• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anak adalah masa depan bangsa generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,tumbuh dan berkembang, perpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindakan kekerasan. Kekerasan bisa terjadi dirumah atau dilingkungan keluarga dan pelakunya adalah orang yang seharusnya bertanggung jawab untuk melindungi anak-anak (Hastry, 2017).

Anak-anak dan perempuan memiliki hak untuk dilindungi dan diperlakukan dengan baik sebagai makhluk hidup ciptaan Tuhan. Karena kekuatan fisik laki- laki secara alami lebih besar dari perempuan, anak-anak dan perempuan sering menjadi korban kekerasan. Oleh karena itu, dalam rangka memenuhi upaya pelayanan dan perlindungan perempuan dan anak, perlu dikembangkan kebijakan, program, dan kegiatan untuk meningkatkan pelayanan masyarakat secara optimal.

Dalam mewujudkan keadilan dan kesejahteraan perempuan dan anak sebagian upaya perlindungan hak asasi manusia yang wajib dihormati dan dijunjung tinggi, perlu ada langkah-langkah penanganan kekerasan anak secara cepat, terencana, terpadu, pemberdayaan, dan menyediakan perlindungan anak dari tindak kekerasan. Untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak maka diperlukan dukungan instansi yang dapat menjamin terselenggaranya kesejahteraan (Noer et al., 2019).

P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) adalah lembaga yang dibentuk oleh pemerintah untuk memberikan layanan

(2)

terpadu bagi perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan. Salah satu tugas P2TP2A adalah memberikan perlindungan dan pemberdayaan anak yang menjadi korban kekerasan.

Kekerasan terhadap anak adalah suatu penganiayaan atau perlakuan salah pada anak dalam bentuk fisik, emosional, dan seksual. Di Kabupaten Lingga Sendiri banyaknya kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi salah satunya ialah kekerasan seksual terhadap perempuan maupun yang masih dibawah umur. Tapi sangat disayangkan karena pelakunya ialah orang-orang terdekat si korban. Untuk hal ini meminta agar orang tua dapat menjaga, merawat, melindungi dan memenuhi kebutuhan anak. Bukan orangtua saja yang berperan tetapi masyarakat juga berperan serta melindungi anak. Jadi, melindungi anak merupakan peran semua kalangan, jika ada permasalahan terhadap anak dapat melibatkan orang- orang pegiat perlindungan anak seperti P2TP2A.

Benan adalah salah satu desa yang berada di kabupaten lingga lebih tepatnya berada di Kecamatan Katang Bidare. Di kecamatan tersebut ada beberapa masalah yang terjadi sampai terbentuknya P2TP2A Di Desa Benan karena banyak terjadi kekerasan di seputaran Kecamatan Katang Bidare Dan Kurangnya kepedulian orangtua terhadap pendidikan anak.

Namun, masih ada lagi masalah yang terjadi antara P2TP2A dan pemerintah desa Benan dalam upaya pemberdayaan dan perlindungan anak.

Masalah tersebut antara lain: Kurangnya anggaran yang disalurkan ke P2TP2A oleh Kabupaten untuk P2TP2A hanya sebesar Rp.5.000.000 setiap tahunnya.

Padahal, P2TP2A membutuhkan dana yang cukup banyak untuk menjalankan

(3)

tugasnya dengan optimal dan memberikan layanan terbaik bagi korban kekerasan di Desa benan, Hal inilah yang menjadi kendala dalam memberikan layanan terbaik bagi korban kekerasan karena dengan anggaran Rp.5.000.000 tidak mampu mengcover semua kegiatan yang P2TP2A lakukan selama 1 tahun dan sering kegiatan P2TP2A tidak jalan karena kurangnya anggaran tersebut.

Seharusnya, anggaran minimal 15jt pertahun agar bisa mengcover semua kegiatan tersebut.

Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan sinergi dan kerjasama yang baik antara P2TP2A dan pemerintah desa Benan dalam upaya pemberdayaan dan perlindungan anak. Pemerintah desa perlu memberikan dukungan dan perhatian yang lebih kepada P2TP2A dengan cara menyediakan dana yang cukup, menyelesaikan permasalahan tugas dan tanggung jawab, serta memperbaiki komunikasi yang kurang baik. Sementara itu, P2TP2A perlu meningkatkan kualitas SDM-nya agar dapat memberikan layanan terbaik bagi korban kekerasan.

Fungsi P2TP2A merupakan Pusat Informasi bagi perempuan dan anak, Pusat layanan bagi perempuan dan anak korban kekerasan yang terpenting adalah layanan pengaduan, layanan kesehatan awal, layanan rehabilitasi sosial, layanan pendampingan hukum, rumah singgah, pemulangan dan reintegrasi sosial. Pusat pemberdayaan perempuan dan anak dan Lembaga P2TP2A ini didirikan pata tanggal 31 Maret 2019 Di Desa Benan Kecamatan Katang Bidare Kabupaten Lingga.

Dalam kemitraan dengan pemerintah desa, P2TP2A memberikan dukungan teknis dan pelatihan kepada aparat desa, seperti kepala desa, perangkat

(4)

desa, dan kader-kader desa, untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak serta bagaimana melakukan pencegahan dan penanganan kasusnya.

Selain itu, P2TP2A juga melakukan kerja sama dengan masyarakat setempat, seperti kelompok perempuan dan anak, tokoh masyarakat, serta lembaga sosial dan keagamaan, untuk memperluas jangkauan program pencegahan dan penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Melalui kemitraan antara pemerintah desa dan P2TP2A, diharapkan masyarakat dapat lebih aktif dalam mengambil peran serta dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di desa.

Disinilah Pemberdayaan dan perlindungan anak sangat penting. Sekarang kita tahu berbagai jenis kekerasan dan cara menghindarinya, tetapi juga sangat penting untuk belajar bagaimana memanfaatkan potensi diri kita sendiri, yang memiliki manfaat yang baik. Dengan cara ini, setiap orang, baik orang dewasa maupun anak, dapat tumbuh dan mengembangkan potensi dirinya secara optimal tanpa takut akan kekerasan baru, yang diyakini akan menghentikan lingkaran setan kekerasan.

Sebagai negara yang menganut asas desentralisasi, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dilaksanakan tidak hanya di pemerintahan pusat saja, tetapi dalam pemerintahan desa sebagai perpanjangan dari pemerintah pusat. UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa mendefinisikan pemerintahan desa sebagai kepala desa atau dengan sebutan lain bagian dari penyelenggaraan negara dibantu oleh perangkat desa. Berikut ini grafik kasus

(5)

kekerasan pada anak dikabupaten lingga 5 tahun terakhir ini:

Grafik 1. 1 Kasus Kekerasan Pada Anak di Kabupaten Lingga

Sumber: Diolah kembali oleh peneliti,2023

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Ketua KPPAD Lingga, Encek Afrizal mengatakan angka kasus tersebut belum adanya penurunan (Ruzi Wiranata, 2022). Yang dimana pada tahun 2018 ada 20 kasus, tahun 2019 16 kasus, tahun 2020 22 kasus, tahun 2021 13 kasus, dan tahun 2022 18 kasus. Sehingga Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) yang berfokus pada anak berupaya untuk terlibat dalam mendukung pemerintah dalam upaya pemberdayaan dan perlindungan anak. Adapun sub bidang terkait bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yaitu keadilan dan kesetaraan gender, kualitas hidup dan perlindungan perempuan, perlindungan anak, pemberdayaan lembaga masyarakat dan dunia usaha dan data dan informasi gender dan anak.(Khaerul Umam Noer, Endang Rudiatin, Aco Ardiansyah, Mhd. Himsar Siregar, Nunung Nurjanah, Komarudin Bolat, 2019)

0 5 10 15 20 25

2018 2019 2020 2021 2022

Seksualitas KDRT Lainnya

(6)

P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) merupakan lembaga yang berfokus pada pemberdayaan perempuan dan anak di Indonesia. Pola hubungan kemitraan antara P2TP2A dan pemerintah desa sangat penting dalam upaya pemberdayaan dan perlindungan anak di Desa Benan, Kabupaten Lingga. P2TP2A dan pemerintah desa bekerja sama untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi anak-anak di desa tersebut dan merancang program-program yang sesuai untuk memperkuat perlindungan mereka.

