PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN TENDENSI BISNIS TERHADAP FINANCIAL DISTRESS
Atika Rahmania (20131112088) ABSTRACT
Financial distress is a condition in which operating cash flow is insufficient to meet its current liabilities such as trade payables or interest expenses so that the company is in financial difficulty and is threatened with bankruptcy.
The liquidity (CR), leverage (DER), institutional ownership, and business tendencies used as independent variables are estimated to impact the company's financial distress as dependent. Criteria for determining financial distress are measured using interest coverage ratio (ICR). This research was conducted at oil field company of petroleum sub sector at Indonesia Stock Exchange (BEI) 2011- 2015. Data obtained by accessing the Indonesia Stock Exchange website. The sample in this research is chosen using purposive sampling method so that there are 9 companies of petroleum sub sector that listed in Indonesia Stock Exchange (BEI) which can be used in this research. The analysis technique used in this research is logistic regression analysis. The results of this study indicate that leverage (DER) has a significant positive effect on corporate financial distress, while liquidity, institutional ownership and business tendency have no effect on the financial distress of a company
Keywords : financial distress, interest coverage ratio, liquidity (CR), leverage (DER), institutional ownership and business tendency
Pendahuluan
Minyak mentah atau crude oil adalah cairan coklat kehijauan sampai hitam yang komponen utamanya terdiri dari karbon dan hidrogen. Hingga saat ini, minyak bumi masih menjadi komponen yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Hal ini disebabkan karena peranannya sebagai pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan. Namun, harga minyak dunia selalu mengalami fluktuasi dan tentunya akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Fluktuasi harga minyak yang tinggi dalam interval yang pendek membuat sulitnya melakukan prediksi harga. Faktanya, pada bulan Januari 2016 merupakan rekor terendah minyak bumi di dunia yaitu $29,42 per barel.
Sejak tahun 1990an produksi minyak mentah Indonesia telah mengalami tren penurunan yang berkelanjutan karena kurangnya eksplorasi dan investasi di
sektor ini. Beberapa tahun terakhir sektor minyak dan gas negara Indonesia, sebenarnya menghambat pertumbuhan PDB. Target -target produksi minyak, ditetapkan oleh Pemerintah setiap awal tahun, tidak tercapai untuk beberapa tahun berturut-turut karena kebanyakan produksi minyak berasal dari ladang-ladang minyak yang sudah menua.
Sektor minyak dan gas Indonesia secara rutin berkontribusi signifikan untuk perekonomian Indonesia melalui pendapatan ekspor dunia dan cadangan devisa negara. Kendati begitu, karena kontribusi minyak telah menurun selama satu dekade terakhir, begitu pula dengan kontribusinya untuk APBN. Saat ini, kombinasi minyak dan gas berkontribusi sekitar 13% dari pendapatan domestik (di tahun 1990 angka ini mencapai 40%). Harga minyak dunia yang sangat fluktuatif dan sering terdapat slope yang cukup besar, membuat perusahaan minyak bumi di Indonesia rentan terkena financial distress.
Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi financial distress yaitu tendensi bisnis. “Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan stagnan dengan nilai ITB sebesar 100,94” (Metrotvnews, 2017). Hal ini membuktikan bahwa terdapat dampak dari indeks tendensi bisnis terebut yang mempengaruhi financial distress suatu perusahaan.
Faktor internal yang dapat mempengaruhi financial distress salah satunya adalah likuiditas, leverage, dan kepemilikan institusional. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajiban finansial yang segera harus dilunasi (yang bersifat jangka pendek). Leverage adalah salah satu rasio keuangan yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun aset perusahaan. Kepemilikan Institusional adalah adalah kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain), adanya kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen.
Tinjauan Literatur Teori Keagenan
Teori keagenan (agency theory) mengungkapkan adanya hubungan antara principal (pemilik perusahaan) dan agent (manajer perusahaan) yang dilandasi dengan adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan, pemisahan penanggung risiko, pembuatan keputusan dan pengendalian fungsi- fungsi. Menurut Ayuningtias (2013), tujuan dipisahkannya pengelolaan dari kepemilikan perusahaan adalah agar pemilik perusahaan memeroleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin dengan dikelolanya perusahaan oleh tenaga-tenaga profesional tersebut. Seringkali manajemen sebagai agen akan melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan instruksi yang diperintahkan oleh principal. Agen akan lebih mementingkan untuk pencapaian hasil yang lebih baik daripada selalu taat pada perintah principal. Hal tersebut berpotensi menimbulkan konflik kepentingan (conflict of interest) antara pihak - pihak principal (pemilik perusahaan) dan agent (pengelola perusahaan) yang biasa disebut dengan agency conflict.
