• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAGA PESANTREN DALAM KONTEKS

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "LEMBAGA PESANTREN DALAM KONTEKS"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

81 PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

(PERAN IBU DALAM MENDIDIK ANAK) Barkatillah

Abstrak:

The role of a mother in a family is very important and crucial to children development. A mother is the first teacher for her children.

She also has several other job in chidren life such as filling children needs, becoming a model that can by copied by children, giving stimulus to their development, and teaching attitude how to behave with their parents and surrounding. In addition, a mother has duty to educate them about religion so that they children can be growth as a good Moslem in the future.

Kata kunci:

Mother Roles, Family Education, and Children Education.

A. Latar Belakang

Ibu memegang peranan penting dalam keluarga, terlebih bagi anak-anaknya. Keberhasilan dan kesuksesan sebuah keluarga sangat tergantung pada peranan seorang ibu. Seorang ibu bukan saja mengurusi dan melayani suaminya tetapi juga menjadi pimpinan kedua setelah suami dalam rumah tangga. Seorang ibu harus dapat menjaga dan melindungi segala sesuatu yang ada pada rumah tangganya, terlebih seorang ibu merupakan pendidik pertama bagi anak-anaknya.

Keberhasilan seorang anak sangat tergantung dari peran seorang ibu dimana seorang ibu dengan kasih sayang merawat dan mendidik anak mulai lahir bahkan ketika masih dalam kandungan. Ibu merupakan

Penulis adalah dosen tetap STAI Rakha Amuntai Prodi PAI, email:

barkatillah.ahmad95@gmail.com.

(2)

82

pendidik pertama bagi seorang anak kerena dengannya anak dapat berkembang, baik secara pisik maupun mental.

Perkembangan seorang anak mencerminkan prilaku-prilaku yang didapatnya dari orang tuanya, sebab anak pada perkembangannya meniru apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, terlebih seorang ibu. Karena ibu merupakan sosok yang paling dekat dengan anak. Jika seorang ibu mendidiknya dengan baik dan benar maka anaknya pun akan berprilaku dengan baik, pun sebaliknya jika anak dididik dengan nilai-nilai yang tidak baik maka anak akan berkembang dan berprilaku dengan tidak baik.

B. Pembahasan

1. Pengertian Peran Ibu

Peran adalah kewajiban yang harus dijalankan untuk memenuhi kebutuhan yang akan dicapai sesuai dengan harapan sesuai dengan tingkat jabatan masing-masing dalam kehidupan.1Peran merupakan suatu kegiatan yang dijalankan oleh seseorang sesuai dengan hak dan kewajibannya.Peran dan tugas Wanita dalam keluarga, secara garis besar dibagi menjadi tiga: peran wanita sebagai ibu, istri, dan anggota masyarakat. Wanita (seorang ibu) adalah mengurus di dalam rumah suaminya dan mendidik putra-putrinya.

Seorang ibu rumah tangga adalah wanita yang sudah bersuami.2Ibu rumah tangga adalah seorang wanita yang pekerjaan utamanya adalah menjalankan atau mengelola rumah keluarganya, merawat dan mendidik anak-anaknya, memasak dan menyimpan makanan, membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari,

1Dikutip dari http://adidevi69.wordpress.com/2013/06/08/konsep- peran-menurutbeberapa-ahli diakses pada tanggal 6 Januari 2022 pukul 15:

00 WITA.

2W.J.S. Poerwandarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2011), hlm. 431.

(3)

83 membersihkan dan memelihara rumah.3 Ibu rumah tangga adalah seorang individu yang mempunyai hak sebagai pribadi yang memepunyai keunikannya sendiri. Seorang ibu rumah tangga berhak mngembangkan dan mewujudkan kepribadannya.4

