• Tidak ada hasil yang ditemukan

layanan konseling keluarga bagi wanita korban kekerasan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "layanan konseling keluarga bagi wanita korban kekerasan"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Penegasan Judul

Sebelum lebih detail, guna memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran, sebaiknya penulis mengklarifikasi istilah-istilah dalam disertasi berjudul “Konseling Keluarga Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Perempuan (BPRSW) menekankan .Yogyakarta". Bimbingan keluarga adalah pemberian (latihan) pertolongan kepada individu anggota keluarga agar potensi yang dimilikinya dapat berkembang seoptimal mungkin dan masalah dapat diselesaikan atas dasar kemauan tolong-menolong dari seluruh anggota keluarga yang dilandasi kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga. Kekerasan dalam rumah tangga adalah bentuk penganiayaan yang dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap istrinya, baik secara fisik (patah tulang, memar, luka sayat) maupun emosional/psikologis (cemas, depresi dan rendah diri).

Menurut UU No. 23 Tahun 2004 Pasal 1 disebutkan bahwa Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang, terutama perempuan, yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikis. Secara lebih khusus, ini adalah setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang mengakibatkan atau mungkin menyebabkan kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual, atau psikologis, termasuk ancaman tindakan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik di depan umum maupun pribadi, atau kehidupan keluarga. Berdasarkan pernyataan istilah di atas, yang dimaksud dengan “Layanan konseling keluarga bagi perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Perempuan (BPRSW) Yogyakarta” adalah proses pemberian layanan konseling, khususnya konseling keluarga. diberikan kepada perempuan korban KDRT di BPRSW Yogyakarta yang dalam prosesnya melibatkan keluarga klien untuk mendapatkan informasi guna menyelesaikan masalah KDRT yang dialami klien.

Latar Belakang Masalah

Konseling keluarga merupakan salah satu bentuk konseling yang diharapkan dapat menjadi sarana mediasi dan komunikasi dengan keluarga klien. Meskipun sangat berpengaruh, namun masih terdapat beberapa kekurangan dalam layanan konseling keluarga untuk keluarga klien tertentu. Penyuluhan keluarga diperlukan karena WRSP berasal dari keluarga dan nantinya akan kembali ke lingkungan keluarga.

Pelaksanaan penyuluhan keluarga di BPRSW berlangsung dalam berbagai bentuk, antara lain kunjungan keluarga (house visit), pertemuan antar. Tujuan utama konseling keluarga adalah untuk memfasilitasi komunikasi antar anggota keluarga yang mungkin terputus karena suatu sebab. Keluarga yang mendukung dan ikut serta dalam pelaksanaan konseling keluarga akan membantu klien dalam proses rehabilitasi dan pembelajaran.

Rumusan Masalah

Terjadinya hambatan komunikasi itu bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti konflik antar anggota keluarga atau masalah antar individu dalam keluarga. Kehadiran keluarga khususnya keluarga inti pada pertemuan ini diharapkan dapat memotivasi dan mendukung klien agar klien tidak merasa diasingkan atau dibuang. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya keluarga dari acara kumpul keluarga atau Family Resident. Bagaimana bentuk implementasi layanan konseling keluarga untuk WRSP di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Perempuan Yogyakarta.

Apa saja kendala yang dialami konselor selama proses pelaksanaan layanan konseling keluarga BPRSW Yogyakarta.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Berkontribusi dalam pengembangan pengetahuan di bidang pendidikan khususnya bimbingan dan konseling tentang konseling keluarga bagi perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Perempuan (BPRSW) Yogyakarta. Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Perempuan (BPRSW) Yogyakarta dapat memperoleh pengetahuan dan informasi tentang perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Bimbingan konseling dapat lebih intensif dalam memberikan pelayanan terkait perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sehingga korban memiliki pengetahuan tentang kekerasan dalam rumah tangga.

Universitas dapat lebih meningkatkan pendidikan dan pengetahuan tentang perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Tinjauan Pustaka

20 Dalam objek penyelidikannya yaitu penyalahgunaan zat, tetapi juga dalam metode penelitian yang digunakan hanya metode penelitian kualitatif yang digunakan. Pengaruh permasalahan tersebut memunculkan indikasi perlunya penyelenggaraan layanan konseling, khususnya konseling yang melibatkan anggota keluarga yaitu konseling keluarga. Dalam penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa sebanyak (84%) klien kasus penyalahgunaan NAPZA perlu melibatkan anggota keluarga yaitu dalam pelaksanaan layanan konseling keluarga penelitian yang akan digunakan.

