LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan era globalisasi yang terjadi telah menimbulkan kemajuan yang pesat dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi yang memukau karena telah memberi dampak yang luar biasa dalam perkembangan peradaban manusia di berbagai sektor kehidupan. Kemajuan yang tercipta tersebut memberi berbagai kemudahan bagi manusia dalam menjalani berbagai aktivitas sehari-hari dalam sektor pendidikan, sosial, budaya, bahkan ekonomi. Dianggap sebuah kemudahan, karena dengan penggunaan teknologi tersebut dalam berbagai aspek tersebut, semuanya terasa lebih efektif dan efisien. Secara global, tentu masyarakat menjadi lebih terbantu dalam mendapat layanan dengan pemanfaatan teknologi tersebut.
Begitu pula yang terjadi pada sektor perekonomian yang terdampak oleh kemajuan teknologi tersebut khususnya dalam bidang keuangan (financial).
Sebagai salah satu pondasi yang menopang sistem keuangan, sistem pembayaran telah mengalami perkembangan yang membuat peranan uang tunai sebagai instrumen pembayaran tergeser oleh kehadiran sistem pembayaran non-tunai yang dinilai lebih ekonomis dan efisien.
Kemudahan dalam hal bertransaksi adalah salah satu contoh dari dampak dari kemajuan teknologi di sektor keuangan terutama dalam sistem pembayaran.
Hal tersebut dapat dilihat dari semakin berkembangnya sistem pembayaran
dimana terjadinya perubahan dari yang semula berawal dari sistem barter, lalu memakai instrument pembayaran uang kartal (uang kertas dan koin), dan terus mengalami kemajuan yang sangat signifikan hingga akhirnya dengan digitalisasi yang ada memunculkan sistem pembayaran digital atau pembayaran elektronik (e-payment).
Memasuki era revolusi industri 4.0, pemanfaatan kemajuan teknologi dalam sektor keuangan terkhusus dalam sistem pembayaran elektronik, membuat timbulnya persaingan di antara para pelaku industi untuk semakin berinovasi dalam menciptakan sistem pembayaran non-tunai berbasis digital yang semakin terbarukan. Inovasi tersebut lah yang kemudian memunculkan suatu model bisnis baru di bidang perbankan yang disebut dengan Financial Technology atau disingkat fintech.
Kusumawardhani & Purnaningrum (2021:2) mengemukakan bahwa:
FinTech sebagai gabungan dari keuangan dan teknologi merupakan industri yang berkembang membuat banyak orang yang melakukan transaksi secara online yang terintegrasi dengan ponsel ataupun perangkat komputer (internet) atau kartu yang terhubung ke sistem pembayaran digital yang aman (Arner, Barberis, & Buckley, 2015; Hinson, Lensink, &
Mueller, 2019; Manyika, Lund, Singer, White, & Berry, 2016).
Menurut Rahma (2018), perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang fintech telah berjasa memberi bantuan kepada masyarakat dalam hal kemudahan bertransaksi tanpa harus mempunyai rekening seperti yang umumnya ada di perbankan (Rodiah, 2020:18). Ada banyak produk yang dihasilkan oleh perusahaan di bidang fintech yang diklasifikasikan berdasarkan jenis penggunaannya, dan yang paling populer adalah jenis untuk pembayaran
(payment), dimana dompet digital atau dompet elektronik (e-wallet) merupakan salah satunya.
Masyarakat berada di cakrawala untuk beralih ke komunitas tanpa uang tunai. Selama dekade terakhir, metode pembayaran tradisional menggunakan uang tunai telah dengan cepat digantikan oleh alternatif pembayaran elektronik. Uang adalah alat pembayaran yang paling umum digunakan di seluruh dunia, menurut laporan kas global 2018. Menurut Survei Pembayaran Dunia 2019, volume global transaksi nontunai selama 2016-2017 naik menjadi $539 miliar, jumlah tertinggi dalam dua dekade terakhir sebesar 12%. Pasar negara berkembang seperti Asia sebesar 32% dan CEMEA sebesar 19% sementara pasar tradisional seperti APAC, Amerika Utara, dan Eropa mempertahankan tingkat pertumbuhan sekitar 7% pada tahun 2017, dan selangkah lebih dekat ke masyarakat tanpa uang tunai (cashless society). Alasan untuk ini adalah adaptasi dompet digital yang meluas, kinerja platform e-commerce yang komprehensif, kemajuan tanpa akhir dalam pembayaran seluler. Negara seperti Swedia hanya menyumbang 2% dari transaksi tunai yang diperkirakan akan turun lebih jauh di tahun-tahun berikutnya, sehingga muncul sebagai salah satu ekonomi paling tanpa uang tunai di dunia. Namun, transaksi tunai di Inggris Raya menyumbang hingga 40%, yang turun 15% pada tahun 2017 karena adopsi teknologi dan teknologi pembayaran baru, sehingga transaksi tunai diantisipasi. Dengan demikian, transaksi tunai diperkirakan akan menurun hingga 16% pada tahun 2027 (Alwi et al., 2021:2).