Ibu adalah tiang rumah tangga. Perannya amat penting dalam membentuk rumah tangga sakinah ; yaitu keluarga yang sehat dan bahagia.Ibu yang mengaturdan membuat rumah tangga menjadi surga bagi anggota keluarga.Para ibu bertanggungjawab menyusun wilayah-wilayah mental serta sosial dalam pencapaian kesempurnaan serta pertumbuhan anak yang benar.Sejumlah kegagalan yang terjadi diakibatkan oleh pemisahan wanita dari fungsi-fungsi dasar mereka.Demikian pula halnya sebagai pendamping suami.Ibu pula yang menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi bagi suaminya.Guna mencapai ketentraman dan kebahagian dalam keluarga dibutuhkan isteri yang shaleh.Istri yang dapat menjadi kebanggan dan sumber kebahagiaan suaminya.Istri yang dapat mengatur keadaan rumah sehingga menjadi keluarga yang menyenangkan.Istri yangmampu memikat hati seluruh anggota keluarga. Ibu adalah orang pertama yang dikejar oleh anak.Setap anak di seluruh dunia tidak akan pernah berhenti dan memungkiri mengejar.

Perhatian, pengharapan dan kasih sayang seorang ibu. Sebab ia merupakan orang pertama yang dikenal oleh anak. Ia menyusukannya dan ia mengganti pakaiannya, artinya ialah yang memenuhi kebutuhannya akan makanan dan kebutuhan untuk menghindari rasa sakit ketika ia sakit, rasa tidak nyaman akibat

3Dikutip dari https://truelia.wordpress.com/tag/ibu-rumah-tangga/.

Diakses pada tanggal 13 Oktober 2015 Pukul 11:16 WITA.

4Utami Munandar, Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia, (Jakarta:

Universitas Indonesia – UI Press, 1985), hlm. 47.

(4)

84

basah. Lama kelamaan wajah ibu menjadi pemandangan rutin.

Keberadaan ibu menjadi pemenuhan kebutuhan primer bagi seorang anak.Anak menginginkan supaya ibunya senantiasa ada untuk dirinya.Ibu sebagai pembimbing dan pengatur rumah tangga, baik buruknya bimbingan itu terhadap anaknya akan berpengaruh terhadap perkembangan watak dan karakter anaknya di kemudian hari.

Ibu adalah ustadzah pertama, sebelum si kecil berguru kepada ustadz besar sekalipun.Maka kecerdasan, keuletan, dan perangai sang ibu adalah faktor dominan bagi masa depan anak. Termasuk juga ibu susu.5Karenanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam melarang para orang tua menyusukan bayi mereka pada wanita yang lemah akal. Karena air susu dapat mewariskan sifat-sifat ibu pada si bayi.6

Dalam kitab Ar Raudhul Unuf disebutkan bahwa persusuan itu seperti hubungan darah (nasab), ia dapat mempengaruhi watak seseorang. Kemudian penulisnya menyitir sebuah hadits dari

‘Aisyah radhiallahu’anha secara marfu’: “Janganlah kalian menyusukan bayi kalian kepada wanita bodoh, karena air susu akan mewariskan sifat sang ibu”.7

5Yakni wanita yang menyusui anak orang lain, hingga secara syar’i ia menjadi mahram bagi sang anak seperti ibu kandungnya sendiri. Semua keluarga wanita ini juga otomatis jadi mahram bagi sang anak; baik itu suaminya, anaknya, saudaranya, orang tuanya, pamannya, bibinya, dan seterusnya. Sedang dari pihak anak, yang menjadi mahram bagi ibu susunya ialah keturunan dari sang anak yang disusui saja

6HR. Al Baihaqi dalam Sunanul Kubra 7/464 dari Zaid As Sahmi, secara mursal dengan lafadz.

7Bab Syarh Hadits Ar Radha’ah, 1/285.

(5)

85 Salah seorang sahabat Nabi yang bernama Aktsam bin Shaifi radhiallahu’anhu pernah berwasiat kepada kaumnya.

Diantaranya ia mengatakan,

مكيصوأ ىوقتب

،الله ةلصو محرلا

؛ هنإف لا ىلبي يلع امه

،لصأ

لاو رصتهي امهيلع

،عرف مكايإو حاكنو

ءاقمحلا نإف؛

ص اهتبح

رذق

Aku wasiatkan kepada kalian agar senantiasa bertaqwa kepada Allah dan menyambung tali silaturahmi. Dengan keduanya akar (keimanan) akan selalu tegak, dan cabangnya tak akan bengkok.