Adanya agency conflict dapat merugikan kondisi keuangan perusahaan.
Hal ini dikarenakan, adanya agency conflict memaksa pemilik perusahaan untuk mengeluarkan sejumlah biaya yang disebut dengan agency cost. Agency cost merupakan pemberian insentif yang layak kepada manajer, serta biaya pengawasan untuk mencegah adanya keinginan manajer yang mungkin akan melakukan tindakan yang bertentangan dengan tujuan pemilik saham perusahaan (Fachrudin, 2011). Agency cost bisa juga dikatakan sebagai biaya non-esensial yang dikeluarkan oleh pemilik perusahaan untuk mengurangi tindakan pengelola perusahaan yang mungkin dapat merugikan perusahaan.
Financial Distress
Menurut Atmaja (2008) dalam Rahmy (2012) financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Tanda-tanda perusahaan mengalami financial distress dapat diperoleh dari berbagai macam informasi. Perusahaan yang mengalami penurunan laba atau arus kas yang bernilai kecil dapat diklasifikasikan masuk ke dalam kondisi financial distress (Sari & Putri, 2016). Laporan keuangan dapat memberikan
kepercayaan kepada investor bahwa perusahaan mampu membagikan dividen.
Namun apabila dalam laporan keuangan terlihat adanya penurunan laba dan arus kas yang bernilai kecil, hal ini akan mengakibatkan keragun dalam investor yang akan menimbulkan kondisi financial distress di dalam perusahaan.
Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Informasi dalam laporan keuangan dibutuhkan oleh stakeholder untuk menimbang keuntungan dan kerugian perusahaan tersebut, dengan begitu stakeholder khususnya investor dapat menentukan apakah penempatan dana pada perusahaan tertuju sudah tepat.
Likuiditas
Menurut Harahap (2009) dalam Laurenzia dan Sufiyati (2015) likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aset lancar dan utang lancar. Likuiditas perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan dalam mendanai kegiatan operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya.
Menurut Toto (2008), ketidakmampuan membayar kewajiban secara tepat waktu akan langsung dirasakan oleh kreditor, terutama kreditor yang berhubungan dengan operasional perusahaan (supplier). Menurut Luciana (2003), hal ini telah mengindikasikan adanya sinyal distress yang menyebabkan adanya penundaan pengiriman dan masalah kualitas produk. Apabila perusahaan mampu mendanai dan melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan baik maka potensi perusahaan mengalami financial distress akan semakin kecil.
Leverage
Martono dan Harjito (2008) mengemukakan bahwa rasio leverage adalah mengacu pada penggunaan asset dan sumber dana oleh perusahaan dimana dalam penggunaan asset atau dana tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap atau beban tetap. Mardiyanto (2009) mengatakan apabila dihubungkan dengan manajemen keuangan, biaya tetap (yang berasal dari aktivitas operasi dan keuangan) dapat dipandang sebagai leverage karena sanggup untuk menghasilkan atau mengungkit laba yang lebih besar dan begitu juga sebaliknya, leverage juga berpotensi menimbulkan kerugian yang besar juga. Tingkat rasio leverage yang besar menimbulkan keraguan akan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya di masa depan. Hal ini dikarenakan sebagian besar dana yang diperoleh perusahaan akan digunakan untuk membiayai utang sehingga dana untuk beroperasi akan semakin berkurang.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain).
Kepemilikan institusional memperlihatkan adanya kepemilikan yang bersifat komperatif. Adanya kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap manajemen.
Semakin banyak nilai investasi yang diberikan kedalam sebuah organisasi, akan membuat system monitoring dalam organisasi lebih tinggi. Di dalam praktiknya kepemilikan institusional memiliki fungsi monitoring yang lebih efektif dibandingkan dengan kepemilikan manajerial.
Tendensi Bisnis
Iklim bisnis di Indonesia dapat dilihat dari tendensi bisnis Indonesia.
