• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUANG LINGKUP PERMASALAHAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN DAN BIDANG TELAAH SERTA SISTEM-SISTEM DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN

N/A
N/A
Sekar Amanah

Academic year: 2024

Membagikan "RUANG LINGKUP PERMASALAHAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN DAN BIDANG TELAAH SERTA SISTEM-SISTEM DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

RUANG LINGKUP PERMASALAHAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN DAN BIDANG TELAAH SERTA SISTEM-SISTEM

DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN

Mata Kuliah Perencanaan Pendidikan Dosen Pengampu: Dr. Erjati Abas, M.Ag

Disusun Oleh:

Sekar Wulan Amanah (2386131042)

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS NEGERI ISLAM RADEN INTAN LAMPUNG 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, berkat pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah “Ruang Lingkup Permasalahan Dalam Perencanaan Dan Bidang Telaah Serta Sistem-Sistem Dalam Perencanaan”. Sholawat teriring salam kita sanjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, berikut keluarga, sahabat dan kerabatnya. Semoga menjadi asbab di Yaumil Akhir nanti, kita mendapatkan syafaat dari beliau.

Makalah ini adalah tugas Mata Kuliah Perencanaan Pendidikan, sebagai salah satu syarat pengambilan nilai. Mengenai penjelasan lebih lanjut tentang makalah, kami memaparkannya dalam bagian pembahasan dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Saran dan kritik yang membangun dengan terbuka kami terima untuk meningkatkan kualitas makalah ini.

Bandar lampung, 30 September 2023

PENULIS

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...2 DAFTAR ISI ...3 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...4 B. Rumusan Masalah...5 C. Tujuan...5 BAB II PEMBAHASAN

A. Ruang lingkup permasalahan dalam perencanaan pendidikan..6 B. Bidang telaah dan sistem-sistem dalam perencanaan

pendidikan...10 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...15 DAFTAR PUSTAKA...16

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah SWT memberi kepercayaan kepada manusia untuk menjadi seorang khalifah atau pemimpin dibumi, dimana tugas manusia yaitu memakmurkan bumi serta isinya. Dalam Al-Qur’an (Q.S. Al – Baqoroh [2]:30), Allah SWT telah menerangkan melalui firman-Nya :

ۤاَمّدلا ُكِفْسَيَو اَهْيِف ُدِسْفّي ْنَم اَهْيِف ُلَعْجَتَا آْوُلاَق ۗ ًةَفْيِلَخ ِضْرَ ْلا ىِف ٌلِعاَج ْيّناِ ِةَكِٕىٰۤلَمْلِل َكّبَر َلاَق ْذِاَو

ُن ْحَنَو َنْوُمَلْعَت َل اَم ُمَلْعَا ْٓيّنِا َلاَق ۗ َكَل ُسّدَقُنَو َكِدْمَحِب ُحّبَسُن

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman,

“Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.1

Allah SWT menciptakan manusia dengan segala keteraturan yang telah tertulis dalam kalam-Nya. Tinggal tugas Manusia sebagai makhluk ciptaan Nya adalah mengurus bumi dan isinya. Karena manusia merupakan makhluk Allah SWT yang memiliki inteletual dan diciptakan dengan bentuk yang paling sempurna.

Begitulah tugas manusia mengurus atau mengelola bumi yang disebut juga dengan manajemen. 2

Secara kebahasaan arti kata manajemen berasal dari kata bahasa Inggris yaitu to manage artinya mengelola atau pengelolaan secara istilah manajemen artinya sebuah rangkaian aktivitas yang saling terhubung dari aktivitas satu ke aktivitas yang lain manajemen juga mengarahkan suatu aktivitas individu atau organisasi hingga bisa mencapai tujuan. Manajemen bersifat universal diberlakukan untuk siapa saja pada setiap kepemimpinan dalam hal apa saja di kehidupan manusia.