Hati-hatilah kalian jangan sampai menikahi wanita yang dungu, karena hidup bersamanya adalah kenistaan”.8

Memang demikianlah faktanya; wanita dungu hanya akan merepotkan suaminya, sulit dididik dan sukar diatur. Anaknya pun akan terlantar dan salah asuhan.Pernah suatu ketika ada seorang bapak yang mengeluh kepada Amirul Mukminin Umar bin Khathab radhiallahu’anhu mengenai anaknya yang durhaka. Orang itu mengatakan bahwa putranya selalu berkata kasar kepadanya dan sering kali memukulnya.Maka Umar pun memanggil anak itu dan memarahinya.

“Celaka engkau! Tidakkah engkau tahu bahwa durhaka kepada orang tua adalah dosa besar yang mengundang murka Allah?”, bentak Umar. “Tunggu dulu, wahai Amirul Mukminin.Jangan tergesa- gesa mengadiliku. Jikalau memang seorang ayah memiliki hak terhadap anaknya, bukankah si anak juga punya hak terhadap ayahnya”, tanya si anak.

Maka si anak mengatakan, “ketahuilah wahai Amirul Mukminin, ayahku tidak pernah melakukan satu pun dari tiga hal

8Ma’rifatus Shahabah karya Abu Nu’aim Al Ashbahani, 3/385.

(6)

86

tersebut. Ia tidak memilih calon ibu yang baik bagiku, ibuku adalah hamba sahaya jelek berkulit hitam yang dibelinya dari pasar seharga 2 dirham. Lalu malamnya ia gauli sehingga hamil mengandungku.

Setelah aku lahir pun ayah menamaiku Ju’al9, dan ia tidak pernah mengajariku menghafal Al Qur’an walau seayat!”.“Pergi sana! Kaulah yang mendurhakainya sewaktu kecil, pantas kalau ia durhaka kepadamu sekarang”, bentak Umar kepada ayahnya.10

Begitulah, ibu memiliki peran begitu besar dalam menentukan masa depan si kecil. Ibu, dengan kasih sayangnya yang tulus, merupakan tambatan hati bagi si kecil dalam menapaki masa depannya.Di sisinya lah si kecil mendapatkan kehangatan. Senyuman dan belaian tangan ibu akan mengobarkan semangatnya. Jari-jemari lembut yang senantiasa menengadah ke langit, teriring doa yang tulis dan deraian air mata bagi si buh hati, ada kunci kesuksesannya di hari esok.

Dalam Siyar-nya, Adz Dzahabi mengisahkan dari Muhammad bin Ahmad bin Fadhal Al Balkhi, ia mendengar ayahnya mengatakan bahwa kedua mata Imam Al Bukhari sempat buta semasa kanak- kanak. Namun pada suatu malam, ibunya bermimpi bahwa ia berjumpa dengan Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim berkata kepadanya,

Hai Ibu, sesungguhnya Allah telah berkenan mengembalikan penglihatan anakmu karena cucuran air mata dan banyaknya doa yang kau panjatkan kepada-Nya“.Maka setelah kami periksa keesokan harinya ternyata penglihatan Al Bukhari benar-benar telah

9Ju’al adalah sejenis kumbang yang selalu bergumul pada kotoran hewan.

Bisa juga diartikan sebagai orang yang berkulit hitam dan berparas jelek (mirip kumbang) atau orang yang emosional (lihat Al Qamus Al Muhith, hlm. 977).

10Disadur dari khutbah Syaikh Dr. Muhammad Al Arifi, Masuliyatur rajuli fii usratihi.

(7)

87 kembali.11

Peranan ibu dalam mendidik anak dibedakan menjadi tiga tugas penting, yaitu:

a. Ibu sebagai pemenuh kebutuhan anak

Fungsi sebagai pemuas kebutuhan anak sangat besar artinya bagi anak. Terutama ketika anak dalam masa ketergantungan total kepada ibunya saatmasih kecil hingga dewasa. Ibu perlu menyediakan waktu bukan saja untukselalu bersama anak, tetapi juga untuk selalu berinteraksi dan berkomunikasisecara terbuka bersama anak.