Krisis kesehatan masyarakat yang dipicu oleh COVID-19 telah berdampak pada hampir semua aspek kehidupan sehari-hari masyarakat di seluruh dunia, dan
telah menempatkan perekonomian dunia pada pijakan yang tidak pasti. Untuk industri pembayaran, pandemi dan konsekuensinya telah mempercepat serangkaian tren yang ada dalam perilaku konsumen dan bisnis, dan memperkenalkan perkembangan baru, seperti restrukturisasi rantai pasokan dan perdagangan lintas batas. Pergeseran yang sedang berlangsung menuju e- commerce, pembayaran digital (termasuk tanpa kontak), pembayaran instan, dan pemindahan uang tunai semuanya telah meningkat secara signifikan.
Source: McKinsey Global Payments Map
Gambar 1.1 Persentase Penggunaan Uang Tunai Beberapa Negara
Menurut survey yang dilakukan oleh McKinsey Global Payments pada tahun 2020, beberapa negara baik itu yang tergolong dalam pasar negara berkembang (Emerging Markets) maupun dalam pasar negara maju (Mature Markets), ketika memasuki tahun dimana pandemi COVID-19 muncul,
mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam transaksi dengan menggunakan uang tunai. yang disebabkan oleh ketakutan masyarakat akan penularan COVID-19 melalui ATM dengan mobilitas tinggi dan dalam beberapa kasus, penolakan pedagang untuk menerima uang tunai (seringkali meskipun legal) mendorong konsumen ke arah opsi pembayaran elektronik untuk menyelesaikan pembelian (Practice, 2020:6).
Di Indonesia sendiri, dampak dari pandemi COVID-19 telah memunculkan suatu fenomena semakin pesatnya penggunaan dompet digital (E- Wallet) dalam hal bertransaksi online termasuk dalam belanja online.
Sumber: Shopback,14 April 2021
Gambar 1.2 Metode Pembayaran yang Digunakan saat Belanja Online
Bedasarkan survey dari Shopback yang dipublikasikan lewat situs databoks (Lidwina, 2021), dapat dilihat bahwa persentase dompet digital (E-
Wallet) sebagai metode pembayaran yang dipakai konsumen saat berbelanja online adalah yang tertinggi dengan jumlah 65%. Setelah itu disusul oleh metode bayar di tempat atau COD (Cash On Delivery) dengan 48%, transfer mobile banking 45%, transfer ATM 31%, pembayaran lewat minimarket 26%, jasa cicilan 11%, kartu kredit 9%, dan lainnya 1%.
Hal tersebut pun semakin ditunjang dari data yang diperoleh dari perusahaan fintech Xendit.
Sumber: Tempo.Co
Gambar 1.3 Tren Penggunaan Alat Bayar Digital
Menurut data dari Xendit (Javier, 2022), lewat pengumpulan 150 juta data transaksi digital dalam periode 30 November 2020 hingga 30 November 2021, diperoleh hasil bahwa E-Wallet menjadi platform digital payment paling populer di tahun 2021 dengan persentase 43% naik sebanyak 19% dari jumlah tahun 2020 yaitu dari 24%.
