• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : DEWI RESKY AMALIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Oleh : DEWI RESKY AMALIA"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

DEWI RESKY AMALIA 105381107417

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(2)
(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v MOTTO

“Kesuksesan mu tak bisa dibandingkan dengan orang lain, melainkan dibandingkan dengan dirimu sebelumnya, dan bukan tentang seberapa banyaknya

uang yang kamu hasilkan, tapi seberapa besar kamu bisa membawa perubahan untuk hidup orang lain”

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya yang sederhana ini dari saya, terutama kepada ayahanda dan ibunda tercinta saya yang senantiasa merawat dan membesarkan serta membiayai kehidupan saya hingga saat ini. Mungkin ini belum dapat membalas

setiap jasamu tapi yakinlah dari hati anakmu ini tiada kata lain selain ingin membanggakan dan membahagiakanmu. Tidak ada kata lain selain dari ucapan

terima kasih yang sebesar besarnya, dan tidak lupa pula kepada teman-teman seperjuangan saya dan para sahabat-sahabatku yang selalu mendoakan dan

mendukung saya.

(7)

vi ABSTRAK

Dewi Resky Amalia, 2021. Efektivitas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Dalam Menghadapi Permasalahan Kekerasan Anak dan Perempuan (Studi Kasus UPT P2TP2A Di. Kel. Lamalaka Kab. Bantaeng). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. Dan dibimbing oleh Pembimbing I Ibu Dr. Yumriani, S.Pd.,M.Pd dan Pembimbing II Bapak Suardi, S.Pd.,M.Pd.

P2TP2A atau Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak merupakan pusat kegiatan terpadu yang didirikan Kementerian. Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan anak menyediakan pelayanan bagi masyarakat Indonesia terutama perempuan dan anak korban tindak kekerasan. Serta menganalisis bagaimana efektivitas pemberdayaan perempuan dan anak dalam menghadapi kasus permasalahan kekerasan perempuan dan anak. Dan mengidentifikasi apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi pusat pelayanan terpadu, serta menganalisis bagaimana kendala-kendala yang dialami P2TP2A dalam memberikan perlindungan hukum. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah penelitian Kualitatif. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa latar belakang yang memicu terjadinya kekerasan terhadap anak dan perempuan yaitu rendahnya ekonomi keluarga dan kurangnya pendidikan orang tua mendidik anak. Dan berbagai bentuk kekerasan baik itu kekerasan dalam bentuk fisik, psikis, kekerasan sosial maupun pelecehan seksual terhadap anak dan perempuan.

Untuk mengetahui Efektivitas UPT P2TP2A Kabupaten Bantaeng dalam menghadapi kasus kekerasan yang dialami anak dan perempuan dengan adanya 5 jenis pelayanan untuk anak dan perempuan yaitu ;1. Penanganan pengaduan 2.

Pelayanan Kesehatan 3. Rehabilitas Sosial 4. Penegakan dan Bantuan Hukum 5.

Kasus Hingga Tuntas. Dimana adanya keberadaan P2TP2A ini yang diketahui oleh masyarakat sehingga kasus ini semakin menurun dan sudah ada tempat perlindungan dan pelaporan nya sehingga kasus ini sangat mudah di deteksi. Dari Jenis kasus yang dihadapi UPT P2TP2A Kabupaten Bantaeng maka penanganan kasus yang diberikan sudah memiliki tujuan yang jelas yaitu terwujudnya Kesetaraan Gender,Perlindungan anak dan perempuan serta peningkatan Kesejahteraan Keluarga.

Kata Kunci : Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan

(8)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya.

Penulisan ini berisi rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar strata - 1 tentunya di dunia perkuliahan. Dalam penyusunan skripsi ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi terciptanya skripsi yang lebih baik.

Tak lupa juga penulis mengucapkan Terima Kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H Ambo Asse, M,Ag. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Bapak Erwin Akib, S.Pd., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

3. Bapak Drs. H Nurdin, M.Pd. Selaku Ketua Prodi Jurusan Pendidikan Sosiologi

4. Ibu Jumriani, S.Pd., M.Pd. Selaku Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini

(9)

ii

5. Bapak Suardi, S.Pd., M.Pd. Selaku Pembimbing II yang juga dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini dengan sangat baik.

6. Teristimewah Orang Tua saya Ayahanda Nurdin Ilyas dan Ibunda Mardiana yang sangat penting di dalam hidup saya dan yang telah banyak membantu sampai saat ini termasuk dalam menyelesaikan Skripsi dan Kuliah dengan baik.

7. Saudara dan Teman-Teman yang selalu membantu, menyemangati dan mendukung dalam segala hal untuk menyelesaikan Skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal dan memberikan limpahan rejeki dan umur yang panjang untuk kita semua dan segala kerendahan hati penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak, dimana selama kritik dan saran bersifat membangun dan membantu tersusunya skripsi ini. Mudah-mudahan dapat memberikan manfaat kepada pembaca terutama bagi diri sendiri.

Makassar, Agustus 2021

Penulis

(10)

iii

DAFTAR ISI

SAMPUL

MOTTO ...i

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR SINGKATAN ... viii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian. ... 13

E. Definisi Operasional ... 14

BAB II ... 15

TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Kajian Konsep ... 15

B. Kajian Teori ... 24

C. Kerangka Pikir... 28

D. Hasil Penelitian Terdahulu ... 30

BAB III ... 38

METODE PENELITIAN ... 38

A. Pendekatan Penelitian ... 38

B. Lokasi Penelitian ... 38

C. Tipe dan Dasar Penelitian ... 38

D. Fokus Penelitian ... 39

E. Informan Penelitian ... 39

F. Jenis dan Sumber Data ... 40

G. Instrumen Penelitian ... 40

H. Teknik Pengumpulan Data ... 41

I. Teknik Analisis Data ... 42

(11)

iv

J. Teknik Keabsahan Data ... 42

K. Etika Penelitian ... 43

L. Teknik Penentuan Informan ... 44

BAB IV ... 45

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 45

A. Gambaran Wilayah ... 45

B. Letak Geografis dan Administratif ... 46

C. Sejarah Unit Pelayanan Terpadu Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak ( P2TP2A ) ... 48

D. Program, Visi Misi dan Tujuan Unit Pelayanan Terpadu Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak. ... 49

E. Struktur Unit Pelayanan Terpadu Pusat Pelayanan Pemberdayaan Perempuan dan Anak ( UPT P2TP2A )... 49

F. Kedudukan, Tugas dan Fungsi P2TP2A ... 50

G. Kondisi Umum Tentang Petugas ... 52

H. Alur pelayanan UPT P2TP2A Provinsi Sulawesi Selatan. ... 54

I. Keadaan Sosial Ekonomi ... 55

J. Keadaan Pendidikan ... 56

BAB V ... 57

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Hasil Penelitian ... 57

B. Hasil Wawancara ... 64

1. Efektivitas Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Menghadapi Kasus Permasalahan Kekerasan Perempuan dan Anak yang ada di Kabupaten Bantaeng. ... 64

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemerintah dalam menghadapi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) Dalam perlindungan kekerasan pada anak di Kabupaten Bantaeng. ... 70

3. Kendala-Kendala yang dialami Lembaga Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Memberikan Perlindungan Hukum Kepada Anak Sebagai Korban Kekerasan. ... 74

4. Kekurangan yang masih dimiliki untuk menangani kasus kekerasan di Kabupaten Bantaeng. ... 79

5. Program yang dilakukan Kantor P2TP2A Untuk mengurangi angka kekerasan terhadap anak dan perempuan. ... 80

6. Efektivitas Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Bantaeng. ... 82

(12)

v

A. Definisi Efektivitas ... 88

B. Faktor-faktor Yang Terkait Efektivitas ... 90

BAB VI ... 110

KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

A. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 110

B. Saran Penelitian ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 113

LAMPIRAN ... 115

DOKUMENTASI ... 129

(13)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administratif di Kabupaten Bantaeng Tahun 2017

Tabel 5.1 Bentuk-Bentuk Kekerasan Domestik Terhadap Anak di Kabupaten Bantaeng.