Tendensi bisnis tersebut diukur menggunakan indeks. Indeks Tendensi Bisnis (ITB) merupakan bagian dari Sistem Pemantauan Indikator Dini tentang ekonomi yang dapat memberikan sinyal-sinyal perekonomian jangka pendek baik dari sisi pebisnis (produsen) maupun rumah tangga (konsumen). Data Indeks Tendensi
Bisnis ini diperoleh dari Survei Tendensi Bisnis (STB) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik bekerja sama dengan Bank Indonesia. Informasi yang bersifat dini tentang kondisi perekonomian terkini menjadi harapan bagi para pelaku ekonomi baik itu pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat umum dan tentunya juga memberikan perkiraan kondisi bisnis untuk tiga bulan mendatang.
Pengembangan Hipotesis
H1: Likuiditas berpengaruh negatif terhadap Financial Distress
Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendanai operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendek perusahaan.
Apabila perusahan mampu mendanai dan melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan baik maka potensi perusahaan mengalami financial distress akan semakin kecil. Salah satu rasio yang dipakai dalam mengukur likuiditas adalah current ratio yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (Almilia & Kristijadi, 2003). Semakin rendah tingkat likuiditas, maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan mengalami kondisi financial distress (Triwahyuningtias & Muharam, 2012).
Perusahaan harus menjaga proporsi hutang lancar yang dapat dibiayai oleh aset lancar perusahaan. Jika tidak maka perusahaan akan masuk pada level financial distress dan selanjutnya akan mengalami kebangkrutan.
H2: Pengaruh Leverage terhadap Financial Distress
Leverage adalah salah satu rasio keuangan yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun aset perusahaan. Menurut Harahap (2009) rasio leverage adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas. Menurut Daulat (2008) dalam Noviandri (2014) Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang mengukur seberapa jumlah modal sendiri yang tersedia untuk menutupi semua hutangnya.
Semakin tinggi DER maka semakin besar proporsi hutang terhadap ekuitas perusahaan.
H3: Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Financial Distress
Adanya kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap manajemen. Kepemilikan Institusional merupakan salah satu yang juga dapat digunakan untuk mengurangi agency conflict.
H4: Pengaruh Tendensi Bisnis Terhadap Financial Distress
Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi financial distress adalah iklim bisnis. Di Indonesia, iklim bisnis tersebut disebut juga sebagai tendensi bisnis.
Tendensi Bisnis yang diukur menggunakan indeks ini adalah suatu indikator komposit yang memberikan informasi mengenai keadaan bisnis dan perekonomian Indonesia dalam jangka pendek, yaitu pada triwulan berjalan dan prediksi triwulan kedepan.
Stakeholders adalah pemilik saham, tetapi agen lah yang mengelola perusahaan, oleh karena itu keputusan yang diambil oleh agen dalam menjalankan suatu perusahaan sangatlah penting. Dengan begitu agen perlu melihat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan tersebut baik faktor internal maupun eksternal. Tendensi bisnis adalah faktor eksternal yang harus diperhatikan oleh agen perusahaan untuk mencegah terjadinya financial distress.
Dengan melihat indeks tendensi bisnis suatu perusahaan dapat mencegah dan memprediksi perekonomiannya untuk beberapa bulan ke depan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini ditujukan untuk menguji apakah likuiditas, leverage, kepemilikan institusional dan tendensi bisnis berpengaruh terhadap Financial Distress. Objek yang menjadi bahan penelitian adalah perusahaan sektor pertambangan sub sektor minyak bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 sampai dengan 2015. Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 9 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling yang merupakan pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria.
MODEL PENELITIAN
Ln Fin_DISTRESS = α + β1CRit + β2DERit + β3INSTOWit +β4 TBit + εit Keterangan :
Fin_DISTRESS = Nilai 1 (satu) untuk perusahaan financial distressed dan nilai 0 (nol) untuk perusahaan non-financial distressed.
α = Konstanta
β = Koefisien Variabel
CR = Current Ratio
DER = Debt to Equity Ratio
INSTOW = Kepemilikan Institusional
TB = Tendensi Bisnis
ε_it = Error
i = perusahaan/sampel
t = tahun penelitian
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Urutan pembahasan secara sistematis adalah sebagai berikut: statistik deskriptif, goodness of fit, McFadden pseudo R-squared, analisis regresi logistik, uji hipotesis (uji z-statistic), dan analisis hasil penelitian serta implikasi manajerial.
