Dalam penelitian kualitatif ini, teknik penentuan informan yang digunakan oleh penyusun adalah teknik purposive sampling, yakni teknik yang digunakan untuk mengambil sampel yang didasarkan atas tujuan tertentu, melakukan wawancara kepada seseorang yang dipandang mengetahui situasi tertentu. Adanya informasi ini dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana pemenuhan hak anak dan perempuan di UPT P2TP2A Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak di Kabupaten Bantaeng.
45 BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Wilayah
Bantaeng bermula dari kata bantaya yaitu berarti tempat pembantaian hewan bahkan manusia pada zaman dahulu. Prof. Mattulada dalam buku Propan Candi zaman majapahit sebagai salah satu kerajaan di Sulawesi di abad XIII. Nama Bantayan berubah menjadi Bontain pada zaman pemerintah Belanda. Kabupaten Bantaeng adalah satu dari 28 dan Kota di Sulawesi Selatan. Daerah ini membentang dari barat ke timur pada bagian jazirah selatan provinsi Sulawesi Selatan, daerah ini berada pada posisi 521’13’ samapai 5’3526’ lintang selatan dan 11951’42’ sampai 120’0527 bujur timur dengan luas wilayah 539,83 km2.
Ibu kota Kabupaten Bantaeng terletak sekitar 123 km2 arah selatan Kota Makassar. Terbagi atas 8 kecamatan, 41 Daerah dan 21 Kelurahan dengan jumlah penduduk 178.699 jiwa.
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Bantaeng
Letak Geografis Kabupaten Bantaeng yang strategis memiliki alam tiga alam dimensi, yakni bukit pegunungan, lembah daratan dan pesisir pantai dengan dua musim iklim di daerah ini tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan tahunan rata rata setiap bulan 14 mm. Dengan adanya kedua musim tersebut sangat menguntungkan bagi sektor pertanian.
Upaya pemenuhan sarana dan prasarana kehidupan beragama pada dasarnya merupakan tanggung jawab masyarakat, karena pemerintah juga mempunyai tanggung jawab atas pembinaan kehidupan beragama dalam masyarakat, maka pemerintah telah memberikan bantuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut.
Kabupaten Bantaeng terletak di bagian selatan Sulawesi Selatan dengan jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar 123 km dengan waktu tempuh antar 2,5 jam.
B. Letak Geografis dan Administratif
Kabupaten Bantaeng dengan ketinggian antara 100-500 M dari permukaan laut merupakan wilayah yang terluas atau 29,6 persen dari luas wilayah seluruhnya, dan terkecil adalah wilayah dengan ketinggian dari permukaan laut 0-25 M atau hanya 10,3 persen dari luas wilayah. Batasan Wilayahnya :
Sebelah Barat : Kabupaten Jeneponto Sebelah Timur : Kabupaten Bulukumba
Sebelah Utara : Kabupaten Gowa dan Bulukumba.
Sebelah Selatan : Laut Flores
Gambar 4.2 Letak Geografis
Kabupaten Bantaeng terletak di daerah pantai yang memanjang pada bagian barat ke timur kota yang salah satunya berpotensi untuk perikanan, dan wilayah daratannya mulai dari tepi laut Flores sampai ke pegunungan sekitar Gunung Lompobattang dengan ketinggian tempat dari permukaan laut 0-25 m sampai dengan ketinggian lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut.
Untuk lebih jelasnya mengenai pembagian wilayah administratif dapat dilihat pada tabel 1 dan peta administratif Kabupaten Bantaeng.
Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administratif di Kabupaten Bantaeng Tahun 2017
NO. KECAMATAN LUAS WILAYAH PERSENTASE (%)
1 Bissappu 32,84 8,30
2 Uluere 67,29 17
3 Sinoa 43,00 10,86
4 Bantaeng 28,85 7,29
5 Eremerasa 45,01 11,37
6 Tompobulu 76,99 19,45
7 Pa’jukukang 48,90 12,35
8 Gantarangkeke 52,95 13,38
Jumlah 395,83 100
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa yang mempunyai persentase luas wilayah tertinggi yaitu Kecamatan Tompobulu dengan persentase 10,86%
sedangkan wilayah yang memiliki persentase luas wilayah terkecil yaitu Kecamatan Bantaeng dengan presentase 7,29%.
