• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktik Kerja Lapangan Tingkat Muda di Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jakarta dan Banten

N/A
N/A
Yuki Nur Wicaksono

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan Praktik Kerja Lapangan Tingkat Muda di Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jakarta dan Banten"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN TINGKAT MUDA DI BALAI TEKNIK PERKERETAAPIAN KELAS I

WILAYAH JAKARTA DAN BANTEN

Oleh:

Ava Rizkinda Putri NIT.20152009

PROGRAM STUDI

DIII TEKNIK ELEKTRO PERKERETAAPIAN AKADEMI PERKERETAAPIAN INDONESIA MADIUN

TAHUN 2016

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan ini.

Laporan ini disusun berdasarkan pelaksanaan praktik kerja lapangan yang dilaksanakan di Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jakarta dan Banten pada tanggal 23 Agustus s.d 22 September 2016. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dedy Cahyadi, MT selaku Direktur Akademi Perkeretaapian Indonesia Madiun;

2. Jamaludin, S. SiT, MT selaku Pembantu Direktur I Akademi Perkeretaapian Indonesia bidang akademik;

3. Wahyu Tamtomo Adi, ST, M. Sc selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro Perkeretaapian;

4. Ir. Akhwan, M.Pd dan Okky Alfianto, A. Md. KA selaku dosen pembimbing atas bimbingan yang diberikan;

5. Seluruh civitas akademika Akademi Perkeretaaapian Indonesia Madiun;

6. Pembimbing lapangan selama praktik kerja lapangan di Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jakarta dan Banten;

7. Rekan satu tim praktik kerja lapangan.

Laporan praktrik kerja lapangan ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga

(4)

laporan praktik kerja lapangan ini dapat menambah wawasan dan manfaat bagi pembaca.

Madiun, September 2016

Ava Rizkinda Putri NIT.20152009

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN ... iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan ... 2

C. Manfaat Praktik Kerja ... 2

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA ... 4

A. Sejarah Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jakarta dan Banten ... 4

B. Struktur Organisasi ... 6

C. Kegiatan dan Hubungan Organisasi Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jakarta dan Banten ... 7

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA ... 10

A. Waktu dan tempat praktik kerja ... 10

B. Materi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ... 11

BAB IV HASIL KERJA PRAKTIK ... 13

A. Kereta Rel Listrik ... 13

B. Jenis Konstruksi LAA pada Kereta Rel Listrik Jabotabek ... 16

C. Konstruksi LAA sistem Jepang pada Kereta Rel Listrik Jabotabek ... 17

BAB V PENUTUP ... 29

A. Kesimpulan ... 29

B. Saran ... 29 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Elektrifikasi perkeretaapian... 13

Gambar 4. 2 Peta Rute KRL di Jabodetabek... 14

Gambar 4. 3 Elektrifikasi Sistem DC ... 15

Gambar 4. 4 Feeder Wire ... 18

Gambar 4. 5 Feeding Branch ... 18

Gambar 4. 6 Disconnecting Switch ... 19

Gambar 4. 7 Return Cable ... 19

Gambar 4. 8 Contact Wire ... 20

Gambar 4. 9 Contact Wire ... 20

Gambar 4. 10 Hanger Wire ... 21

Gambar 4. 11 Pull – Off ... 21

Gambar 4. 12 Automatic Tensioning Device... 22

Gambar 4. 13 Air Section ... 22

Gambar 4. 14 Pole... 23

Gambar 4. 15 Pole Ban ... 24

Gambar 4. 16 Stay Guy ... 24

Gambar 4. 17 Insulator ... 25

Gambar 4. 18 Cantilever ... 25

Gambar 4. 19 V Truss Beam ... 26

Gambar 4. 20 Overhead Ground Wire ... 26

Gambar 4. 21 Arrester... 27

(7)

Gambar 4. 22 Arching Horn ... 27 Gambar 4. 23 Grounding Device ... 28

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Struktur Organisasi BTP – WJB ... 6

