajaran yang akan mendukung komponen- komponen lain. Media diartikan sebagai segala bentuk atau saluran yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi (Notoatmodjo, 2011).

Menurut Dale, Edgar. (1946) dalam penelitian Erviana dkk, (2012) media pendidikan kesehatan tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap untuk membantu tenaga kesehatan memberikan informasi tetapi media memiliki fungsi yang kuat yaitu mempunyai kekuatan untuk menarik perhatian peserta. Media yang menarik akan memberikan keyakinan, sehingga perubahan kognitif afeksi dan psikomotor dapat dipercepat. Media yang digunakan dalam pendidikan kesehatan beraneka ragam, diantaranya adalah media cetak dan audiovisual. Pendidikan kesehatan dengan mengguankan media audiovisul mulai sering digunakan karena dinilai efektif untuk penyampaian pesan kepada masyarakat dibandingkan

(5)

dengan pendidikan kesehatan tanpa media atau hanya dengan media ceramah dan diskusi yang sifatnya masih konvensional.

Hal ini sejalan dengan “kerucut pengalaman belajar Edgar-Dale (1946)”

yang mengatakan bahwa pengalaman belajar yang diperoleh dengan melihat video dan demontrasi akan dapat terserap dalam memori sebanyak 50%, apabila ditambahkan lagi dengan partisipasi peserta untuk diskusi dan tanya jawab maka materi akan terserap dalam memori sebanyak 70%. Media audiovisul mampu menstimulasi indera pendengaran dan penglihatan sehingga hasil yang diperoleh lebih maksimal.

Menurut Rahma(2018), sampai saat ini sangat mudah menemukan daerah-daerah prostitusi, seperti daerah Saritem-Bandung yang sebagian besar pelaku seksualnya adalah remaja pada rentan usia 16-18 tahun dan jumlahnya 200 orang. Selain itu di kabupaten subang, Prostitusi remaja masih di temukan di Kecamatan Purwadadi, Ciasem, Patok Beusi, dan Kecamatan Pagaden. dilihat dari geografis Kecamatan Cikaum terletak di tengah-tengah kecamatan yang terdapat lokasi prostitusi seperti kecamatan Purwadadi, Patok Beusi dan Kecamatan Pagaden.

Dusun Pabuaran adalah salah satu Dusun yang berada di Kecamatan Cikaum. Dusun ini terletak cukup jauh dari kota,. Jauhnya Desa dari kota dan Puskesmas menjadikan kurangnya mendapatkan perhatian tentang pendidikan kesehatan terutama masalah seks bebas. Hasil studi pendahuluan terhadap siswa laki-laki maupun perempuan sebanyak 10 orang pada saat setelah solat terawih,

(6)

mengatakan bahwa remaja di Dusun Pabuaran sudah berpacaran, dan sudah pegangan tangan, bahkan ada yang mengatakan sudah pernah cium pipi. Dan karang tarunapun mengatakan setelah solat terawih biasanya sering berduaan di depan masjid pada saat orang lain tadarus atau mengaji.

Karang Taruna Dusun Pabuaran ini mengatakan belum pernah ada yang melakukan pendidikan kesehatan apalagi dengan media audiovisual, dan Karang taruna mengatakan belum pernah ada yang memberikan Pendidikan Kesehatan tentang seks bebas, selain itu remaja Dusun Pabuaran kebanyakan nikah pada usia muda bahkan banyak juga yang menikah setelah lulus SMP.

Berdasarkan latar belakang dan studi pendahuluan belum adanya pendidikan kesehatan, kurangnya pengetahuan seks bebas dan tingginya dampak dari seks bebas dari tahun ke tahun maka peneliti ingin melakukan pendidikan kesehatan untuk mengetahui Perbedaan Pendidikan Kesehatan Kelompok Besar dan kelompok Kecil Dengan Media Audio Visual Terhadap Tingkat Pengetahuan Seks Bebas Pada Remaja Usia 13-15 Tahun di Karang Taruna Dusun Pabuaran Wilayah Kerja puskesmas Cikaum Subang.

B. Rumusan Masalah

Seks bebas pada remaja cukup tinggi dan dampak yang dihasilkan seks bebas dari tahun ke tahun meningkat maka dari itu pentingnya pendidikan seks bebas peneliti ingin melakukan pendidikan kesehatan untuk mengetahui Perbedaan Pendidikan Kesehatan Kelompok Besar dan kelompok Kecil Dengan Media Audio Visual Terhadap Pengetahuan Seks Bebas Pada Remaja Usia 13-15

(7)

Tahun di Karang Taruna Dusun Pabuaran Wilayah Kerja puskesmas Cikaum Subang.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbedaan Pendidikan Kesehatan Kelompok Besar dan kelompok Kecil Dengan Media Audio Visual Terhadap Pengetahuan Seks Bebas Pada Remaja Usia 13-15 Tahun di Karang Taruna Dusun Pabuaran Wilayah Kerja Puskesmas Cikaum Subang.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi rata-rata pengetahuan sebelum diberi Pendidikan Kesehatan Kelompok Besar dan Kecil Dengan Media Audiovisual Tentang Seks Bebas Pada Remaja Usia 13-15 Tahun di Karang Taruna Dusun Pabuaran Wilayah Kerja puskesmas Cikaum Subang.

b. Untuk mengidentifikasi rata-rata Pengetahuan setelah diberi Pendidikan Kesehatan Kelompok Besar dan Kecil Dengan Media Audiovisual Tentang Seks Bebas Pada Remaja Usia 13-15 Tahun di Karang Taruna Dusun Pabuaran Wilayah Kerja puskesmas Cikaum Subang.

(8)

c. Untuk mengidentifikasi Perbedaan Pendidikan Kesehatan Kelompok Besar dan Kecil Dengan Media Audiovisual Tentang Seks Bebas Pada Remaja Usia 13-15 Tahun di Karang Taruna Dusun Pabuaran Wilayah Kerja puskesmas Cikaum Subang.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Responden

Dapat menambah wawasan tentang seks bebas, sehingga remaja dapat berperilaku sehat dan dapat mengatasi masalah kesehatan reproduksi dengan tepat dan bertanggungjawab.

2. Manfaat Praktik

a. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah informasi dan bisa dijadikan untuk melakukan penelitian lebih lanjut sehingga bisa digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan pendidikan kesehatan

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam bidang keilmuan yang terkait dengan ilmu keperawatan Maternitas tentang seks bebas dan keperawatan Dasar tentang media audiovisual. Penelitian ini dilakukan di Karang Taruna Dusun Pabuaran Wilayah Kerja puskesmas Cikaum Subang pada bulan juli 2019

Referensi

Dokumen terkait