• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL UNTUK MENDUKUNG TUGAS INTELIJEN UDARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL UNTUK MENDUKUNG TUGAS INTELIJEN UDARA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

31

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL UNTUK MENDUKUNG TUGAS

INTELIJEN UDARA

(National Institute of Aeronautics and Space of Indonesia to Support Air Intelligence Assignments)

Didi Rahmat Sabaruddin

Program Studi Strategi Pertahanan Udara Fakultas Strategi Pertahanan

Universitas Pertahanan (didi.rahmats45@gmail.com

Abstrak

Dalam rangka mendukung tugas TNI-AU dalam tugas intelijen udara, maka dilaksanakan kerja sama dengan lembaga kementrian maupun non-kementrian yang memliliki kemampuan untuk mendukung penyajian data-data intelijen udara yang salah satunya adalah kerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pemanfaatan kerja sama LAPAN dan TNI-AU dalam mendukung tugas intelijen udara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data diperoleh dari informan yang selanjutnya diolah menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penyelenggaraan kerja sama dalam pemanfaatan teknologi dan data penginderaan jauh milik Pustekdata penginderaan jauh LAPAN oleh IMC Dispamsanau dapat terlaksana dengan cukup baik namun belum optimal. Beberapa kendala yang muncul dalam implementasi kerjasama LAPAN dan TNI AU adalah kemampuan sumber daya manusia dan sarana serta prasarana. Kerjasama pemanfaatan teknologi dan interpretasi data penginderaan jauh antara LAPAN dan TNI AU guna mendukung tugas intelijen udara diharapkan dapat terselenggara dengan optimal, yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana Dispamsanau dapat menginterpretasikan seluruh data yang diberikan oleh Pustekdata Inderaja LAPAN agar dapat memenuhi kebutuhan data dalam rangka tugas intelijen udara.

Kata kunci : Intelijen, Kerja Sama, LAPAN, Pemanfaatan, TNI-AU.

Abstract

In order to support the tasks of the Air Force in the task of air intelligence, collaboration with ministry and non-ministerial institutions has the ability to support the presentation of air intelligence data, one of which is cooperation with the National Aeronautics and Space Agency (LAPAN). The purpose of this study is to analyze the use of LAPAN and Indonesian Air Force cooperation in supporting the air intelligence task. This study uses a qualitative

(2)

32

method. Data obtained from informants who then processed using descriptive methods. The results of this study indicate that the implementation of cooperation in the utilization of technology and remote sensing data belonging to the LAPAN Remote sensing Data Library by IMC Dispamsanau can be implemented quite well but not yet optimal. Some obstacles that arise in the implementation of LAPAN and Air Force cooperation are the ability of human resources and facilities and infrastructure. Collaboration in the use of technology and interpretation of remote sensing data between LAPAN and the Air Force to support air intelligence tasks is expected to be carried out optimally, namely human resources, facilities and infrastructure. air intelligence duty.

Keywords: Intelligence, Cooperation, LAPAN, Utilization, Indonesian Air Force.

1. Pendahuluan

TNI Angkatan Udara berdasarkan UU RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI merupakan bagian integral dari TNI yang melaksanakan tugas TNI matra udara di bidang pertahanan berupa tindakan preventif dan refresif terhadap ancaman militer maupun ancaman non militer dengan melaksanakan Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang berkaitan dengan matra udara.

Oleh karena itu tugas dan fungsi diarahkan dalam upaya pertahanan, keamanan, penegakan hukum, pengembangan kekuatan matra udara, dan pemberdayaan wilayah pertahanan. Fungsi penggunaan kekuatan TNI AU ditujukan untuk mengamankan kepentingan nasional yaitu menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah negara serta menjamin keselamatan bangsa dari setiap kemungkinan ancaman, baik yang datang dari dalam maupun datang dari luar negeri. Untuk menjamin keberhasilan fungsi dan tugas tersebut, TNI AU harus melaksanakan fungsi pembinaan kekuatan dan kemampuan agar senantiasa siap operasional dan profesional. Intelijen TNI AU mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan dalam mendukung pencapaian keberhasilan tugas TNI AU.

Berdasarkan buku petunjuk induk TNI AU tentang Intelijen yang disahkan melalui Perkasau nomor Perkasau/454/VII/2013, bentuk intelijen TNI AU terdiri atas Intelijen Udara, Pengamanan Tubuh TNI AU, Persandian TNI AU, dan Administrasi Intelijen. Intelijen udara itu sendiri merupakan penyelenggaraan intelijen TNI AU

(3)

33

yang menggunakan sarana dan wahana udara untuk mengumpulkan informasi intelijen yang bernilai taktis maupun strategis unutk mendukung tugas TNI AU pada masa perang maupun damai yang bersifat tertutup maupun terbuka agar dapat menjamin keamanan wilayah udara nasional dan wilayuah perbatasan. Oleh karena itu, dalam rangka penyelenggaraan intelijen udara, TNI AU harus mampu mencari dan mengumpulan bahan keterangan serta membuat dan menyajikan produk intelijen udara yang memuat Kemampuan, Kekuatan, Kelemahan, dan Niat (K3N) dari lawan atau bakal lawan, mampu melaksanakan pengamatan, pengintaian, dan pemotretan udara di daerah sasaran, baik di daerah sendiri maupun daerah lawan atau bakal lawan agar dapat mendeteksi kegiatan dan pergerakan kekuatan musuh serta menyajikan data komponen taktis yang dibutuhkan bagi pelaksanaan operasi udara dan operasi lainnya dalam rangka OMP maupun OMSP.

Kegiatan intelijen udara meliputi pengamatan udara, survei dan pemetaan udara, intelijen khusus, dan pengintaian udara. Sumber informasi pelaksanaan intelijen udara terdiri atas empat sumber yang dua diantaranya adalah Intelijen Geospasial yang terdiri dari Intelijen citra (Imagery), data citra (Imagery), dan informasi geospasial; dan Intelijen sinyal yang terdiri dari Intelijen komunikasi, Intelijen Elektronik, dan Intelijen sinyal instrumentasi asing melalui penginderaan jarak jauh dengan menggunakan pesawat berawak maupun tidak berawak dan teknologi penginderaan jauh atau satelit. Tugas intelijen udara merupakan tugas operasi yang dilaksanakan secara terpadu di mana TNI AU sebagai komponen utama dibantu oleh komponen cadangan dan komponen pendukung. Dalam rangka mendukung tugas TNI AU dalam tugas intelijen udara, maka dilaksanakan kerja sama dengan lembaga kementrian maupun non-kementrian yang memliliki kemampuan untuk mendukung penyajian data-data intelijen udara yang salah satunya adalah kerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Kerja sama antara LAPAN dengan TNI AU dalam rangka mendukung

(4)

34

tugas intelijen udara, dilaksanakan oleh Pusat Teknologi Data Penginderaan Jauh (Pustekdata Inderaja) dan Dinas Pengamanan dan Persandian TNI AU (Dispamsanau) tentang pemanfaatan teknologi dan data penginderaan jauh. Kerja sama ini bertujuan untuk melaksanakan pengawasan dan pengamanan terhadap seluruh wilayah nasional secara cepat, tepat, akurat, dan terpadu; Meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia dibidang sains dan teknologi kedirgantaraan;

Memanfaatkan sains dan teknologi kedirgantaraan untuk kepentingan intelijen citra dan intelijen sinyal; Memperoleh dan menyajikan data-data strategis terkini mengenai citra bumi yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan negara.

adapun yang menjadi objek dari kerja sama ini meliputi penyediaan data penginderaan jauh guna mendukung tugas Dispamsanau, dan pendidikan serta pelatihan pengolahan data penginderaan jauh guna mendukung tugas Dispamsanau. Permasalahan saat ini adalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pemanfaatan hasil kerjasama LAPAN dan TNI-AU. Dalam menunjang operasi intelijen udara.