Tabel 3. 1 Kalender Kegiatan PKL Taruna/I ... 10

Tabel 3. 2 Materi Praktik Kerja Lapangan ... 11

Tabel 4. 1 Spesifikasi jarak pemasangan tiang ... 23

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akademi Perkeretaapian Indonesia merupakan salah satu unit pelaksana teknis di bidang perkeretaapian dibawah naungan Kementrian Perhubungan melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan guna memenuhi kebutuhan stakeholder perkeretaapian baik nasional maupun regional dalam bidang sarana, prasarana, maupun fasilitas operasi.

Sebagai lembaga pendidikan tinggi yang mencetak sumber daya manusia berkompetensi, Akademi Perkeretaapian Indonesia Madiun telah memprogramkan pembentukan kompetensi lulusan melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL). Praktik Kerja Lapangan (PKL) tingkat muda merupakan salah satu metode perkuliahan yang dilakukan pada semester II Diploma III Teknik Elektro Perkeretaapian.

Perkeretaapian sebagai sarana transportasi massal telah berkembang sangat pesat. Peranannya semakin vital dalam memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat dan mengatasi kemacetan di jalan raya. Teknologi yang digunakan juga telah berkembang dengan hadirnya Kereta Rel Listrik di kawasan Jabotabek.

Kereta Rel Listrik Existing merupakan peninggalan zaman Belanda dimana hamper seluruh aksesoris dan komponen Listrik Aliran Atas sudah tidak diproduksi lagi. Hal ini tentu akan menyulitkan dalam proses perawatan konstruksinya. Sehingga diterapkan penggunaan sistem LAA baru dari Jepang dalam rangka peningkatan kualitas.

(10)

Dalam rangka mendokumentasikan hasil kerja lapangan yang dilakukan para Taruna/I, perlu disusun suatu laporan hasil praktek kerja lapangan yang berisi data – data maupun hasil kegiatan yang berhubungan dengan lokasi penelitian/praktik sebagai bentuk capaian yang telah dilakukan.

B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan 1. Tujuan Umum :

Mengetahui secara langsung teori yang disampaikan oleh pembimbing lapangan, memahami kebutuhan pekerjaan di lokasi praktik, penggunaan teknologi terapan di lokasi praktik, serta menyajikan hasil – hasil kerja praktik dalam bentuk laporan praktik kerja lapangan. Sehingga dapat dikembangkan dalam pembuatan tugas akhir.

2. Tujuan Khusus

a. Mengenal instalasi listrik yang digunakan pada KRL Jabotabek;

b. Mengenal konstruksi LAA yang berada pada jaringan catenary Kereta Rel Listrik Jabotabek;

c. Mengenal kosntruksi LAA buatan Jepang sebagai penerapan sistem LAA baru;

d. Mengenal komponen – komponen konstruksi LAA buatan Jepang . C. Manfaat Praktik Kerja

1. Taruna/I dapat mengetahui instalasi lisrik yang digunakan pada Kereta Rel Listrik Jabotabek;

(11)

2. Taruna/I dapat mengetahui konstruksi LAA yang berada pada jaringan catenary Kereta Rel Listrik;

3. Taruna/I dapat mengetahui konstruksi LAA buatan Jepang;

4. Taruna/I dapat mengatahui komponen konstruksi LAA buatan Jepang.

(12)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI KERJA PRAKTIK

A. Sejarah Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jakarta dan Banten

Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jakarta dan Banten sebagai Pemerintah disahkan pada Desember 2014 berdasarkan PM No. 63 Tahun 2014.

Sosialiasi peran dan fungsinya kepada stakeholder dan mitra kerja.

