20
PEMBINAAN KARAKTER RELIGIUS PESERTA DIDIK DI SMPIT QURRATA AYUN KANDANGAN
Sulaiman Jazuli dan Nila Rahmi
Abstract:
This study departs from the fact that the character building of the religious school is not as easy as reversing the palm of the hand.
Various barriers and obstacles must exist, such as differences in the character of the students, a livable environment of learners, the background of the lives of learners, and the lack of close attention of the parents of the students when they are at home.
This study aims to determine the character development of religion conducted by the teachers of Islamic religious education in SMP IT Qurrata ‘Ayun Kandangan. This research is field research with a qualitative approach. The subject in this research is the teacher of Islamic education. The object is the buliding of a religious character in SMP IT Qurrata ‘Ayun Kandangan. The results of this study that in building a religious character, teacher education Islamic religious used various methods through teaching, motivating, modelling, habituation, and the rule enforcement.
Keywords:
Building, Religious Character
Sulaiman Jazuli adalah dosen tetap STAI Darul Ulum Kandangan, email:
[email protected]. Nila Rahmi adalah mahasiswa STAI Darul Ulum Kandangan Prodi PAI, email: [email protected]
21 A. Pendahuluan
Pada dasarnya, proses pendidikan terjadi karena adanya sinergitas antara pendidikan formal, informal, dan juga nonformal. Ketiga ranah pendidikan tersebut biasanya juga dikenal dengan sebutan tri pusat pendidikan.1 Jadi, idealnya suatu proses pendidikan itu terjadi karena tri pusat pendidikan tersebut saling bahu membahu dalam memberikan suatu pendidikan. tidak terkecuali dalam mendidik karakter anak, sinergitas ketiga ranah itu sangatlah diperlukan.
Pembinaan pendidikan karakter di sekolah sebenarnya bertujuan agar para peserta didik dapat mengetahui nilai-nilai perbuatan yang berlaku terhadap Tuhan, sesama manusia, dan terhadap alam bahkan terhadap diri sendiri. Dan bukti dari pengamalan semua nilai-nilai tersebut dapat dilihat dari kesesuaian antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan yang diaplikasikan oleh peserta didik di sekolah.2
Akan tetapi sekolah tidak akan mampu untuk berdiri sendiri dalam melakukan pembinaan terhadap peserta didik. Pihak orang tua juga harus ikut bertanggungjawab dalam membina karakter, terutama karakter religius ini. Oleh karena itulah diperlukan adanya sinergitas antara sekolah dan para orang tua dalam melakukan pembinaan karakter terhadap peserta didik. Dengan begitu, diharapkan pembinaan karakter yang ada di sekolah berjalan dengan sebagaimana mestinya dan juga dapat berjalan dengan maksimal.
Pembinaan karakter religius di sekolah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kesulitan yang paling sering ditemui diantaranya perbedaan karakter peserta didik, latar belakang, dan
1 M. S. Yahya, Pendidikan Karakter di Islamic Full Day School.
(Purwokerto: STAIN Press, 2019)
2R. Siti Putu Fauziah & Martin Roestamy, Pendidikan karakter Berbasis Tauhid. (Depok: Rajawali Pers, 2020)
22
lingkungan tempat tinggal peserta didik. Kasus yang paling dominan yang menjadi penghambat pembinaan karakter peserta didik di SMP IT Qurrata Ayun diantaranya kurangnya semangat dalam belajar, kurang percaya diri dan kurang disiplin. Kasus-kasus yang paling berat bahkan pernah terjadi seperti kehilangan uang di kelas, peserta didik laki-laki tidak melaksanakan salat berjamaah, peserta didik perempuan tidak melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslimah, hingga pelanggaran terhadap Batasan pertemanan antara peserta didik laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik meneliti tentang pembinaan karakter religius di SMP IT Qurrata Ayun Kandangan.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Objek dalam penelitian ini adalah pembinaan karakter religius peserta didik SMP IT Qurrata ‘Ayun Kandangan. Sedangkan subjeknya adalah guru pendidikan agama Islam Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Qurrata ‘Ayun Kandangan.
C. Landasan Teori
1. Pembinaan Karakter Religius
Pembinaan menurut Thoha sebagaimana dikutip oleh Sarbaini adalah sebuah proses yang dilakukan dengan tujuan agar seseorang yang menjadi subjek dapat berkembang, berkemajuan dan juga bertumbuh ke arah yang lebih baik. Berdasarkan hal tersebut, maka pembinaan pada dasarnya memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai pengetahuan dan bahan informasi, sebagai bahan untuk
23 menumbuhkembangkan sikap, dan sebagai latihan untuk kecakapan dan keterampilan hidup.3
Dalam melakukan pembinaan karakter, dapat dilakukan dengan cara pengajaran, pemotivasian, peneladanan, pembiasaan, dan penegakan aturan.4
a. Pengajaran
Seringkali pengajaran juga disebut dengan pembelajaran.