2. Tinjauan Pustaka

Kerja sama memiliki berbagai definisi. Menurut Abdulsyani, kerja sama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing.1Kerja sama juga diartikan sebagai kegiatan yang di lakukan secara bersama-sama dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama.2

Menurut pendapat Schermerhorn adalah urutan kegiatan untuk menganalisis tim dan membuat perubahan untuk meningkatkan kinerjanya.3Dalam kerja sama

1 Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm.156.

2 Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1985), hlm.492.

3 John.R Schermerhorn, Schermerhorn, Jr. James G.Hunt, and Richard N.Osborn, Organizational Behavior, (Danvers:John Willey & Sons, Inc, 2010), hlm.2.

(5)

35

antar dua instansi yang berbeda dalam hal ini LAPAN dan TNI Angkatan Udara (TNI AU) menurut Patterson dalam buku Warsono menerangkan bahwa adanya kepentingan bersama yang mendorong dua instansi pemerintah untuk memberikan pelayanan secara bersama-sama atau memecahkan masalah secara bersama-sama.4

Kerja sama antar instansi merupakan salah satu bentuk kerja sama yang ada, baik sesama instansi sipil, sesama instansi militer ataupun antar instansi sipil dan militer. Dalam buku AJP 95 Kerja sama Sipil-Militer (Civil Military Corporation) adalah fungsi militer di mana struktur komando terhubung dengan lembaga/institusi sipil yang aktif dalam bidang operasi terkait. Secara garis besar berisi tentang tiga fungsi inti dari CIMIC, antara lain:

a. Mendukung Angkatan Bersenjata. Setiap aktivitas didesain untuk menciptakan sistem pendukung bagi kekuatan militer dari dalam populasi indigen/lokal.

b. Hubungan Sipil-Militer. Koordinasi dan perencanaan bersama dengan lembaga/badan sipil dalam mensupport misi.

c. Mendukung Lingkungan Sipil. Penyediaan berbagai bentuk pendampingan (tenaga ahli, informasi, keamanan, infrastruktur, pengembangan kapasitas dll.) bagi populasi lokal dalam mendukung misi militer.

Intelijen adalah informasi yang dihargai atas ketepatan waktu dan relevansinya, bukan detail dan keakuratannya, berbeda dengan "data", yang berupa informasi yang akurat, atau "fakta" yang merupakan informasi yang telah diverifikasi. Intelijen kadang disebut "data aktif" atau "intelijen aktif", informasi ini biasanya mengenai rencana, keputusan, dan kegiatan suatu pihak, yang penting untuk ditindak-lanjuti atau dianggap berharga dari sudut pandang organisasi pengumpul intelijen. Pada dinas intelijen dan dinas terkait lainnya, intelijen

4 Sony Warsono, Corporate Governance Concept and Model, (Yogyakarta: Center of Good Corporate Governance, 2009), hlm.188.

5 AJP-9, “NATO Civil Military Co-Operation (CIMIC). Doctrine.” dalam https://www.nato.int › ims › docu › AJP-9, 2003, diakses 4 September 2019

(6)

36

merupakan data aktif, ditambah dengan proses dan hasil dari pengumpulan dan analisis data tersebut, yang terbentuk oleh jaringan yang kohesif.

Berdasarkan Naskah Sementara Doktrin TNI AU Swa Bhuwana Pakca (SBP) tahun 2019. Bentuk Operasi udara dalam Operasi Militer Perang (OMP) dibagi menjadi sepuluh, sebagai berikut :

Operasi Udara Intelijen, Pengamatan, dan Pengintaian / OUIPP (Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance Air Operations). OUIPP merupakan suatu usaha, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan (UPKT) yang dilakukan guna memperoleh informasi di bidang keudaraan yang diolah menjadi produk intelijen untuk pengambilan keputusan meliputi tiga sub operasi yaitu operasi intelijen udara/ops intelud (air intelligence operations), operasi pengamatan udara/ops matud (air surveilance operations), operasi pengintaian udara/ops intud (air reconnaissance operations).

Operasi Udara Serangan Strategis/OUSS (Strategic Attack Air Operations).

OUSS bertujuan untuk menyerang dan menghancurkan sasaran-sasaran bernilai strategis yang merupakan centre of gravity guna menetralisir kemampuan dan membatalniatkan keinginan musuh untuk berperang.

Operasi Udara Lawan Udara/OULU (Counter Air Operations). OULU dilaksanakan dalam dua jenis sub operasi yaitu Operasi Udara Lawan Udara Ofensif/OULUO (Offensive Counter Air Operations), dan Operasi Udara Lawan Udara Defensif/OULUD (Defensive Counter Air Operations) untuk menghancurkan ataupun menetralisir kekuatan udara musuh di permukaan maupun di udara guna mendapatkan keunggulan udara di mandala operasi, sehingga operasi darat, laut, dan udara kawan dapat dilaksanakan tanpa ada gangguan dan ancaman dari kekuatan udara musuh.

Operasi Udara Lawan Darat/OULD (Counter Land Operations). OULD merupakan operasi untuk menghancurkan kekuatan darat musuh/lawan agar operasi darat pasukan kawan dapat mencapai keberhasilan pelaksanaan tugas.

(7)

37

Operasi ini meliputi empat sub operasi yaitu Operasi Perlindungan Udara/ Ops Lindud (Air Cover), Operasi Penyekatan Udara/Ops Sekatud (Air Interdiction), Operasi Bantuan Tembakan Udara/OBTU (Close Air Support), dan Operasi Serangan Udara Langsung/OSUL (Air Strike).

Operasi Udara Lawan Laut/OULL (Counter Sea Operations). OULL merupakan operasi untuk menghancurkan kekuatan laut musuh/lawan agar operasi laut pasukan kawan dapat mencapai keberhasilan pelaksanaan tugas. Operasi ini meliputi lima sub operasi yaitu Operasi Perlindungan Udara/ Ops Lindud (Air Cover), Operasi Penyekatan Udara/Ops Sekatud (Air Interdiction), Operasi Bantuan Tembakan Udara/OBTU (Close Air Support), Operasi Serangan Udara Langsung/OSUL (Air Strike), dan Operasi Lawan Bawah Permukaan/OLBP (Submarine Attack Operations).

Operasi Mobilitas Udara/OMU (Air Mobility Operations). OMU merupakan operasi udara untuk memindahkan personel dan atau barang dengan cara didaratkan, diterjunkan maupun pemindahan antar pesawat di udara. OMU terdiri dari tiga sub operasi yaitu operasi angkutan udara/ops angud (air lift operations), operasi evakuasi medis udara/OEMU (aero medical evacuation operations), dan operasi pengisian bahan bakar di udara/OPBBU (air refueling operations).

Operasi Udara Khusus/OUK (Special Air Operations). OUK adalah operasi udara untuk mencapai tujuan khusus dengan personel, teknik, taktik, organisasi, perlengkapan, peralatan, latihan, dan pendidikan yang khusus dalam rangka memperlancar operasi Udara. OUK terdiri dari sembilan sub operasi yaitu Operasi Khusus/OPSSUS (special operations), Operasi Sar Tempur/OPSSARPUR (Combat Sar Operations), Operasi Perebutan dan Pengoperasian Pangkalan Udara/OP3U (Attack and Operate Air Base Operations), Operasi Penerjunan dan Penghancuran Kekuatan Udara/OPPKU (Air Borne Raid Operations), Operasi Pengoperasian Pangkalan Udara/OPPU (Airbase Operate Operations), Operasi Perlindungan Kekuatan Udara (Force Protection Operations), Operasi Rekonstruksi Pangkalan

(8)

38

Udara/ORPU (Airbase Reconstruction Operations), Operasi Pengendalian Depan Penanggulangan Bencana (OPDPB), dan Operasi Perang Kota/OPK (Urban Warfare Operations), Operasi Penanggulangan Terror/OPSGULTOR (Counter Terrorism Operations).