Statistik deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini terdiri dari mean, median, maximum, minimum dan standar deviasi.
Hasil Statistik Deskriptif
Sumber: Olahan Penulis, 2017
FD LIKUIDITAS LEVERAGE
KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL TENDENSI BISNIS Mean 0.577778 1.501711 38.52580 0.698464 99.06800 Median 1.000000 1.246000 0.744000 0.710000 98.12000 Maximum 1.000000 5.879000 412.9480 1.000000 104.8100 Minimum 0.000000 0.240000 0.093000 0.289000 93.12000 Std. Dev. 0.499495 1.118155 108.7608 0.204959 4.539037 Skewness -0.314945 2.054009 2.635002 -0.347108 0.070232 Kurtosis 1.099190 7.931899 8.283167 2.096920 1.417349
Jarque-Bera 7.518448 77.24896 104.4090 2.432796 4.733465 Probability 0.023302 0.000000 0.000000 0.296295 0.093787
Sum 26.00000 67.57700 1733.661 31.43090 4458.060 Sum Sq.
Dev. 10.97778 55.01186 520472.4 1.848359 906.5257
Observations 45 45 45 45 45
Analisis Hasil Pembahasan
Pengaruh likuiditas terhadap financial distress
Pengaruh likuiditas terhadap financial distress (kesulitan keuangan) yang diproksikan dengan Current Ratio (CR) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,1748 lebih besar dari tingkat signifikansi yaitu 0,05 (5%), maka H1 tidak dapat diterima, artinya likuiditas yang diukur dengan CA/CL tidak berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan. current ratio yang tinggi mungkin menunjukkan adanya unsur asset lancar yang rendah likuiditasnya, seperti persediaan menumpuk. Hasil perputaran asset lancar perusahaan akan digunakan untuk menjamin atau membayar pinjaman, membayar biaya bunga, dan membiayai operasi sehari-hari.
Oleh karena itu, ketika perusahaan tidak dapat efektif dalam memutarkan asset lancarnya, dapat mengakibatkan perusahaan mengalami financial distress. Hal
tersebut juga sesuai dengan penelitian Laurenzia dan Sufiyati (2015) yang menyatakan tidak signifikannya pengaruh likuiditas terhadap kondisi financial distress perusahaan dimungkinkan karena perusahaan memiliki kewajiban lancar yang rendah dan lebih terkonsentrasi pada kewajiban jangka panjangnya, sehingga tidak mempengaruhi kondisi perusahaan secara keseluruhan. Laurenzia dan Sufiyati (2015) juga menyatakan bahwa rasio likuiditas belum dapat bertindak sebagai sebuah mekanisme peningkatan kinerja untuk menghindarkan perusahaan dari kondisi kesulitan keuangan (financial distress).
Pengaruh leverage terhadap financial distress
Pengaruh leverage terhadap financial distress yang diproksikan dengan Debt Equity Ratio (DER) menunjukan hasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress (α=0.05). Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi rasio leverage maka kemungkinan suatu perusahaan mengalami financial distress semakin tinggi yang mengindikasikan semakin rendahnya tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang, begitu juga sebaliknya yaitu jika semakin rendah rasio leverage maka kemungkinan suatu perusahaan mengalami financial distress juga semakin rendah yang mengindikasikan semakin tingginya tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang.
Pengaruh kepemilikan institusional terhadap financial distress
Pada Uji Regresi Logistik kepemilikan saham institusional atau institutional ownership (INSTOW) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap financial distress (α=0.05). Hal ini disebabkan karena pengawasan dan monitoring yang kuat yang dilakukan oleh pihak institusional terhadap tindakan dan keputusan manajemen hanya terbatas pada masalah pendanaan dan investasi saja, sedangkan pada operasionalnya tidak, karena pihak institusional mempercayakan pengelolaan operasional perusahaan pada manajemen perusahaan.
Sehingga pihak institusional tidak dapat mengawasi dan memonitoring secara penuh dan kuat mengenai tindakan dan keputusan manajemen dalam pengelolaan
operasional perusahaan, yang mana dalam kegiatan operasional tersebut perusahaan dapat mengalami kondisi financial distress yang diakibatkan oleh manajemen yang tidak kompeten dalam pengelolaan operasional perusahaan, seperti kesalahan dalam hal proses produksi (Shandi, 2013).