Penelitian ini menggunakan metode gabungan yaitu kualitatif dan kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan hanya menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam penelitian yang berjudul “Konseling Keluarga Pecandu Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra Kalasan, Sleman, Yogyakarta”. Penelitian ini menyatakan bahwa penyuluhan keluarga di Panti Sosial Pamardi Putra dapat dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan Kelompok Dukungan Keluarga (FSG/Kelompok Dukungan Keluarga) atau dapat dilakukan secara mandiri.

Proses penyadaran orang tua untuk bersedia melakukan konseling keluarga juga membutuhkan waktu.22 Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan, yang terletak pada obyek kajian pecandu narkoba dan perempuan rentan secara sosial dan psikologis. 22Kiki Alfandi, Penyuluhan keluarga pecandu narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra Kalasan, Sleman, Yogyakarta, skripsi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2011). 24 Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama fokus pada konseling, sedangkan perbedaannya terletak pada tesis yang ditulis oleh Halimah Sa'diyah.Pelayanan konseling yang dilakukan adalah home visit sebagai metode penyelesaian masalah siswa dengan melakukan pendekatan dan mendapatkan dukungan dari keluarga siswa.Sementara itu dalam penelitian yang penulis lakukan dilakukan layanan konseling yaitu konseling keluarga yang memiliki beberapa metode berupa home visit, family sharing, family living in , dan seterusnya.

Penelitian berjudul “Intervensi Krisis Tim RPTC Bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual (Studi Kasus di RPTC (Pusat Perlindungan Trauma)”), menjelaskan bahwa perempuan rentan secara sosial. Pusat Pelayanan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Klaten”, dalam penelitian ini menjelaskan bahwa perempuan yang beresiko sosial adalah korban atau obyek kejahatan yaitu segala sesuatu yang menjadi sasaran perbuatan baik, baik fisik, psikis maupun mental. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya di atas adalah penelitian ini akan fokus pada pembahasan layanan konseling keluarga bagi klien rehabilitatif yaitu klien WRSP kategori perempuan korban KDRT di BPRSW.

Bagaimana proses pelayanan konseling keluarga berjalan dan upaya serta hambatan apa yang dihadapi konselor.

Kerangka Teori

Berdasarkan kajian literatur penelitian terdahulu, penulis dapat menyimpulkan bahwa layanan konseling keluarga adalah proses pemberian bantuan secara tatap muka baik kepada klien korban kekerasan dalam rumah tangga maupun anggota keluarga yang bersangkutan, dengan harapan agar korban mampu mengenali dan menerima diri sendiri, serta mengambil keputusan, mengarahkan dan mewujudkan diri secara efektif dan produktif sesuai dengan perannya dalam keluarga masing-masing di kemudian hari. Bimbingan keluarga atau konseling keluarga adalah upaya memberikan bantuan kepada individu anggota keluarga melalui sistem kekeluargaan (meningkatkan komunikasi keluarga) agar potensi dirinya berkembang secara optimal dan permasalahan dapat diatasi berdasarkan kemauan untuk membantu seluruh anggota keluarga berdasarkan kemauan dan cinta untuk mereka. Konseling keluarga ini berfokus terutama pada masalah yang berkaitan dengan situasi keluarga dan penerapannya melibatkan anggota keluarga.

Konseling keluarga juga memandang keluarga secara utuh bahwa anggota keluarga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari anak (klien), baik dalam melihat masalah maupun penyelesaiannya. Dengan demikian, menurut peneliti peran layanan konseling keluarga menggambarkan sekumpulan perilaku interpersonal, karakteristik, aktivitas yang berkaitan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Bowen, yang dikutip dalam bukunya Kathryn Gerald and David Gerald, menekankan bahwa tujuan konseling keluarga adalah membantu klien (anggota keluarga) untuk mencapai individualitas, untuk menjadi diri sendiri yang berbeda dari sistem keluarga.30 Tujuan seperti itu relevan dengan pandangannya. masalah keluarga terkait dengan hilangnya kebebasan anggota keluarga karena aturan dan kekuasaan keluarga.