Operasi Keamanan dan Penegakan Hukum Udara/OKPHU (Air Law Enforcement Operations). OKPHU adalah segala usaha, pekerjaan, atau kegiatan yang bertujuan menegakan hukum dan menjaga keamanan udara sesuai peraturan perundang-undangan untuk menjamin terciptanya kondisi wilayah udara dan pangkalan udara yang aman serta bebas dari ancaman kekerasan, ancaman navigasi, pelanggaran hukum di wilayah udara termasuk di dalamnya adalah pelanggaran di kawasan wilayah udara terlarang dan wilayah udara terbatas, zona indentifikasi pertahanan udara/Air Defence Identification Zone (ADIZ), pelanggaran ruang udara di atas alur laut kepulauan Indonesia (ALKI), serta wilayah tertentu baik berupa bandar udara yang digunakan bersama, pangkalan udara yang digunakan bersama dan bandar udara atau pangkalan udara di wilayah perbatasan dan wilayah yang berpotensi terjadi ancaman.

Operasi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Udara/ Opsdawilhanud (Air Defence Teritory Empowerment Operations). Opsdawilhanud adalah operasi membantu pemerintah menyiapkan potensi nasional menjadi kekuatan pertahanan udara yang dipersiapkan secara dini meliputi pembinaan aspek geografi, demografi, dan kondisi sosial wilayah pertahanan udara (bandara, maskapai penerbangan, Industri Pertahanan dan objek vital yang berhubungan dengan matra udara) beserta kekuatan pendukungnya dalam rangka melaksanakan OMP, yang pelaksanaannya didasarkan pada kepentingan pertahanan negara sesuai dengan sistem pertahanan semesta. Opsdawilhanud terdiri dari 3 sub operasi yaitu operasi pembinaan ketahanan wilayah (ops bintahwil), operasi komunikasi sosial (ops komsos), dan operasi bakti (ops bakti).

(9)

39

Operasi Informasi/OI (Information Operations). OI merupakan salah satu operasi udara yang penyelenggaraannya memadukan berbagai kemampuan intelijen, teknologi informasi, komunikasi dan elektronika, psikologi, infolahta dan penerangan. Untuk mendapat hasil yang optimal, harus berpedoman pada pokok- pokok operasi informasi yang meliputi tujuan, sasaran, asas, batasan dan fungsi serta bentuk-bentuk operasi. Operasi informasi terdiri dari dua sub operasi yaitu operasi lawan informasi ofensif/OLIO (offensive counter-information operations) dan operasi lawan informasi defensif/OLID (defensive counter-information operations).

Terkait intelijen udara, secara lebih mendalam dituangkan dalam Lampiran Keputusan Kasau Nomor Kep /454 / VII / 2013 Tanggal 10 Juli 2013. Operasi intelijen TNI AU dilaksanakan dalam rangka mendapatkan keterangan tentang lawan/musuh, menemukan setiap bentuk ancaman nyata dan potensi ancaman baik yang datang dari dalam maupun luar negeri, mencegah intelijen lawan yang berpengaruh negatif terhadap pihak sendiri serta menciptakan kondisi yang menguntungkan, dalam rangka menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI serta keselamatan bangsa Indonesia dalam bentuk operasi militer untuk perang (OMP) dan operasi militer selain perang (OMSP). Dalam Buku Petunjuk Induk TNI Angkatan Udara Tentang Intelijen Bab V disebutkan Pembinaan fungsi intelijen TNI AU meliputi pembinaan kekuatan dan kemampuan intelijen. Penyelenggaraan pembinaan fungsi intelijen diarahkan untuk memelihara serta meningkatkan kekuatan dan kemampuan intelijen dalam rangka mendukung keberhasilan tugas TNI AU. Pembinaan kekuatan intelijen TNI AU sangat diperlukan dalam upaya memenuhi kebutuhan dan kesiapan operasional yang mampu mengikuti perkembangan sistem senjata modern agar selalu siap untuk menghadapi kemungkinan datangnya ancaman. Pembinaan kekuatan meliputi organisasi, personel, materiil khusus, dan peranti lunak. Operasi intelijen udara bagian dari intelijen militer yang diselenggarakan oleh TNI AU, yang meliputi segala usaha,

(10)

40

pekerjaan, kegiatan untuk mendapatkan pengetahuan atau keterangan tentang kekuatan, kemampuan, teknologi, kerawanan, kelemahan, itikad dan maksud dari lawan atau bakal lawan. Menggunakan sarana-sarana udara berikut pendukungnya, yang dibutuhkan untuk kepentingan kegiatan dan operasi udara TNI AU dan kepentingan Hankamnas lainnya.6

Pengindraan jauh (kadang dieja penginderaan jauh atau disingkat inderaja) adalah pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain7. Berdasarkan pendapat Liliesand dan Kiefer bahwa penginderaan jauh adalah sebuah ilmu pengetahuan yang juga merangkap sebuah ilmu seni terkait pada suatu daerah, obyek, dan fenomena yang kemudian akan dianalisa dan dilakukan interpretasi yang diperoleh dari sensor tanpa dilakukan sebuah kontak langsung terhadap sebuah obyek.8

Menurut Simonett bahwa citra sebagai gambaran rekaman suatu objek (biasanya berupa suatu gambaran pada foto) yang didapat dengan cara optik, elektro optik, optik mekanik atau elektronik. Di dalam bahasa inggris terdapat dua istilah yang berarti citra dalam bahasa Indonesia, yaitu “image” dan “imagery”, akan tetapi istilah imagery dirasa lebih tepat penggunaanya. Agar dapat dimanfaatkan maka citra tersebut harus diinterpretasikan atau diterjemahkan/ditafsirkan terlebih dahulu. Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Singkatnya interpretasi citra merupakan

6 Dispamsanau, Intelijen Udara, Bahan Pelajaran Sekkau, (2014), hlm.8.

7 James B.Campbell, Introduction Remote Sensing, (Femerkundung: CRC Press, 2002), hlm.15.

8 T.M.Liliesand dan R.W.Kiefer, Remote Sensing and Image Interpretation, Second Edition, (New York:John Wiley and Sons, 1987), hlm.18.

(11)

41

suatu proses pengenalan objek yang berupa gambar (citra) untuk digunakan dalam disiplin ilmu seperti Geologi, Geografi, Ekologi, Geodesi.9

Untuk melakukan penginderaan jarak jauh diperlukan alat sensor, alat pengolah data dan alat-alat lainnya sebagai pendukung. Oleh karena sensor tidak ditempatkan pada objek, maka perlu adanya wahana atau alat sebagai tempat untuk meletakkan sensor. Wahana tersebut dapat berupa balon udara, pesawat terbang, satelit atau wahana lainnya. Antara sensor, wahana, dan citra diharapkan selalu berkaitan, karena hal itu akan menentukan skala citra yang dihasilkan. Semakin tinggi letak sensor maka daerah yang terdeteksi atau yang dapat diterima oleh sensor semakin luas10. Berdasarkan jenis sensornya penginderaan jarak jauh dibedakan dalam beberapa jenis yaitu radar altimetri, optis, lidar, microwave.11

Pada sistem penginderaan jauh satelit yang digunakan adalah Satelit SPOT-6/7.

Berdasarkan ulasan Siti Desty Wahyuningsih dan Agnes Sondita Payani majalah Inderaja Vol.IX No.11, November 2018 dipaparkan bahwa SPOT adalah singkatan dari Systeme Pour I.Observation de la Terre.12 SPOT merupakan satelit penginderaan jauh yang dimiliki oleh konsorsium yang terdiri dari pemerintah Prancis, Swedia, dan Belgia13. SPOT 6/7 merupakan satelit penginderaan jauh yang menyediakan citra resolusi tinggi. SPOT-6 menyediakan citra penginderaan jauh sejak tahun 2012, sedangkan SPOT-7 menyediakan citra penginderaan jauh sejak

9 David S.Simonett, Manual Remote Sensing: Interpretation and Application, (Washington DC: American Society of Photogrammetry, 1983), hlm.35.

