• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Uang Elektronik (E-Money) dalam Transaksi Elektronik T1 312012063 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Uang Elektronik (E-Money) dalam Transaksi Elektronik T1 312012063 BAB I"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pengaruh globalisasi dengan penggunaan sarana teknologi informasi dan

komunikasi telah mengubah pola hidup masyarakat, dan berkembang dalam tatanan

kehidupan baru sehingga mendorong terjadinya perubahan sosial, ekonomi, budaya,

pertahanan, keamanan, dan penegakan hukum.1 Salah satu dampak dari pengaruh

globalisasi adalah bertambahnya alat pembayaran, yang sebelumnya hanya ada

pembayaran tunai dalam bentuk uang Giral dan uang kartal, kini berkembang menjadi

pembayaran dilakukan dengan sistem elektronik. Salah satu alat pembayaran dengan

sistem elektronik atau non tunai adalah dengan menggunakan uang elektronik (e-money).

Transaksi Elektronik menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-undang nomor 11 tahun

2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah sebuah perbuatan hukum yang

dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media

elektronik lainnya.2 Maka dapat dikatakan bahwa salah satu dari kegiatan elektronik

adalah pembayaran yang dilakukan melalui sistem elektronik atau yang dikenal dengan

sistem pembayaran elektronik. Dalam menggunakan transaksi elektronik, masyarakat

membutuhkan transaksi yang cepat, aman, nyaman dan memberikan kepastian, baik

kepastian bertransaksi, maupun kepastian hukum, khususnya dengan menggunakan

transaksi elektronik.

1

Siswanto Sunarso, 2009, Hukum Informasi dan Transaksi Elektronik, Rineka Cipta, Jakarta, hlm.,1.

2

(2)

Jenis alat pembayaran eletronik ada berbagai macam bentuk seperti kartu kredit,

kartu debet, dan yang belum lama ini masuk dan berkembang di Indonesia adalah uang

elektronik atau e-money yang biasanya dalam bentuk kartu penyimpanan dana. Dalam

Pasal 1 angka 3 Peraturan Bank Indonesia No. 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Uang Elektronik (Elektronic Money) adalah

alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagi berikut :

a. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada

penerbit;

b. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip;

c. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan

penerbit uang eletronik tersebut, dan

d. Nilai uang eletronik yang dikelola oleh penerbit bekan merupakan simpanan sebagai

mana dimaksud dalam undang – undang yang mengatur mengenai perbankan.

Dalam penggunaan sistem elektronik ada dua hal mendasar yang perlu di

perhatikan, pertama teknologi merupakan hasil temuan manusia yang tentunya akan

mempunyai kelemahan-kelemahan dalam sistem teknisnya, kedua teknologi selain

memiliki kelemahan dalam sistem teknisnya, juga mempunyai ketidakpastian dalam segi

jaminan kepastian hukum.32

Dari sisi sistem pembayaran non tunai, Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga

pengawas di sektor Jasa keuangan berkepentingan untuk memastikan bahwa sistem

pembayaran non tunai yang digunakan oleh masyarakat dapat berjalan dan terlaksanan

secara aman, nyaman, dan memberikan kepastian, baik dari transaksi itu sendiri, maupun

3

(3)

kepastian hukum. Oleh karena itu, perkembangan penggunaan alat pembayaran non tunai

mendapat perhatian serius dari Otoritas Jasa Keuangan, mengingat perkembangan

pembayaran non tunai di harapkan dapat mengurangi beban penggunaan uang tunai dan

semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Karena belum adanya sosialisasi secara efisien dan menyeluruh terhadap

masyarakat tentang penggunaan uang non tunai atau uang elektronik, sehingga belum

banyak masyarakat yang menggunakan uang non tunai, atau bertransaksi dengan

menggunakan uang elektronik. Salah satu hambatan perkembangan uang non tunai atau

uang elektronik adalah kepercayaan masyarakat terhadap uang tunai, yang sudah terbukti

keamaan, kenyamanan, dan memberikan kepastian dalam bertransaksi.

