• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR PERNYATAAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "LEMBAR PERNYATAAN "

Copied!
90
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akibat nusyuz dalam keharmonisan rumah tangga menurut sosiologi hukum. Luthfi, Eva, Disertasi “Keharmonisan Rumah Tangga Bagi Menikah dan Berkebutuhan Khusus”, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2018).

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian yang Relevan

50 Eva Luthfi, “Keharmonisan Rumah Tangga Bagi Pasangan Berkebutuhan Khusus”, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2018) h. Kesamaan agama antara suami istri sangat penting dalam mewujudkan sakinah keluarga dan mewujudkan keharmonisan keluarga.

Metodologi Penelitian

Sistematika Pembahasan

Bab ini juga membahas ruang lingkup sosiologi hukum, serta aspek sosiologi hukum, dan terakhir penulis akan membahas tentang ciri-ciri sosiologi hukum. Selanjutnya akan dibahas tentang prinsip-prinsip keharmonisan rumah tangga, apa saja yang termasuk keharmonisan dalam rumah tangga, yang selanjutnya akan membahas tentang keluarga sakinah, dimulai dari pengertian keluarga sakinah, kemudian unsur-unsur yang melatarbelakangi terbentuknya keluarga sakinah.

NUSYUZ DALAM PERKAWINAN

Tindakan Suami atau Istri yang Dikategorikan Nusyus

Sebab-sebab Terjadinya Nusyuz

Tetapi jika salah seorang suami isteri tidak menunaikan kewajibannya, maka salah seorang suami isteri tidak akan mendapat hak yang telah ditetapkan, misalnya jika isteri tidak menunaikan kewajibannya, maka isteri tidak. berhak mendapat apa yang mesti dia dapat. Isteri tidak menunaikan kewajipan, ia dinamakan nusyuz, menurut jumhur ulama’ suami tidak wajib memberi nafkah kepada isteri sekiranya isteri dalam tempoh nusyuz. Tetapi apabila isteri telah kembali menunaikan kewajipannya atau telah bertaubat dari kemaksiatannya kepada suaminya.

Kadang, kadang istri tidak bisa mensyukuri apa yang sudah diberikan suaminya, semua yang sudah dilakukan suami dengan sebaik mungkin, kadang istri juga tidak bisa mensyukuri apa yang sudah didapatkannya. Suami yang pelit biasanya selalu menghitung apa yang ia keluarkan untuk keluarga, anak dan istrinya. Apa yang diperlukan untuk menjalankan tugas untuk wanita tetapi pria terlalu menghitung meskipun dia mampu dan punya uang.

Pandangan Fuqaha Terhadap Nusyuz

Kekikiran laki-laki biasanya muncul ketika perempuan meminta uang untuk kebutuhan istri dan anak-anaknya, tetapi laki-laki tidak masuk hitungan ketika ia membelanjakan uang untuk kerabatnya, dan kepentingannya sendiri, yang bisa dikatakan tidak penting. , seperti : menyelenggarakan pesta pora dan sebagainya. Ulama Hanafiyyah menyatakan bahwa suami tidak wajib memberikan nafkah kepada wanita yang nusyuz (dengan pengertian nusyuz seperti di atas) karena tidak ada taslim (tundukkan/ketaatan) dari istri. Adaoun jika wanita itu tinggal di rumah, meskipun dia tidak mau disentuh, maka pria itu tetap bertanggung jawab atas nafkah.

Ulama Hanabil mengisyaratkan bahawa nusyuz di antara mereka ialah malas, atau enggan bersenang-senang, atau memenuhi undangan, tetapi merasa pendiam dan merungut dan merendahkan adab terhadap suaminya. Wahbah Az-Zuhalili menyatakan bahawa nusyuz adalah salah satu keingkaran pasangan (suami/isteri) terhadap apa yang harus ditaati dan menyimpan kebencian terhadap pasangannya. Contohnya, isteri taat kepada suami yang menyuruhnya melakukan maksiat, atau suami taat kepada isteri yang menuntut sesuatu di luar kewajipannya dan di luar kemampuannya.

Pengertian dan Tujuan Sosiologi Hukum

Perilaku menyimpang dan perilaku yang diperbolehkan adalah subjek studi dalam sosiologi hukum. Sosiologi hukum menjelaskan objek yang diteliti dengan cara mendekati objek dan menjelaskan fenomena hukum yang sebenarnya. Pendekatan seperti itu sering menimbulkan kesalahpahaman, seolah-olah sosiologi hukum ingin membenarkan praktik-praktik yang menyimpang atau melawan hukum.

Sosiologi hukum bertujuan untuk menjelaskan mengapa praktek tersebut terjadi, sebab-sebabnya, faktor apa saja yang mempengaruhinya, latar belakangnya dan sebagainya. Sosiologi hukum tidak hanya menerima perilaku dari luar, tetapi juga mendapat penjelasan yang bersifat internal, yaitu yang mencakup perilaku seseorang. Jika disebut perilaku hukum di sini, maka sosiologi hukum tidak membedakan antara perilaku yang sesuai dengan hukum dan yang menyimpang.