10 Andri Kurniawan, Yurika Permanasari dan Icih Sukarsih, “Pemanfaatan Data Suhu Permukaan Laut Citra Pengindraan Jauh Modis Terra/Aqua Untuk Identifikasi Wilayah Berpotensi Ikan”, Jurnal Universitas Islam Bandung. Vol 1, No 1, Prosiding Matematika, Februari 2015, hlm.8.

11 Devicia Natalia Br.Ginting dan Rizky Faristyawan, “Pemanfaatan Citra Landsat 8 Untuk Ekstraksi Informasi Batimetri”, Majalah Inderaja, Vol.IX, No.11, November 2018, hlm.52.

12 Siti Desty Wahyuningsih dan Agnes Sondita Payani, “Deteksi Awan Pada Citra Satelit SPOT-6/7 Menggunakan Metode Multi-Temporal Cloud Detection (MTCD)”, Majalah Inderaja, Vol.IX no.11, November 2018, hlm.5.

13 Suwargana, “Resolusi Spasial, Temporal dan Spektral pada Citra Satelit Landsat, SPOT dan IKONOS”, Jurnal Ilmiah WIDYA, 1(2), 167-174, 2013, hlm.5.

(12)

42

tahun 2014 14. SPOT-6 dan SPOT-7 adalah satelit kembar pertama dalam keluarga SPOT yang posisinya 180 derajat, sehingga memungkinkan revisit sekali sehari untuk setiap titik di bumi.15

Pada sistem penerimaan Pustekdata LAPAN yang berasal dari stasiun penerimaan di Kota Parepare, Sulawesi Selatan dan Rumpin, Bogor, menerima data dari Landsat 8. Pengoperasian penerimaan data satelit merupakan proses yang terikat dengan waktu. Hal ini dikarenakan satelit melewati daerah penerimaan antena pada waktu-waktu tertentu. Sehingga proses tersebut membutuhkan tenaga operator yang harus selalu siaga mengoperasikan penerimaan data satelit pada waktu-waktu tersebut. Salah satu data satelit yang diterima oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) adalah data satelit Landsat 8. Satelit Landsat 8 merupakan satelit Low-earth Orbit (LEO) atau beorbit rendah dan melintasi suatu daerah dari waktu ke waktu, dalam waktu sehari satelit ini melintasi wilayah Indonesia sebanyak 4 kali dan biasanya melintas pada malam hari. Stasiun Bumi Parepare dan Stasiun Rumpin resmi beroperasi sebagai penerima data Landsat-8 sejak April 2014. 16

Penyediaan data resolusi sangat tinggi tahun 2014 diawali dengan penentuan daerah yang menjadi prioritas kebutuhan data atau Area of Interest (AoI) mengacu kepada surat permohonan atau surat permintaan data yang masuk pada Pustekdata Inderaja LAPAN. Permintaan yang masuk tidak semuanya dapat dipenuhi, hal ini dikarenakan oleh penyesuaian anggaran pengadaan data. Oleh karena itu terdapat skala prioritas berdasarkan kebutuhan nasional untuk memenuhi permintaan data

14 J.Soubirane, Tonon M dan G.Pichon, “SPOT 6 / 7 and Pleiades Constellation : New Perspectives for Mapping. ACRS 2015 - 36th Asian Conference on Remote Sensing: Fostering Resilient Growth in Asia”, 7-11, 2015, hlm.9.

15 Airbus Defence and Space, “SPOT 6 |SPOT 7 High resolution broad coverage”, dalam https://www.

intelligence-airbusds.com/files/pmedia/ public/r2928_9_int_012_spot6-7_en_low-2.pdf , 2013, diakses 20 Desember 2019, hlm.18.

16 Wismu Sunarmodo, Dinari Niken S.S., Hidayat Gunawan dan Ayom Widipaminto, “Rancang Bangun Sistem Otomatisasi Penerimaan Data Satelit Landsat 8 di Stasiun Bumi Rumpin”, Publikasi Ilmiah, Agustus 2014, hlm.2.

(13)

43

resolusi sangat tinggi baik dari Kementerian, TNI-Polri ataupun Pemerintah Daerah.17

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 21 tahun 2013 tentang Keantariksaan dalam pasal 24 ayat 2 dijelaskan bahwa satu di antara fungsi LAPAN adalah melakukan pengembangan dan penguasaan teknologi satelit, maka dari itu pada tahun 2007 LAPAN mengorbitkan tiga buah satelit eksperimental yaitu LAPAN-A1/TUBSAT yang merupakan satelit yang dikembangkan hasil kerja sama dengan TU Berlin. Kemudian pada tahun 2015 diluncurkan satelit LAPAN/A2/ORARI dan pada tahun 2016 dikembangkan satelit LAPAN-A3/IPB yang dapat melakukan misi penginderaan jauh dan identifikasi kapal.18

Berdasarkan Perjanjian Kerja sama LAPAN dan TNI AU Nomor 68/02/2014 Perjama/3/II/2014 tentang Pemanfaatan Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Guna Mendukung Tugas Intelijen TNI AU. Perjanjian kerja sama ini memiliki tujuan untuk:

Melaksanakan, pengawasan dan pengamanan terhadap seluruh wilayah Nasional Indonesia secara cepat, tepat, akurat dan terpadu.

Meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia di bidang sains dan teknologi kedirgantaraan.

Memanfaatkan sains dan teknologi kedirgantaraan untuk kepentingan intelijen citra dan intelijen sinyal.

Memperoleh dan menyajikan data-data strategis terkini mengenai citra bumi yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan negara.

Yang menjadi obyek perjanjian dalam kerja sama ini meliputi penyediaan data penginderaan jauh guna mendukung tugas TNI AU serta pendidikan dan pelatihan

17 Fadila Muchsin, “Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Data Satelit Resolusi Tinggi dan Sangat Tinggi Untuk Pengguna di Indonesia”, Majalah Inderaja, Vol.VII, no.9, November 2016, hlm.35.

18 Galdita Aruba Chulafak, Agung Wahyudiono dan Dony Kushardono, “Pengembangan Teknologi Satelit LAPAN A2 dan Pemanfaatan Datanya Untuk Kelautan dan Pemanfaatan Penutup/Penggunaan Lahan Perkotaan”, Majalah Inderaja, Vol.VIII, no.10, November 2017, hlm.11.

(14)

44

pengolahan data penginderaan jauh guna mendukung tugas TNI AU. Adapun kewajiban LAPAN dan TNI AU dalam perjanjian kerja sama ini adalah :

LAPAN menyediakan tenaga profesional yang kompeten di bidang pengolahan data penginderaan jauh dan interpretasinya guna mendukung pendidikan dan pelatihan pengolahan data penginderaan jauh TNI AU.

Menyediakan sarana dan prasarana yag dibutuhkan dalam rangka pendidikan dan pelatihan pengolahan data penginderaan jauh guna mendukung tugas TNI AU.

Menyediakan data penginderaan jauh yang dibutuhkan guna mendukung tugas TNI AU.

Mengalokasikan kebutuhan biaya yang diperlukan sesuai kesepakatan antara LAPAN dan TNI AU.

Pihak TNI AU menyediakan personel yang kompeten untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan pengolahan data penginderaan jauh dan interpretasinya.

Pihak TNI AU menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam rangka pendidikan dan pelatihan pengolahan data penginderaan jauh.

Phak TNI AU mengajukan kebutuhan data penginderaan jauh dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas.

Mengalokasikan kebutuhan biaya yang diperlukan sesuai kesepakatan LAPAN dan TNI-AU.

Masa berlaku perjanjian kerja sama ini adalah selama 5 (lima) tahun.

3. Metodologi Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan desain penelitian menggunakan metode survey. Fokus dalam penelitian ini adalah hasil dan pelaksanaan kerja sama antara LAPAN dan TNI AU.