Tabel 5.2 Tujuan dan Hasil Efektivitas P2TP2A Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Di Kabupaten Bantaeng.

(14)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Bantaeng

Gambar 4.2 Letak Geografis dan Administratif Kabupaten Bantaeng

(15)

viii

DAFTAR SINGKATAN

UPT : Unit Pelayanan Terpadu

P2TP2A : Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak UUD : Undang - Undang Dasar

HAM : Hak Asasi Manusia UU : Undang - Undang

PBB : Persatuan Bangsa-Bangsa KHA : Konvensi Hak Anak SPM : Standar Pelayanan Minimal KTP : Kekerasan Terhadap Perempuan LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

PPPA : Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak KPI : Komisi Perempuan Indonesia

KDRT : Kekerasan Dalam Rumah Tangga

PATBM : Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat SOP : Standar Operasional Prosedur

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kekerasan sering terjadi di masa sekarang menjadi perhatian semua negara.

Kekerasan terhadap anak dan perempuan secara klinis didefinisikan sebagai perilaku yang dilakukan seseorang kepada orang lain yang menyebabkan kerugian fisik dan mental. mental. Negara-negara paling kejam di dunia adalah negara- negara miskin dan berkembang, terutama Afrika dan India. Pada tahun 1993, Majelis Umum PBB mengadopsi Deklarasi Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang dirumuskan oleh Komisi Status Perempuan pada tahun 1992. Tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak menuntut pemerintah untuk merespon dalam hal melindungi perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan.

Kekerasan perempuan dan anak pada dasarnya dapat menimbulkan efek yang.. tidak tunggal, maka dari itu diperlukan suatu penanganan yang..kompleks terhadap korban. Menanggapi masalah pemerintah daerah merespon dengan membentuk Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).

PBB, dimana dalam pasal 1 disebutkan bahwa, kekerasan terhadap perempuan, mencakup setiap perbuatan kekerasan atas dasar perbedaan kelamin, yang mengakibatkan atau dapat mengakibatkan kerugian atau penderitaan terhadap perempuan baik fisik, seksual maupun psikis, termasuk ancaman kekuatan tersebut, paksaan dan perampasan kemerdekaan secara sewenang

(17)

wenang, baim yang terjadi dalam kehidupan yang bersifat publik maupun privat.

Secara jelas pengertian kekerasan ini kemudian dapat dilihat dalam konvensi tentang penyiksaan dan perlakuan kejam, tak berperikemanusiaan dan merendahkan. Di Indonesia, kekerasan terhadap anak dan perempuan merupakan masalah yang mengkhawatirkan. Padahal, perempuan dan anak harus dilindungi oleh seluruh anggota masyarakat karena tergolong orang yang lebih lemah dan sering menjadi korban kekerasan.

Berbicara mengenai perlindungan dan hak anak, bangsa Indonesia sendiri sebenarnya telah menaruh perhatian khusus terhadap anak sejak tahun 1945 dalam Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia pasal 28B ayat 2, yang mengamanatkan bahwa setiap anak memiliki hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Selain itu, pemerintah juga meratifikasi Konvensi Hak Anak melalui UU No. 10 Tahun 2012, yang mewajibkan negara untuk melindungi anak dari segala bentuk kekerasan, baik dari sisi pencegahan maupun penanganan, termasuk memberi bantuan dan perlindungan bagi korban kekerasan (Pasal 19). Dan kemudian menerbitkan UU No. 23 Tahun 2002 yang diubah menjadi UU. No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa negara menyediakan pendekatan menyeluruh untuk perlindungan anak yang mengacu pada Konvensi Hak Anak.

Mengacu pada beberapa peraturan perundangan yang telah ditetapkan di atas, lembaga atau instansi pemerintah yang mengurusi hal ini juga turut direncanakan untuk mendukung terimplementasinya undang–undang tentang perlindungan anak

(18)

tersebut. Misalnya saja seperti instansi pusat yakni Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia, namun seiring dengan otonomi daerah serta reformasi pelayanan publik, lembaga–

lembaga fungsional juga berdiri pada setiap daerah kabupaten/kota untuk mengurusi hal anak, yang tentunya dibawahi oleh kedua lembaga tersebut, dengan harapan bahwa lembaga/instansi pemerintah turunan yang ada dapat memberikan penanganan yang lebih cepat dan intensif jika kelak berbagai masalah anak terjadi pada daerah yang bersangkutan.

Berdasarkan Konvensi Hak Anak Persatuan Bangsa-Bangsa (KHA PBB) dalam 54 pasalnya merumuskan 30 butir hak-hak anak. Butir-butir ini merupakan ciri dari konvensi PBB tentang hak anak dari pasal 1 sampai dengan pasal 54.

Adapun 30 butir ini merupakan ringkasan hak-hak anak dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan. Butir-butir tersebut adalah sebagai berikut : memperoleh perlindungan akibat kekerasan fisik, mental, penyalahgunaan, penelantaran atau perlakuan salah (eksploitasi), serta penyalahgunaan seksual, perlindungan anak dari segala bentuk eksploitasi seksual, perlindungan anak dari penculikan dan penjualan atau perdagangan anak, perlindungan anak terhadap segala bentuk eksploitasi terhadap segala aspek kesejahteraan anak, larangan penyiksaan dan hukuman yang tidak manusiawi.

Anak-anak sebagai manusia juga perlu dihargai, maka pada tanggal 23 Juli ditetapkan sebagai Hari Anak Nasional berdasarkan Keppres Nomor 4 Tahun 1984. Setiap Hari Anak tiba, berbagai aktivitas dan perlombaan dilakukan untuk meramaikan hari anak nasional, tentu saja anak-anak menyambutnya dengan

(19)

gembira. Setiap anak memang seharusnya hidup dengan gembira apalagi di masa pertumbuhan. Namun tidak semua anak-anak Indonesia hidup dengan penuh kegembiraan dan layak, masih banyak anak-anak yang keadaan ekonomi keluarganya tidak memadai sehingga dengan terpaksa mencari nafkah di jalanan seperti mengemis, mengamen dan memulung barang bekas.

Peningkatan kesejahteraan sosial merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu daerah yang artinya permasalahan-permasalahan sosial yang ada di masyarakat dapat tertangani dengan baik. Namun permasalahan sosial yang lebih bersifat personal terkadang diabaikan oleh pemerintah daerah padahal hal tersebut sangatlah penting karena menyangkut harkat dan martabat seseorang.

Dalam perkembangannya persoalan kekerasan tidaklah bersifat personal dan berdiri sendiri, melainkan merupakan masalah sosial yang mempunyai banyak aspek dan faktor yang melingkupinya.

Permasalahan sosial mengenai anak-anak yang menjadi korban kekerasan seakan tertutupi dari publik karena masih minimnya kepedulian dan rendahnya pengetahuan tentang kekerasan. Dalam Undang-Undang No. 35 tahun 2014 sebagai perubahan undang-undang sebelumnya tentang Perlindungan Anak menyebutkan secara jelas bahwa perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi Anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Melihat hal tersebut maka sebagai golongan rentan seharusnya anak-anak lebih dilindungi di dalam masyarakat namun yang terjadi mereka dijadikan korban

(20)

produktif bagi para pelaku penyimpangan seksual yang biasanya dilakukan oleh orang-orang di sekitaran korban karena peluangnya sangat tinggi.