Dalam perkembangannya, sistem pembayaran dengan uang elektronik sangat di

pengaruhi oleh perkembangan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat. Saat ini

perkembangan pembayaran non tunai berjalan sangat pesat seiring dengan perkembangan

teknologi pembayaran yang pada akhir-akhir ini telah membawa dampak bagi

pihak-pihak yang terlibat dalam sistem pembayaran tersebut. Perubahan polah hidup

masyarakat dan peningkatan pola hidup masyarakat menuntut tersedianya sarana

telekomunikasi dan transportasi yang cepat sehingga hambatan jarak dan waktu dapat di

kurangi. Perkembangan telekomunikasi dan transportasi ini juga memberikan dampak

yang besar bagi transaksi keuangan, terutama terkait dengan cara antar pihak melakukan

pembayaran, dengan menggunakan transaksi elektronik.

Alat pembayaran non tunai ini khususnya jenis-jenis pembayaran menggunakan

(4)

(credict card) yang kemudian dari kertu kredit, berkembang pula alat-alat pembayaran

menggunakan kartu lainnya yaitu kartu Debet (Debit card) dan kartu penyimpanan dana

(stored value card). Kehadiran dan kemunculan kartu-kartu ini telah memberikan pilihan

bagi para pengguna untuk memilih cara pembayaran sesuai dengan keperluan

masing-masing.

Lembaga selain Bank adalah badan usah bukan Bank yang berbadan hukum dan

didirikan berdasarkan hukum Indonesia.4 Adanya peluang bagi lembaga non bank untuk

menjadi penerbit terhadap uang elektronik, hal ini akan memberikan kesempatan bagi

masyarakat luas, meskipun bukan nasabah bank, tetapi dapat menggunakan fasilitas ini.

Dari hal di atas, tentu akan memberikan kemudahan terhadap mesyarakat dalam

menggunakan alat pembayaran non tunai.

Berdasarkan Undang-undang nomor 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia, salah

satu wewenang bank Indonesia dalam rangka mengatur dan menjaga sistem pembayaran

adalah menetapkan penggunaan alat pembayaran. Penetapan penggunaan alat pembayaran

ini dimaksud agar alat pembayaran yang digunakan dalam masyarakat memenuhi

persyaratan keamanan dan kenyamanan bagi penggunannya. 3

Perkembangan Teknologi di bidang Informasi dan Komunikasi memberi dampak

terhadap munculnya inovasi inovasi baru dalam pembayaran Elektronik (Electronic

Payment). Dalam hal ini yang dimaksud dengan pembayaran Elektronik adalah

pembayaran yang memanfaatkan Teknologi Informasi dan komunikasi. Pembayaran

Elektronik sendiri telah berkembang dan dipakai oleh sebagaian besar masyarakat

4

(5)

Indonesia seperti Phone Banking, Internet Banking, Kartu Kredit dan Kartu Debit/ATM.

Meskipun teknologi yang digunakan berbeda beda, seluruh pembayaran elektronik

tersebut selalau terkait langsung dengan rekening nasabah bank yang menggunakannya.

Dalam hal ini setiap instruksi pembayaran yang dilakukan nasabah, baik melalui Phone

Banking, Internet Banking, Kartu Kredit maupun Kartu Debit/ATM, akan selalu

dibebankan langsung ke dalam rekening nasabah tersebut.

Saat ini di beberapa Negara telah dikembangkan produk pembayaran elektronik

yang dikenal sebagai Electronic Money (e-money atau uang elektronik) yang

karakteristiknya berbeda dengan pembayaran elektronik yang telah disebutkan

sebelumnya, karena setiap pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan e-money

tidak selalu memerlukan proses otorisasi dan tidak terkait secara langsung dengan rekening

nasabah di bank (ketika melakukan transaksi, saldo rekening tidak terpotong), karena

e-money merupakan produk “stored value” dimana sejumlah nilai telah terekam dalam alat

pembayaran yang digunakan.