Menurut Sugiyono menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi

(15)

45

tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas19. Lebih lanjut dipaparkan bahwa Tujuan dari penggunaan penelitian deskriptif kualitatif adalah hasil dari deskriptif dapat searah dengan rumusan masalah serta pertanyaan penelitian juga identifikasi masalah penelitian. Hal ini disebabkan tujuan dari penelitian kualitatif deskriptif akan menjawab pertanyaan yang sebelumnya dikemukakan oleh rumusan masalah serta pertanyaan penelitian dan juga identifikasi masalah penelitian.20

Dalam penelitian ilmiah, metode penelitian diperlukan sebagai frame dalam melakukan research, analisa data, dan penyajian data sehingga terintegrasi dalam satu garis pemikiran dan tidak bias. Beberapa tipe penelitian antara lain penelitian deskriptif, eksplanatif dan eksploratif. Disamping itu ada beberapa jenis penelitian, antara lain penelitian survei, eksperimen, grounded research, kombinasi pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan analisa data sekunder.21

Survei pada dasarnya tidak berbeda dengan research (penelitian). Pemakaian kedua istilah ini kerap kali hanya dimaksudkan untuk memberikan penekanan mengenai ruang lingkup. Research memusatkan diri pada salah satu atau beberapa aspek dari objeknya. Sedangkan survei bersifat menyeluruh yang kemudian akan dilanjutkan secara khusus pada aspek tertentu bilamana diperlukan studi yang lebih mendalam.22

4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini difokuskan pada operasi intelijen udara yang didukung oleh hasil kerjasama LAPAN dan TNI-AU melalui Dispamsanau. Kerjasama LAPAN dan TNI-AU yang menjadi fokus penelitian ini adalah Perjanjian Kerja Sama

19 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm.21.

20 Ibid, hlm.22.

21 Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta:LP3ES, 1999), hlm.13.

22 Zulnaidi, Metode Penelitian, (Medan:Universitas Sumatera Utara, 2007), hlm.11.

(16)

46

LAPAN dan Dinas Pengamanan dan Persandian TNI AU tentang Pemanfaatan Teknologi dan Data Penginderaan Jauh guna Mendukung Tugas Intelijen TNI AU.

4.1.1 Kerjasama Pemanfaatan Teknologi Dan Data Inderaja antara LAPAN DAN TNI AU

Berdasarkan perjanjian kerja sama LAPAN dan TNI-AU Nomor 68/02/2014 tentang Pemanfaatan Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Guna Mendukung Tugas Intelijen TNI-AU terdapat maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Maksud kerja sama ini adalah untuk memberikan payung hukum bagi para pihak dalam rangka melakukan kerja sama di bidang pemanfaatan sains dan teknologi dirgantara guna mendukung tugas TNI-AU. Sedangkan tujuan kerja sama ini adalah:

Melaksanakan pengawasan dan pengamanan terhadap seluruh wilayah Nasional secara cepat, tepat, akurat dan terpadu.

Meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia di bidang sains dan teknologi kedirgantaraan.

Memanfaatkan sain dan teknologi kedirgantraan untuk kepentingan intelijen citra dan intelijen sinyal.

Memperoleh dan meyajikan data-data strategis terkini mengenai citra bumi yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan negara.

Bentuk pemanfaatan teknologi LAPAN yang digunakan oleh TNI AU adalah produk data citra satelit penginderaan jauh yang dimanfaatkan TNI AU untuk mendukung tugas Intelijen Udara saat ini adalah berupa data citra satelit resolusi rendah seperti Terra, Aqua, S-NPP, NOAA-18, NOAA-19, Metop, Himawari-8, data citra satelit resolusi menengah seperti Landsat-7, Landsat-8, data citra satelit resolusi tinggi yaitu SPOT-6, SPOT-7, dan data citra satelit resolusi sangat tinggi yaitu data Satelit Pleiades. Disamping data-data satelit optis tersebut, TNI AU juga memanfaatkan data citra Satelit RADAR yaitu Satelit TerraSAR-X dan Satelit TanDEM-X yang bebas awan.

(17)

47

Penyelenggaraan kerja sama Pemanfaatan Teknologi dan Data Inderaja antara LAPAN dan TNI AU dituangkan dalam Nota Kesepahaman Bersama nomor:

NKB/2/II/2014 tentang Penelitian, Pengembangan, Pengkajian dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi Kedirgantaraan..

Kerja sama yang digunakan untuk mendukung tugas intelijen udara adalah Dukungan data dalam hal Intelijen Udara melalui akses hubungan/Link Access pemanfaatan data Lapan diantaranya untuk memantau aset lahan TNI AU, daerah terdampak bencana serta hal lain terkait pengamanan penerbangan. Selain itu pula kerja sama ini juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan intelijen lainnya di luar intelijen udara.

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia masing-masing instansi dilakukan pertukaran informasi penguasaan teknologi. Sehingga personil TNI-AU dan LAPAN mendapat pelatihan khusus yang dilakukan dalam rangka program kerja sama ini. Tujuan pelatihan ini agar personil TNI-AU dapat mengolah dan menginterpretasi data yang diperoleh dari LAPAN secara optimal yang nantinya akan berpengaruh baik pada pelaksanaan operasi intelijen udara.

Sampai dengan saat ini NKB yang ada sudah berjalan dengan baik oleh kedua belah pihak. Hal-hal yang diimplementasikan dari NKB sejauh ini pemanfaatan Inderaja untuk memantau aset TNI AU, memantau terjadinya kecelakaan wahana udara maupun bencana alam. Selain itu juga pemanfaatan inderaja juga dilakukan untuk mengetahui kontur serta topografi target yang diolah oleh intelijen yang nantinya menjadi informasi penting dalam pelaksanaan operasi tempur.

Kerjasama LAPAN dan TNI-AU sampai saat ini kerja sama dengan Lapan sudah cukup untuk mendukung tugas intelijen udara. Yang menjadi kendala saat ini Nota Kesepahaman Bersama antara Lapan dan TNI-AU sudah habis masa berlakunya sejak tanggal 19 Februari 2019, saat ini sedang proses pembaharuan dan ditingkatkan menjadi MoU antara Lapan dengan Mabes TNI-AU.

(18)

48

Secara umum, dampak kerjasama LAPAN dan TNI AU dalam mendukung tugas TNI AU cukup besar. Pemanfaatan Data LAPAN cukup mendukung tugas dari Intelijen Udara. Kerja sama ini di masa mendatang sangat perlu dilanjutkan guna mendukung tugas Intelijen Udara yang dilaksanakan oleh TNI AU karena hasil kerja sama LAPAN dan TNI-AU memiliki dampak yang cukup signifikan dalam mendukung operasi intelijen udara yang selama ini dilaksankan.

4.1.2 Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jarak Jauh

Pemanfaatan Teknologi Inderaja selama ini adalah data citra satelit resolusi rendah seperti Terra, Aqua, S-NPP, NOAA-18, NOAA-19, Metop, Himawari-8, data citra satelit resolusi menengah seperti Landsat-7, Landsat-8, data citra satelit resolusi tinggi yaitu SPOT-6, SPOT-7, dan data citra satelit resolusi sangat tinggi yaitu data Satelit Pleiades. Disamping data-data satelit optis tersebut, TNI AU juga memanfaatkan data citra Satelit RADAR yaitu Satelit TerraSAR-X dan Satelit TanDEM-X yang bebas awan. Data citra satelit sangat berguna untuk melakukan pemetaan topografi, kontur muka bumi dan kondisi geografis suatu objek yang mana nantinya akan bermanfaat dalam operasi intelijen udara, dalam dunia penerbangan citra satelit ini juga bermanfaat dalam memetakan serta melakukan prediksi posisi awan yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan selain itu juga dapat dilakukan pemanfaatan kondisi cuaca dan memprediksi kondisi cuaca yang akan terjadi pada lingkup atau luas area tertentu. hasil data yang diperoleh melalui satelit ini akan diolah oleh personil TNI-AU yang nantinya menjadi informasi berharga hasil operasi intelijen udara yang akan didistribusikan pada satuan-satuan yang akan melaksankan operasi baik misi tempur maupun non- tempur. Selama dilakukan pemanfaatan belum ada kendala yang berarti.