C. Sejarah Unit Pelayanan Terpadu Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak ( P2TP2A )
Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sulawesi Selatan dibentuk sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Kelembagaan Daerah
Struktur Organisasi Provinsi Sulawesi Selatan. Kantor Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
D. Program, Visi Misi dan Tujuan Unit Pelayanan Terpadu Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak.
Program
Peningkatan Perlindungan Hak Perempuan dan Anak diwujudkan melalui layanan..yang diberikan.
Visi
Terwujudnya Kesetaraan Gender, Perlindungan Perempuan dan Anak serta peningkatan Kesejahteraan Keluarga bagi aparat dan publik
Misi
1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan di Bidang Pembangunan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dan Kesejahteraan Keluarga.
2. Membangun jaringan kerja di Bidang Pembangunan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dan Kesejahteraan Keluarga.
3. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat di Bidang Pembangunan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dan Kesejahteraan Keluarga.
E. Struktur Unit Pelayanan Terpadu Pusat Pelayanan Pemberdayaan Perempuan dan Anak ( UPT P2TP2A )
Struktur organisasi dapat dijadikan petunjuk untuk saling berhubungan membentuk suatu jaringan. Dengan adanya struktur organisasi maka seluruh bagian organisasi dapat mengalihkan wewenang tanggung jawab dan hubungan serta prosedur. Selain itu, struktur organisasi juga berguna untuk menjaga
loyalitas di tempat kerja, karena organisasi yang tidak terstruktur tanpa gambaran yang lebih menyimpang dapat menyebabkan seseorang langsung dipecat.
Prosedur kerja yang dilakukan oleh Kelompok Peduli Komprehensif Care Center Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A). Dan dapat melihat pada grafik di bawah ini.
Kepala UPT dibantu : a. Sub Bagian Tata Usaha b. Seksi Pelayanan
c. Seksi Koordinasi dan Kerjasama
F. Kedudukan, Tugas dan Fungsi P2TP2A 1. Kedudukan
P2TP2A Kabupaten Bantaeng, merupakan lembaga pemerintah yang berkedudukan setingkat dengan Lembaga-Lembaga Pemerintah dan atau komisi-komisi yang tlah ada, dan dibentuk berdasarkan : (a) Surat Keputusan bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan RI No. 14/Men PP/Dep.V/X/2002 Dan berdasarkan peraturan Gubernur nomor 31 tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak.
2. Tugas
P2TP2A Kabupaten Bantaeng mempunyai tugas membantu masyarakat dan Pemerintah mengkoordinasikan kegiatan Operasional P2TP2A dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan perlindungan terhadap Perempuan dan Anak.
a. Memberikan layanan kepada masyarakat khususnya perempuan dan anak dengan menjunjung tinggi aspek-aspek Hak Asasi Manusia (HAM)
Perlindungan, Pemberdayaan dan Peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak.
b. Penanganan pengaduan dan pendampingan perempuan dan anak korban kekerasan
c. Memfasilitasi rehabilitasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan.
d. Mendorong dan mengembangkan peran serta masyarakat terutama yang tergabung dalam organisasi kemasyarakatan, sebagai upaya peningkatan peran perempuan dalam segala pembangunan.
e. Dalam melaksanakan tugas P2TP2A Kabupaten Bantaeng dapat bekerja sama dengan instansi pemerintah, Organisasi Masyarakat, para ahli, Badan Internasional dan pihak-pihak yang dipandang perlu.
3. Fungsi
P2TP2A Kabupaten Bantaeng mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut;
a. Fungsi Pengkoordinasian meliputi kegiatan :
b. Pengkoordinasian antara unsur pemerintah dan unsur masyarakat
c. Pengkoordinasian antara P2TP2A Kabupaten Bantaeng dengan Provinsi dan Kota
d. Pengkoordinasian antara P2TP2A Kabupaten Bantaeng dengan Organisasi Kemasyarakatan, Organisasi Sosial, Lembaga Swadaya Masyarakat serta pihak-pihak lain yang dipandang perlu.