Untuk itu, pemerintah telah membentuk badan-badan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, yang dapat menimbulkan kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman untuk melakukan tindakan tersebut, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan, baik di depan umum maupun di tempat umum. kehidupan pribadi

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) merupakan salah satu bentuk wahana pelayanan bagi perempuan dan anak dalam upaya pemenuhan informasi dan kebutuhan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum, perlindungan dan penanggulangan tindak kekerasan serta

perdagangan terhadap perempuan dan anak.

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan perlindungan korban bagi anak baik pemberdayaan, perlindungan serta reintegrasi. Peran ini akan dapat diwujudkan dengan baik ketika Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) mempunyai sistem kelembagaan dan pelayanan yang baik sesuai dengan standar pelayanan minimal (SPM) serta bagai

Dalam Pasal 2 Deklarasi Penghapusan Terhadap Perempuan tersebut dinyatakan bahwa definisi kekerasan terhadap wanita di atas juga meliputi kekerasan fisik, seksual dan psikis yang terjadi di dalam keluarga dan di dalam masyarakat, termasuk penganiayaan, perlakuan seksual secara sah terhadap anak wanita, kekerasan yang berkaitan dengan mas kawin (dowry-related

(21)

violence),perkosaan dalam perkawinan (marital rape), peminatan wanita yang mengganggu kesehatan (female genital mutilation) dan praktek-praktek tradisional lain yang merugikan wanita, kekerasan di luar hubungan perkawinan, kekerasan yang bersifat eksploitatif, pelecehan wanita secara seksual (seksual harassment) dan intimidasi di lingkungan kerja, dalam lembaga pendidikan, perdagangan wanita, pemaksaan untuk melacur dan kekerasan yang dilakukan oleh penguasa.

Dalam beijing platform of action No.133 disebutkan bahwa kekerasan terhadap perempuan yaitu setiap tindakan kekerasan berdasarkan gender yang menyebabkan atau dapat menyebabkan kerugian atau penderitaan fisik, seksual atau psikologis terhadap perempuan, termasuk ancaman untuk melaksanakan tindakan tersebut dalam kehidupan masyarakat dan pribadi.

Menggunakan hukum (hukum pidana), jika ada kekerasan terhadap perempuan dan anak, terminologinya tidak boleh ambigu. Hal ini untuk menghindari multitafsir yang pada gilirannya akan menyulitkan masyarakat dan aparat penegak hukum. Yang sulit dihadapi adalah bagaimana membimbing dan mengarahkan mereka keluar dari situasi/budaya konflik budaya yang damai, dalam situasi/budaya tersebut, kekerasan dan gejolak dalam kehidupan sehari-hari di kota-kota dan zona perang menempatkan anak-anak pada risiko yang sangat serius, terutama jika kemiskinan, penggunaan obat-obatan dan senjata, dan kejahatan menjadi fakta sehari-hari.

Di Indonesia, perlindungan hak asasi manusia bersifat universal dalam UUD 1945, Perubahan Kedua Pasal 28 AJ, dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun

(22)

1999 tentang Hak Asasi Manusia. Lebih khusus lagi, UU No. 7 Tahun 1984 tentang penghapusan diskriminasi terhadap perempuan atau ratifikasi Konvensi Perempuan memberikan perlindungan terhadap hak asasi perempuan. Undang- undang Nomor 7 Tahun 1984 mengatur bahwa negara akan berupaya semaksimal mungkin untuk menghapus segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan, termasuk kekerasan terhadap perempuan, termasuk kekerasan di ranah publik dan domestik. Melalui undang-undang, hak asasi laki-laki dan perempuan diakui dan dilindungi, oleh karena itu hukum selalu diperlukan untuk menyesuaikan dengan komitmen negara untuk melindungi hak asasi warga negara (termasuk perempuan). Memberikan perlindungan dan jaminan hukum untuk mewujudkan hak-hak perempuan dan anak. Kekerasan Terhadap Perempuan (KTP). Segala bentuk kekerasan gender yang menyebabkan atau dapat menyebabkan kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual atau mental, baik dalam masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi, tidak akan diancam dengan paksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang. (Pasal 1.1983 Deklarasi PBB tentang Kekerasan terhadap Perempuan).

P2TP2A Mempunyai visi mengedepankan pemberdayaan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan , sesuai prinsip hak asasi manusia. Sedangkan misi dibentuknya Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak adalah membangun gerakan bersama untuk menghapus kekerasan dan trafficking terhadap perempuan dan anak, memberikan pelayanan yang meliputi pendampingan psikologis, advokasi serta informasi terhadap perempuan dan anak yang mengalami tindak kekerasan, menjadikan P2TP2A sebagai basis

(23)

Pemberdayaan perempuan dan anak secara preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Berdasarkan uraian tersebut maka akan di analisis proses perlindungan kekerasan terhadap perempuan dan anak serta upaya P2TP2A dalam mengatasi kekerasan di dalam rumah tangga.

Perlakuan kekerasan dalam rumah tangga dapat menyebabkan trauma.

Korban kekerasan dalam rumah tangga dapat mengalami trauma fisik, psikologis (mental) dan psikososial antara lain: 10 a. fisik berupa luka fisik, kerusakan saraf, pingsan, cacat permanen, gugur kandungan, kehamilan, gangguan organ reproduksi (infeksi), penyakit kelamin dan kematian. b. psikologis/mental berupa kehilangan nafsu makan, gangguan tidur (insomnia, mimpi buruk), cemas, takut, tidak percaya diri, hilang inisiatif/tidak berdaya, tidak percaya dengan apa yang terjadi, mudah curiga/paranoid, kehilangan akal sehat, depresi berat. Seringkali akibat dari tindakan kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya menimpa korban secara langsung, tetapi juga anggota lain dalam rumah tangga secara tidak langsung.

Tindakan kekerasan seorang suami terhadap istri atau sebaliknya, misalnya, dapat meninggalkan kesan negatif yang mendalam di hati mereka, anak-anak dan anggota keluarga yang lain. Kesan negatif ini pada akhirnya dapat pula menimbulkan kebencian dan benih-benih dendam yang tak berkesudahan terhadap pelaku. Bukan itu saja, rumah tangga yang dibangun untuk kepentingan bersama akan berantakan. Tidak jarang pelaku turut menderita karena depresi dan tekanan mental berlebihan yang dialaminya akibat penyesalan yang tiada lagi berguna.

(24)

Untuk melaksanakan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, pada tanggal 22 Oktober 2009 pemerintah membentuk Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP dan PA). Kementerian PP dan PA mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 5 tahun 2010 tentang Panduan Pembentukan dan Pengembangan Pusat Pelayanan Terpadu.

Peraturan tersebut mengatur bahwa masing masing daerah kabupaten/kota mempunyai kewajiban membentuk Lembaga Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan dan Perlindungan Terhadap perempuan dan Anak. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak adalah lembaga layanan yang melakukan pendampingan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan berperspektif gender. Misalnya kekerasan dalam rumah tangga meliputi kekerasan terhadap anak, kekerasan terhadap istri, pencabulan termasuk juga kasus pelecehan seksual, dan perkosaan. P2TP2A mendampingi semua perempuan dan anak korban kekerasan berperspektif gender tanpa membedakan agama, golongan, suku ataupun status sosial.

Selain itu anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia merupakan potensi dari penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki ciri dan sifat khusus memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental sosial secara utuh, sesuai, selera, dan seimbang. Segala bentuk perlakuan yang merusak hak- hak anak dalam berbagai bentuk kekerasan, diskriminasi dan eksploitasi yang tidak berkemanusiaan harus dihapuskan tanpa terkecuali.

(25)

Setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial dan berak akhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan bagaimana kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan diskriminasi.