Pelaksanaan manajemen memiliki beberapa tugas tertentu yang harus dikerjakan beberapa tugas tersebut yang dikenal sebagai fungsi manajemen sehingga dalam menentukan tujuan organisasi di masa depan dapat membangun dinamika aktivitas organisasi, membina kerjasama antar anggota, dalam organisasi, dan

1 Kementrian Agama, Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka. 2011. P.T.Kalim.

Jakarta: Tanggerang Selatan

2 Ahmad Khairuddin, Kepemimpinan pendidikan Islam, Cetakan pertama (Medan:UMSU Press,2022) hal 2

(5)

mengawasi aktivitas organisasi dalam proses mencapai tujuan menjadi semakin efektif dan efisien.3

Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan suatu rencana yang akan dilakukan dalam jangka waktu yang ditentukan untuk mencapai suatu tujuan, dari hal ini dapat diketahui bahwa perencanaan memiliki banyak model bagaimana aspek yang menyinggungnya. Perencanaan pendidikan merupakan pembahasan yang sangat luas contoh jika dilihat dari skup pelaksanaannya maka perencanaan ini akan memiliki aspek permasalahan yang berbeda dan bentuk analisis strateginya akan berbeda.4

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah pada bidang pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai salah satu pusat pendidikan dituntut untuk dapat mempersiapkan sumber daya (output) yang kompeten dalam menghadapi dunia global. Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut perlu didasari bahwa perencanaan pendidikan sangat penting.

Perencanaan adalah awal diimplementasikannya sebuah kegiatan. Dalam fungsi manajemen, perencanaan (planning) merupakan fungsi yang paling mendasar dan utama.

Namun, ketika pada tahap perencanaan saja terjadi permasalahan, bagaimana dengan implementasinya?. Dari pernyataan tersebut, bisa dilihat pentingnya sebuah perencanaan dalam pendidikan. Jika dalam merencakan saja mengalami permasalah, bagaimana dengan pelaksaan dari perencanaannya. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas masalah dalam perencanaan pendidikan dan bidang telaah serta sistem-sistem dalam perencanaan pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa sajakah ruang lingkup permasalahan dalam perencanaan pendidikan?

2. Bagaimanakah bidang telaah dan sistem-sistem dalam perencanaan pendidikan?

C. Tujuan Makalah

1. Mengetahui apa saja ruang lingkup permasalahan dalam perencanaan pendidikan

2. Mengetahui bidang telaah dan sistem-sistem dalam perencanaan pendidikan

3 Ipong Dekawati, Manajemen Pendidikan Teori Dan Praktik, Indonesia Emas Grup, Bandung. 2022. Hlm 3

4 Nurhadi Kusuma, Dkk, Transformasi Administrasi Pendidikan, Pt. Sada Kurnia Pustaka, Banten. 2023, Hlm 19

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Permasalahan Dalam Perencanaan Pendidikan

Masalah adalah perbedaan antara apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi, perbedaan antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, perbedaan antara harapan dan kenyataan, perbedaan antara secara teoritis yang seharusnya terjadi dan apa yang secara praktik terjadi, atau perbedaan antara aturan dan realistis5. Kebutuhan mengenai perencanaan muncul karena berbagai jenis masalah pada masyarakat titik masalah pendidikan mengacu pada masalah dalam dunia pendidikan6

Menurut rismayanti7 Ada beberapa masalah dalam perencananaan pendidikan yang dilihat dari berbagai aspek, yaitu:

1) Rendahnya sarana fisik

UU SISDIKNAS tahun 2003 Pasal 45 ayat 1, bahwa :

“Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.”

Namun, kenyataan banyak sekolah yang tidak memenuhi standar tersebut.

Masih banyak sekolah yang memiliki bangunan yang tidak layak pakai ataupun meminjam bangunan dari pihak lain. Sekolah dengan akses jalan yang sulit terjangkau menyebabkan banyak masyarakat yang enggan untuk bersekolah. Dari data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas.

Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat Masalah sarana prasarana ini menyebabkan kendala tersendiri dalam perencanaan pendidikan. Perencanaan pendidikan harus

5 Zulkarnai Lubis, Dkk, Panduan Pelaksanaan Penelitian Sosial, Cv.Andi Ofset, Yogyakarta.

2019, Hlm 9

6 Nanny Mayasari, Dkk, Perencanaan Pendidikan, Pt Sada Kurnia Pustaka, Yogyakarta. 2022, Hlm 20

7 Wini Rismayanti, Masalah Perencanaan Pendidikan Di Indonesia, Bandung. 2012

(7)

dengan matang mempertimbangan aspek ini, jangan sampai membuat suatu sistem pendidikan yang mempergunakan sarana dan prasarana yang hanya dimiliki oleh sekolah-sekolah dengan fasilitas bagus. Contohnya saja, pendidikan berbasis internet, bagaimana dengan anak-anak di daerah yang belum ada fasilitas internet.