Pengaruh tendensi bisnis terhadap financial distress
Pengaruh tendensi bisnis (TB) terhadap financial distress yang dihasilkan pada uji regresi logistik menunjukkan bahwa tendensi bisnis tidak berpengaruh terhadap financial distress (α=0.05).
Hasil Tendensi Bisnis yang diperoleh merupakan indeks tendensi bisnis bagi seluruh sektor bisnis di Indonesia, baik pada sektor keuangan, pertambangan, manufaktur, dll. Artinya, Indeks Tendensi Bisnis (ITB) berlaku general untuk seluruh sektor bisnis yang ada di Indonesia. Sementara itu, penelitian ini hanya menggunakan salah satu sektor bisnis yang spesifik, yaitu sektor pertambangan sub sektor minyak bumi.
Sehingga hal ini dapat berdampak pada hasil penelitian ITB tersebut yang tidak memiliki pengaruh terhadap financial distress perusahaan minyak bumi yang terdaftar di Indonesia.
IMPLIKASI DAN KESIMPULAN
Berdasarkan analisi penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Variabel likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap financial distress. Artinya, bahwa perusahaan minyak bumi yang terdaftar di BEI memiliki aktiva lancar yang baik untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Oleh karena itu, memberikan alasan mengapa likuiditas tidak berpengaruh terhadap financial distress.
2. Variabel leverage memiliki pengaruh positif signifikan terhadap financial distress. Semakin tinggi rasio leverage maka kemungkinan suatu perusahaan mengalami financial distress semakin tinggi yang mengindikasikan semakin rendahnya tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang, begitu juga sebaliknya yaitu jika semakin rendah rasio leverage maka kemungkinan
suatu perusahaan mengalami financial distress juga semakin rendah yang mengindikasikan semakin tingginya tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang.
3. Variabel kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap financial distress. Artinya, kepemilikan saham oleh pihak institusional perusahaan tidak berpengaruh terhadap financial distress.
4. Variabel tendensi bisnis tidak memiliki pengaruh terhadap financial distress.
Artinya, perubahan tendensi bisnis di Indonesia seperti keadaan bisnis dan perekonomian Indonesia dalam jangka pendek tidak berpengaruh terhadap kemungkinan perusahaan minyak bumi yang terdaftar di BEI mengalami financial distress.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai Pengaruh Likuiditas, Leverage, Kepemilikan Institusional dan Tendensi Bisnis Terhadap Financial Distress pada perusahaan minyak bumi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011- 2015, terdapat beberapa hal yang bisa dijadikan pertimbangan dan bisa dimanfaatkan bagi pihak perusahaan, pihak investor, pihak manajerial , dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui pengaruh dari tingkat likuiditas, leverage, kepemilikan institusional dan tendensi bisnis terhadap financial distress perusahaan minyak bumi yang termasuk dalam Bursa Efek Indonesia periode 2011- 2015. Kondisi financial distress memberikan dampak buruk bagi perusahaan karena kepercayaan investor dan kreditor serta pihak ekstemal lainnya. Oleh karena itu, manajemen harus melakukan tindakan untuk dapat mengatasi kondisi financial distress dan mencegah terjadinya kebangkrutan. Dalam hal ini perusahaan dapat melakukan berbagai macam cara, salah satunya yaitu dengan melakukan restrukturisasi utang dan perubahan dalam manajemen perusahaan agar operasionalisasi perusahaan dapat berjalan dengan baik.
SARAN
Saran yang dapat diberikan penulis berdasarkan hasil penelitian ini aalah sebagai berikut.
1. Sampel yang digunakan dapat dikembangkan pula dengan menggunakan sektor lainnya dan juga diharapkan menambah sampel perusahaan untuk menambah fenomena baru mengenai financial distress di Indonesia.