Untuk mendukung kelancaran dalam pemanfaatan teknologi inderaja Beberapa personel sudah mengikuti kursus dan pelatihan baik dari Dispamsanau maupun Dissurpotrutau diantaranya Intelijen Udara serta pelatihan interpretasi foto

(19)

49

udara dan citra satelit. Serta bimbingan teknis pemanfaatan data dari pihak LAPAN.

tetapi personil TNI-AU harus diberikan pelatihan lebih agar dalam mengelola dan menginterpretasi hasil satelit dari penginderaan jarak jauh dapat lebih optimal dari yang dilakukan saat ini. Sarana yang digunakan juga dilengkapi berupa Komputer, Monitor, Harddisk yang berisi file data citra satelit serta akses dan pemanfaatan data terbaru milik LAPAN.

Untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan teknologi inderaja perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana sesuai dengan teknologi terbaru serta perlu adanya peningkatan pengetahuan terhadap SDM yang mengawaki sehingga dapat mendukung tugas Intelijen Udara dan melaksanakan koordinasi secara rutin kepada Lapan untuk update perkembangan teknologi inderaja dan data terbaru.

Peningkatan kualitas sarana dan prasarana juga dibutuhkan untuk menunjang kemampuan dan kompetensi personil TNI-AU yang dilibatkan dalam program kerja sama LAPAN dan TNI-AU.

4.1.3 Pemanfaatan Data Penginderaan Jarak Jauh

Data Inderaja milik LAPAN yang dimanfaatkan TNI AU untuk mendukung tugas Intelijen Udara adalah pemanfaatan data berupa file Citra Pleidge (data citra yang memiliki resolusi tinggi), untuk selanjutnya mempergunakan data tersebut untuk interpretasi citra menggunakan aplikasi ArcGis. Sampai saat ini pemanfaatan data tersebut aman untuk digunakan.

Personel senantiasa memonitoring dan siap mengoperasikan serta memanfaatkan data Indraja LAPAN apabila dibutuhkan dalam mendukung tugas Intelijen Udara. Sarana dan prasarana untuk mendukung kinerja personil berupa perangkat komputer dan monitor serta akses penghubung kepada data Indraja milik Lapan namun sarana dan prasarana ini dianggap masih belum terlalu memadai dalam memanfaatkan data penginderaan jarak jauh milik LAPAN sehingga diperlukan penambahan fasilitas pendukung.

(20)

50

Dalam pemanfaatan teknologi data penginderaan jarak jauh untuk saat ini dirasakan masih belum optimal sehingga untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan inderaja perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana sesuai dengan teknologi terbaru serta perlu adanya peningkatan pengetahuan terhadap sumber daya manusia yang mengawaki sehingga dapat mendukung tugas Intelijen Udara. Dan juga melaksanakan koordinasi secara rutin kepada LAPAN untuk update perkembangan data terbaru. Sistem penginderaan jauh merupakan salah satu sistem teknologi yang sangat dinamis dan selalu terupdate, sehingga personil atau sumber daya manusia dituntut selalu meningkatkan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki agar mampu mengikuti perkembangan teknologi Sistem Penginderaan Jarak Jauh.

4.1.4 Tugas Intelijen Udara

Data Inderaja LAPAN digunakan untuk mencari informasi dan memantau perkembangan kekuatan militer negara tetangga, memetakan lokasi kecelakaan wahana udara dan memantau kejadian bencana alam melalui pengindraan jauh.

Pengaruh dari pemanfaatan teknologi LAPAN cukup besar terhadap tugas intelijen udara. Sampai saat ini pemanfaatan teknologi dan data Inderaja Lapan sangat mendukung tugas Intelijen Udara. Pelaksanaan tugas intelijen udara setelah dilaksanakan kerjasama pemanfaatan teknologi dan data Inderaja antara LAPAN dan TNI AU adalah data dukung yang diperoleh dari pemanfaatan teknologi dan data Inderaja dapat melengkapi kebutuhan informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas Intelijen Udara.

4.2. Pembahasan

Kerja sama Pustekdata Inderaja LAPAN dan Dinas Pengamanan dan Persandian TNI AU tentang pemanfaatan teknologi dan data penginderaan jauh guna mendukung tugas intelijen TNI AU telah berlangsung sejak penandatanganan

(21)

51

Memorandum of Understanding Nomor 67/02/2014 dan Nomor NKB/2/III/2014 tanggal 19 Februari 2014. Kerja sama antar instansi merupakan salah satu bentuk kerja sama yang ada, baik sesama instansi sipil, sesama instansi militer ataupun antar instansi sipil dan militer. memiliki pengalaman dan saran dalam urusan CIMIC.

Kerja sama instansi sipil-militer dalam hal ini Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional merupakan kerja sama dari dua instansi berbeda untuk mencapai tujuan bersama dan hasil dari kerja sama dapat dimanfaatkan oleh masing-masing instansi. Dalam rangka mendukung tugas TNI AU dalam operasi intelijen udara, maka dilaksanakan Kerja sama dengan lembaga kementrian maupun non-kementrian yang memliliki kemampuan untuk mendukung penyajian data-data intelijen udara yang salah satunya adalah Lembaga Antariksa dan penerbangan nasional (LAPAN). penyelenggaraan kerja sama Pemanfaatan Teknologi dan Data Inderaja antara LAPAN dan TNI AU dituangkan dalam Nota Kesepahaman Bersama nomor : NKB/2/II/2014 tentang Penelitian, Pengembangan, Pengkajian dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi Kedirgantaraan. Kerja sama ini berupa dalam bentuk dukungan data dalam hal Intelijen Udara melalui akses hubungan/Link Access pemanfaatan data Lapan diantaranya untuk memantau aset lahan TNI AU, daerah terdampak bencana serta hal lain terkait pengamanan penerbangan. Kerja sama antara TNI AU dengan LAPAN terkait operasi intelijen udara, dilaksanakan oleh Dinas Pengamanan dan Persandian TNI AU (Dispamsanau) yang meliputi pemanfaatan pemanfaatan teknologi dan data penginderaan jauh. Kerja sama tersebut sangat penting karena TNI AU saat ini belum mampu untuk mendapatkan data penginderaan jauh secara mandiri dan kemampuan tersebut sudah dimiliki oleh LAPAN yang dalam hal ini adalah Pusat Teknologi Satelit (Pusteksat) dan Pusat Teknologi Data (Pustekdata). Oleh karena itu perlu dilaksanakan analisa agar kerja sama ini dapat secara optimal mendukung operasi intelijen udara. Dalam penyelenggaraan operasi udara diperlukan basis data berupa informasi intelijen

(22)

52

yang terkait dengan aspek intelijen udara baik kondisi cuaca, situasi medan/area operasi, maupun kondisi musuh/bakal lawan yang ditinjau dari kondisi geografis, demografi dan kondisi sosial. Terkait dengan basis data intelijen udara diperlukan sumber data yang secara spesifik berhubungan langsung dengan informasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan operasi udara antara lain basis data citra satelit, foto udara, peta udara dan topografi, basis data terkait teknologi penerbangan dan persenjataan udara.

Kegiatan bimbingan teknis merupakan implementasi dari upaya Dinas Pengamanan dan Persandian Angkatan Udara (Dispamsanau) meningkatkan kemampuan dan keterampilan personel intelijen dalam pengolahan dan interpretasi data citra satelit guna mendukung operasi TNI AU. Bimbingan teknis dasar pengolahan dan pemanfaatan data penginderaan jauh ini merupakan bagian dari program pembinaan sumber daya manusia Dispamsanau khususnya personel intelijen di lingkungan TNI AU sekaligus sebagai tindak lanjut perjanjian kerja sama yang telah terjalin antara TNI AU dengan Lapan. Diharapkan agar hasil dari kegiatan Bimtek kali ini akan dapat meningkatkan kinerja dan peran Dispamsanau di bidang intelijen udara. Kegiatan Bimtek ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dan profesionalisme personel dalam pelaksanaan tugas dihadapkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi penginderaan jauh yang berkembang pesat.