Pembelajaran adalah sebuah upaya untuk memberikan sebuah pelajaran kepada seseorang ataupun kepada komunitas tertentu dengan menggunakan berbagai upaya. Sedangkan pengajaran dalam kontek pendidikan karakter di sekolah adalah merupakan upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam memberikan pengetahuan dan bimbingan tentang karakter tertentu kepada peserta didik, dan juga memberikan motivasi agar peserta didik terdorong untuk mengaplikasikan karakter tersebut.5
b. Pemotivasian
Pemberian motivasi yang dilakukan kepada peserta didik sangat dipengaruhi oleh factor dari dalam dan dari luar. Factor dari luar yaitu berasal dari lingkungan. Sedangkan factor dari dalam adalah yang berasal dari individu. Motivasi berguna untuk
3 Sarbaini, Pendidikan Nilai, Moral, dan Karakter Kepatuhan Peserta Didik Terhadap Norma Ketertiban di Sekolah, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012)
4 Syarbaini, Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga, (Jakarta: Elek Media Komputindo, 2014)
5 Ibid.
24
mendorong seseorang agar tergerak, terarah, mampu memahami dan melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diharapkan.6 c. Peneladanan
Anak merupakan peniru yang paling ulung. Hal tersebut tidak berlebihan karena pada dasarnya segala hal yang mereka aplikasikan dalam keseharian berasal dari meniru orang yang lebih dewasa. Jadi, segala hal yang telah diajarkan dan dilakukan oleh orang dewasa, orang tua ataupun pendidik sedikit banyaknya dapat mempengaruhi seorang anak dalam mengerjakan sesuatu. Peneladanan ini menjadi sesuatu yang paling penting dalam membina karakter anak karena sejak awal kehidupan, seorang anak banyak belajar dengan cara meniru kebiasaan-kebiasaan dan perilaku orang dewasa.7
d. Pembiasaan
Pembiasaan adalah suatu proses menanamkan kebiasaan yang baru dan sekaligus memperbaiki kebiasaan yang telah lama ke arah yang lebih baik. Untuk tercapainya tujuan dari pembiasaan, terdapat syarat khusus. Syarat tersebut adalah pembiasaan harus dimulai sedini mungkin, dijalankan secara konsisten, tidak memberikan ruang terjadinya pelanggaran, kesadaran peserta didik.8
6 Muhammad Mushfi El Iq Bali & Nurul Fadilah, Internal Karakter Religius di Sekolah Menengah Pertama Nurul Jadid. Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam, (2019), 9(1), 1-25
7 Syarbaini, Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga, (Jakarta: Elek Media Komputindo, 2014)
8 Ahsanulkhaq, Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Metode Pembiasaan. Jurnal Prakarsa Paedagogia, (2019), 2(1).
25 e. Penegakan Aturan
Dalam pembinaan karakter, penegakan aturan diaplikasikan agar dapat menjadi alat dalam mengawasi perilaku peserta didik.
Dalam penegakan aturan, sudah tentu terdapat dampak apabila peserta didik melanggar aturan yang sudah disepakati. Tujuan dari penegakan aturan ini sebenarnya berguna untuk memberikan batasan terhadap sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh peserta didik. Penegakan aturan ini juga bertujuan untuk memberikan kesadaran kepada peserta didik bahwa segala hal yang patut dikerjakan berdampak baik bagi mereka. Sebaliknya, segala hal yang dilarang akan berdampak buruk.9
2. Karakter Religius
Karakter religius merupakan tanda berimannya seseorang dengan Tuhan Yang Maha Esa. Karakter ini terwujud dalam pengimplementasian perilaku yang sesuai dengan ajaran agama yang dianut oleh seseorang, menghormati perbedaan keyakinan dalam beragama, toleransi terhadap kegiatan keagamaan yang berbeda, dan dapat rukun dengan pemeluk agama lain. Dalam karakter religius, terdapat dimensi yang saling terhubung, yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesame makhluk ciptaan-Nya, dan hubungan dengan alam semesta.10
9 R. Rosikum, Pola Pendidikan Karakter Religius pada Anak melalui Peran Keluarga. (Jurnal Kependidikan: 2018), 6(2), 293-308.
10R. Siti Putu Fauziah & Martin Roestamy, Pendidikan karakter Berbasis Tauhid. (Depok: Rajawali Pers, 2020)
26
D. Pembahasan 1. Pengajaran
a. Mengajarkan adab-adab islami kepada peserta didik seperti makan minum dengan duduk, berbicara dengan kalimat thayyibah, saling menghargai dan menghormati orang yang lebih tua, dan adab bergaul dengan lawan jenis.
b. Memberikan tugas kepada peserta didik dengan memberikan batas waktu pengumpulan. Hal ini bertujuan untuk melatih kedisiplinan peserta didik.
2. Pemotivasian
a. Selalu memberikan motivasi kepada peserta didik tentang keutamaan Alquran dan keutamaan orang yang rajin membaca Alquran.
b. Memberikan motivasi melalui kisah teladan orang-orang yang sukses karena displin waktu.
c. Memberikan motivasi lewat tulisan-tulisan yang memotivasi warga sekolah dalam menerapkan dan membiasakan adab- adab Islami.