Dari website resmi milik Bank Indonesia Uang elektronik (e-money) adalah uang

yang digunakan dalam transaksi internet dengan cara elektronik. Biasanya, transaksi ini

melibatkan penggunaan jaringan computer (seperti Internet dan sistem penyimpanan harga

digital). Selain itu Uang elektronik (e-money) secara singkat didefenisikan oleh Bank

Sentral Eropa adalah sebuah toko elektronik dengan nilai moneter pada perangkat teknis

(6)

penerbit tanpa harus melibatkan rekening bank pada transaksi, tetapai bertindak sebagai

instrument pembawa prabayar.54

Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/8/PBI/2008 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu adalah Alat pembayaran dengan

menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban

yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk

melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi

terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan

pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik secara

sekaligus ataupun secara angsuran. Pengertian lain kartu kredit merupakan alat

pembayaran pengganti uang tunai yang dapat digunakan oleh konsumen untuk ditukar

dengan barang dan jasa yang diinginkannya ditempat tempat yang dapat menerima

pembayaran dengan menggunakan kartu kredit.

Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) terdiri dari kartu kredit, kartu

debit, dan/atau kartu ATM, dimana berbeda dengan Uang Elektronik, Perbedaan

mendasarnya adalah sebagai berikut : pertama Uang elektronik bersifat prabayar (prepaid)

sedangkan APMK bersifat akses:5

Prabayar/prepaid merupakan Nilai uang telah tercatat dalam instrumen e-money

atau sering disebut stored velue dana yang tercatat dalam e-money sepenuhnya berada

dalam penguasaan konsumen, kedua pada saat transaksi perpindahan dana dalam bentuk

electronic value dari kartu e-money milik konsumen kepada terminal merchant dapat

4

5

(7)

dilakukan secara off-line, dalam hal verifikasi cukup dilakukan pada level merchant (point

of sale) tanpa harus on-line ke komputer issuer, berbeda dengan APMK dimana pada saat

transaksi, instrument kartu digunakan untuk melakukan akses secara on-line ke komputer

issuer untuk mendapatkan otorisasi melakukan pembayaran atas beban rekening nasabah,

baik berupa rekening simpanan (kartu debet) maupun rekening pinjaman (kartu kredit).

Setelah di otorisasi oleh issuer, rekening nasabah kemudian akan langsung di debet.

Dengan demikian pembayaran menggunakan kartu kredit dan kartu debet mensyaratkan

adanya kemunikasi on-line ke komputer issuer.

Awalnya penggunaan e-money bertujuan untuk memberikan kepraktisan, hanya

dengan beberapa proses yang mudah transaksi berhasil dilakukan, selain itu, kita tidak

perlu membawa uang tunai jika ingin membeli sesuatu. Namun pada dasarnya e-money

tidak bertujuan untuk menggantikan fungsi uang tunai secara total. Pemegang e-money

sebaiknya memilih kartu e-money sesuai kebutuhannya, hal ini dikarenakan banyaknya

jenis kartu e-money yang beredar, yang menawarkan berbagai fasilitas tidak sama. selain

itu tidak semua pedagang menerima pembayaran dengan menggunakan e-money, sehingga

dapat dikatakan bahwa e-money belum dapat menjawab semua kebutuhan.

Berbeda dengan kartu kredit dan kartu debit, kartu e-money tidak memerlukan

konfirmasi data atau otorisasi Personal Identification Number (PIN) ketika akan digunakan

sebagai alat pembayaran dan tidak terkait langsung dengan rekening nasabah di bank. Hal

ini karena e-money merupakan produk stored value dimana sejumlah nilai monetary value

telah terekam dalam alat 6pembayaran yang digunakan.

6hal tersebut memungkinkan kartu

6

Yasser Arafat, E-money dalam Kacamata Plus-Minus, 2011.