2. Untuk penelitian penelitian berikutnya, agar dapat mengembangkan penelitian serupa dengan menggunakan variabel – variabel lain dan perhitungan- perhitungan yang dapat mempengaruhi dan menggambarkan financial distress, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor internal perusahaan lainnya seperti terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur/pelanggan yang menyebabkan pelanggan tidak dapat membayar tepat pada waktunya. Lalu manajemen yang tidak efisien seperti hasil penjualan yang tidak memadai, kesalahan dalam menetapkan harga jual, pengelolaan utang-piutang yang kurang memadai, struktur biaya (produksi, administrasi, pemasaran dan financial) yang tinggi, tingkat investasi dalam aset tetap dan persediaan yang melampaui batas (overinvestment), kekurangan modal kerja, ketidakseimbangan dalam struktur permodalan, dll. Sedangkan faktor-faktor eksternal perusahaan seperti faktor politik, ekonomi, sosial, dan budaya serta tingkat campur tangan pemerintah dimana perusahaan tersebut berbeda.
Disamping itu penggunaan teknologi yang salah akan mengakibatkan kerugian dan akhirnya mengakibatkan bangkrutnya perusahaan.
3. Sebaiknya mengambil sektor atau sub sektor yang memiliki laporan keuangan yang lebih lengkap dengan jumlah emiten yang lebih banyak, sehingga semua variabel yang diperlukan dapat terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Agusti, C. (2013). Skripsi. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kemungkinan Terjadinya Financial Distress. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.
Agus, H. (2008). Manajemen keuangan, edisi 1. Yogyakarta: EKONISIA.
Almilia, L., & Kristijadi, K. (2003). Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, 7(2).
Andre, O. (2013). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage Dalam Memprediksi Financial Distress (Studi Empiris Pada Perusahaan Aneka Industri yang Terdaftar di BEI). Jurnal Akuntansi, 1(1).
Angipora, M. (2005). Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi Kedua. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Putri, N., & Merkusiwati, N. (2014). Pengaruh mekanisme corporate governance, likuiditas, leverage, dan ukuran perusahaan pada financial distress. E-Jurnal Akuntansi, 7(1), 93-106.
Atika, D., & Handayani, D. (2015). Skripsi. Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan Terhadap Prediksi Kondisi Financial Distress. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
Atmini, Sari & Wuryana. (2005). Manfaat Laba dan Arus Kas untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress pada Perusahaan Textile Mill Products dan Apparel and Other Textile Products terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, hal. 460-474.
Ayuningtias. (2013). Skripsi. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Board Composition, dan Agency Cost Terhadap Financial Distress. Jurnal Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri. Surabaya.
Banks, E., & Dunn, R. (2004). Practical risk management: an executive guide to avoiding surprises and losses. New Jersey: John Wiley & Sons.
Barnea, A., & Rubin, A. (2010). Corporate social responsibility as a conflict between shareholders. Journal of business ethics, 97(1), 71-86.
Benardi, Meliana, Sutrisno, & Prihat, A. (2009). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan dan Implikasinya terhadap Asimetri Informasi. Simposium Nasional Akuntansi 12
Boediono, G. (2005). Kualitas laba: Studi pengaruh mekanisme corporate governance dan dampak manajemen laba dengan menggunakan analisis jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII, 172-189.
Brigham, E., & Ehrhardt, M. (2005). Financial Management (11. vydání). Mason, Thomson, South-Western.
Brigham, E., & Houston, J. (2006). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, alih bahasa Ali Akbar Yulianto, Buku Satu, Edisi Sepuluh. Jakarta: Salemba Empat.
Budiarso, N. (2014). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Likuiditas Dan Leverage Terhadap Financial Distress. Accountability, 3(2).
Chen, C., & Steiner, T. (1999). Managerial ownership and agency conflicts: A nonlinear simultaneous equation analysis of managerial ownership, risk taking, debt policy, and dividend policy. Financial Review, 34(1), 119-136.
Christianti, A. (2006). Penentuan perilaku kebijakan struktur modal pada perusahaan manufaktur di bursa efek Jakarta: Hipotesis static trade off atau pecking order theory.
SNA IX: Ikatan Akuntansi Indonesia.
Emery, E. (2007). Corperate Financial Management Third Edition. New Jersey:
Prentice Hall.
Emrinaldi. (2007). Analisis Pengaruh Praktek Tata Kelola Perusahaan terhadap Kesulitan Keuangan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 9(1), 88-102
Fachrudin, K. (2011). Analisis Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, dan Agency Cost Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal akuntansi dan keuangan, 13(1), 37-46.