Di dalam Undang-Undang No.17/2011 tentang Intelijen Negara, Dalam rangka pencegahan, penangkalan, dan penanggulangan terhadap setiap jenis ancaman yang mungkin terjadi dan mengancam/mengganggu kepentingan dan keamanan nasional, intelijen berperan dalam melakukan upaya, pekerjaan, dan kegiatan deteksi dini dan peringatan dini. Untuk itu, peran intelijen negara harus dalam koridor kepastian hukum, menjamin keadilan bagi seluruh warga negara, serta tidak mengabaikan prinsip demokrasi dan hak asasi manusia. Intelijen negara berperan penting dalam menyediakan informasi terkini, akurat, cepat, dan komprehensif

(23)

53

terkait jaminan keamanan dan penegakan hukum dalam negara hukum yang demokratis. (Arum,2016).

Evolusi intelijen negara di Republik Indonesia sejalan atau sejajar dengan sejarah negara ini, yaitu sejak masa kemerdekaan dan diakhiri dengan perubahan dari pemerintahan otoriter menjadi demokratis. Di Negara Kesatuan Republik Indonesia, pertumbuhan intelijen negara telah menciptakan pola keterlibatan yang dikenal dengan kontak intelijen dengan negara. Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita lihat lebih dekat bagaimana perkembangan intelijen negara di Republik Indonesia dalam hal interaksinya, atau bagaimana interaksi intelijen dengan negara.

Lebih baik untuk memulai dengan melihat sekilas landasan teoretis untuk interaksi intelijen-negara, yang didasarkan pada penelitian yang disediakan oleh Peter Gill dan Uri Bar-Joseph. Tindakan badan intelijen di berbagai negara telah banyak menjadi bahan penelitian kedua ilmuwan ini..23

Operasi intelijen TNI AU dilaksanakan dalam rangka mendapatkan keterangan tentang lawan/musuh, menemukan setiap bentuk ancaman nyata dan potensi ancaman baik yang datang dari dalam maupun luar negeri, mencegah intelijen lawan yang berpengaruh negatif terhadap pihak sendiri serta menciptakan kondisi yang menguntungkan, dalam rangka menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI serta keselamatan bangsa Indonesia dalam bentuk operasi militer untuk perang (OMP) dan operasi militer selain perang (OMSP). Dalam Buku Petunjuk Induk TNI Angkatan Udara Tentang Intelijen Bab V disebutkan Pembinaan fungsi intelijen TNI AU meliputi pembinaan kekuatan dan kemampuan intelijen.

Penyelenggaraan pembinaan fungsi intelijen diarahkan untuk memelihara serta meningkatkan kekuatan dan kemampuan intelijen dalam rangka mendukung keberhasilan tugas TNI AU. Pembinaan kekuatan intelijen TNI AU sangat diperlukan dalam upaya memenuhi kebutuhan dan kesiapan operasional yang mampu mengikuti perkembangan sistem senjata modern agar selalu siap untuk

23 Andi Wijajanto, Hubungan Intelijen Negara 1945-2004, (Jakarta:Paciviz, 2008), hlm.11.

(24)

54

menghadapi kemungkinan datangnya ancaman. Pembinaan kekuatan meliputi organisasi, personel, materiil khusus, dan peranti lunak. saat ini pemanfaatan Inderaja untuk memantau Asset TNI AU, memantau terjadinya kecelakaan wahana udara maupun bencana alam dan kerja sama dengan Lapan sudah cukup untuk mendukung tugas intelijen udara. Karena memberikan manfaat yang cukup besar.

Nota Kesepahaman Bersama antara Lapan dan TNI-AU sudah habis masa berlakunya sejak tanggal 19 Februari 2019, saat ini sedang proses pembaharuan dan ditingkatkan menjadi MoU antara Lapan dengan Mabes TNI.

Berdasarkan data awal yang peneliti dapat dari hasil wawancara dengan Kepala Intelijen Manajemen Center (IMC) Dispamsanau, penyelenggaraan kerja sama LAPAN dan TNI AU yang dilaksanakan oleh Pustekdata Inderaja dan Dispamsanau sampai saat ini masih belum optimal. Berbagai kendala dan permasalahan yang terjadi di lapangan muncul pada kemampuan Dispamsanau dalam menginterpretasi data-data hasil imagery satelit yang diberikan oleh Pustekdata LAPAN yang seharusnya dapat membantu dalam mendukung operasi intelijen udara khususnya untuk intelijen citra dan intelijen sinyal. Dalam menginterpretasikan citra dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu :

Deteksi ialah pengenalan objek yang mempunyai karakteristik tertentu oleh sensor.

Identifikasi ialah mencirikan objek dengan menggunakan data rujukan.

Analisis ialah mengumpulkan keterangan lebih lanjut secara terinci.

Hal tersebut tentunya akan berdampak pada pelaksanaan tugas intelijen udara yang dilaksanakan oleh TNI AU tidak optimal.

Faktor dan kendala yang terjadi dalam implementasi kerja sama LAPAN dan TNI-AU adalah kualitas sumber daya manusia dari pihak TNI AU yang belum mampu secara optimal dalam melakukan intrepretasi hasil foto pencitraan satelit.

Untuk mengatasi kendala tersebut pihak TNI AU harus mengadakan pelatihan dan pendidikan untuk peningkatan kompetensi personel dalam menginterpretasi hasil

(25)

55

foto pencitraan udara serta melaksanakan peningkatan kemampuan saran dan prasarana untuk interpretasi data yang diberikan oleh Pustedata Inderaja LAPAN.

kerja sama yang berjalan saat ini meskipun telah berjalan dengan baik serta memberikan manfaat yang cukup banyak. Tapi hasil yang didapat saat ini masih dapat ditingkat lagi. Beberapa hal yang dapat dilakukan agar kerjasama pemanfaatan teknologi dan interpretasi data penginderaan jauh antara LAPAN dan TNI AU guna mendukung tugas intelijen udara diharapkan dapat terselenggara dengan optimal, yaitu

Dengan melakukan peningkatan mutu sumber daya manusia, peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan melakukan pelatihan agar kompetensi sumber daya manusia yang bertugas melakukan interpretasi data penginderaan jauh.

Peningkatan sarana dan prasarana Dispamsanau yang berkaitan dengan proses dalam menginterpretasikan seluruh data yang diberikan oleh Pustekdata Inderaja LAPAN agar dapat memenuhi kebutuhan data dalam rangka tugas intelijen udara.

Dengan adanya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sarana serta prasarana, sehingga faktor dan kendala yang selama ini muncul dapat diminimalisir dan dihilangkan, sehingga hasil dan proses pemanfaatan kerja sama ini dapat berjalan dengan optimal.

5. Kesimpulan dan Rekomendasi

Dari Hasil penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan yang dirangkum sebagai berikut: Penyelenggaraan kerja sama dalam pemanfaatan teknologi dan data penginderaan jauh milik Pustekdata penginderaan jauh LAPAN oleh IMC Dispamsanau dapat terlaksana dengan cukup baik namun belum optimal. Kegiatan yang dilaksanakan adalah penyediaan data penginderaan jauh sesuai kebutuhan IMC Dispamsanau dan bimbingan teknis terhadap personel TNI Dispamsanau

(26)

56

untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan personel intelijen dalam pengolahan dan interpretasi data citra satelit guna mendukung tugas intelijen udara.