Kebutuhan seorang anak melipui kebutuhan fisik, psikis, sosial dan spiritual.Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan sebaginya. Kebutuhan psikis merupakan kebutuhan akan kasih sayang, rasa anam, cinta kasih, diterima dan dihargai. Sementara kebutuhan sosial akan diperoleh anak dari luar kelompok keluarganya. Dalam kebutuhan soisal ini, ibu hendaknya memberikan ruang bagi anak untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya.Kebutuhan spiritual adalah pendidikan yang menjadikan anak mengerti tentang agama dan Tuhannya, Nabi dan Rasulnya.Kewajiban ini merupakan tugas dari ayah dan ibu, karena memberikan pendidikan sipritual kepada anak harus dilakukan sejak dini. Maka jika mereka tidak melakukan kewajiban ini, berarti mereka menyianyiakan hak anak.Dalam hadits riwayat al-Bukhori Muslim disebutkan, Rasulullah saw bersabda, “Setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah (bertahid),ibu bapaknya yang menjadikan Yahudi, Nasrasi atau Majusi12.

11Siyar A’lamin Nubala, 3/3324, cet. Baitul Afkar Ad Duwaliyah.

12Faud Kauma dan Nipan, Membimbing Istri Mendampingi Suami, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998), hlm. 197-198.

(8)

88

b. Ibu sebagai teladan atau model peniru anak

Peran ibu sangat penting dalam mencetak generasi penerus.

Sebagai ibu maka harus bertanggung jawab dalam mendidik anak- anak agar menjadi anak yang beriman dan terhindar dari api neraka.

Fungsi peranan ibu sebagai teladan atau model peniru bagi anak haruslah menjadi teladan yang baik. Hal ini karena setiap perilaku orang tua, khususnya ibu akan ditiru yang kemudian akan dijadikan panduan dalam perilaku anak. Maka ibu harus mampu menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya.Semenjak lahir dari rahim seorang ibu, maka ibulah yang banyak mewarnai dan mempengaruhi perkembangan pribadi, perilaku dan akhlak anak. Sejak lahir, anak akan mengamati gerak gerik ibunya. Dari tingkah laku ibunya itulah maka anak akan senantiasa melihat dan meniru apa yang dilakukan ibunya dan akan diterapkan dalam kehidupanya.13

c. Ibu sebagai pemberi stimulus bagi perkembangan anak

Peranan perempuan sebagai pendidik meruapakan kemampuan pentingdalam satuan pendidikan keluarga.Satuan pendidikan ini meliputi pembinaanhubungan keluarga, pemeliharaan dan kesehatan anak.pendidikan anakdalam keluarga, sosialisai anak dan hubungan keluarga dan masyarakat.Munculnya pendidikan keluarga disebabkan oleh dua hal, yaitu: pertama, perkembangan kehidupan keluarga mempengaruhi perkembangan masyarakat dan kedua, perubahan-perubahan yang terdapat dilingkungan akan mempengaruhi keluarga. Hal ini dapat dikatakan sebagai fungsi dari ibu dalam pemberian stimulus bagi perkembangan anak.14

13Fatiah Mutiah, Peran Ganda Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Sebagai Ibu Rumah Tangga (Kajian Anchoring Dalam Pengambilan Keputusan),Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Usuluddin UIN Sunan Kalijaga, 2014).

hlm. 51.

14Fatiah Mutiah, Peran Ganda Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

(9)

89 Tidak dapat dipungkiri pula bahwa seorang wanita memiliki kedudukan yang sejajar dengan pria dalam mengembangkan kemampuan atau keahlian dan kepribadiannya.Namun terlepas dari itu semua tugas utama wanita yang telah menikah adalah sebagai ibu rumah tangga yang tidak bisa dikesampingkan atau dilepaskan demi keutuhan, kebahagiaan dan ketentraman rumah tangga itu sendiri.

Yulia Singgih D. Gunarsa mengemukakan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam perkembangan anak, peranan tersebut diantaranya15:

1) Sebagai orang tua (mereka membesarkan, merawat, memelihara danmemberikan kesempatan berkembang).

2) Sebagai guru (mengajarkan ketangkasan motorik, keterampilan melaluilatihan-latihan mengajarkan peraturan- peraturan, tata cara keluarga, tatalingkungan, masyarakat, menanamkan pedoman hidup bermasyarakat).

3) Sebagai tokoh teladan, orang tua menjadi tokoh yang ditiru pola tingkahlakunya, cara berekspresi, cara berbicara dan sebagainya.