Fadhilah, F.N. (2013). Analisis Pengaruh Karakteristik Corporate Governance Terhadap Kemungkinan Financial Distress. Dipenogoro Journal Of Accounting, 2 (2).
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gibson, C. 2011. Financial Statement Analysis. United States of America: South- Western Cengage Learning .
Gleason, J. (2000). Risk: The new management imperative in finance (Vol. 16). UNC Press Books.
Global Association of Risk Profesional (GARP) & Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (BSMR). 2005. Dalam Ali 2006. Manajemen Risiko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Gujarati, D. (2006). Dasar - Dasar Ekonometrika Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gujarati, D. N. (2007). Dasar - Dasar Ekonometrika Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga Hardiyanti, N. M. M. (2012). Skripsi. Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas: Surabaya.
Hapsari, E. I. (2012). Kekuatan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal Dinamika Manajemen, 3(2).
Hidayat, M. A., & Meiranto, W. (2014). Prediksi Financial Distress Perusahaan Manufaktur di Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012). Skripsi. Semarang: Universitas Jember.
Hu, H., & Sathye, M. (2015). Predicting financial distress in the Hong Kong growth enterprises market from the perspective of financial sustainability. Sustainability, 7(2), 1186-1200.
Investment, I. (n.d). Minyak Bumi. Diakses pada tanggal 8 Juni 2017 https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/minyak-bumi/item267?
Irwanto, A., & Kusumaningtias, R. (2013). Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Financial Distress. Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan, 2(1).
Karbhari, Y., & Zulkarnain, M. S. (2004). Prediction of corporate financial distress:
Evidence from Malaysian listed firms during the Asian financial crisis. Unpublished Working Paper. Social Science Research Network.
Karbhari, Y., & Muhamad Sori, Z. (2004). Prediction of corporate financial distress:
Evidence from Malaysian listed firms during the Asian financial crisis.Accounting Journal.
Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Khaliq, A., Altarturi, B., Thaker, H., Harun, M., & Nahar, N. (2014). Identifying Financial Distress Firms: A Case Study of Malaysia’s Government Linked Companies (GLC).
International Journal, 3(3).
Kieso, D., Weygandt, J., & Warfield, T. (2011).Intermediate Accounting Volume 1. New Jersey: John Wiley&Sons, Inc.
Kristanti, F., Rahayu, S., & Huda, A. (2016). The Determinant of Financial Distress on Indonesian Family Firm. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 219, 440-447.
Kuncoro, A. (2006). Corruption and business uncertainty in Indonesia. ASEAN Economic Bulletin, 23(1), 11-30.
Laurenzia, C., & Sufiyati, S. (2016). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris, Likuiditas, Aktivitas, Dan Leverage Terhadap Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2013- 2014. Jurnal Ekonomi., 20(1).
Mardiyanto, H. (2009). Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta: PT. Grasindo.
Metrotvnews. (2017). BPS Prediksi Iklim Bisnis Membaik di Kuartal I-2017 . Diakses pada 17 Juni 2017 http://ekonomi.metrotvnews.com/mikro/ob37PDYb-bps-prediksi- iklim-bisnis-membaik-di-kuartal-i-2017
Mensah, Y. (1984). An examination of the stationarity of multivariate bankruptcy prediction models: A methodological study. Journal of Accounting Research, 380-395.
Sari, N., & Dwija, I. (2016). Kemampuan Profitabilitas Memoderasi Pengaruh Likuiditas Dan Leverage Terhadap Financial Distress. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 5(10).
Mulyono, S. (2006). Statistika untuk Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: LPFE-UI.
Murni, S. & Andriana. (2007). Pengaruh Insider Ownership, Institusional Investor, Dividend Payments, dan Firm Growth terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 7(1), 15-24.
Noviandri, T., & Tria, N. (2014). Peranan analisis rasio keuangan dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan sektor perdagangan. Jurnal Ilmu Manajemen, 2(4), 1655-1665.
Porter, M., & Stern, S. (2001). Innovation: location matters. MIT Sloan management review, 42(4), 28.
Prawirosentono, S. (2002). Pengantar Bisnis Modern Studi Kasus Indonesia dan Analisis Kuantitatif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Pratt, J., & Salimi, A. Y. (2010). Financial accounting in an economic context. Issues in Accounting Education, 25(1), 178-179.