Mekanisme serta program kerja secara bertahap mulai direncanakan. Berbagai aktivitas mulai bergerak secara dinamis di Kantor Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jakarta dan Banten pada Februari 2015 menuju target capaian yang telah diprogramkan. Hingga pada Rabu, 14 Maret 2015 diadakan peresmian operasional kantor Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jakarta dan Banten oleh Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementrian Perhubungan, Bapak Hermanto Dwiatmoko yang dihadiri oleh para Direktur dan Sesditjen Perkeretaapian serta Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Jabotabek, PPK Double – Double Track (DDT) dan PPK Tanah Abang – Serpong – Maja – Merak.

Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jakarta dan Banten pada awalnya merupakan satu kesatuan PPK Jabotabek, PPK Double – Double Track (DDT), dan PPK Tanah Abang – Serpong – Maja – Merak. Namun kini hanya terbagi menjadi PPK Jabotabek dan PPK Double – Double Track (DDT).

Nawacita sebagai program yang dicanangkan Presiden Jokowi telah menjadi inspirasi serta dorongan bagi jajaran pejabat serta pegawai di lingkungan Balai

(13)

Teknik Perkeretaapian dalam pelaksanaan tugas. Dengan memperluas wawasan dan mengembangkan kreatifitas serta inovasi demi perbaikan serta pengembangan perkeretaapian di wilayah Jakarta dan Banten.

Balai Teknik Perkeretaapian dipimpin oleh seorang Kepala Balai. Kepala Balai yang pertama adalah Bambang Drajat (2014 – 2015), kemudian digantikan oleh Moh.Fatawi (2015 – 2016), hingga yang terakhir digantikan oleh Hadi S. Legowo hingga sekarang.

(14)

B. Struktur Organisasi

Tabel 2. 1 Struktur Organisasi BTP – WJB

(Sumber : Dokumentasi BTP WJB, September 2016)

(15)

C. Kegiatan dan Hubungan Organisasi Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jakarta dan Banten

Balai Teknik Perkeretaapian merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Perhubungan berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perkeretaapian.

Balai Teknik Perkeretaapian mempunyai tugas melaksanakan peningkatan dan pengawasan prasarana, serta pengawasan penyelenggaraan sarana, lalu lintas, angkutan dan keselamatan perkeretaapian. Dalam melaksanakan tugasnya balai teknik perkeretaapian menjalankan fungsi :

1. Pelaksanaan peningkatan prasarana perkeretaapian;

2. Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan prasarana perkeretaapian;

3. Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan sarana, lalu lintas dan angkutan kereta api;

4. Pelaksanaan pengawasan keselamatan lalu lintas dan angkutan kereta api;

5. Pelaksanaan pemantauan kelaikan prasarana dan sarana perkeretaapian;

6. Pelaksanaan pencegahan dan penindakan pelanggaran perundang- undangan di bidang perkeretaapian;

7. Pelaksanaan analisis dan penanganan kecelakaan esuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; dan

8. Pengelolaan urusan tata usaha, rumah tangga, kepegawaian, keuangan, hukum, dan hubungan masyarakat.

(16)

Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Balai Teknik Perkeretaapian, Kepala Subbagian dan para Kepala Seksi, serta Kelompok Jabatan Fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi, baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi di lingkungan Balai Teknik Perkeretaapian sesuai dengan tugas masing-masing. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Balai Teknik Perkeretaapian bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya masing- masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan secara berkala tepat pada waktunya.

Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan.

(17)

Dalam menyampaikan laporan kepada atasan, tembusan laporan wajib disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.

Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpiman satuan organisasi dibantu oleh kepala satuan organisasi dibawahnya dan dalam rangka bimbingan kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan rapat secara berkala.

(18)

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA

A. Waktu dan tempat praktik kerja

Pelaksanaan praktik kerja lapangan muda diselenggarakan pada tanggal 22 Agustus s.d 22 September 2016 yang berlokasi di Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jakarta dan Banten.