4) Sebagai pengawas, orang tua memperhatikan, mengamati tingkah laku anak,mereka mengawasi anak agar tidak melanggar peraturan di rumah dan di luarlingkungan keluarga (tidak – jangan – stop).

2. Mendidik Anak

Mengasuh anak sama halnya dengan mendidik, membimbing danmemeliharanya, mengurus makanan, minuman, pakaian kebersihannya atau segala perkara yang seharusnya diperlukannya,

Sebagai Ibu Rumah Tangga (Kajian Anchoring Dalam Pengambilan Keputusan) ,Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Usuluddin UIN Sunan Kalijaga, 2014). hlm. 52.

15Yulia Singgih D. Gunarso, Azas Psikologi Keluarga Idaman, (Jakarta; BPR Gunung Mulia, 2000), hlm. 45

(10)

90

sampai batas si anak bisamelakukannya segalanya sendiri. Adapun yang berhak mengasuh anak adalah tentu saja ibu kandungnya sendiri.16Dan begitu juga harus dibarengi dengan ayahnya untuk melengkapi saling kerjasama antara ibu dan ayah dalam mendidik anak-anaknya.Peranan ibu rumah tangga sebagai pendidik merupakan kemampuan penting dalam satuan pendidikan keluarga (family life education).Mendidik anak adalah perbuatan yang dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya dengan memberikan segala kasih sayang17, tenaga tanpa pamrih. Orang tua yang mengajarkan atau mengenalkan anak-anaknya mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk menurut norma yang berlaku dalam masyrakat, agama, sosial dan budaya dalam kehidupan.

3. Metode atau cara mendidik anak

Ada beberapa cara yang perlu diperhatikan untuk memudahkan bagi orang tua dalam mendidik anak-anak, yaitu:

a. Memberi Contoh dan Menyuruh Mencontoh

Memberi contoh kepada anak atas segala perilaku yang baik itu merupakan cara yang sangat efektif untuk mendidik anak.

Sebab anak itu ketika dinasehati dan diberi contoh yang kongkret oleh orang tuanya, anak itu akan menghayati dan mudah untuk ditiru.18Seperti dalam firman Allah dalam surat al- Furqon ayat 74 yaitu19:

16Umar Hasyim, Mendidik Anak Dalam Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, t.t), hlm. 86.

17Aimanal Husaini, Buku Pintar Wanita Muslimah, (Solo: Abyan,2011) hlm.

48.

18Suhartini, Cara Mendidik Anak dalam Keluarga Masa Kini, (Jakarta:

Bhratara, 1980), hlm. 100.

19Departemen Agama RI, Al- Aliyy Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung:

Diponegoro,2005), hlm. 292.

(11)

91 Artinya: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri- isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Melihat dari ayat di atas maka sebagai orang tua senantiasa dituntut untuk memberi teladan yang baik bagi anak- anaknya.Dari sejak lahir dari rahim ibunya, maka ibulah yang banyak mewarnai dan mempengaruhi perkembangan pribadi anak. Menyuruh meniru kepada anak, sebaiknya dilakukan ketika anak diberi dongeng akan kisah-kisah nabi ataupun orang yang berbudi pekerti mulia. Maka orang tua yang tidak dapat memberikan contoh teladan yang baik kepada anak-anaknya jangan berharap akan dapat membimbing putra atau putrinya kepadanya kebaikkan yang diharapkannya.

b. Pembentukan Tingkah Laku Melalui Kebisaaan

Untuk menjadikan anak memiliki tingkah laku yang baik makasebaiknya para orang tua membiasakan hal-hal yang baik kepada anakagar bisa menjadi suatu kebiasaan yang akan terus dibawa sampaidewasa bahkan sampai tua nanti. Seperti halnya membiasakan anakuntuk melakukan sedekah atau memberi sebagian rezki kepada orangorangyang membutuhkan.

Percayakan anak itu sendiri yangmemberikannya, maka hal itu akan selalu tertanam dalam benak sianak.20

Membiasakan sesuatu amal atau laku perbuatan itulah yang menjadi perhatian orang tua sekarang ini dimana sejak kecil anak-anak hendaklah dibentuk menuju pola tertentu dengan mempraktekkan amal perbuatan yang mendukung tujuan pendidikan.

20Mohamed A. Khalfan, Anakku Bahagia Anakku Sukses, terj.