3. Peneladanan
a. Dalam membiasakan salat berjamaah tepat waktu, para pendidik dituntut untuk menjadi teladan.
b. Guru yang bertanggung jawab terhadap setoran hafalan juga harus senantiasa menjaga hafalan.
c. Pemberian penghargaan kepada peserta didik yang tepat waktu dalam mengerjakan tugas tertentu agar dapat menjadi teladan bagi peserta didik lainnya.
27 4. Pembiasaan
a. Membiasakan peserta didik untuk mengumpulkan tugas tepat waktu.
b. Para peserta didik dibiasakan untuk melaksanakan salat zuhur dan asar tepat waktu berjamaah di sekolah. 10 menit Sebelum waktu salat tiba, segala aktivitas harus dihentikan.
Pada waktu tersebut, para peserta didik diberikan penugasan, ada yang memantau wudu, membersihkan tempat salat, ada yang menjadi muazin, dan ada yang memimpin untuk murajaah Alquran.
c. Membiasakan siswa untuk wirid Alquran setelah pembukaan dan doa Bersama sebelum pelajaran dimulai.
d. Membiasakan setoran hafalan surah Alquran di pagi hari sebelum pembelajaran dimulai. Kegiatan tersebut dipimpin oleh guru PAI bekerjasama dengan wali kelas. Peserta didik minimal menyetorkan hafalannya dua baris dalam sehari dan dibuatkan jadwal pengulangan hafalan secara bersama-sama sebelum salat berjamaah.
e. Membiasakan siswa menanamkan adab-adab Islami dengan cara dibuatkan lembar aktivitas dan ibadah harian.
f. Peserta didik diberikan target harian menghafal per kelas 5. Penegakan Aturan
a. Siswa selalu diingatkan mengenai aturan tentang adab-adab islami saat pembukaan pagi. Dan sudah sejak awal ketika mau masuk ke SMP IT Qurrata Ayun Kandangan sudah dikenalkan budaya sekolah dan aturan yang ada. Jika ada siswa yang melanggar, maka langsung ditindak dan dinasehati atau diberi teguran oleh guru Bimbingan Konseling (BK).
b. Melakukan pemantauan terhadap setoran hafalan baik Ketika peserta didik berada di sekolah ataupun di rumah.
28
c. Memantau perkembangan media sosial peserta didik dan mengevaluasi serta laporan-laporan setiap pekan.
d. Membentuk tim laskar salat berjamaah bekerjasama dengan wakil bidang kesiswaan dan bidang keagamaan OSIS untuk membantu guru dalam mengawasi persiapan hingga selesai salat.
e. Memberikan hukuman yang mendidik dalam menegakkan peraturan dengan tahapan diberi peringatan terlebih dulu, kemudian dismpaikan dengan wali kelas, dan tahap terakhir disampaikan dengan orang tua peserta didik.
E. Kesimpulan
Dalam melakukan pembinaan karakter religius, guru pendidikan agama Islam SMP IT Qurrata ‘Ayun menggunakan cara pengajaran dalam mengajarkan adab-adab islami dan melalui pemberian tugas.
Pemotivasian dilakukan dengan cara menceritakan kisah-kisah teladan dan melalui tulisan-tulisan yang ditempel di sekitar sekolah. Peneladanan dilakukan dengan keteladanan pendidik dan peserta didik. Pembiasaan dilakukan dengan cara disiplin waktu salat, wirid Alquran, penyetoran hafalan dengan memberikan target hafalan per hari, dan penanaman adab-adab islami kepada peserta didik. Sedangkan dalam hal penegakan aturan, pendidik selalu mengingatkan aturan tentang adab-adab islami, melakukan pemantauan terhaadap hafalan, pemantauan media sosial, membentuk tim laskar salat berjamaah, dan pemberian hukuman yang mendidik bagi pelanggar aturan.
29 DAFTAR PUSTAKA
Ahsanulkhaq, M.. Membentuk karakter religius peserta didik melalui metode pembiasaan. Jurnal Prakarsa Paedagogia, (2019) 2(1).
Bali, M. M. E. I., & Fadilah, N. Internalisasi Karakter Religius di Sekolah Menengah Pertama Nurul Jadid. Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam, 2019, 9(1), 1–25.
Fauziah, R. S. P., & Martin Roestamy, Pendidikan Karakter Berbasis Tauhid. Depok: Rajawali Pers, 2020.
Rosikum, R., Pola Pendidikan Karakter Religius pada Anak melalui Peran Keluarga. Jurnal Kependidikan, (2018) 6(2), 293–308.
Sarbaini, Pendidikan Nilai, Moral dan Karakter Kepatuhan Peserta Didik Terhadap Norma Ketertiban Di Sekolah. Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012.
Syarbini, A., Model pendidikan karakter dalam keluarga. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2014.
Yahya, M. S., Pendidikan Karakter di Islamic Full Day School. Depok:
Rajawali Pers, 2019.