Lebih lanjut Glick dan Kessler menyatakan bahwa tujuan umum konseling keluarga adalah memfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan antar anggota, menggantikan gangguan fleksibilitas peran dan. Teori konseling keluarga yang kedua adalah teori pendekatan konseling ego yang lebih menekankan pada fungsi ego, dengan menggunakan istilah yang sangat menonjol yaitu kekuatan ego yang berarti kekuatan ego, dan ini juga yang menjadi alasan mengapa model Erikson disebut konseling ego. Konseling perilaku juga mengutamakan kesepakatan antar individu, antara konselor dan anggota keluarga untuk mengubah masalah perilaku yang lebih sesuai 39 2) Teknik konseling keluarga.

Untuk memahami mengapa keluarga memiliki masalah dan bagaimana menghadapi masalah keluarga tersebut, di bawah ini kami akan menjelaskan secara singkat beberapa pendekatan konseling keluarga. Beberapa anggota keluarga tidak dapat lepas dari sistem emosional keluarga yang mengarahkan anggota keluarga pada masalah (gangguan). Sedangkan menurut Satir dalam bukunya Latipun, permasalahan yang dihadapi anggota keluarga terkait dengan kepercayaan diri dan komunikasi.

Tahapan konseling keluarga dikemukakan secara luas oleh Crane, yang mencoba menyatukan tahapan konseling keluarga untuk menangani anak dengan perilaku oposisional.

Metode Penelitian

Penyajian data yaitu sistematisasi data secara jelas dalam bentuk yang jelas untuk mengungkap pelaksanaan pelayanan konseling keluarga di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Perempuan (BPRSW) Yogyakarta. Ada tiga jenis penyuluhan keluarga di BPRSW yaitu home visit, family sharing, family living in, penanganannya sejauh ini bisa dikatakan baik. Namun dari ketiga klien tersebut, formulir permohonan konseling keluarga kurang efektif karena beberapa keterbatasan.

Peran konselor dalam pelaksanaan layanan konseling keluarga di BPRSW memegang peranan penting dalam menyelesaikan permasalahan kekerasan dalam rumah tangga. Kendala yang dihadapi konselor selama proses pemberian layanan konseling keluarga BPRSW Yogyakarta karena adanya tekanan. Perilaku yang dilakukan dalam proses pemberian layanan konseling keluarga di BPRSW Yogyakarta selama ini dapat dikatakan baik.

Oleh karena itu, diharapkan mereka dapat berkontribusi menjadi pendamping yang profesional di semua yayasan yang dibentuk dalam menangani permasalahan sosial di Indonesia, termasuk dalam proses pelaksanaan layanan konseling keluarga di BPRSW Yogyakarta. Obyek penelitian: Pelayanan konseling, tahapan, metode dan teknik pelayanan konseling keluarga yang dilakukan pada Perempuan Rentan Secara Sosial dan Psikologis di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Perempuan (BPRSW) Yogyakarta. Jenis layanan konseling yang diberikan (Konseling Individu, Konseling Kelompok, Bimbingan Kelompok, Konseling Keluarga) - Pelaksanaan Konseling Keluarga (Peran Konselor, Tahap Pelaksanaan,.

Bagaimana tahapan pelaksanaan Pelayanan Konseling Keluarga untuk Wanita Rentan Sosial dan Psikologis (WRSP) di BPRSW Yogyakarta. Apa faktor pendukung pelaksanaan Pelayanan Konseling Keluarga bagi klien WRSP di BPRSW Yogyakarta. Apa saja faktor penghambat pelaksanaan Pelayanan Konseling Keluarga bagi klien WRSP di BPRSW Yogyakarta.

Bagaimana tahapan pelaksanaan layanan konseling keluarga untuk Wanita Rentan Sosial dan Psikologis (WRSP) di BPRSW Yogyakarta. Apa saja faktor pendukung dalam pelaksanaan pelayanan konseling keluarga klien WRSP di BPRSW Yogyakarta. Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan layanan konseling keluarga klien WRSP di BPRSW Yogyakarta.

Gambar 1: Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman 63
Gambar 1: Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman 63

Gambar

Tabel 3 Data Warga Binaan Berdasarkan Jurusan Keterampilan di
Gambar 1: Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman 63

Referensi

Dokumen terkait

"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK YANG MENJADI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KLIS", Community. Development Journal : Jurnal Pengabdian