Tabel 3. 1 Kalender Kegiatan PKL Taruna/I

( Sumber : Dokumentasi BTP-WJB, September 2016 )

(19)

B. Materi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

Tabel 3. 2 Materi Praktik Kerja Lapangan

Tanggal Kegiatan

22 Agustus 2016 Serah terima Taruna/I dari pihak Akademi Perkeretaapian Indonesia kepada pihak Balai Teknik

Perkeretaapian Kelas I Wilayah Jakarta dan Banten.

Serta perkenalan singkat mengenai lokasi praktik.

23 Agustus 2016 Pembagian wilayah PKL untuk PPK Jabotabek dan PPK DDT

24 Agustus 2016 Menerima materi tentang Pengenalan Jaringan Transmisi Kereta Api

25 Agustus 2016 Kunjungan ke untuk melihat sistem LAA di petak jalan antara Stasiun Palmerah dan Stasiun Kebayoran 26 Agustus 2016 Kunjungan ke Proyek Pembangunan Gardu Listrik

Baru di Stasiun Jakarta Kota 29 Agustus 2016 Penerimaan materi lanjutan 30 Agustus 2016 Penerimaan materi lanjutan

31 Agustus 2016 Kunjungan ke Stasiun Nambo. Mempelajari tentang pengenalan Listrik Aliran Atas.

1 September 2016 Penerimaan materi lanjutan

(20)

2 September 2016 Penerimaan materi lanjutan

5 September 2016 Kunjungan ke PT. Guna Era Manufaktura untuk melihat FAT terhadap 1 unit Cubicle Outgoing MV

6.3kV

6 September 2016 Penerimaan materi lanjutan 7 September 2016 Penerimaan materi lanjutan 8 September 2016 Penerimaan materi lanjutan 13 September 2016 Penerimaan materi lanjutan 14 September 2016 Penerimaan materi lanjutan 15 September 2016 Penerimaan materi lanjutan

16 September 2016 Bimbingan dosen

19 September 2016 Penerimaan materi lanjutan

20 September 2016 Pembuatan Laporan PKL

21 September 2016 Pembuatan Laporan PKL

22 September 2016

Serah terima Taruna/i peserta PKL tingkat Muda dari pihak Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah

Jakarta dan Banten kepada pihak API.

( Sumber : Dokumentasi BTP-WJB, September 2016 )

(21)

BAB IV

HASIL KERJA PRAKTIK A. Kereta Rel Listrik

KRL merupakan kereta rel yang bergerak dengan sistem propulsi motor listrik. KRL atau dalam Bahasa Inggris disebut juga Electrical Multiple Unit merupakan salah satu moda transportasi darat yang dapat menampung banyak penumpang. Di Indonesia, KRL terutama ditemukan di kawasan Jabotabek, dan merupakan kereta yang melayani komuter. Di Jabotabek, KRL mulai dirintis tahun 1925. Awalnya, kereta tersebut ditarik oleh lokomotif listrik.

Gambar 4. 1 Elektrifikasi perkeretaapian

Sistem pengoperasian komuter terpadu di wilayah Jabotabek dimulai pada tahun 2000, saat itu pemerintah Indonesia menerima hibah 72 unit KRL. Saat ini Commuter melayani lintas Jakarta – Bogor, PP; Jakarta – Tanahabang, PP;

Jakarta – Bekasi, PP; Jakarta – Tangerang, PP; Jakarta – Serpong, PP. Selain itu ada juga Commuter lingkar Jakarta dengan rute Manggarai – Tanahabang – Angke – Kemayoran – Pasar Senen – Jatinegara kembali ke Manggarai dengan arah sebaliknya.

( Sumber : Dokumentasi BTP WJB, Agustus 2016 )

(22)

Gambar 4. 2 Peta Rute KRL di Jabodetabek

Instalasi listrik diatur dalam PM No.12 Tahun 2011, instalasi listrik berfungsi untuk menggerakan kereta api bertenaga listrik, peralatan persinyalan, peralatan telekomunikasi dan fasilitas penunjang lainnya.