Fungsi Pengkajian dan Penelitian meliputi kegiatan :
a. Pengkajian berbagai instrumen Peraturan Perundang-undangan yang menyangkut perlindungan Perempuan dan Anak dan Hak Asasi Manusia.
b. Penelitian segala peristiwa dan permasalahan yang menyangkut dan menimpa Perempuan dan Anak dan Hak Asasi Manusia.
c. Studi Kepustakaan, studi lapangan serta studi banding mengenai program peningkatan kesejahteraan Perempuan dan Anak.
Selanjutnya, untuk lebih memudahkan unit layanan P2TP2A dalam menjalankan tugas dan fungsinya, maka perlu ditetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP). SOP ini disusun dengan menggunakan pendekatan dan berorientasi pada pemenuhan hak hak perempuan dan anak korban kekerasan.
Selain itu, SOP juga disusun dengan memperhatikan peningkatan kualitas pelayanan dari petugas pelayanan.
G. Kondisi Umum Tentang Petugas Kepala UPT mempunyai uraian tugas :
a. Menyelenggarakan Semacam Mengevaluasi dan mengkoordinasikan rencana dan proyek UPT
b. Mengatur dan melaksanakan tugas pengelolaan keuangan.
c. Melaksanakan untuk pengendalian manajemen anggaran
d. Manajemen dan pengembangan manajemen keuangan organisasi e. Semacam. Menyelenggarakan penyusunan rencana strategis f. Rencana kerja, dan laporan informasi pelaporan kinerja (LK).
g. Badan Penanggung Jawab Bulu (LKPJ) dan Laporan Pelaksanaan Pemerintah Daerah (LPPD), UPT.
h. Derajat Celcius Mengatur kepengurusan dan menyiapkan dokumen resmi.
i. Hari untuk menyelenggarakan fasilitas pelayanan umum dan pelayanan paling sedikit
j. Menyelenggarakan pelayanan yang komprehensif bagi perempuan dan anak korban kekerasan.
k. Cara Menyelenggarakan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di segala bidang pembangunan.
l. Mengatur dan mengkoordinasikan unit terkait; jam. Menyelenggarakan pembelian, pemeliharaan, penataan, orientasi dan pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan/peralatan kantor
m. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tanggung jawab dan fungsinya. Bab mengatur fasilitas pelayanan publik dan pelayanan minimal. ribu.
n. Melakukan review karyawan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan. liter. Organisasi dan penyelenggaraan rapat internal UPT
Untuk tugas,fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), Kepala UPT dibantu :
e. Sub Bagian Tata Usaha f. Seksi Pelayanan
g. Seksi Koordinasi dan Kerjasama.
H. Alur pelayanan UPT P2TP2A Provinsi Sulawesi Selatan.
Alur Pelayanan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
Pengaduan
Langsung UPT P2TP2A Rujukan
Identitas Kasus
I. Keadaan Sosial Ekonomi
Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan yang selanjutnya disebut PPEP adalah program strategis peningkatan kualitas hidup dan pemenuhan hak ekonomi perempuan melalui peningkatan produktivitas ekonomi perempuan dalam mengurangi beban biaya kesehatan dan pendidikan keluarga miskin.
Pemberdayaan ekonomi perempuan merupakan usaha yang membutuhkan interaksi yang sederajat dan saling menguntungkan sesuai fungsi dan potensinya masing-masing dari aktor-aktor pemberdayaan perempuan yang diberdayakan.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melalui P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) merupakan sebuah lembaga pemerintah berbasis masyarakat yang bersentuhan langsung dengan perempuan korban kekerasan, yang memiliki kewajiban moral untuk turut serta memerangi dan menanggulangi faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan.
Pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi bagi perempuan korban kekerasan merupakan bentuk kepedulian dari pemerintah dalam memberdayakan perempuan di bidang ekonomi. Program yang juga berupaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi perempuan korban kekerasan dengan memberikan keterampilan dan peralatan bantuan seperti peralatan jahit, peralatan salon, peralatan memasak dan lain sebagainya sesuai dengan jenis keterampilan yang diberikan. Program pemberdayaan ekonomi bagi perempuan korban kekerasan, mempunyai tujuan salah satunya adalah mempersiapkan perempuan korban
kekerasan dalam proses reintegrasi sosial atau kembali ke masyarakat dengan tidak menjadi beban.