Oleh karena itu perencaan pendidikan akan terhambat jika ada faktor yang kurang mendukung.

2) Rendahnya kualitas guru

UU SISDIKNAS tahun 2003 pasal 42 ayat 1 dan 2, bahwa :

(1) Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

(2) Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi.

Namun ternyata kualitas tenaga pendidik di Indonesia tidak sejalan dengan UU di atas, hal ini terlihat dari data Balitbang Depdiknas tahun 2010 dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8 % yang berpendidikan diploma DII kependidikan ke atas, sekitar 680.000 guru SMP/MTs baru 38,8 % yang berpendidikan DIII kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah dari 337.503 guru baru 57,8

% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi dari 181.544 dosen, baru 18,86 % yang berpendidikan S2 ke atas dan hanya 3,48 % berpendidikan S3. Menurut data Indonesia Berkibar sekitar 54 % guru di Indonesia tidak memiliki kualifikasi yang cukup.

Guru adalah salah satu faktor penunjang dalam keberhasilan pendidikan.

Kualitas guru yang memprihatinkan menjadi kendala tersendiri bagi kualitas pendidikan di Indonesia. Berdasarkan survey Putera Sampoerna Foundation, dimana sebanyak 54 persen guru di Indonesia masih berkualitas rendah.

Selanjutnya lagi, dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan terungkap fakta bahwa dari 285 ribu guru yang ikut uji kompetensi, ternyata 42,25% masih di bawah rata-rata.

Dengan permasalahan ini, perencanaan pendidikan akan ada hambatan.

Contohnya saja, sekolah bilingual atau SBI yang sedang marak di Indonesia, seakan kurang menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dengan lulusan luar.

Hal ini dikarenakan SDM guru yang tidak mumpuni, yang tidak berkemampuan bahasa inggris, harus mengajar dalam bahasa inggris atau dua bahasa.

(8)

3) Rendahnya kesejahteraan guru

Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indoneisa pada pertengahan 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan sebesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp. 1,5 juta, guru bantu Rp. 460rb, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 .oo per jam. Dengan pendapatan seperti itu, maka banyak guru yang melakukan kerja sampingan., sehingga tidak optimal dalam mendidik anak di sekolah.

4) Rendahnya prestasi siswa

Siswa adalah generasi penerus bangsa, artinya siswa yang dididik di sekolah diharapkan kedepannya mampu menjadi generasi yang memajukan negara.

Dengan perkembangan zaman menuju proses glob alisasi, siswa Indonesia harus mampu bersaing dengan lulusan luar negeri. Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran.Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.

5) Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan

Dalam UUD 1945 Pasal 31, ayat 1 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.

Indonesia adalah negara yang berpulau-pulau dan luas. Demograpi Indonesia yang demikian, menyebabkan rendahnya pemerataan pendidikan di Indonesia.

Banyak daerah yang sulit terjangkau dan tidak ada akses jalan. Tidak meratanya pendidikan di Indonesia, menyebabkan adanya kesenjangan antara pendidikan di kota dan di daerah. Padahal berdasarkan Undang-Undang di atas, bahwa tiap warga negara Indonesia berhal untuk mendapat pendidikan yang layak.

6) Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan

Adanya ketidaksesuaian antara kualitas lulusan kita dengan kebutuhan tenaga kerja menyebabkan masih tingginya tingkat pengangguran di Indonesia. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri

(9)

7) Mahalnya biaya pendidikan

Adanya stratifikasi dalam pendidikan, menyebabkan masyarakat dengan ekonomi kebawah akan kesulitan mendapat fasilitas pendidikan yang layak.

Sekarang ini banyak sekolah dengan pendidikan yang berkualitas dengan biaya yang mahalnya selangit. Sedangkan pendidikan gratis yang disediakan pemerintah cenderung seadanya. Maka stratifikasi ini menyebabkan adanya pula kesenjangan kualitas pendidikan antara anak yang berekonomi berkecukupan dengan ekonomi rendah.