(8)

dapat dipindahtangankan dan bisa dipakai siapapun selama saldo masih muncukupi. Hal ini

dapat membahayakan karena jika kartu e-money hilang, maka saldo yang tersisa dapat

digunakan oleh orang lain, tanpa persetujuan kita. Pada kenyataannya, e-money dengan

nilai yang dapat di top up atau diisi ulang ini tidak termasuk dalam inventori bank sebagai

salah satu lembaga yang mengeluarkan produk ini.7 Artinya jika pencurian atau

penggunaan kartu e-money yang bukan pemegang kartu tidak dapat dilacak keberadaannya

dan kartu tersebut tidak dapat diblokir.7

Meskipun relative masih dalam tahap perkembangan awal, e-momey mempunyai

potensi dalam menggeser peran uang tunai untuk pembayaran pembayaran yang bersifat

retail, sebab transaksi retail tersebut dapat dilakukan dengan lebih mudah dan murah baik

bagi konsumen maupun pelaku usaha. Dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengatakan bahwa konsumen adalah setiap

orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik

yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia,

baik sendiri maupun bersama sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha

dalam berbagai bidang ekonomi.8

7

Anastasia Lilin Y, E-money Mengontrol Pengeluaran Dengan Uang Elektronik, 2012, Kontan.co.id

http://personalfinance.co.id/news/mengontrol-pengeluarandengan-

uang-elektronik-selesai, diakses pada tanggal 5 Agustus 2015 pukul 02:08 WIB

8

(9)

Pengembangan e-money di berbagai Negara telah melahirkan berbagai implikasi

pengembangan e-money terhadap kebijakan Otoritas Jasa Keuangan khususnya yang

berkaitan dengan fungsi pengawasan sistem pembayaran dan efektifitas kebijakan moneter.

Perlindungan terhadap pengguna e-money harus diberikan didasari oleh semakin majunya

ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor penggeragak bagi produktifitas

dan efisiensi atas barang atau jasa yang dihasilkan dalam rangka mencapai sasaran usaha.

Dalam rangka mencapai sasaran usaha tersebut, akhirnya baik langsung maupun tidak

langsung konsumen yang umumnya akan merasakan dampaknya. Mengingat hal itu semua

tentu sudah menjadi keperluan yang mendesak akan adanya suatu perlindungan terhadap

Pemegang e-money sebagai konsumen, untuk dicarikan solusinya, mengingat demikian

kompleksnya permasalahan yang menyangkut perlindungan konsumen, lebih-lebih

menyongsong era perdagangan bebas yang akan datang.9

8

Maka dari itu seorang pengguna alat pembayaran menggunakan kartu uang

elektronik (e-money) sudah selayaknya dilindungi secara hukum dalam regulasi terhadap

teknologi informasi yang memadai. Selain itu juga diperlukan kemampuan dari aparat

penegak hukum, kesadaran hukum masyarakat dan prasaraana-prasarana yang mendukung

penegakan hukum di bidang teknologi informasi.9

10

9

Sri Rejeki Hartono, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Madar Maju, Bandung, Hal 33.

9

10

(10)

B. Rumusan Masalah

Dengan didasarkan pada urasian diatas maka penulis tertarik untuk membahas

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kaedah hukum pengaturan terhadap pemegang kartu e-money

dalam melakukan transaksi elektronik di Indonesia?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemegang kartu e-money dalam

melakukan transaksi elektronik di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan, terlebih penelitian dalam rangka

penulisan suatu karya ilmiah khususnya skripsi. Adapun tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui kaedah hukum pengaturan terhadap pemegang kartu

e-money dalam melakukan transaksi elektronik di Indonesia.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pemegang kartu e-money

dalam melakukan transaksi elektronik di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi ilmu

pengetahuan hukum khususnya pada hukum perlindungan konsumen dan

Undang-Undang Telekomunikasi

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperjelas bagaimana perlindungan hukum

(11)

E. Metode Penelitian

Dalam rangka penulisan skripsi ini sebagai upaya untuk mendapatkan

hasil yang bersifat objektif maka diperlukan adanya data dan informasi yang

valid dan relevan serta berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Sebagai

upaya dalam perolehan data yang valid, penulis mempergunakan metode

penelitian yang berfungsi sebagai sara dan pedoman dalam perolehan data serta

untuk mengoperasionalkan tujuan penelitian, meliputi:

1. Jenis Penelitian Yang Digunakan

Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat normative, penelitian

bersifat normative berasal dari bahan hukum baik itu bahan hukum primer

maupun bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum

yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri

dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan

undang-undang dan putusan-putusan hakim. Untuk bahan hukum primer yang

memiliki otoritas tertinggi adalah Undang-Undang Dasar (UUD), dan bahan

hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan

dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks,

kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan

pengadilan.