J. Keadaan Pendidikan
Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terjadi menimpa berbagai kalangan dan lintas status, baik status sosial, ekonomi, maupun tingkat pendidikan baik pelaku maupun korban berasal dari tingkat pendidikan yang beragam. Fakta ini tentunya menjadi hal yang sangat memperhatikan kondisi ini akhirnya memberikan gambaran kepada kita semua bahwa tingginya tingkat pendidikan tidak serta merta mampu mendorong pemahaman responsif gender dan perlindungan perempuan dan anak.
Dimana keadaan pendidikan dalam kasus kekerasan ini terhadap anak sangatlah penting keberadaan nya, dimana pendidikan nilai untuk mencegah kekerasan seksual di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Dari berbagai studi diketahui bahwa kasus kekerasan seksual terhadap anak dapat terjadi dalam aneka bentuk, mulai dari kata-kata tertulis maupun lisan dan gerak tubuh hingga kontak fisik yang tidak diinginkan.
57 BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Bab ini menganalisis mengenai data-data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di lapangan melalui wawancara langsung mendalam dan observasi langsung, Melalui penelitian yang dilakukan, penelitian berhasil mengumpulkan yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu “Efektivitas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Dalam Menghadapi Permasalahan Kekerasan Anak Dan Perempuan “(Studi kasus UPT P2TP2A Di. Ke.Lamalaka Kec.Bantaeng Kab.Bantaeng).
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak ( P2TP2A ) adalah Pusat pelayanan yang terintegrasi dalam upaya Pemberdayaan Perempuan di berbagai bidang Pembangunan, serta perlindungan perempuan dan anak dari berbagai jenis diskriminasi dan tindak kekerasan termasuk perdagangan orang.
Dalam melaksanakan tugasnya penempatan pengurus P2TP2A berdasarkan dua susunan pokok yaitu berdasarkan bidang atau berdasarkan unit kerja.
Data yang dikumpulkan merupakan hasil wawancara dengan orang dalam dan disertai dengan hasil observasi langsung. Penyedia informasi penelitian adalah:
1. Informan kunci dalam penelitian ini adalah 1 orang penanggung jawab UPT, dan 1 orang adalah pegawai atau pegawai (memahami struktur pelayanan yang berlaku).
Selanjutnya, untuk lebih memudahkan unit layanan P2TP2A dalam menjalankan tugas dan fungsinya, maka perlu ditetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP). SOP ini disusun dengan menggunakan pendekatan dan berorientasi pada pemenuhan hak hak perempuan dan anak korban kekerasan.
Selain itu, SOP juga disusun dengan memperhatikan peningkatan kualitas pelayanan dari petugas pelayanan.
P2TP2A Menyediakan 5 jenis pelayanan untuk perempuan dan anak dan berikut hasil observasi :
1. Penanganan pengaduan, bentuk pelayanan ini merupakan fokus utama yang diterapkan dalam proses penyelesaian kasus yang dilakukan oleh P2TP2A.
Segala bentuk pengaduan akan diproses dengan semestinya dengan apabila kasus tersebut perlu melibatkan pihak lain seperti, kepolisian ata rumah sakit maka akan dilakukan kerjasama.
2. Pelayanan Kesehatan. Setelah korban melapor maka pihak P2TP2A tersebut memberikan pelayanan kesehatan kepada korban-korban yang mengalami kekerasan fisik baik itu visum maupun pelayanan kesehatan lainnya.
Kemudian untuk menyelesaikan kasus kekerasan yang terjadi di masyarakat, P2TP2A bekerjasama dengan beberapa rumah sakit untuk menyediakan poli khusus bagi korban kekerasan baik terhadap perempuan dan anak sehingga masyarakat dapat berkonsultasi.
3. Rehabilitas sosial, bentuk pelayanan ini diberikan kepada korban kekerasan psikis yang tergantung mentalnya akibat kekerasan yang diterima. Dan
pelayanan ini yang diberikan seperti halnya dengan konsultasi dengan pakar psikologi, dan pemberdayaan lainnya.
4. Penegakan dan Bantuan Hukum, pelayanan ini diberikan kepada setiap pelapor apabila kasusnya harus melalui jalur hukum. Setiap pelapor akan diberikan paralegal pendamping yang disediakan untuk membantu menyelesaikan kasus sampai selesai.