Masalah di atas adalah permasalahan yang secara global dapat menghambat proses perencanaan sistem pendidikan di Indonesia. Padahal, ada Undang-undang yang telah mengatur bagaimana standarisasi aspek pendidikan. Kemudian, Sistem pendidikan di negara kita telah banyak mengalami perubahan, hal ini mungkin disebabkan karena perencanaan pendidikan yang tidak memahami aspek-aspek yang terkait didalamnya, sehingga sistem pendidikan nasional kita tidak mampu sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia serta lulusan yang dihasilkan tidak relevan dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal tersebut menyebabkan sumber daya manusia (SDM) negara kita sulit bersaing dengan SDM asing. Untuk mengatasi masalah perencanaan pendidikan tersebut, maka dibutuhkan problem solving (penyelesaian masalah) yang tepat, yaitu:

1. Secara Sistemik.

Adanya perombakan dalam sistem sosial yang berkaitan dengan pendidikan.

Sistem pendidikan dangat berkaitan dengan ekonomi, dengan sistem ekonomi sekarang menyebabkan adanya stratifikasi dalam pendidikan. Maka haruslah menciptakan sistem yang menghilangkan adanya stratifikasi dalam pendidikan.

Tidak ada lagi kesenjangan fasilitas pendidikan untuk masyarakat ekonomi kuat dan lemah.

2. Secara Teknis.

Solusi secara teknis adalah adanya perubahan dalam aspek kualitas saran prasarana, kualitas guru dan kualitas siswa. Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.

(10)

Dengan problem solving atau penyelesaian masalah pendidikan, maka proses perencanaan pendidikan pun harus berfungsi dalam merancang sebuah sistem pendidikan yang layak dan tepat untuk masyarakat Indonesia.

B. Bidang Telaah dan sistem-sistem dalam Perencanaan Pendidikan

Menurut suhardi8 Seseorang perencana pendidikan dalam menentukan pekerjaan yang akan berhadapan dengan berbagai kekuatan dan kepentingan akan mempengaruhi proses perumusan perencanaan. Oleh karena itu seseorang perencanaan harus;

 Mampu mengidentifisikan berbagai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) yang akan mempengaruhi proses perencanaan.

 Mampu memahami sifat-sifat dasar manusia

 Mampu memahami kebutuhan-kebutuhan dasar manusia

 Mampu menguasai berbagai jenis pendekatan dalam perencanaan sistem pendidikan

 Mampu memformulasikan suatu rancangan pendidikan yang berorientasi kepada aspek-aspek fisik, manajemen, dan kurikulum yang disesuaikan dengan aspek-aspek fisik, politik, ekonomi yang berlaku pada lingkungannya

Untuk dapat memformulasikan rancangan pendidikan sebagaimana disebutkan di atas, seorang perencana pendidikan harus mampu menganalisa bidang telaahan permasalahan perencanaan pendidikan. Analisis bidang telaahan permasalahan perencanaan ini merupakan tahapan ketiga dari tujuh tahapan dalam proses perencanaan pendidikan. Adapun langkah-langkah dalam menganalisa bidang telaahan permasalahan perencanaan pendidikan yaitu dengan mempelajari bidang telaah dan sistem-sistem sub bidang telaah.

Abin dalam ipong9 bahwa langkah-langkah dalam menganalisa bidang telaahan permasalahan perencanaan pendidikan yaitu;

a. Mempelajari bidang telaah dan sistem-sistem sub bidang telaah

Pendidikan merupakan suatu sistem. Di dalam sistem terdapat berbagai proses yang kemudian membentuk sub-sub sistem. Proses-proses tersebut terjadi di dalam suatu lingkungan yang kemudian disebut sebagai lingkungan pendidikan.

Lingkungan pendidikan secara luas inilah yang merupakan bidang telaah masalah perencanaan pendidikan. Terdapat berbagai sistem dalam lingkungan pendidikan yang secara garis besarnya dapat di bagi dalam 4 sistem. Keempat sistem tersebut merupakan satu kesatuan yang membentuk sistem pendidikan, yakni:

8 Suhardi, Analisis Bidang Telaah Permasalahan Pendidikan, 2016 9 Ipong Dekawati, Manajemen Pendidikan Teori Dan Praktik, Hlm 3

(11)

1. Sistem aktifitas pendidikan

Pendidikan terdiri atas sekumpulan aktivitas yang merupakan suatu proses dan membentuk suatu system, yaitu sistem aktivitas pendidikan. Sistem aktivitas pendidikan mencakup aktivitas-aktivitas perencanaan kurikulum perencanaan sumber daya, strategi program pembelajaran, interprogramming komunitas sekolah, pelatihan pelayanan guru dan evaluasi.