2. Pendekatan Yang Digunakan

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan

perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach)

(12)

terhadap berbagai aturan hukum yang menjadi focus sekaligus tema sentral suatu

penelitian11

10 yang dikaji seperti: Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankan, Peraturan OJK Nomor 1 tahun 2013 tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa Keungan, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 11/ 11

/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan

Menggunakan Kartu, Peraturan Bank Indonesia No.16/8/PBI/2014 tentang

Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor : 11/12/PBI/2009 tentang

Uang Elektronik (Electronic Money), dan pendekatan konseptual adalah suatu

pendekatan yang dilakukan dengan mempelajari pandangan-pandangan dan

doktrin-doktrin didalam ilmu hukum, sehingga penelitian akan menemukan

ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum dan

asas-asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi.12

11

12

3. Bahan Hukum

Bahan Hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Bahan Hukum Primer

a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

b. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik.

c. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan

11

10 Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, Surabaya, 2005, Hal, 302

12

(13)

d. Peraturan OJK Nomor 1 tahun 2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor

Jasa Keungan.

e. Peraturan Bank Indonesia Nomor : 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.

f. Peraturan Bank Indonesia Nomor : 16/8/PBI/2014 tentang Perubahan Atas

Peraturan Bank Indonesia Nomor : 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik

(Electronic Money)

2. Bahan Hukum Sekunder

Data Sekunder diperoleh dari bahan-bahan yang mendukung bahan hukum primer

seperti artikel-artikel baik dari internet, yang berisikan tentang Hukum Perbankan,

Hukum Telematika dan Hukum Perlindungan Konsumen.

4. Unit Amatan

Unit amatan dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, Peraturan OJK Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor

Jasa Keungan, Peraturan Bank Indonesia Nomor : 11/11/PBI/2009 tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, dan Peraturan

Bank Indoneisa Nomor : 16/8/PBI/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank

(14)

5. Unit Analisa

Unit analisa dalam penelitian ini yaitu kaedah hukum pengaturan terhadap pemegang kartu

e-money dalam melakukan transaksi elektronik di Indonesia, dan perlindungan hukum terhadap

pemegang kartu e-money dalam melakukan transaksi elektronik di Indonesia.

F. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan berisi uraian mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan, Manfaat, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II Pembahasan membahas dan mejawab permasalahan yang telah ditentukan

sebelumnya, yaitu kaedah hukum pengaturan terhadap pemegang kartu e-money dalam

melakukan transaksi elektronik di Indonesia, dan perlindungan hukum terhadap pemegang

kartu e-money dalam melakukan transaksi elektronik di Indonesia..

Bab II Penutup berisi kesimpulan dari jawaban permasalahan yang menjadi obyek

Referensi

Dokumen terkait

Sudah banyak pengembangan yang dilakukan tentang pengendali pada panel surya, pada tahun 2016 telah dilakukan identifikasi parameter sistem penggerak pada prototype

independen (motivasi, budaya organisasi dan komitmen organisasi) sedangkan sisanya sebesar 15,30% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk kedalam penelitian

Bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0 dapat digunakan untuk menyusun dan membuat program aplikasi pada sistem operasi windows.. Program aplikasi dapat berupa program

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pendampingan program DMPA dalam peningkatan ekonomi masyarakat dan konservasi sumberdaya hutan oleh Sinarmas Forestry

Evaluasi Penawaran dilaksanakan berdasarkan Dokumen Pengadaan Nomor : 003/DPU- Drai/VII/2017 tanggal 03 Juli 2017 , Berita Acara Penjelasan Dokumen Pengadaan, dan

Paramphistomum merupakan parasit golongan trematoda yang berlokasi di dalam rumen. Siklus hidup cacing ini memerlukan hospes intermedier yaitu siput Lymnea

Dengan diawali Bismillah, penulis panjatkan puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah yang tiada hentinya sehingga

Oleh karena itu pada penelitian ini akan melakukan analisis sentimen pada topik pariwisata Lombok menggunakan metode naive bayes karena metode ini mempunyai