Prihadi, T. (2008). Deteksi cepat kondisi keuangan: 7 analisis rasio keuangan. Jakarta:
PPM Manajemen.
Rahmy, R. (2015). Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, Sales Growth Dan Aktivitas Terhadap Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2012). Jurnal Akuntansi, 3(1).
Sarwoko. (2005). Dasar - Dasar Ekonometrika. Yogyakarta: Andi.
Sekaran, U. dan Bougie, R.(2013). Research Methods for Business. Chices: John Wiley dan Sons.
Penulis Jurnal—Nama belakang dan inisial, baik satu atau lebih penulis. (Tahun terbit). Judul artikel jurnal. Nama Jurnal—italic, volume—italic (Issue atau Nomer), Halaman.
Shandi, I. (2013). Pengaruh Kebijakan Struktur Modal, Institutional Ownership dan Profitabilitas terhadap Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur (Studi Empiris pada Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di BEI). Jurnal Akuntansi.
Diakses 3 Juni 2013, dari Universitas Riau Library E-Reserve.
Siagian, D. (2000). Metode Statistika: untuk bisnis dan ekonomi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sihombing, Daulat. (2008). Peranan Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Kesehatan Perusahaan Tekstil dan Alas Kaki yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta.
Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara e-Repository
Situmorang, S. H., Muda, I., Doli, M., & Fadli, F. S. (2012). Analisis Data untuk Riset Manajemen dan Bisnis. USUpress.
Straub & Attner. (1994). Introduction to Business. 5th Edition. California: Wadswworth Publishing Company.
Subramanyam, K. R. dan John J. Wild. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Buku 2.
Jakarta: Salemba Empat.
Sudana, I. (2009). Manajemen Keuangan Teori dan Praktik. Surabaya.
Sudana, I. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan Praktik.
Sugiyono, M. (2007). Pendekatan Kuantitatif. Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharyadi, P. (2004). Statistika untuk ekonomi dan keuangan modern. Jakarta.
Penerbit Salemba Empat.
Soebiantoro, U. (2007). Pengaruh struktur kepemilikan saham, leverage, faktor intern dan faktor ekstern terhadap nilai perusahaan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 9(1), 41-48.
Supriyono, M. (2011). Buku Pintar Perbankan. Jogjakarta: Andi.
Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan teori, Konsep dan aplikasi. Edisi Pertama.
Cetakan ketujuh. Yogyakarta: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi.
Swastha, B., & Sukotjo, I. (2000). Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern). Jakarta: Liberty.
Suyatno, T., Marala, D. , Abdullah, A., Aponno, J. T., Ananda, C. T., & Chalik, H. A.
(2007). Kelembagaan Perbankan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Triwahyuningtias, M., & Muharam, H. (2012). Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Dewan, Komisaris Independen, Likuiditas Dan Leverage Terhadap Terjadinya Kondisi Financial Distress (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2008-2010). Diponegoro journal of management 1(1):1-14.
Utami, M. (2015). Pengaruh Aktivitas, Leverage, Dan Pertumbuhan Perusahaan Dalam Memprediksi Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2012). Jurnal Akuntansi, 3(1).
Wahyono, H. (2002). Komperasi Kinerja Perusahaan Bank dan Asuransi Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta. Jurnal riset ekonomi dan manajemen, 2(2).
Wahyuningtyas, F., & Isgiyarta, J. (2010). Penggunaan Laba dan Arus Kas untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress (Studi Kasus pada Perusahaan Bukan Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2008) Jurnal Akuntansi.
Universitas Diponegoro.
Wardhani, R. (2007). Mekanisme Corporate Governance dalam perusahaan yang mengalami permasalahan keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 4(1), 95-114.
Weygandt, J. J., Kimmel, P. D., & Kieso, D. E. (2013). Financial Accounting IFRS Edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.
Widarjono, A. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta: Ekonisia.
Widyantari, A. (2011). Opini Audit Going Concern Dan Faktor-faktor yang Memengaruhi: Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi. Universitas Udayana. Denpasar. Hal, 2-114.
Winarno, W. W. (2011). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews-3/E.
Yuvita, L. M. (2010). Analysis of factors affecting the accuracy reporting time finance companies involved in the LQ-45 in stock indonesian stock. Jurnal Akuntansi. Jakarta:
Universitas Gunadarma