Daya pada KRL diperoleh dari LAA yang dialirkan melalui pantograph, yang berupa arus DC (Direct Current ). Hal ini dikarenakan arus DC memiliki kelebihan untuk meminimalisir gangguan serta optimalisasi penggunaan daya dengan jarak stasiun yang dekat. Namun penggunaan arus DC memiliki kelemahan seperti harus terdapat penyuplai daya sebagai pengganti daya yang berkurang akibat tegangan

( Sumber : www.krl.co.id )

(23)

jatuh. Batas minimal KRL (daya) dapat bergerak adalah 1000 V – 1600 V dimana penggunaan daya dipengaruhi oleh panjang kabel, hambatan gardu, hambatan kereta, serta jumlah penggunaannya.

Catu daya listrik arus searah (DC) memiliki fungsi menyediakan listrik arus searah yang digunakan untuk menggerakkan kereta api bertenaga listrik serta peralatan persinyalan, telekomunikasi, dan peralatan penunjang lainnya.

1.Peralatan catu daya DC meliputi : a.Bagian penerima (receiving) b.Bagian konversi (konverter) c.Bagian penyulang (out going)

d.Bagian tegangan rendah (low voltage)

Gambar 4. 3 Elektrifikasi Sistem DC

2.Elektrifikasi sistem DC, yaitu : a. Sistem elektrifikasi DC 600 V;

b.Sistem elektrifikasi DC 750 V;

c. Sistem elektrifikasi DC 1500 V , Indonesia dan negara lain;

d.Sistem elektrifikasi DC 3000 V;

(Sumber: Dokumentasi BTP WJB, Agustus 2016)

(24)

e. Sistem elektrifikasi DC dengan tegangan tidak standar.

3.Kelebihan arus DC :

a. Tegangan rendah sehingga jarak substation lebih pendek;

b. Tidak ada masalah ketidakseimbangan sumber 3 phasa karena tegangan DC tidak ada beda phasa;

c. Tegangan rendah, sehingga jarak isolasi dan spesifikasi isolator lebih rendah.

4.Kekurangan sistem arus searah : a.Arus besar;

b.Luas penghantar besar sehingga keperluan tmebaga untuk pengahantar tinggi;

c.Memerlukan peralatan rectifier;

d.Memerlukan transformer, filter DC, desain dan konfigurasi substation lebih kompleks;

e.Arus operasi besar;

f.Ukuran lokomotif besar.

B. Jenis Konstruksi LAA pada Kereta Rel Listrik Jabotabek

Sistem Catenary yang digunakan saat ini pada KRL Jabotabek adalah Simple Catenary dengan konstruksi Over Head System, yaitu :

1. Konstruksi LAA dengan sistem simple catenary double trolley tanpa feeder (sistem Belanda), yang merupakan peninggalan Belanda yang saat ini masih terpasang dari Jakarta Kota sampai dengan Bogor sepur

(25)

hulu, Jakarta Kota – Pasar Senen – Jatinegara – Manggarai, Jakarta Kota – Tanjung Priok.

2. Konstruksi LAA dengan sistem simple catenary single trolley (sistem Jepang), mulai terpasang di Indonesia sejak 1981, dari Manggarai – Tanah Abang – Kampung Bandan.

3. Kontruksi LAA dengan sistem simple catenary double trolley dengan feeder (sistem Perancis). Mulai terpasang pada lintas Tanah Abang – Serpong pada single track yang dimulai pada tahun 1991. Kemudian dilanjutkan pada lintas Duri – Tangerang pada single track pada tahun 1994.

C. Konstruksi LAA sistem Jepang pada Kereta Rel Listrik Jabotabek

Konstruksi LAA sistem Belanda dan Perancis yang telah ada sebelumnya saat ini mulai diganti dengan sistem Jepang. Hal ini dikarenakan sudah tidak diproduksinya aksesoris dari sistem catenary Belanda dan Perancis yang sudah tua umurnya. Proses ini dilakukan secara bertahap oleh Pemerintah.