Ruang Lingkup Sosiologi Hukum

Jadi mempelajari sosiologi hukum adalah mempelajari tingkah laku orang-orang yang terlibat dalam hukum. Basis sosial hukum adalah anggapan bahwa hukum timbul dan tumbuh dari proses sosial lainnya (sosiologi hukum generatif). Pengaruh undang-undang terhadap fenomena sosial lainnya, misalnya: UU Penanaman Modal Asing tentang fenomena ekonomi, UU Pemilu dan Partai Politik tentang fenomena politik, UU Hak Cipta 1982 tentang fenomena budaya.

Sosiologi hukum banyak menaruh perhatian pada persoalan-persoalan hukum yang terwujud dalam pengalaman hidup masyarakat sehari-hari. Sosiologi hukum tidak ingin membatasi studinya pada pertanyaan tentang isi normatif undang-undang dan sistematika serta doktrin fundamentalnya. Sosiologi hukum dapat dikatakan sebagai cabang khusus sosiologi dalam keluarga besar ilmu-ilmu sosial yang disebut sosiologi, sekalipun sosiologi hukum juga mempelajari hukum sebagai seperangkat norma-norma khusus, bukan norma itu sendiri yang dipelajari, melainkan norma-norma itu sendiri yang dipelajari. norma-norma positif dalam fungsinya, diperlukan untuk penegakan ketertiban dalam masyarakat.

Aspek Sosiologis Dalam Hukum

Kajian hukum tidak putih, yang hanya melihat struktur internal sistem hukum yang logis-rasional, tetapi juga melihat efektivitas hukum itu. Hukum menurut John Austin adalah peraturan yang dibuat untuk dijadikan pedoman bagi makhluk berakal oleh makhluk berakal yang memiliki kekuatan. Sosiologi hukum yang berusaha menganalisis hukum agar hukum tidak lepas dari praktek pelaksanaannya tidak hanya bersifat kritis tetapi juga kreatif.

Antropologi hukum adalah ilmu yang mempelajari manusia sebagai makhluk biologis yang diatur oleh hukum-hukum biologis yang diciptakan oleh Tuhan. Antropologi hukum dari sudut pandang biologis dan penciptaan manusia dan hewan lainnya memiliki hukum yang sama. Antropologi hukum mempelajari masyarakat dalam penciptaan hukum, baik berupa adat istiadat, norma kesusilaan, peraturan perundang-undangan, dan jenis-jenis hukum lainnya.

Karakteristik Sosiologi Hukum

Islam juga sangat mementingkan persamaan agama antara laki-laki dan perempuan karena sangat penting bagi terwujudnya keharmonisan rumah tangga yang akan terjalin dalam lingkungan keluarga. Ada beberapa ciri rumah tangga yang harmonis, ciri-ciri rumah tangga yang harmonis adalah sebagai berikut. Faktor ajaran Islam merupakan unsur dasar terpenting dalam mewujudkan keluarga bahagia.

Dalam rumah tangga yang bahagia ini selalu terjalin kerukunan yang harmonis antar anggota keluarga. Maka rumah tangga yang dibangun diisi dengan suasana ibadah karena manusia diciptakan hanya untuk beribadah. Rumah tangga yang berantakan seperti itu jelas tidak mendukung terciptanya suasana keluarga yang harmonis.

DAMPAK NUSYUZ DALAM KEHARMONISAN RUMAH

Asas-asas Keharmonisan Rumah Tangga

Jika ada masalah sebaiknya diselesaikan dengan cara kekeluargaan, sebagaimana layaknya dalam kehidupan keluarga. Terbentuknya rumah tangga yang harmonis, islami dan sakinah sangat penting bagi terbentuknya masyarakat yang beradab dan bermartabat. Rumah tangga yang sakinah harus dapat mengutamakan unsur kerukunan agar kehidupan keluarga dapat terjalin dengan sangat baik.

Menurut keyakinan Islam, rumah tangga yang terbentuk melalui perkawinan harus dilakukan dengan persiapan yang matang dan perencanaan yang matang. Rumah tangga yang bahagia akan terwujud jika segala fasilitas hidup dan kebutuhan hidup dapat terpenuhi dengan baik dan sempurna. Rumah tangga yang harmonis dapat diciptakan oleh semua orang yang menjalani kehidupan rumah tangga, tergantung bagaimana kita menyikapi suatu masalah dalam kehidupan rumah tangga.

Keluarga Sakinah

  • Unsur-unsur yang Membentuk Keluarga Sakinah

Keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan sejahtera dapat disebut dengan keluarga sakinah, yaitu keluarga yang tenteram, tenteram, rukun dan damai. Keluarga sakinah adalah keluarga yang mendapat banyak kebaikan dan keberkahan dari Allah swt, menjadi dambaan dan impian setiap orang sejak perencanaan pernikahan dan merupakan tujuan utama dari pernikahan itu sendiri. Yang dimaksud dengan rahmah adalah kebersamaan anggota keluarga yang saling menghormati, saling menyayangi, saling melindungi, memiliki ikatan batin yang kuat satu sama lain.