Kenaikan tren penggunaan E-Wallet dalam transaksi pembayaran non- tunai digital yang terjadi itu pun tidak lepas dari peran penting pemerintah
bersama Bank Indonesia di balik fenomena tersebut. Dimulai dengan program yang dicanangkan oleh Bank Indonesia pada tanggal 14 Agustus 2014 yaitu
“Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT)” dengan tujuan menciptakan sistem pembayaran yang efisien, aman, serta andal, tanpa mengesampingkan dan tetap menjunjung aspek perlindungan perlindungan konsumen, perluasan akses, dan kepentingan nasional, maka Bank Indonesia mengusahakan peningkatan elektronifikasi transaksi pembayaran serta infrastruktur sistem pembayaran (Elektronifikasi, n.d.). Hal itu semakin ditopang oleh adanya program dari pemerintah yaitu “Go Digital Go Division 2020” yang bertujuan untuk mencapai
“Masyarakat Digital”. Kebijakan pemerintah selama pandemi dalam rangka menekan laju penularan virus COVID-19 , seperti halnya membatasi mobilitas aktivitas interaksi secara langsung dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan dilanjutkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), telah memicu peningkatan transaksi non-tunai dan menurunnya peredaran uang tunai, yang tentunya berdampak baik pada masyarakat dan pemerintah dalam perekonomian, seperti terjadinya peningkatan inklusi keuangan, efisiensi dalam pencetakan uang kartal, serta produktivitas keuangan karena semakin banyak bermunculan perusahaan start up baru di bidang fintech, yang berujung pada meningkatnya pendapatan negara bahkan kesejahteraan masyarakat (Rofiqoh et al., 2020:4).
Menurut data dari Bank Indonesia, hingga pada 27 Mei 2020 sudah tercatat ada 51 perusahaan penyedia E-Wallet ber-izin (Mujahidin, 2020:1). Di
antara sekian banyak jumlah tersebut, tercatat ada lima E-Wallet paling banyak digunakan yaitu GoPay, OVO, ShopeePay, Dana, LinkAja.
Menurut regulasi yang telah diatur Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia Pasal 1 Angka 7 Nomor 18/40/PBI/2016 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran, Electronic Wallet atau Dompet Elektronik adalah layanan elektronik untuk menyimpan data instrumen pembayaran antara lain alat pembayaran dengan menggunakan kartu atau uang elektronik, yang dapat juga menampung dana untuk melakukan pembayaran (Hasanah, 2018). Kuganathan & Wikramanayake (2014) mengemukakan bahwa E-Wallet adalah fasilitas pembayaran berbasis server yang dijalankan di bawah peraturan keuangan serta dilakukan memakai perangkat mobile (Faridal, 2019:2).
Melihat begitu banyaknya penyedia layanan E-Wallet tentu membuat persaingan dalam dunia industri fintech tersebut semakin ketat. Para pelaku industri fintech tersebut berlomba-lomba dalam membuat strategi untuk menjaring semakin banyak pelanggan atau penggunanya, dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan, berinovasi dalam menyederhanakan penggunaan aplikasi, pengadaan promosi cash back serta potongan harga, dan sebagainya. Hal-hal tersebut lah yang membuat konsumen menjadi semakin tertarik menggunakan layanan E- Wallet karena merasa lebih efektif dan efisien dalam melakukan transaksi pembayaran.
Hidayat dalam (Astuti, 2019:3) mengemukakan bahwa:
Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.
Menurut (Rendiana et al., 2019):
Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Masalah efisiensi berkaitan dengan masalah pengendalian biaya.
Sulawesi Selatan menjadi salah satu provinsi yang mengalami dampak dari tren digitalisasi transaksi pembayaran. Mengutip dari laman Antara News (Maga, 2021), pihak Bank Indonesia mengemukakan bahwa pandemi menjadi salah satu penyebab terjadinya kenaikan transaksi non-tunai sebesar 138% dari realisasi transaksi uang elektronik di Sulawesi Selatan, dengan kenaikan transaksi dari Rp 162,46 Miliar pada tahun 2020 menjadi Rp 386,56 Miliar pada tahun 2021.
Oleh karena fenomena itulah, penulis memutuskan untuk melakukan penelitian sekaligus sebagai pemenuhan tugas akhir dengan judul “Pengaruh E- Wallet Terhadap Efektivitas dan Efisiensi Pengguna dalam Transaksi Pembayaran Non-Tunai (Studi Kasus Masyarakat Pengguna E-Wallet Di Makssar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan di atas, maka rumusan masalah yang terbentuk dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana penggunaan E-Wallet dalam transaksi pembayaran non-tunai di Kota Makassar?
2. Bagaimana pengaruh E-Wallet terhadap efektivitas pengguna dalam transaksi pembayaran non-tunai di Kota Makassar?
3. Bagaimana pengaruh E-Wallet terhadap efisiensi pengguna dalam transaksi pembayaran non-tunai di Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui penggunaan E-Wallet dalam transaksi pembayaran non-tunai di Kota Makassar.