5. Kasus hingga tuntas, ketika kasus telah selesai maka korban akan dipulangkan dan dikembalikan ke keluarganya untuk melanjutkan kehidupan dan rutinitas biasanya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasikan permasalahan yang terkait dengan "Efektivitas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Dalam Menghadapi Permasalahan Kekerasan Anak Dan Perempuan “(Studi kasus UPT P2TP2A Di.
Ke.Lamalaka Kec.Bantaeng Kab.Bantaeng). memberikan suatu arahan yang jelas untuk mengadakan penelahaan, serta hasil analisis itu sendiri akan lebih nyata, sehingga penulis harus membatasi masalah yang akan dianalisis karena dapat membantu memperjelas pengkajiannya.
Selanjutnya dasar hukum adalah norma hukum yang dijadikan landasan bagi setiap tindakan hukum oleh subjek hukum, baik perorangan maupun yang berbentuk badan hukum. Adapun dasar hukum terbentuknya P2TP2A di Kabupaten Bantaeng adalah :
1. UU No. 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Kekerasan terhadap Perempuan.
2. UU No. 23 tahun 2002 diperbaharui UU No. 35 tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.
3. UU No. 23 tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
4. UU No. 21 tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (UU PTPPO).
5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2010 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota.
6. Permeneg PP No. 1 tahun 2007 Tentang Forum Koordinasi Penyelenggaraan Kerjasama Pencegahan dan Penanganan KDRT, PP No. 9 tahun 2008 Tentang Cara dan Mekanisme Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan atau korban TPPO.
7. Permeneg PP No. 2 tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Perempuan.
8. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan RI No. 3 tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.
9. PPPA RI No. 6 tahun 2015 Tentang Sistem Pemberdayaan Perempuan dan Anak.
10. PP No. 1 tahun 2010 Tentang SPM Bidang layanan terpadu bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan.
Deklarasi PBB tentang anti kekerasan terhadap perempuan pasal 1, 1983.
Seringkali kekerasan pada perempuan terjadi karena adanya relasi atau hubungan yang tidak seimbangn antara perempaun dan laki- laki hal ini disebut ketimpangan atau ketidakadilan gender. Ketimpangan gender adalah perbedaan peran dan hak perempuan dan laki-laki di masyarakat yang menempatkan perempuan dalam status lebih rendah dari laki-laki. Hak istimewa yang dimiliki laki-laki ini seolah-olah menjadikan perempuan sebagai barang milik laki-laki yang berhak untuk diperlakukan semena-mena, termasuk dengan cara kekerasan.
Kekerasan berbasis gender dan segala bentuk penyerangan maupun eksploitasi seksual termasuk yang merupakan hasil dari olahan dan prasangka/
anggapan budaya adalah pelanggaran terhadap harkat dan martabat kemanusiaan dan oleh karenanya harus dihapuskan. Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
A. Kajian Teori perbandingan keberadaan masalah sosial dan kekerasan terhadap anak dan perempuan
1. Teori Perlindungan Hukum
Mengemukakan bahwa perlindungan hukum adalah adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam kepentingan tersebut.
Masalah kekerasan ini semakin mendapatkan perhatian dari semua pihak, karena pentingnya perempuan dan anak di dalam masyarakat dan sebagian besar korban kekerasan adalah perempuan yang berasal dari berbagai kalangan dan lintas status sosial. Banyak faktor penyebab kekerasan yang dialami anak dan perempuan salah satunya adalah kurangnya pemahaman dan pendidikan.
2. Teori Peran
Merupakan perpaduan antara disiplin ilmu psikologi, sosiologi dan antropologi.
Dimana ketiga bidang tersebut mengalami istilah peran dari dunia teater, dan menekankan sifat individu sebagai perilaku sosial yang mempelajari perilaku sesuai dengan posisi yang ditempati lingkungan kerja dan masyarakat.
3. Teori Sumber Daya Manusia
Merupakan manusia yang terlibat di dalam suatu organisasi dan mengupayakan terwujudnya tujuan organisasi tersebut. Dan menjalankan sistem organisasi maka sebuah instansi / lembaga merupakan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan dan dapat diartikan bahwa SDM yang berkualitas tinggi.
Bahwa segala bentuk kekerasan terhadap anak dan perempuan merupakan pelanggaran HAM dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan. Dan berdasarkan pasal 1 angka 13 Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Anak, maka dipandang perlu pembentukan Pengurus Pelayanan Pemberdayaan Perempuan dan Anak P2TP2A. Dan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam pembentukan P2TP2A ini. Dimana masyarakat juga semakin memahami masalah kekerasan yang sering terjadi di perempuan dan anak.