2. Sistem komunikasi pendidikan

Sistem komunikasi pendidikan dapat dibagi ke dalam tiga sub system, yaitu sub system perpindahan (movement), sub system informasi, dan sub system energi.

3. Sistem fasilitas pendidikan

System fasilitas pendidikan bertujuan untuk menyediakan lingkungan fisik yang dapat membantu tercapainya keberhasilan individu dalm proses pembelajaran. Analisis fasilitas termasuk pada fasilitas pendidikan yang disesuaikan dengan pergerakan penduduk. Untuk melakukan hal tersebut dapat dilakukan melalui beberapa model pendekatan seperti yang dikemukakan William yaitu model survey visual yang memperhatikan dua bagian pendekatan, yaitu:

a) Mengidentifikasi karakteristik 3 (tiga) dimensi dari peta kota.

b) Menentukan signifikansi.

Sedangkan menurut Jacob dan Janes Model Survei Visual memperhatikan pada:

a) Sensori material.

b) Keterhubungan antar bagian.

c) Memperhatikan sejarah dan symbol-simbol masa lalu yang signifikan.

4. Sistem Operasional Pendidikan

Sistem operasional pendidikan mencakup segala sesuatu yang tidak secara langsung dilihat dengan proses pembelajaran, akan tetapi cukup membantu dan mendukung fasilitas pembelajaran diantaranya pelayanan perpustakaan, penyediaan buku-buku paket, konseling dan bimbingan siswa, pelayanan kesehatan, dan lain-lain.

b. Mengumpulkan Data

1. Pendekatan rencana pengumpulan data

Ada 5 tahapan dalam sistem pengorganisasian data, yaitu; pertama, data dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam sistem. Kedua, data diisikan atau ditempatkan di tempat penyimpanan data. Ketiga, data diolah (dikemas) menurut aturan yang sudah ada. Keempat, data ditampilkan dalam bentuk yang dapat digunakan. Kelima, data dipindahkan dari satu titik ke dalam sistem titik yang lain sesuai dengan keperluannya. Data yang diperoleh kemudian diklasifikasi dan selanjutnya digunakan untuk perencanaan pendidikan baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.

(12)

2. Deskripsi Informasi dan Data

Ada perbedaan antara informasi dan data. Informasi berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang didapat atau ditemukan dari observasi, membaca, dan berkomunikasi. Data adalah fakta sesuatu yang diketahui dalam bentuk-bentuk dasar untuk disimpulkan, di dokumentasikan, di edit, dan diperlakukan oleh setiap subjek dan siap untuk mendukung perencanaan dalam suatu cara yang objektif.

3. Beberapa metode pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan bagian penting dalam perencanaan, karena harus dilaksanakan pada waktu yang tepat. Metode pengumpulan data, meliputi: (a) penggunaan angket atau kuesioner, dan (b) interview atau wawancara. Proses tabulasi data harus akurat, sehingga diperlukan di dalam perencanaan pendidikan untuk berbagi analisis data.

c. Tabulasi Data

Proses tabulasi data harus lebih akurat dari tahun ke tahun, sehingga diperlukan adanya survei tahunan untuk riset dan penelitian yang ada guna mendapatkan data yang terbaru. Tabulasi data sangat diperlukan di dalam perencanaan pendidikan untuk berbagai analisis data. Tabulasi data sangat diperlukan di dalam perencanna pendidikan untuk berbagai analisis data.

Adapun fungsi tabulasi data adalah sebagai berikut:

a. Membantu di dalam menyederhanakan masalah dalam berkomunikasiantara sesama kelompok perencana.

b. Memudahkan dalam menganalisis antara kelompok perencana.

c. Sebagai perbandingan perkembangan pendidikan dari masa lalu, sekarang dan prediksi masa yang akan dating.

d. Membantu mempermudah sistematika riset dan evaluasi di dalam pendidikan.