P2TP2A memberikan bimbingan teknis dan dukungan dalam implementasi program tersebut, sementara pemerintah desa menyediakan sumber daya dan dukungan infrastruktur yang diperlukan. Dengan adanya kerjasama yang baik antara P2TP2A dan pemerintah desa, diharapkan upaya pemberdayaan dan perlindungan anak di Desa Benan dapat berjalan efektif dan berkelanjutan.

P2TP2A dan pemerintah desa Benan memiliki urgensi yang sangat penting dalam konteks pemberdayaan dan perlindungan anak yaitu Perlindungan Anak yang dimana P2TP2A dan pemerintah desa berperan penting dalam melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi. Mereka dapat membentuk kebijakan dan program yang bertujuan untuk mencegah dan menangani kasus-kasus kekerasan terhadap anak serta memberikan pendampingan bagi korban. Dan ada juga Penanganan Kasus Kekerasan, bahwa P2TP2A dapat membantu pemerintah desa dalam menangani kasus-kasus kekerasan yang terjadi di masyarakat. Mereka dapat memberikan konseling, pendampingan hukum, dan rujukan ke lembaga yang lebih kompeten.

Ada dua kasus yang terjadi di Desa Benan Kecamatan Katang Bidare yang

(7)

pertama kasus kekerasan terhadap anak dan yang kedua kasus pelecehan seksual.

Kasus kekerasan atau seksual pada anak yang ditutupi dan disembunyikan di Desa Benan Kabupaten Lingga, disebabkan oleh beberapa faktor : yang pertama Stigma dan Rasa Malu: Dalam masyarakat tertentu, kasus kekerasan atau seksual pada anak dianggap sebagai aib dan dapat menimbulkan rasa malu bagi keluarga korban.

Mereka mungkin merasa takut mendapat stigma negatif dari masyarakat sehingga memilih untuk menyembunyikan kasus tersebut. Yang kedua Kurangnya Kesadaran dan Pengetahuan maksudya beberapa masyarakat desa mungkin kurang memiliki pemahaman tentang pentingnya melaporkan kasus kekerasan atau seksual pada anak. Kurangnya pengetahuan tentang hak anak dan prosedur hukum dapat membuat mereka ragu untuk melapor. Yang ketiga Ketidakpercayaan terhadap Sistem Hukum yang dimana Ketidakpercayaan terhadap sistem hukum atau lembaga penegak hukum dapat membuat masyarakat ragu untuk melaporkan kasus kekerasan atau seksual pada anak. Mereka mungkin merasa bahwa laporan mereka tidak akan dianggap serius atau tidak akan ditindaklanjuti dengan baik. Yang keempat Keterbatasan Sumber Daya, bisa dikatakan Desa-desa terpencil seringkali menghadapi keterbatasan sumber daya dalam menangani kasus kekerasan.

Kurangnya fasilitas, tenaga ahli, dan dukungan psikososial dapat membuat sulit untuk menangani kasus tersebut dengan tepat. Dan yang kelima Kekhawatiran terhadap Perpecahan Sosial: Dalam beberapa kasus, keluarga atau tokoh masyarakat mungkin mencoba menyembunyikan kasus kekerasan untuk mencegah terjadinya perpecahan sosial atau konflik dalam komunitas mereka.

Penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

(8)

melaporkan kasus kekerasan atau seksual pada anak dan memastikan bahwa ada dukungan dan sumber daya yang memadai untuk menangani kasus-kasus tersebut secara adil dan berkeadilan. Selain itu, perlu ada kerjasama antara P2TP2A, pemerintah desa, dan berbagai pihak terkait untuk mengatasi tantangan ini dan melindungi anak-anak secara lebih efektif.