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data yang relevan, baik data kualitatif maupun data kuantitatif.
Berdasarkan definisi tersebut, Peneliti dapat mengemukakan bahwa teori adalah alat logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan, meramalkan, dan pengendalian suatu gejala. Fungsi teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup atau konstruk variabel yang akan diteliti.
Fungsi teori adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrument penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ketiga adalah digunakan untuk membahas hasil penelitian sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah (Sugiyono, 2007:54)
Organisasi yang berhasil dan efektif merupakan organisasi dengan individu yang didalamnya memiliki kinerja yang baik. Organisasi yang efektif akan ditopang oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Ada kesesuaian antara keberhasilan organisasi atau kinerja organisasi dengan kinerja individu atau sumber daya manusia.
Konsep kinerja pada dasarnya merupakan perubahan atau pergeseran paradigma dari konsep produktivitas. Andersen (1995), menjelaskan paradigma produktivitas
yang baru adalah paradigma kinerja secara aktual yang menuntut pengukuran secara aktual keseluruhan kinerja organisasi, tidak hanya efisiensi atau dimensi fisik, tetapi juga dimensi non fisik.
B. Hasil Wawancara
Untuk mengetahui data, maka penulis mewawancarai dengan baik pihak yang dianggap mengetahui permasalahan yang diteliti
Responden Pertama
Nama : Sitti Ramlah, SE, MM
Tempat, Tanggal Lahir : Bantaeng 12 Juni 19 Pangkat : Penata TK.1.III/D
Jabatan : Kabid PPPA
Peneliti melakukan wawancara langsung pada tanggal 15 Juli 2021 di Kantor P2TP2A Kabupaten Bantaeng pada pukul 10:00 WIB sampai 11:30 WIB. Dan terfokus pada Permasalahan Kekerasan Anak dan Perempuan.
1. Efektivitas Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Menghadapi Kasus Permasalahan Kekerasan Perempuan dan Anak yang ada di Kabupaten Bantaeng.
Dimana bidang PPPA P2TP2A Mempunyai tugas dan menerima segala permasalahan kekerasan terhadap perempuan dan anak baik itu sebagai korban atau sebagai pelaku dan kami bersama-sama harus mendampingi,
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ketua P2TP2A mengenai efektivitas pemberdayaan perempuan dan anak dalam permasalahan kekerasan seperti yang dijelaskan yaitu :
Dewi (Peneliti) : Bagaimana efektivitas pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam menghadapi kasus permasalahan kekerasan perempuan dan anak yang ada di Kab. Bantaeng ?
Ibu Ramlah (Narasumber) :
“Bidang PPPA atau P2TP2A Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Dimana di sini korban dan pelaku kami dampingi dengan baik dan ada juga nama nya PATBM perlindungan anak terpadu berbasis masyarakat dari desa dan kelurahan. Tahun 2016 Bantaeng merupakan peran yang baik dari Kementerian PU terkait pusat perlindungan anak terpadu berbasis masyarakat yang untuk di Indonesia dan Sulawesi Selatan yaitu ada dua Bantaeng dan Makassar, Jadi 2016 PATBM ada di Bantaeng ada di kelurahan Bonto Sunggu dan Di Desa Lumpangang. Itu lah jejaring dimana ada kasus-kasus yang terkait perempuan dan anak”.
Merujuk wawancara yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa lingkungan merupakan tempat kita berinteraksi. Perlu nya saling menjaga hubungan yang baik agar tidak terjadi kekerasan yang tidak diinginkan. Kemudian anak haruslah mendapatkan perhatian khusus dari orang tuanya, terlebih mengajarkan bagaimana caranya menjaga diri dan beradaptasi dengan lingkungan. Jadi,
Merujuk wawancara yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa lingkungan merupakan tempat kita berinteraksi. Perlu nya saling menjaga hubungan yang baik agar tidak terjadi kekerasan yang tidak diinginkan. Kemudian anak haruslah mendapatkan perhatian khusus dari orang tuanya, terlebih mengajarkan bagaimana caranya menjaga diri dan beradaptasi dengan lingkungan. Jadi,