Taufiqurrahman (Jakarta: Pustaka Zahra, 2004), hlm. 153.

(12)

92

c. Menjaga Wibawa Orang Tua

Menjaga wibawa dihadanpan anak-anak sangat penting.Sama halnya bahwa antara orang tua dan anak harus sama-sama salingmenghormati agar selalu tercipta rasa nyaman antara orang tua dananak.21Hal ini akan menjadikan anak selalu mendengarkan danmenghormati setiap perkataan orang tuanya, sehingga anak itu akan mudah diarahkan ke jalan yang benar dan baik. Namun berbeda halnya jika orang tua sudah tidak ada wibawanya dihadapan anak-anaknya, maka setiap kali orang tua itu menasehati atau meminta tolong sesuatu anak itu akan membantahnya.

Hal seperti ini bisa terjadi walaupun dari kejadian yang terkecil, yaitu misalnya orang tua menjanjikan sesuatu kepada anak namun tidak ditepati. Kejadian seperti ini terlihat kecil dan biasa, namun bagi anak ini akanberdampak sangat besar di mana kewibawaan orang tua akan hilang dihadapan anak.

4. Tidak Pilih Kasih

Sebagai orang tua yang memiliki anak lebih dari satu, dalamkeluarganya hendaknya orang tua tidak pilih kasih terhadap anakanaknya.Setiap anak itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing maka orang tua haruslah pandai- pandai membawakan sikap22dan mengatur dalam memberi kasih sayang serta keadilan kepada semua anak-anaknya. Sebab, bila orang tua pilih kasih kepada salah satu anaknya, maka anak yang lain akan merasa dendam dan sedih sehingga akan menimbulkan pula tidak rukun antar saudara.

21Aimanal Husaini, Buku Pintar Wanita Muslimah, (Solo: Abyan, 2011), hlm. 54.

22Umar Hasyim, Mendidik Anak Dalam Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, t.t), hlm 170.

(13)

93 5. Biarkan Anak Menjadi Dirinya Sendiri

Islam menekankan agar orang tua dalam mendidik anak tidak memaksakan kehendank mereka.23Diingatkan bahwa anak- anak harus dipersiapkan untuk menghadanpai zaman yang akan dilaluinya. Kemampuan orang tua menangkap kecenderungan positif dari perkembangan anak menjadi sangat penting.Orang tua berkewajiban untuk mendorong dan mengarahkan perkembangan positif anak, betapapun kecenderungan itu tidak sejalan dengan keinginan pribadi orang tua. Ukuran pokok dari pegarahan dan bimbingan itu adalah sejauh mana perkembangan anak sejalan dengan norma dan kewajiban agama. Rasulullah saw memberikan peringatan bahwa anak-anak harus dididik sesuai zamannya. “Didiklah anak-anakmu (perempuan danlaki- laki) bukan menurut kemauanmu, karena mereka adalah anakzamannya”24

6. Kenalkan Anak Pada Agama dan Allah

Bagi setiap manusia di muka bumi ini yang memiliki kepercayaan (agama), maka ia akan selalu mencari tahu tentang agama danTuhannya. Bagi anak-anak masih belum bisa mengerti secara gambling tentang agama dan Tuhannya, maka orang tua memiliki kewajibanuntuk memastikan anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara baikserta dapat memenuhi kebutuhan pengetahuan tentang agamanyadengan memasok informasi yang murni dan memadai.Karenanya,kemungkinan si anak mengambil dari sumber-sumber informasi yang meragukan dapat dihindari. Pada masa dewasanya nanti, ia tidak akan

23Fuaduddin, pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam, (Jakarta: The Asia Foundation, 1999), hlm. 44.

24Ibid, hlm. 44.

(14)

94

mengalami keraguan tentang konsepsi ketuhanan25 7. Mengajari Sopan Santun

Sebaiknya para orang tua hendaknya mengajari anak- anaknya tentang rasa malu, qana‟ah (menerima apa adanya atas karunia Allah), sopan santun ketika makan, minum, memakai busana dan lain sebagainya. Selalu mengajari anak akan perbuatan terpuji menurut syari‟at. Sehingga ajaran tersebut benar-benar tertanam kokoh di dalam hati anak.26 C. Penutup

1. Simpulan

Seorang ibu sudah seyogyanya memberikan pendidikan yang baik terhadap anak-anaknya dengan baik dan benar menjadi pemenuh kebutuhan anak, sebagai teladan atau model peniru anak, sebagai pemberi stimulus bagi perkembangan anak, mengajarkan kepada anak tentang bagaimana menjaga wibawa orang tua, mengarkan sopan santun kepada anak, mengajarkan untuk tidak pilih kasih dan terakhir mengajarkan agama kepada anak.