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dibentuk untuk memberikan layanan yang cepat, tepat, dan terpadu untuk membantu perempuan dan anak yang rentan terhadap kekerasan, ekploitasi, perlakuan salah, dan penelantaran. Korban kekerasan mengalami trauma, namun beberapa orang tidak dapat mengelola trauma mereka sendiri tanpa bantuan orang di sekitarnya, inilah yang membuat pusat pelayanan terpadu ini diperlukan. Dengan segala bentuk pelayanan yang diberikan oleh P2TP2A diharapkan fungsi dan keberadaan P2TP2A dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat khususnya kaum perempuan, dan dapat diakses oleh seluruh perempuan dan anak yang membutuhkannya tanpa terkecuali.

P2TP2A ini melakukan kemitraan dengan pemerintah Desa Benan karena Benan merupakan pintu masuk Kabupaten Lingga dan desa wisata yang banyak dikunjungi oleh karena itu pentingnya pemahaman masyarakat terhadap pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak (Rhuuzi Wiranata, 2019).

Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti pola hubungan kemitraan antara pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak dan pemerintah desa Benan dalam upaya pemberdayaan dan perlindungan anak yang berjalan hingga saat ini. Salah satu desa yang menjadi mitra dari P2TP2A adalah Desa Benan

(9)

Kecamatan Katang Bidare Kabupaten Lingga Provinsi Kepri. Dari data di atas peneliti tertarik untuk mengangkat judul “KEMITRAAN PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK (P2TP2A) DENGAN PEMERINTAH DESA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN SERTA PERLINDUNGAN ANAK DI DESA BENAN KABUPATEN LINGGA”

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pola hubungan kemitraan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dan Pemerintah Desa dalam upaya pemberdayaan dan perlindungan anak di Desa Benan?

2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam kemitraan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dan Pemerintah Desa dalam upaya pemberdayaan dan perlindungan anak di Desa Benan?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pola hubungan kemitraan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dan Pemerintah Desa dalam upaya pemberdayaan dan perlindungan anak di Desa Benan

(10)

2. Kendala apa yang dihadapi dalam kemitraan tersebut serta solusi yang diberikan.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini ialah:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini berkontribusi dalam kajian teori kemitraan dalam upaya pemberdayaan dan perlindungan anak yang menggunakan teori Notoatmodjo. Didalam teori ini terdapat dua model ( Model I dan Model II ) namun teori ini tidak melihat temuan dari peneliti yaitu, Pola Kemitraan, Perencanaan dan Kendala Kemitraan.

1.4.2 Secara Praktis

Dalam penelitian ini upaya untuk memastikan bahwa hubungan antara Pemerintah Desa Benan dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) akan tetap berfungsi dengan baik dan terus memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya dalam pemberdayaan dan perlindungan anak. penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan.

Referensi

Dokumen terkait

Standar Operasional Prosedur pelayanan pengaduan Pada Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Bantaeng. Ruang Lingkup Pelayanan P2tp2a

Maka, peneliti tertarik dan merasa perlu untuk meneliti bagaimana strategi komunikasi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota

tersebut dapat pula melaporkan ke Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) yang berada dibawah koordinator pemberdayaan perempuan dan pelayanan terpadu

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak yang selanjutnya disingkat P2TP2A adalah Lembaga/Wahana pelayanan bagi perempuan dan anak berbasis masyarakat

Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan peran Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dalam menanggulangi tindak pidana kekerasan pada anak

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak ( P2TP2A) adalah Unit pelayanan terpadu yang dibentuk oleh pemerintah kota untuk memeberikan pelayanan

Dari latar belakang masalah tersebut peneliti memberi judul penelitian yaitu: Strategi Komunikasi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) dalam

Kedua, dalam upaya mewujudkan keadilan restoratif terhadap korban perkosaan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak P2TP2A, tidak hanya mangandalkan pendampingan hukum