Aspek keragaman ini merupakan faktor yang sangat penting yang akan menciptakan saling pengertian dan kepercayaan antara laki-laki dan perempuan. Islam sangat menekankan aspek kehormatan dalam arti menjaga kesucian kedua calon suami istri yang ingin membentuk keluarga sakinah. Di satu sisi, menikah dengan kerabat dekat itu baik, yaitu untuk mempererat dan mempererat tali kekeluargaan.

Akibat Nusyuz dalam Keharmonisan Rumah Tangga

Akibatnya kehidupan keluarga menjadi tidak harmonis lagi karena terjadinya perceraian dengan sendirinya akan menimbulkan akibat lain bagi para pihak selain akibat psikologis menghadapi berbagai perubahan hidup seperti harta benda, mata pencaharian dan pengasuhan anak, keadaan mental dan anak juga akan terganggu jika orang tuanya bercerai karena ibu atau bapaknya melakukan nusyuz. Kecewa dengan kondisi ini, anak akan menarik diri dari lingkungan dan merasa rendah diri dengan orang lain.77 Selain itu, jika bercerai karena ibu atau bapaknya melakukan nusyuz, anak akan mengalami trauma dan menganggap salah satu dari kedua orang tuanya buruk atau tidak baik. . karena melakukan nusyuz pdan berdampak pada perceraian. Jika anak masih trauma dengan perceraian orang tuanya, biasanya ia akan merasa tidak aman, merasa sedih dan kesepian, merasa marah dan kehilangan.

Anak-anak akan selalu berada dalam lingkungan ketakutan bahwa mereka akan mengalami kehidupan yang sama seperti ayah dan ibunya.79 Anak-anak mungkin takut menikah karena mereka khawatir pasangannya akan melecehkan mereka nanti, atau mereka khawatir bahwa mereka benar-benar akan menikah. menjadi nusyuz terhadap pasangannya. Karena itu, anak mungkin menarik diri dari kehidupan yang seharusnya dia jalani, atau dia mungkin memutuskan untuk tidak mendekati lawan jenis sama sekali. Namun karena apa yang dialami keluarganya, si anak mungkin memutuskan untuk tidak menikah dan tidak mau menikah.

Dampak Nusyuz Perspektif Sosiologi Hukum

Kemudian, berkaitan dengan kehidupan di ruamh danga, akan berlaku banyak kejadian nusyuz yang melibatkan suami isteri, sama ada suami melakukan nusyuz kepada isterinya, atau sitri melakukan nusyuz kepada suaminya. Lelaki atau perempuan yang melakukan nusyuz dan akhirnya mengakibatkan penceraian boleh menunjukkan bagaimana undang-undang sesuai dengan fakta dalam kehidupan masyarakat. Penyelesaian nusyuz dalam Al-Quran Surah An-Nisa ada menyebut bahawa apabila seorang wanita bernusyuz kepada suaminya, maka langkah pertama yang harus dilakukan oleh suami ialah menasihatinya, jika tidak mampu, suami boleh memukulnya. dia, jika.

Jika suami tetap melakukan nusyuz, istri diperbolehkan mengajukan cerai terhadap suaminya. Dahlia, Anita, "Dampak Perceraian Terhadap Anak Dalam Perspektif Sosial", Skripsi, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Jakarta). Nurzakiyah, Dede, “Dampak Nusyuz Perempuan Terhadap Hak Hadhanah (Studi Kasus di Pengadilan Syar’iyyah Banda Aceh), Skripsi, (Banda Aceh: .. Ar-Raniry Darussalam UIN Banda Aceh) Prakoso, Arbintoro, Sosiologi Hukum, (Yogyakarta : Laksbang Press Indo, 2017) Rahardjo, Satjipto, Ilmu Hukum, (Bandung: PT.

KESIMPULAN DAN SARAN

Saran

Budaya patriarki yang nusyuz hanya terjadi di pihak istri tidak benar bahwa nusyuz juga bisa terjadi di pihak suami. Harus ada penelitian lebih lanjut tentang nusyuz karena masih sangat sedikit pendidikan yang mengatakan bahwa nusyuz sangat berbahaya bagi kehidupan suami istri dan perlu adanya pendidikan lebih lanjut bahwa nusyuz tidak hanya terjadi pada istri saja, laki-laki juga bisa. nusyuz. Azhar Basyir, Ahmad, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2000) Baqier Qorashi, Syarief "Keringat Buruh", Jurnal, Vol.

Hasyim, Syafiq, Hal-hal yang Tak Terpikirkan Tentang Isu Perempuan dalam Islam, (Yogyakarta: Mizan, 2001). Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Antara Fiqh Munakahat dan Hukum Perkawinan, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2006). Yuni, Riesti, "Tafsir Al-Qur'an Al-Sya'rawi tentang Wanita Profesional", Skripsi, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, 2011).

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun masih dapat memiliki properti dengan status Hak Pakai (HP), akan tetapi hak pakai tersebut memiliki batasan. Kepastian Hukum Atas Hak Kepemilikan Properti WNI Yang