Beberapa kendala yang muncul dalam implementasi kerjasama LAPAN dan TNI AU adalah kemampuan sumber daya manusia dan sarana serta prasarana dari pihak TNI AU yang dalam hal ini adalah Dispamsanau sehingga data-data penginderaan jauh yang diberikan oleh Pustekdata Inderaja LAPAN belum dapat diintrepretasikan secara optimal untuk mendukung IMC Dispamsanau dalam melaksanakan tugas intelijen udara.

Kerjasama pemanfaatan teknologi dan interpretasi data penginderaan jauh antara LAPAN dan TNI AU guna mendukung tugas intelijen udara diharapkan dapat terselenggara dengan optimal, yaitu SDM, sarana dan prasarana Dispamsanau dapat menginterpretasikan seluruh data yang diberikan oleh Pustekdata Inderaja LAPAN agar dapat memenuhi kebutuhan data dalam rangka tugas intelijen udara.

Terdapat beberapa hal yang dapat diimplementasikan yang nantinya menjadi referensi dalam melakukan upaya memecahkan masalah terkait dengan kerjasama antara instansi terkait operasi intelijen udara. Rekomendasi dirangkum sebagai berikut:

a. TNI AU agar mempertimbangkan untuk melanjutkan kerja sama dengan LAPAN dalam pemanfaatan teknologi dan data penginderaan jauh guna mendukung tugas intelijen udara.

b. TNI AU agar memprioritaskan pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana IMC agar data penginderaan jauh yang diberikan oleh LAPAN dapat secara optimal digunakan untuk mendukung tugas intelijen udara.

c. TNI AU agar menyelenggarakan kerjasama dengan Badan Informasi Geospasial (BIG) terkait bimbingan teknis interpretasi data penginderaan jauh untuk personel TNI AU yang terlibat dalam interpretasi data penginderaan jauh.

(27)

57

d. LAPAN agar merekomendasikan pendidikan profesi yang dapat dilaksanakan oleh personel TNI AU dengan lisensi yang terakreditasi internasional.

Daftar Pustaka Buku

Abdulsyani. (1994). Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Campbell, James B. (2002). Introduction Remote Sensing. Femerkundung: CRC Press Dispamsanau. (2014). Intelijen Udara, Bahan Pelajaran Sekkau.

Fitri Atur Arum, Reposisi Intelijen Dalam Badan Intelijen Negara Pasca Lahirnya Undang- Undang No. 17 Tahun 2011 Tentang Intelijen Negara,Tesis,UII, Jogjakarta, 2016 Liliesand, T.M dan R.W.Kiefer. (1987). Remote Sensing and Image Interpretation,

Second Edition. New York:John Wiley and Sons.

Purwadarminta. (1985). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Schermerhorn, John.R, Schermerhorn, Jr. James G.Hunt, and Richard N.Osborn.

(2010).Organizational Behavior. Danvers:John Willey & Sons, Inc.

Simonett, David S. (1983). Manual Remote Sensing: Interpretation and Application.

Washington DC: American Society of Photogrammetry

Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. (1987). Metode Penelitian Survei.

Jakarta:LP3ES.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Warsono, Sony, et al. (2009). Corporate Governance Concept and Model.

Yogyakarta: Center of Good Corporate Governance

Widjajanto, Andi. (2008). Hubungan Intelijen-Negara 1945-2004. Jakarta:Paciviz.

Zulnaidi. (2007). Metode Penelitian. Medan:Universitas Sumatera Utara.

(28)

58 Jurnal

Kurniawan, Andri, Yurika Permanasari dan Icih Sukarsih. (2015). “Pemanfaatan Data Suhu Permukaan Laut Citra Pengindraan Jauh Modis Terra/Aqua Untuk Identifikasi Wilayah Berpotensi Ikan.” Jurnal Universitas Islam Bandung. Vol 1, No 1, Prosiding Matematika (Februari, 2015)

Soubirane, J., Tonon, M., & Pichon, G. (2015). “SPOT 6 / 7 and Pleiades Constellation : New Perspectives for Mapping. ACRS 2015 - 36th Asian Conference on Remote Sensing: Fostering Resilient Growth in Asia”, 7-11.

Sunarmodo, Wismu, Dinari Niken S.S., Hidayat Gunawan dan Ayom Widipaminto.

(2014). “Rancang Bangun Sistem Otomatisasi Penerimaan Data Satelit Landsat 8 di Stasiun Bumi Rumpin”. Publikasi Ilmiah, Agustus 2014.

Suwargana, N. (2013). “Resolusi Spasial, Temporal dan Spektral pada Citra Satelit Landsat, SPOT dan IKONOS”. Jurnal Ilmiah WIDYA, 1(2), 167-174.

Artikel Majalah

Aruba Chulafak, Galdita, Agung Wahyudiono dan Dony Kushardono. (2017).

“Pengembangan Teknologi Satelit LAPAN A2 dan Pemanfaatan Datanya Untuk Kelautan dan Pemanfaatan Penutup/Penggunaan Lahan Perkotaan”.

Majalah Inderaja, Vol.VIII no.10, November 2017.

Desty Wahyuningsih, Siti dan Agnes Sondita Payani. (2018). “Deteksi Awan Pada Citra Satelit SPOT-6/7 Menggunakan Metode Multi-Temporal Cloud Detection (MTCD)”. Majalah Inderaja, Vol.IX no.11, November 2018.

Ginting, Devicia Natalia Br. dan Rizky Faristyawan. (2018). “Pemanfaatan Citra Landsat 8 Untuk Ekstraksi Informasi Batimetri”, Majalah Inderaja, Vol.IX, No.11, November 2018.

Muchsin, Fadila. (2016). “Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Data Satelit Resolusi Tinggi dan Sangat Tinggi Untuk Pengguna di Indonesia”. Majalah Inderaja, Vol.VII, no.9, November 2016.

(29)

59 Peraturan

Keputusan Panglimana Tentara Nasional Indonesia Nomor Kep/ /IV/2019 tentang Doktrin Tentara Nasional Angkatan Udara Swa Bhuwana Paksa (naskah sementara)

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pengamanan Wilayah Udara Republik Indonesia.

Perkasau nomor Perkasau/454/VII/2013 tentang Buku Induk Intelijen

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan Undang-Undang Republik Indonesia No.17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia

Internet

Airbus Defence and Space. SPOT 6 |SPOT 7 High resolution broad coverage. (2013) diretrieved dari https://www. intelligence-airbusds.com/files/pmedia/

public/r2928_9_int_012_spot6-7_en_low-2.pdf diakses 20 Desember 2019

AJP-9. NATO Civil Military Co-Operation (CIMIC). Doctrine. (2003). diretrieved dari https://www.nato.int › ims › docu › AJP-9 diakses 4 September 2019.

Referensi

Dokumen terkait

Metode Observasi adalah pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap server yang merupakan pusat dari kontrol jaringan LAPAN sehingga setiap komputer di LAPAN

Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa pada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi untuk Paket Pengadaan

Bahwa setelah diadakan evaluasi Administrasi, Teknis, Harga dan Evaluasi Kualifikasi serta Pembuktian Kualifikasi oleh Pokja Pengadaan Barang ULP Lapan menurut Peraturan

Berdasarkan ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta (IKP) Bagian E Pasal 26.4 (Evaluasi Administrasi) Pokja Pengadaan Jasa Konstruksi ULP LAPAN telah melakukan evaluasi

Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa pada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) akan melaksanakan Pelelangan Sederhana/Pemilihan Langsung dengan

Pada hari ini Selasa tanggal 23 Oktober 2015, kami bertanda-tangan di bawah ini adalah Pokja Pengadaan Jasa Konsultansi ULP Lapan Pengadaan Jasa

membuat citra tegak satelit penginderaan jauh resolusi tinggi untuk keperluan survei dan pemetaan dalam rangka pembangunan informasi geospasial nasional dengan melakukan

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sudah sejak tahun 1986 melakukan penelitian pemanfaatan data satelit penginderaan jauh guna mengkaji dan