Kekerasan merupakan kejahatan yang telah ada sejak dahulu dan sampai sekarang pun masih menjadi kejahatan yang menyelimuti keberadaan manusia di seluruh negara termasuk indonesia. Kejahatan ini mempunyai pengaruh yang luar biasa bukan saja pada pelaku dan korban kejahatan, tetapi juga terhadap masyarakat secara luas.

UPT P2TP2A Kabupaten Bantaeng memberikan pelayanan perlindungan hak-hak perempuan dan anak korban kekerasan. Diantara 5 pelayanan UPT P2TP2A Kabupaten Bantaeng yaitu; bantuan hukum, perawatan kesehatan, mediasi, rumah aman dan reintegrasi sosial.

Kesejahteraan sosial merupakan salah satu elemen terdasar dalam pemerintah guna menciptakan kemakmuran bagi masyarakat. Menurut Undang-Undang No.

11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan sosial, penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah upaya terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial.

Dalam setiap kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan, penerima layanan memiliki akses ke lebih dari satu layanan yang disesuaikan dengan

(26)

kebutuhan perempuan dan anak korban kekerasan. Dapat dilihat bahwa keberadaan P2TP2A di Kabupaten Bantaeng dapat berdampak penting dalam meminimalisir kasus kekerasan di Kabupaten Bantaeng.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dimana penelitian ini mendeskripsikan peran P2TP2A Kabupaten Bantaeng. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif karena dalam penelitian ini menyediakan data maupun langkah analisis data serta kesimpulan yaitu dalam bentuk kalimat, serta faktor yang mempengaruhi P2TP2A di Kabupaten Bantaeng.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. Penelitian ini dibatasi oleh dua fokus yaitu ; (1) Efektivitas program P2TP2A di Kabupaten Bantaeng ; (2) Faktor pendukung dan penghambat efektivitas program P2TP2A di Kabupaten Bantaeng.

Dimana kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak ini dominan oleh kekerasan fisik dan ada beberapa permasalahan terkait dengan perlindungan anak yaitu masih adanya berbagai bentuk kekerasan dan bagaimana menghindari diri dari kekerasan, tetapi sangat dirasa perlu juga untuk belajar bagaimana memanfaatkan potensi diri yang didalamnya terdapat muatan-muatan positif dimana setiap pribadi baik orang dewasa maupun anak-anak dapat tumbuh dan mengembangkan potensi dirinya secara optimal jauh dari ketakutan akan kekerasan yang sering terjadi di lingkungan nya.

Dampak Kekerasan yang terjadi sangat konflik dan mempengaruhi ketahanan individu maupun ketahanan keluarga sehingga memerlukan penanganan yang sangat serius. Korban kekerasan dapat dihubungkan sosial dengan tetangga dan

(27)

keluarganya. Untuk aspek pemenuhan HAM diperlukan karena HAM sebagai hak-hak yang melekat pada diri manusia yaitu hak-hak dasar yang dimiliki manusia sejak ia lahir dan berkaitan dengan harkat dan martabat sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Pendampingan Korban juga penting sebagai salah satu bentuk pemenuhan hak korban seperti tentang dalam Pasal 10 Undang – undang penghapusan kekerasan .

Dimana Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak melayani pengaduan dalam bentuk apa pun langsung datang ke kantor atau melalui telepon langsung ke pembina P2TP2A Kabupaten Bantaeng dan langsung mendapat respon dari pembina.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah ;

1. Bagaimana Efektivitas Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Menghadapi Kasus Permasalahan Kekerasan Perempuan dan Anak Di Kab.

Bantaeng ?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) Dalam perlindungan kekerasan pada anak di Kabupaten Bantaeng.

3. Bagaimana kendala-kendala yang dialami lembaga Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dalam memberikan perlindungan hukum kepada anak sebagai korban kekerasan ?

(28)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektivitas UPT P2TP2A Kabupaten Bantaeng dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.

1. Menganalisis bagaimana efektivitas pemberdayaan perempuan dan anak dalam menghadapi kasus permasalahan kekerasan perempuan dan anak.

2. Mengidentifikasi apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi pusat pelayanan terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak.

3. Menganalisis dan Mendeskripsikan Bagaimana kendala-kendala yang dialami lembaga Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dalam memberikan perlindungan hukum kepada anak sebagai korban kekerasan.

D. Manfaat Penelitian.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan yang positif terhadap kajian dan bacaan di lingkungan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar.

b. Penelitian ini bisa menjadi bahan kajian bagi peneliti lainnya termasuk perguruan tinggi, dan lembaga swadaya masyarakat untuk peduli terhadap masalah kekerasan perempuan dan anak.

c. Diharapkan dapat bermanfaat dalam mengetahui bentuk-bentuk perlindungan yang diberikan kepada anak sebagai korban kekerasan.

2. Manfaat Praktis

(29)

a. Manfaat praktis bagi peneliti, yaitu untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam penerapan pengetahuan terhadap masalah yang dihadapi secara nyata.

b. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi tentang bagaimana program pemerintah dalam menyelesaikan kasus kekerasan pada anak dibawah umur maupun pada perempuan.

E. Definisi Operasional

1. Efektivitas merupakan keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan suatu tujuan yang diukur dengan kualitas, kinerja dan waktu sesuai dengan yang telah direncanakan.

2. Pemberdayaan adalah proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi.

3. Perempuan adalah manusia berjenis kelamin betina. Berbeda dari wanita, istilah perempuan dapat merujuk kepada orang yang telah dewasa maupun yang masih anak-anak.

4. Anak adalah seorang laki-laki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Selain itu anak juga merupakan keturunan dari kedua orang tua.

5. Permasalahan adalah suatu pernyataan tentang keadaan yang belum sesuai dengan yang diharapkan.

6. Kekerasan Anak adalah tindak kekerasan secara fisik, seksual, penganiayaan

emosional,atau pengabaian terhadap anak.

(30)

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Konsep

Kinerja dibandingkan dengan berbagai kemungkinan (seperti standar kerja, tujuan atau indikator, atau standar yang telah disepakati sebelumnya), hasil keseluruhan atau tingkat keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas dalam jangka waktu tertentu. (Rivai dan Basri, 2005)

1. Efektivitas

Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan antara pelaksanaannya (Kurniawan, 2005).

Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen organisasi atau tidak.

Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output). Dalam hal ini yang dimaksud sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta metode dan model yang digunakan.Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan tersebut

(31)

dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat. (Hani Handoko, 2000).

Pendapat lain mendefinisikan efektivitas sebagai suatu kondisi atau keadaan dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana atau peralatan yang digunakan, disertai dengan kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan. (Martoyo, 2002).

2. Definisi UPT P2TP2A

P2TP2A atau Pusat Pelayanan Komprehensif Pemberdayaan Perempuan dan Anak merupakan pusat kegiatan komprehensif yang dibentuk oleh Kementerian.

Pemberdayaan perlindungan perempuan dan anak serta pemberian pelayanan kepada masyarakat Indonesia, khususnya perempuan dan anak korban kekerasan.

P2TP2A bertujuan untuk memberikan layanan kekerasan terhadap perempuan dan anak, dan berupaya berkontribusi pada pemberdayaan perempuan dan anak dalam konteks berikut untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender.

Pengurus P2TP2A adalah masyarakat, departemen pemerintah, lembaga swadaya masyarakat perempuan, pusat penelitian perempuan, perguruan tinggi dan organisasi perempuan, serta pihak lain yang memberdayakan perempuan dan anak dengan koordinator badan pemberdayaan masyarakat di provinsi-provinsi Indonesia.

(32)

a. Meski merupakan proyek pemerintah, P2TP2A dikelola oleh banyak pihak.