2. Saran

Bagi seorang bakal calon ibu agar dapat belajar dan memahami bagaimana tugas dan peran seorang ibu dalam keluarga karena ibu sangat menenentukan dalam perkembangan seorang anak, disamping itu juga sebagai calon ibu agar senantia memilih pasangan yang baik agar anak-anaknya nanti menjadi seorang yang baik pula.

25Mohamed A. Khalfan, Anakku Bahagia Anakku Sukses, terj.

Taufiqurrahman, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2004), hlm. 87-88.

26Asy-Syekh Al-Imam Abu Muhammad, Qurrotul Uyun¸terj. Misbah Mustofa, (tt), hlm. 144.

(15)

95 DAFTAR PUSTAKA

Asy-Syekh Al-Imam Abu Muhammad, Qurrotul Uyun¸terj. Misbah Mustofa, (tt)

Departemen Agama RI, 2005, Al- Aliyy Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro)

Disadur dari khutbah Syaikh Dr. Muhammad Al Arifi, Masuliyatur rajuli fii usratihi

Fatiah Mutiah, 2014, Peran Ganda Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Sebagai Ibu Rumah Tangga(Kajian Anchoring Dalam Pengambilan Keputusan),Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Usuluddin UIN Sunan Kalijaga,).

Fatiah Mutiah, 2014, Peran Ganda Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Sebagai Ibu Rumah Tangga(Kajian Anchoring Dalam Pengambilan Keputusan),Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Usuluddin UIN Sunan Kalijaga,)

Fuaduddin, 1999, Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam, (Jakarta:

The Asia Foundation)

HR. Al Baihaqi dalam Sunanul Kubra 7/464 dari Zaid As Sahmi, secara mursal dengan lafadz

Http://adidevi69.wordpress.com/2013/06/08/konsep-peran- menurutbeberapa-

Https://truelia.wordpress.com/tag/ibu-rumah-tangga/. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2015 Pukul 11:16 WITA.

Husaini Aimanal, 2011Buku Pintar Wanita Muslimah, (Solo: Abyan)

(16)

96

Ma’rifatus Shahabah karya Abu Nu’aim Al Ashbahani, 3/385.

Mohamed A. Khalfan, 2004, Anakku Bahagia Anakku Sukses, terj.

Taufiqurrahman (Jakarta: Pustaka Zahra,)

Mohamed A. Khalfan, 2004, Anakku Bahagia Anakku Sukses, terj.

Taufiqurrahman, (Jakarta: Pustaka Zahra )

Nipan Faud dan Kauma, 1998, Membimbing Istri Mendampingi Suami, (Yogyakarta: Mitra Pustaka)

Siyar A’lamin Nubala, 3/3324, cet. Baitul Afkar Ad Duwaliyah

Suhartini, 1980, Cara Mendidik Anak dalam Keluarga Masa Kini, (Jakarta: Bhratara)

Umar Hasyim, Mendidik Anak Dalam Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, t.t) Utami Munandar, 1985, Emansipasi dan Peran Ganda Wanita

Indonesia, (Jakarta: Universitas Indonesia – UI Press)

W.J.S. Poerwandarminta, 2011, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka)

Yulia Singgih D. Gunarso, 2000, Azas Psikologi Keluarga Idaman, (Jakarta; BPR Gunung Mulia)

Referensi

Dokumen terkait

And produce of result biodiesel which is best obtained at fence castor oil ( Jatropha Curcas Oil) ace heavy 100 grams, methanol [ 40%(b/b)] and % KOH [ 1,5%(b/b)], and

HASIL Batu apung Gorontalo dan kabupaten Buol yang sudah halus kemudian dimodifikasi dengan perendaman larutan asam 1 x 24 jam, tujuan modifikasi tersebut selain untuk menghilangkan