Tabulasi data dibagi menjadi empat bagian besar:

1. Tabulasi Data Berdasarkan Kondisi Kependudukan

Ada beberapa karakteristik data kependudukan yang perlu diolah, yaitu:

a. Struktur ekonomi dan social masyarakat, baik rencana perdagangan, daerah industry dan sebagainya.

b. Perkembangan sensus kependudukan, baik kelahiran maupun kematian dan migrasi serta pertumbuhan kependudukan.

c. Struktur fisik (tata ruang) dan social.

d. Pemetaan dan kondisi demografi merupakan salah satu unsur yang terpenting dalam pengolahan data, salah satu informasi dasar demografi diantaranya mengenai umur, jenis kelamin, suku bangsa/ras.

(13)

3. Tabulasi Data Berdasarkan Kondisi Lokasi Tempat

Data ini berhubungan dengan pola penggunaan bahan untuk kebutuhan manusia yang meliputi keperluan tempat tinggal, gedung- gedung, taman-taman, dan lain-lain. Dengan adanya pengaturan pola penggunaan lahan di wilayah perkotan maka akan dimudahkan dalam perumusan perencanaan pendidikan.

3. Tabulasi Data Berdasarkan Migrasi

Komponen yang mempengaruhi perpindahan diantaranya kualitas. frekuensi, intensitas perpindahan, luas, metode perpindahan, dan lama perpindahan.

Perpindahan merupakan hal yang penting antara lokasi aktivitas, dimana aktivitas bisa digambarkan oleh lokasi asal dan tujuan, seperti dari wilayah tempat tinggal ke wilayah pasar, dari wilayah regional ke wilayah perkotaan, dari wilayah tempat tinggal ke wilayah industry dan sebagainya. Tipe data yang dibutuhkan di dalam menganalisis wilayah perpindahan ini yaitu waktu perjalanan dan kapasitasnya.

Beberapa model perpindahan digunakan di dalam perencanaan transportasi, salah satunya adalah model Gravity.

4. Tabulasi Data Berdasarkan Kondisi Sistem Ekonomi

Faktor ekonomi amat vital terhadap pendidikan, yakni harga dan tanah. Harga tanah sangat mempengaruhi posisi pemilihan seperti kedudukan sekolah. Nilai tanah dipengaruhi oleh ekonomi dasar dan tingkat kepuasan pelanggan. Ada dua alat yang digunakan untuk mengukur indicator nilai tanah yaitu luas tanah dan bangunan. Biasanya tanah untuk bisnis mempunyai nilai jual yang tinggi karena sebanding linear terhadap nilai bangunan. Faktor lain juga berpengaruh terhadap jarak ke pusat kota/wilayah bisnis.

Ada beberapa metode untuk menghitung nilai tingkat ekonomi masyarakat dan indicator dari tingkat kesiapan financial dalam pendidikan diantaranya dengan pengukuran tidak langsung dan pengukuran langsung dari tingkat pendidikan.

a Pengukuran tidak langsung

Pengukuran tidak Langsung Metode ini didasari pada aktivitas ekonomi secara tidak langsung dimana yang menjadi indicator adalah kemauan untuk mendukung pembiayaan pendidikan. Metode ini dengan mengasumsikan pada klasifikasi ekspor, impor dan local adalah pekerja. Salah satu rumus untuk menghitung potensi pekerja, seperti pendidikan yang digunakan:

X = National Employment in Education

Total Local School Employment Total Nasional Employment X merupakan potensi pekerja dengan asumsi keseragaman permintaan dan perhitungan indeks produktivitas. Artinya potensi pekerja berdanding terhadap nilai total pekerja lokal sekolah dengan pekerja

(14)

D. Perkiraan/Peramalan (Forecasting) Perencanaan

Teknik peramalan pendidikan menggunakan beberapa metode dengan memperhatikan berbagai aspek (masyarakat, perubahan ekonomi, dan aktivitas lainnya) dan sistem pendidikan membuat asumsi dasar dan asumsi khusus.

Asumsi dasar merupakan asumsi yang berkenaan dengan faktor kelahiran, kematian, rata-rata, populasi migrasi, bentuk pemerintahan, politik, ekonomi, organisasi. Sedangkan asumsi khusus merupakan asumsi yang dipusatkan pada kondisi lokal.