Mulai dari unsur masyarakat, pekerja sosial, peneliti, perguruan tinggi dan organisasi turut serta dalam pengelolaannya.

b. Inti dari P2TP2A adalah menjadikan perempuan kuat dan mandiri, oleh karena itu mereka menyediakan layanan seperti pusat konsultasi bisnis, pusat pelatihan wanita, dan pusat informasi teknologi.

3. Tujuan

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) adalah memberikan kontribusi terhadap terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender melalui ketersediaan wadah kegiatan pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak.

Memfasilitasi kebutuhan perempuan dan anak korban kekerasan dalam memenuhi hak korban yaitu hak atas kebenaran, hak atas perlindungan, hak atas keadilan dan hak atas pemulihan / pemberdayaan.

4. Tugas Dan Fungsi

1. Kab. Bantaeng Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Misi Bantaeng adalah melaksanakan isu-isu yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Inilah tugas pemerintah provinsi dalam urusan kesekretariatan, kualitas hidup perempuan dan kualitas keluarga, data dan informasi gender dan masa kanak-kanak, realisasi hak anak, perlindungan hak perempuan, dan perlindungan khusus anak dan memberikan nya bantuan.

(33)

2. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, menyelenggarakan Fungsi :

a. Melaksanakan perumusan kebijakan kualitas hidup perempuan, perlindungan perempuan, kualitas keluarga, sistem data gender dan masa kanak-kanak, melaksanakan hak-hak anak dan memberikan perlindungan khusus kepada anak sesuai dengan ruang lingkup fungsinya

b. Melaksanakan kebijakan kualitas hidup perempuan, perlindungan perempuan, kualitas keluarga, sistem data gender dan anak, pemenuhan hak anak, dan perlindungan khusus anak sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya

c. Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan kualitas hidup perempuan, perlindungan perempuan, kualitas keluarga, sistem data gender dan anak, pemenuhan hak anak, perlindungan khusus anak sesuai dengan lingkup tugasnya;

d. Mengelola kualitas hidup perempuan, perlindungan perempuan, kualitas keluarga, gender dan sistem data anak, memperhatikan hak-hak anak, dan memberikan perlindungan khusus bagi anak sesuai dengan ruang lingkup tugasnya.; dan

e. Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur terkait dengan tugas dan fungsinya.

1. Melakukan upaya preventif ( Pencegahan ) bagi perempuan dan anak korban kekerasan melalui kegiatan :

a. Penyuluhan, Kampanye atau Pendidikan lainnya kepada publik

(34)

b. Memfasilitasi upaya pemberdayaan ekonomi perempuan yang rentan terhadap tindak kekerasan.

c. Memfasilitasi upaya peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak di sektor Pendidikan, Kesehatan, Keagamaan, Ekonomi, Politik, Sosial dan budaya.

d. Melakukan advokasi kebijakan terkait upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak.

2. Melakukan upaya kuratif (Penanganan) bagi perempuan dan anak korban kekerasan melalui ; Penerimaan pengaduan dan pelaporan khusus kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta Memfasilitasi pelayanan kesehatan, Memfasilitasi pelayanan psikologi, Memfasilitasi pelayanan bantuan hukum dan Memfasilitasi pelayanan bimbingan , rohani dan keagamaan.

3. Melakukan upaya rehabilitatif ( Pemulihan )

Pemulihan Psikososial, Memfasilitasi perlindungan korban di shelter, Melakukan kegiatan pemberdayaan ekonomi, Memfasilitasi pemberdayaan di bidang pendidikan, Memfasilitasi proses pemulangan dan reintegrasi sosial, dan Memfasilitasi proses pemulihan rohani.

5. Permasalahan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak.

Deklarasi PBB tentang anti kekerasan terhadap perempuan pasal 1, 1983.

Seringkali kekerasan pada perempuan terjadi karena adanya relasi atau hubungan yang tidak seimbangn antara perempaun dan laki- laki hal ini disebut ketimpangan atau ketidakadilan gender. Ketimpangan gender adalah perbedaan peran dan hak

(35)

perempuan dan laki-laki di masyarakat yang menempatkan perempuan dalam status lebih rendah dari laki-laki. Hak istimewa yang dimiliki laki-laki ini seolah- olah menjadikan perempuan sebagai barang milik laki-laki yang berhak untuk diperlakukan semena-mena, termasuk dengan cara kekerasan

Kekerasan berbasis gender dan segala bentuk penyerangan maupun eksploitasi seksual termasuk yang merupakan hasil dari olahan dan prasangka/

anggapan budaya adalah pelanggaran terhadap harkat dan martabat kemanusiaan dan oleh karenanya harus dihapuskan. Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

6. Jenis Kekerasan Terhadap Perempuan

Ada 5 jenis ketidakadilan terhadap perempuan antara lain : 1. Marginalisasi (Peminggiran)

Terjadinya apabila perempuan tidak punya akses terhadap dan kontrol di dalam mendapatkan atau memutuskan sesuatu.

2. Subordinasi (Penomorduaan)

Persepsi masyarakat terhadap posisi laki-laki lebih tinggi atau diatas dan perempuan di bawah, ini berpengaruh dalam semua bidang kehidupan. Persepsi adat bahwa sejak lahir laki-laki dianggap raja dan harus dihormati, oleh sebab itu

(36)

lelaki dalam persepsi batak mempunyai hak dan kuasa yang lebih tinggi dari perempuan itu sebabnya wajar bila untuk mencapai kehendaknya, laki-laki melakukan kekerasan terhadap perempuan.

3. Stereotype (Pandangan / Citra Baku)

Adanya pandangan yang sangat kuat terhadap citra diri perempuan bahwa perempuan itu lemah psikis, lemah, penurut .

4. Beban Ganda

Perempuan harus mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga, pendidikan anak, mencari nafkah untuk anak.

5. Kekerasan terhadap perempuan di rumah tangga, antara lain :

a. Tindak kekerasan fisik adalah tindakan yang bertujuan melukai, menyiksa atau menganiaya orang lain, kekerasan mencakup: menampar, memukul, menjambak rambut, menendang, menyundul dengan rokok, melukai dengan senjata.

b. Tindak kekerasan Seksual, kekerasan dapat terjadi dalam bentuk pemaksaan dan penuntutan hubungan seksual.

c. Tindakan kekerasan ekonomi, kekerasan terjadi berupa tidak memberi nafkah istri, melarang istri bekerja atau membiarkan istri bekerja untuk dieksploitasi.

d. Tindak kekerasan psikologis/jiwa adalah Tindak kekerasan bertujuan mengganggu atau menekan emosi korban, merendahkan citra atau kepercayaan diri seorang perempuan, baik melalui kata-kata maupun melalui perbuatan yang tidak disukai/dikehendaki korbannya.

(37)

7. Dampak kekerasan terhadap Perempuan

Dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif). Kekerasan terhadap istri, apapun bentuknya akan mengakibatkan korban mengalami dampak jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek, berakibat pada fisik korban seperti luka-luka , memar pada bagian tubuh tertentu, infeksi, dan kerusakan organ reproduksi.Dampak yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Dampak fisik dan seksual

Tindakan kekerasan bisa berupa serangan ke tubuh korban termasuk alat kelamin, akibatnya adalah memar ringan, luka parah, disfungsi bagian tubuh dan bahkan membawa kematian.Benturan berakibat memar luar /dalam, patah tulang maupun cacat fisik secara permanen, Gangguan pada sistem saraf pusat, Gangguan alat reproduksi, gangguan kehamilan, Penyakit menular seksual termasuk, HIV-AIDS Respon fisik yang menyertai penyerangan seksual,Kehilangan nafsu makan, Gangguan tidur (insomnia, mimpi buruk, sulit tidur), Gangguan kecemasan.