2. Mengetahui pengaruh E-Wallet terhadap efektivitas pengguna dalam transaksi pembayaran non-tunai di Kota Makassar.
3. Mengetahui pengaruh E-Wallet terhadap efisiensi pengguna dalam transaksi pembayaran non-tunai di Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari adanya penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Adanya penelitian ini diharapkan bisa menambah literatur dalam ilmu di bidang financial technology mengenai efektivitas dan efisiensi terkait penggunaan E-Wallet.
2. Manfaat Praktis
Adanya penelitian ini juga diharapkan secara praktis bagi perusahaan fintech atau instansi bisa menjadi referensi dalam hal keperluan data untuk mengidentifikasi penggunaan E-Wallet. Selain itu, juga bisa menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya sehubungan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Dalam penelitian ini dicantumkan kajian teori yang merupakan kerangka acuan teori mengenai E-Wallet serta Efektivitas dan Efisiensi. Untuk lebih jelasnya dijabarkan sebagai berikut:
1. Electronic Wallet (E-Wallet) atau Dompet Elektronik
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, S., Nadia, M., Salleh, M., Alpandi, R. M., & Farazh, F. (2021). Fintech As Financial Inclusion : Factors Affecting Behavioral Intention To Accept Mobile E- Wallet During Covid-19 Outbreak. 12(7), 2130–2141.
Astuti, E. P. (2019). Bab II Kajian Teori Efektifitas. 20–52.
Elektronifikasi. (n.d.). Retrieved February 24, 2022, from https://www.bi.go.id/id/fungsi- utama/sistem-pembayaran/ritel/elektronifikasi/default.aspx
Faridal, M. (2019). ANALISIS TRANSAKSI PEMBAYARAN NONTUNAI MELALUI E- WALLET: PERSPEKTIF DARI MODIFIKASI MODEL UNIFIED THEORY OF ACCEPTANCE AND USE OF TECHNOLOGY 2. 7.
Hasanah, S. (2018, January 19). Izin dari Bank Indonesia Bagi Penyelenggara Electronic Wallet (Dompet Elektronik) - Klinik Hukumonline.
https://www.hukumonline.com/klinik/a/izin-dari-bank-indonesia-bagi- penyelenggara-ielectronic-wallet-i-dompet-elektronik-lt5a6044018cc44
Javier, F. (2022, January 13). E-wallet Jadi Alat Pembayaran Digital Terpopuler di 2021 - Data - Tempo.co. https://data.tempo.co/data/1316/e-wallet-jadi-alat-pembayaran- digital-terpopuler-di-2021
Kusumawardhani, D. A., & Purnaningrum, E. (2021). Penyebaran pengguna digital wallet di indonesia berdasarkan google trends analytics Distribution of digital wallet users in indonesia based on google trends analytics. Inovasi: Jurnal Ekonomi Keuangan Dan Manajemen, 17(2), 377–385.
Lidwina, A. (2021, April 14). Dompet Digital Jadi Metode Pembayaran Terfavorit saat
Belanja Online | Databoks.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/04/14/dompet-digital-jadi-metode- pembayaran-terfavorit-saat-belanja-online
Maga, A. (2021, May 5). BI: Transaksi nontunai di Sulsel naik 138 persen - ANTARA News Makassar. https://makassar.antaranews.com/berita/259406/bi-transaksi- nontunai-di-sulsel-naik-138-persen
Mujahidin, A. (2020). Pengaruh Fintech e-wallet Terhadap Perilaku Konsumtif Pada Generasi Millennial. Inovbiz: Jurnal Inovasi Bisnis, 8(2), 143.
https://doi.org/10.35314/inovbiz.v8i2.1513
Practice, G. B. (2020). The 2020 McKinsey Global Payments Report. October.
Rendiana, G., Nurdin, N., & Azib, A. (2019). ANALISIS PENGARUH EFISIENSI (BOPO) DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) TERHADAP ROA (STUDY KASUS PADA OTORITAS JASA KEUANGAN PADA TAHUN 2010 - 2014 ).
Rodiah, S. (2020). PENGARUH KEMUDAHAN PENGGUNAAN, KEMANFAATAN, RISIKO, DAN KEPERCAYAAN TERHADAP MINAT MENGGUNAKAN E- WALLET PADA GENERASI MILENIAL KOTA SEMARANG. 167.
Rofiqoh, D. A. A., Baehaqi, A., Putra, A., Avianti, A., Sitorus, J. A., & Felinurokhim, L.
(2020). Pengaruh E-Wallet Terhadap Perilaku Konsumtif Generasi. February, 0–
11.