Sedangkan kita sebagai seorang muslim yang telah diberikan akal oleh Allah SWT terus berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam menyelesaikan persoalan. Sebagai seorang muslim dituntut untuk selalu berikhtiar sebaik mungkin dan yang terakhir tawakal. Jadi, permasalahan apapun yang sedang kita hadapi harus selalu kita ikhtiarkan atau usahakan sebaik mungkin, karena nantinya akan Allah balas di akhirat. Sebagaimana allah berfirman dalam surat an-najm ayat 39-4210

ٰىَعَس اَم للإإ إن َٰسنإ للإل َسليلل نَأ َو

Artinya: "Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya," (QS. An-Najm [53]: 39)

. ٰىَرُي َف ْوَس ۥُهَيْعَس ّنَأَو

Artinya: "Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan [kepadanya]," (QS.

An-Najm [53]: 40).

ٰىَف ْوَ ْلٱ َٓءاَزَجْلٱ ُهٰىَزْجُي ّمُث

Artinya: "Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna," (QS. An-Najm [53]: 41).

ٰىَهَتنُمْلٱ َكّبَر ٰىَلِإ ّنَأَو

Artinya: "Dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan [segala sesuatu]," (QS.

An-Najm [53]: 42).

10 Kementrian Agama, Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka. 2011. P.T.Kalim.

Jakarta: Tanggerang Selatan

(15)

BAB III KESIMPULAN

Fungsi manajemen yakni perencanaan (planning) merupakan fungsi yang paling mendasar dan utama. Namun, ketika sampai pada tahap perencanaan saja terjadi permasalahan, maka kebutuhan mengenai perencanaan pun muncul karena berbagai jenis masalah pada masyarakat titik masalah pendidikan mengacu pada masalah dalam dunia pendidikan. Seorang perencana pendidikan harus mampu menganalisa bidang telaahan permasalahan perencanaan pendidikan. Langkah- langkah dalam menganalisa bidang telaahan permasalahan perencanaan pendidikan yaitu;

a. Mempelajari bidang telaah dan sistem-sistem sub bidang telaah b. Mengumpulkan Data

c. Tabulasi Data

d. Perkiraan/Peramalan (Forecasting) Perencanaan

Sedangkan sistem-sistem dalam perencanaan pendidikan ada 4 yakni:

a. Sistem aktifitas pendidikan b. Sistem komunikasi pendidikan c. Sistem fasilitas pendidikan d. Sistem Operasional Pendidikan

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Khairuddin, Kepemimpinan pendidikan Islam, Cetakan pertama Medan.

UMSU Press, 2022

Ipong Dekawati, Manajemen Pendidikan Teori Dan Praktik, Indonesia Emas Grup, Bandung. 2022

Kementrian Agama, Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka. 2011.

P.T.Kalim. Jakarta: Tanggerang Selatan

Nanny Mayasari, Dkk, Perencanaan Pendidikan, Pt Sada Kurnia Pustaka, Yogyakarta. 2022

Nurhadi Kusuma, Dkk, Transformasi Administrasi Pendidikan, Pt. Sada Kurnia Pustaka, Banten. 2023

Wini Rismayanti, Masalah Perencanaan Pendidikan Di Indonesia, Bandung. 2012 http://winirismayanti.blogspot.com/2012/12/masalah-perencanaan

pendidikan-di_15.html

Zulkarnai Lubis, Dkk, Panduan Pelaksanaan Penelitian Sosial, Cv.Andi Ofset, Yogyakarta. 2019

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek: Pendekatan yang digunakan dalam identifikasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan, Data dan informasi yang dikumpulkan, Sumber data dan

Dengan dasar ini, maka materi pendidikan Islam harus di desain untuk dapat mengakomodasi persoalan-persoalan yang menyangkut dengan kebutuhan manusia, yaitu

Buku Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) ini berjudul Rumah Sakit Pendidikan UMS degan Pendekatan arsitektur Islam merupakan salah satu mata kuliah

Kebutuhan akan berbagai peralatan atau alat uji dalam praktikum fenomena dasar mesin dan prestasi mesin dilaboratarium teknik mesin universitas pasir pengaraian yang

Mahasiswa dapat memahami cakupan ruang lingkup psikologi sebagai disiplin ilmu ilmiah serta berbagai metode yang digunakan dalam ilmu psikologi dalam meneliti perilaku