2. Dampak Sosial

Yang dialami korban kekerasan oleh pasangan intimnya adalah dibatasi atau dilarang untuk memperoleh pelayanan sosial, ketegangan hubungan sosial dengan pihak kesehatan maupun dengan pekerjaannya dan dibatasi dalam mengakses jaringan sosial lainnya.

(38)

3. Dampak ekonomi

Biaya yang dikeluarkan oleh korban kekerasan rumah tangga lebih besar dari biaya kesehatan lainnya, karena selain biaya pengobatan secara medis akibat dampak fisik yang dialami, korban juga harus mengeluarkan biaya yang relatif besar untuk memulihkan kesehatan mentalnya dari gangguan-gangguan psikologis yang muncul. Di samping itu korban juga mengalami kerugian kehilangan pekerjaannya karena kekerasan yang dialami.

4. Dampak psikologis

Berupa trauma yang dialami sebagian besar korban. Bentuk trauma berbeda antara satu korban dengan korban lainnya. Trauma ini tergantung dari usia korban serta bentuk kekerasan yang dialami korban. Trauma dapat berupa ketakutan bertemu dengan orang lain, mimpi buruk atau ketakutan saat sendiri.

5. Gangguan emosional

Gangguan tidur atau makan, mimpi buruk, ingat kembali kejadian lampau,ketidakpercayaan terhadap laki-laki, Ketakutan pada hubungan intim, Perasaan sangat marah, perasaan bersalah,Malu dan terhina.Dampak lebih lanjutan perilaku anti sosial, perasaan tidak berdaya, perilaku bunuh diri, harga diri rendah, kecemasan, depresi, sulit tidur atau makan. Sebagai cara untuk menghadapi situasi kekerasan, perempuan dapat menunjukkan perilaku seperti minum alkohol, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, mempunyai banyak pasangan atau upaya bunuh diri.

(39)

8. Permasalahan Kekerasan Terhadap Anak

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seperempat orang dewasa pernah mengalami kekerasan fisik selama masa kanak-kanak. Kekerasan terhadap anak adalah penganiayaan dan penelantaran anak, tidak selalu terlihat jelas dan oleh karena itu dapat diabaikan. Selain itu, anak yang dilecehkan mungkin tidak memberi tahu siapa pun atau memahami apa yang terjadi. Tanpa sepengetahuan dan pengawasan orang dewasa, anak-anak tidak mungkin mendapatkan pertolongan. Orang tua harus memahami kekerasan terhadap anak, tanda- tandanya, dan cara mengasuh anak. Mari kita bicara tentang definisi kekerasan terhadap anak yang sebenarnya.

Menurut Sutanto, kekerasan anak adalah penggunaan kekuasaan/kewenangannya terhadap orang dewasa atau anak yang lebih tua untuk mengobati anak yang tidak berdaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab orang tua atau pengasuh sehingga menimbulkan rasa sakit, penderitaan, kecacatan/kematian. Tanda-tanda kekerasan fisik atau luka pada tubuh anak (Susanto, 2006).

B. Kajian Teori

Sebagaimana diketahui, masalah sosial adalah kondisi yang tidak diharapkan, karena mengandung unsur yang merugikan, baik fisik maupun nonfisik, atau merupakan pelanggaran terhadap norma dan standar sosial. Dengan demikian kondisi tersebut selalu memberikan inspirasi bagi usaha untuk melakukan perubahan guna mewujudkan perbaikan. Fenomena perubahan yang merupakan respon dan antisipasi terhadap keberadaan masalah sosial tersebut akan selalu

(40)

dijumpai dalam kehidupan masyarakat,oleh karena masalah fenomena masalah sosial sendiri merupakan realitas sosial yang selalu muncul sepanjang jaman.

Sebagai ilustrasi (Macionis, 2007) yang melakukan kajian perbandingan keberadaan masalah sosial tahun 1935 dan 2006 memperoleh gambaran bahwa dalam rentang waktu tersebut masalah sosial selalu muncul. Memang di antara sepuluh jenis masalah sosial kategori serius pada masing-masing tahun tersebut dapat diidentifikasi adanya jenis masalah sosial yang sama artinya muncul pada kedua tahun tersebut, dan ada yang berbeda.

A. Kerangka Teoritis

a. Teori Perlindungan Hukum

Menurut Satjipto Rahardjo mengemukakan bahwa perlindungan hukum adalah adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam kepentingan tersebut.

Selanjutnya dikemukakan pula bahwa salah satu sifat sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat. Oleh karena itu, harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum.

b. Teori Peran

Menurut Sarwono, 2015 merupakan perpaduan antara disiplin ilmu psikologis, sosiologi, dan antropologi. Ketiga bidang ilmu tersebut mengambil istilah peran dari dunia teater. Pada pementasan teater seorang aktor harus berperan sebagai tokoh tertentu. Ketika menjalankan perannya tokoh tersebut diharapkan berperilaku secara tertentu.

(41)

Teori Peran dikemukakan oleh Kahn. Teori peran menekankan sifat individu sebagai perilaku sosial yang mempelajari perilaku sesuai dengan posisi yang mempelajari perilaku sesuai dengan posisi yang ditempati di lingkungan kerja dan masyarakat. Teori peran mencoba untuk menjelaskan interaksi antar individu dalam organisasi, berfokus pada peran yang mereka mainkan. Setiap peran sosial adalah seperangkat hak, kewajiban, harapan, norma, dan perilaku seseorang untuk menghadapi dan memenuhi perannya. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang berperilaku dengan cara yang dapat diprediksi, dan bahwa perilaku individu adalah konteks tertentu, berdasarkan posisi sosial dan faktor lainnya.

Katz dan Kahn (1978). Menyatakan bahwa individu akan mengalami konflik dalam dirinya apabila terdapat dua tekanan atau lebih yang terjadi secara bersamaan yang ditujukan pada diri seseorang. (Katz dan Kahn, 1978).

Oleh karena sumber masalah sosial dapat berasal dari individu penyandang masalah maupun berasal dari sistem sosialnya maka proses perubahan dalam rangka penanganan masalah sosial dapat dilakukan baik dalam lingkup mikro, intermediate maupun makro. Pada tingkat mikro, perubahan melalui proses pengembangan masyarakat ditujukan pada individu sebagai penyandang masalah, baik dilihat dari tingkat hidupnya maupun perilakunya. Individu yang bermasalah dilihat dari tingkat hidupnya misalnya warga masyarakat yang keseharian nya dalam kondisi yang kurang memungkinkan. Sedangkan yang bermasalah dalam perilaku misalnya kasus perilaku menyimpang berupa perilaku kriminal, kecanduan obat, kekerasan, dan sebagainya.

(42)

Hal ini sesuai dengan pendapat (Subagyo dalam Budiani, 2007), efektivitas adalah kesesuaian antara output dengan tujuan yang ditetapkan. Sama hal nya dengan Subagyo, (Hani Handoko, 2003) juga berpendapat bahwa efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, atau kegiatan.

c. Teori Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan terjemahan dari “ Human Resources”

namun ada pula ahli yang menyamakan sumber daya manusia dengan

“Manpower” (Tenaga Kerja). Bahkan sebagian orang menyetarakan pengertian sumber daya manusia dengan personal.

Sumber daya manusia juga merupakan manusia yang terlibat di dalam suatu organisasi dan mengupayakan terwujudnya tujuan organisasi tersebut. Oleh karena itu dalam menjalankan sistem organisasi maka sebuah instansi/lembaga memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan dan dapat diartikan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas tinggi menurut Ndara merupakan sumber daya manusia yang mampu menciptakan bukan saja nilai komparatif tetapi juga nilai kompetitif, generatif, inovatif, dengan menggunakan energi tertinggi.

Dapat disimpulkan bahwa organisasi terbentuk karena adanya keterbatasan pada manusia sebagai individu dalam mencapai tujuan sehingga membutuhkan kerjasama dengan orang lain dengan mengikuti suatu pola kerja tertentu seperti adanya wewenang, perintah, tanggung jawab dalam suatu jabatan. Dimana peran

(43)

organisasi sangatlah penting dalam suatu proses untuk mencapai apa yang diharapkan dan dimana penelitian ini organisasi yang dimaksud adalah P2TP2A yang memiliki peran serta tanggung jawab terhadap kasus tindakan kekerasan terhadap anak dan perempuan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.

C. Kerangka Pikir

Efektivitas adalah elemen kunci untuk mencapai tujuan yang dianggap sebagai tujuan akhir organisasi, jika tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya tercapai, maka efektivitas adalah efektif. Menurut Hani Handoko, efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang sesuai dalam proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Definisi efektivitas menekankan pada pilihan cara atau metode yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, atau ketepatan tindakan yang dipilih untuk mencapai tujuan (Handoko. 2011).

Evaluasi Dari dimensi standar kualitas pelayanan publik, kita dapat melihat derajat kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur pemerintah.

Menurut Sadu Wasistiono, kinerja adalah tingkat pencapaian tujuan suatu organisasi, dan indikator kinerja adalah variabel yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan, serta indikator kinerja. (Sadu Wasistiono, 2002) Fokus utama peneliti adalah bagaimana organisasi UPT P2TP2A secara efektif menangani kekerasan terhadap anak dan perempuan di Sumatera Utara.

Atas dasar ini, peneliti mencari dan menggunakan teori-teori yang relevan sebagai ide pokok untuk memecahkan masalah yang akan diteliti.

Untuk mengetahui bagaimana alur berpikir peneliti dalam menjelaskan permasalahan penelitian,maka di buatkanlah kerangka berpikir sebagai berikut ;

(44)

Bagan Kerangka Pikir

Dimana Efektivitas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Dalam Menghadapi Permasalahan..Kekerasan Anak dan Perempuan sangat berpengaruh dan mendatangkan akibat baik negatif maupun positif. Kekerasan terhadap perempuan dan anak apapun bentuknya akan mengakibatkan korban mengalami dampak jangka pendek dan jangka panjang. Kekerasan berbasis gender dan segala bentuk penyerangan maupun eksploitasi seksual termasuk yang merupakan hasil dari olahan dan prasangka / anggapan budaya adalah penyelenggaraan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan dan oleh karena nya harus dihapuskan.

Kerangka berfikir adalah sebagai perangkat konsep dan definisi yang saling berhubungan yang mencerminkan suatu pandangan yang sistematik mengenai

EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN KEKERASAN ANAK DAN PEREMPUAN

Faktor Pendukung Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan

Anak

Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak

Faktor Penghambat Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan

Perempuan dan Anak

UPT P2TP2A Di Kel. Lamalaka Kec. Bantaeng Kab. Bantaeng

(45)

fenomena dan bertujuan untuk menerangkan dan meramalkan fenomena.

Kerangka berfikir dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan- batasan tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan.

Teori dipergunakan untuk memperjelas suatu masalah yang akan diteliti dan untuk mencapai satuan pengetahuan yang sistematis serta membantu atau membimbing peneliti dalam penelitiannya. Menurut Kerlinger dalam Rakhmat (2004: 6) teori adalah himpunan konsep (konstruk), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah Efektivitas Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam permasalahan kekerasan terhadap Anak Dan Perempuan. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti akan mencari dan menggunakan teori-teori yang relevan sebagai pokok pikiran dalam rangka pemecahan masalah-masalah yang akan diteliti. Dari beberapa konsep kinerja yang telah dijelaskan di atas, penyusun sampai kepada suatu kesimpulan untuk menggunakan teori dari (Dwiyanto, 2006 : 50-51).

D. Hasil Penelitian Terdahulu

NO NAMA TAHUN JUDUL HASIL PENELITIAN

1 Wandy

Mangapul Sitorus

2019 Efektivitas UPT P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan

Dalam setiap kasus

kekerasan terhadap anak dan perempuan, penerima layanan dapat memperoleh lebih dari satu jenis layanan

(46)

Perempuan dan Anak) Provinsi Sumatera Utara dalam Menghadapi Permasalahan Kekerasan Anak dan Perempuan

untuk memenuhi kebutuhan para korban kekerasan yang dialami oleh anak dan perempuan tersebut.

2 Carmilla Tuharea, Tjahya Supriatna,

Dadang Suwanda

2020 Efektivitas Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dalam Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Provinsi Maluku.

Latar belakang penelitian ini adalah dalam upaya meningkatkan

perlindungan perempuan dan anak korban

kekerasan. Pemerintah maluku memiliki kewenangan sendiri dalam mengatur kebijakan tentang

perlindungan perempuan dan korban kekerasan.

3 Ni Kadek Citra Purnama

Dewi, I Nyoman Gede

Remaja

2005 Efektivitas Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kab.Buleleng Dalam Penanganan Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Sebagai Korban.

Merupakan sarana pelayanan pemberdayaan dan perlindungan

perempuan dan anak yang dibentuk oleh pemerintah atau berbasis masyarakat yang

menyelenggarakan fungsi pelayanan terpadu bagi korban tindak pidana kekerasan. Untuk menjamin kehidupan seorang anak agar bisa berjalan atau berlangsung secara normal. Negara memberikan

perlindungan hukum yakni UU RI No. 23 Tahun 2002 namun seiring waktu berjalan Undang-Undang tersebut

(47)

yang sudah berjalan dan diterapkan selama 12 tahun akhirnya diubah dengan UU RI No.35 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU RI No. 23 Tahun 2002 Tentang perlindungan Anak.

4 Lalu Ulung Ilham

2019 Efektivitas Peran Dinas Pemberdayaan

Perempuan Dan Perlindungan Anak Dalam Mencegah Tindak Kekerasan Pada Perempuan dan Anak di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat

Peran dari dinas pemberdayaan perempuan dan

perlindungan anak kota Mataram tertunya sesuai dengan visi dan misi yaitu terwujudnya kesetaraan gender dan pemenuhan hak perempuan dan anak yang ada di kota

Mataram tentunya kami membuat beberapa program atau kebijakan seperti stop pernikahan usia sekolah dan stop kekerasan terhadap perempuan dan anak serta kami memberikan sosialisasi terhadap perempuan dan anak agar melaporkan kepada pihak berwajib apabila

mendapatkan kekerasan dimanapun berada sesuai dengan peraturan yang berlaku, kami

mengingatkan kepada perempuan untuk

mengejar cita-cita karena kesempatan berkarir

(48)

untuk perempuan dan laki-laki sama saja.

5 Dwi Mai

Syaroh, Nina Widowati,

M.Si

2018 Efektivitas Pada Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Di

Kab.Semarang

Dalam menangani tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak dilihat dari 3 kriteria yaitu pencapaian tujuan, adaptasi dan integrasi. Pencapaian tujuan P2TP2A dalam penanganan tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah terpenuhinya keseluruhan pelayanan, pendampingan dan perlindungan bagi korban tindak kekerasan.

Kualitas pelayanan yang dilakukan oleh P2TP2A Kab.Semarang dilihat dari bukti langsung, kehandalan, respon atau ketanggapan dan empati.

6 Supriyati 2010 Early Prevention Toward Sexual Abuse on Children

Dampak kekerasan seksual pada anak dapat berupa fisik, psikologis, maupun sosial. Dampak secara fisik dapat berupa luka atau robek pada selaput darah. Dampak psikologi meliputi trauma mental, ketakutan, malu, kecemasan bahkan keinginan atau percobaan bunuh diri. Dampak sosial misalnya perlakuan sinis dari masyarakat di sekeliling

(49)

nya, ketakutan terlibat dalam pergaulan dan sebagainya. (Orange &

Brodwin, 2005).

7 Lu’luil Maknun

2017 Violence Against Children Committed By Parents

Kekerasan terhadap anak dalam keluarga kerap dilakukan oleh orang tua yang sedang mengalami stres. Bentuk kekerasan terhadap anak dapat dibagi menjadi 4 yaitu;

Kekerasan fisik, kekerasan psikologis, kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi.

Faktor penyebab orang tua memproduksi stres antara lain, pernikahan dini, kurangnya ilmu parenting, masalah ekonomi, konflik

keluarga, KDRT, trauma, perceraian, kegagalan bersosialisasi, sakit fisik, sakit psikis, seperti baby blues syndrome,

postpartum depression, bipolar, dan hal lain yang membuat orang tua tidak dapat mencintai anak seutuhnya.

8 Ivo Noviana, Sosio Informa

2015 Sexual Violence Against Children Impacts and Its Treatment

Semakin banyaknya kasus-kasus kekerasan pada anak terutama kasus kekerasan seksual dan menjadi fenomena tersendiri pada

masyarakat modern saat ini. Anak-anak rentan

(50)

untuk menjadi korban kekerasan seksual karena tingkat

ketergantungan mereka yang tinggi. Sementara kemampuan untuk melindungi diri sendiri terbatas. Berbagai faktor penyebab sehingga terjadinya kasus

kekerasan terhadap anak dan dampak yang dirasakan oleh anak sebagai korban baik secara fisik, psikologis, dan sosial. Terutama bagi anak yang mengalami kekerasan seksual akan mereka alami seumur hidupnya. Luka fisik mungkin saja bisa sembuh, tapi luka yang tersimpan dalam pikiran nya belum tentu hilang dengan mudah.

9 Meni Hand 2017 Prevention of Cases of Sexual Violence Against Children Through Personal Communication Between Parents and Children

Kekerasan pada anak usia dini jumlahnya cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

Banyak anak usia dini yang menjadi korban kekerasan baik secara fisik, emosional, verbal maupun seksual,

penelantaran, eksploitasi, perlakuan salah,

diskriminasi, dan perlakuan tidak

manusiawi lainnya, baik yang berlangsung secara

(51)

disadari maupun tanpa disadari. Sementara Weber dan Smith 2010 mengungkapkan dampak jangka panjang

kekerasan seksual terhadap anak yaitu anak yang menjadi korban kekerasan pada masa kanak-kanak memiliki potensi untuk menjadi pelaku kekerasan di kemudian hari.

10 Erwin 2020 Effectiveness in Providing Victims of Violence Against Children

Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi efektivitas penyidik korban tindak pidana kekerasan terhadap anak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

efektivitas penyidikan korban tindak pidana kekerasan terhadap anak yaitu faktor substansi hukum, faktor aparat penegak hukum, faktor sarana dan prasarana, faktor kesadaran hukum masyarakat, serta budaya hukum masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pembeda antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang sudah ada yaitu penelitian yang akan dilakukan yang berfokus pada efektivitas pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak menggunakan teori pengukuran efektivitas yang

(52)

dikemukakan oleh Duncan yaitu pencapaian tujuan, integrasi, dan adaptasi, sedangkan penelitian yang sudah ada menggunakan teori yang berbeda.

(53)

38 BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dimanadalam penelitian yang dilakukan hanya bersifat Deskriptif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka mengetahui dan menganalisis Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Dalam Menangani Kekerasan Seksual di Kabupaten Bantaeng.

B. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini yaitu di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Bantaeng.

C. Tipe dan Dasar Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Deskriptif kualitatif, yaitu memberikan gambaran, penjelasan yang tepat secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti. Dasar penelitiannya adalah wawancara kepada narasumber/informan yang berisi pertanyaan- pertanyaan mengenai hal yang berhubungan dengan rumusan masalah penelitian.

(54)

D. Fokus Penelitian

Dalam fokus penelitian ini adalah organisasi. yaitu pada Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di Kabupaten Bantaeng dimana berfokus pada prestasi kerja atau Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) pada kasus kekerasan perempuan dan anak di Kabupaten Bantaeng.

E. Informan Penelitian

Informan merupakan orang-orang yang berpotensi untuk memberikan informasi tentang bagaimana kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak di Kabupaten Bantaeng.

Informan dalam penelitian yang berhubungan dengan Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di Kabupaten Bantaeng adalah :

a. Ketua Umum P2TP2A

Dalam penelitian kualitatif, pertimbangan utama pengumpulan data adalah informasi orang dalam. Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, dan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang disengaja. Tujuan pengambilan sampel adalah teknik pengambilan sampel. Informan penelitian mencakup berbagai jenis, seperti informan kunci, informan utama, dan informan tambahan.

(55)

F. Jenis dan Sumber Data Jenis Data

Jenis data yang digunakan didalam penelitian ini berupa data teks/tulisan, data statistik, data gambar dan kata-kata tertulis berupa hasil wawancara.

Sumber Data.

a. Data primer diperoleh dari hasil wawancara maupun observasi secara langsung yang dilakukan oleh peneliti di P2TP2A Kabupaten Bantaeng.

b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari berita harian, maupun data dari instansi terkait.

G. Instrumen Penelitian

Dalam menyelenggarakan pelayanan terhadap korban, pemerintah daerah sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing melakukan upaya penyediaan unit pelayanan perempuan dan anak, penyediaan aparat, tenaga kesehatan, pekerja sosial, Pembuatan dan pengembangan sistem dan mekanisme kerja sama program pelayanan yang melibatkan pihak yang mudah diakses oleh korban dan memberikan perlindungan bagi pendamping,saksi, dan keluarga. Oleh karena itu proses pelayanan pemberdayaan perempuan dan anak harus diperlukan konsistensi secara maksimal dalam memberikan pelayanan terhadap korban kasus tersebut.

Gambar

Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administratif di Kabupaten Bantaeng Tahun 2017
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Bantaeng
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Bantaeng
Gambar 4.2 Letak Geografis
+5

Referensi

Dokumen terkait

Arah kerjasama dalam peningkatan ekonomi dan pembangunan merupakan sebuah langkah terpadu dari masing-masing Negara anggota untuk kemajuan komunitas regional di

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan kelemahan-kelemahan dalam penelitian, maka peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: (1) Dalam

Ketut Tunas, Msi selaku pembimbing statistik, yang telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti Program Pendidikan Spesialis

Dalam ujian yang dijalankan, sifat mekanik bahan nanokomposit epoksi/ LNR berpengisi tunggal dan hibrid MWCNT/NC menunjukkan peningkatan berbanding sampel kawalan.. Dalam pada

Disebabkan oleh kandungan kanji yang tinggi (lebih 70 % dari berat kering) di dalam isi pisang hijau, pisang telah diproses kepada tepung kerana kanji yang tinggi boleh

Ketiga berkaitan dengan spiritualitas, wawasan dunia Kris- ten memperluas pemahaman tentang Allah dan Trinitas yang peran, natur dan eksistensinya memben- tuk

Kegiatan penelitian lontar ini be- gitu penting karena dapat menyelamatkan sebuah tradisi dari kepunahannya, yakni tradisi per- naskahan lontar (Sastra lontar) sebagai salah satu

Ekstrak kasar enzim lipase kemudian diuji aktivitasnya dengan metode Titrimetri dan diukur kadar proteinnya dengan metode Lowry.. Uji aktivitas enzim lipase metode Titrimetri