1. Feeding System ( Sistem Penyulang )

Sistem penyulang yang berfungsi sebagai penyalur daya listrik dari substation ke jaringan catenary.

a. Feeder Wire, adalah kawat yang menyalurkan daya listrik ke kawat kontak melalui feeding branch. Kawat ini berada pada bagian terluar konstruksi LAA. Lihat gambar 4. 4

(26)

(Sumber: Stasiun Nambo, Agustus 2016)

(Sumber: LAA St.Palmerah-St.Kebayoran, September 2016)

Gambar 4. 4 Feeder Wire

b. Feeding Branch, adalah kawat pencabangan yang menyalurkan daya listrik dari feeder wire ke kawat kontak dan juga untuk meminimalkan perbedaan tegangan. Dipasang pada interval tertentu (250 m) dan <125 m pada ujung kawat feeder . Lihat gambar 4. 5

Gambar 4. 5 Feeding Branch

c. Disconnecting Switch, adalah sakelar yang dipasang untuk memisah antara bagian bertegangan guna pengisolasian tegangan

(27)

(Sumber: LAA St.Nambo, Agustus 2016)

(Sumber: LAA St.Palmerah-St.Kebayoran, September 2016)

dalam transmisi tenaga listrik dengan kapasitas 3000 – 4000 A.

Lihat gambar 4. 6

Gambar 4. 6 Disconnecting Switch

d. Return Cable, adalah kabel penghantar yang menghubungkan antara rel ke sisi negatif catu daya listrik sehingga membentuk loop rangkaian listrik. Lihat gambar 4. 7

Gambar 4. 7 Return Cable

(28)

(Sumber: LAA St.Nambo, Agustus 2016)

(Sumber: LAA St.Nambo, Agustus 2016)

2. Catenary System

a. Contact Wire, kawat kontak yang menghubungkan arus listrik dari feeding system ke pantograph. Lihat gambar 4. 8

Gambar 4. 8 Contact Wire

b. Messenger Wire, kawat yang digunakan untuk menggantung atau menahan beban kawat kontak agar ketinggiannya dari top rail dapat dibuat konstan. Lihat gambar 4. 9

Gambar 4. 9 Contact Wire

(29)

(Sumber: LAA St.Nambo, Agustus 2016)

c. Hanger Wire,adalah kawat untuk menggantungkan kawat kontak ke messenger wire. Agar ketinggian kawat kontak tetap konstan maka ketegangan dan kemulurannya harus dijaga. Interval tiap hanger adalah 5 meter dengan panjang minimal 150 mm. Lihat gambar 4. 10

Gambar 4. 10 Hanger Wire

d. Pull Off, berfungsi memegang kawat kontak dan membentuk deviasi sesuai yang diinginkan. Lihat gambar 4. 11

(Sumber : Dokumentasi BTP WJB, September 2016 ) Gambar 4. 11 Pull Off

(30)

(Sumber: LAA St.Nambo, Agustus 2016)

e. Tensioning Device, mempertahankan ketegangan kawat kontak yang berubah – ubah akibat pengaruh suhu udara maupun panas yang ditimbulkan oleh aliran listrik. Jika kawat kontak memuai dan mengendur, maka akan berakibat pada tidak sempurnanya kontak antara kawat kontak dan pantograph. Lihat gambar 4. 12

Gambar 4. 12 Automatic Tensioning Device

f. Sectioning Device, adalah peralatan pemisah yang membagi bentangan sistem katenari secara elektrik kedalam beberapa ruas untuk melokalisir gangguan. Lihat gambar 4. 13

(Sumber : LAA St.Kramat, September 2016 )

(31)

(Sumber: LAA St.Nambo, Agustus 2016)

3. Supporting Facilities

a. Pole (tiang), berfungsi sebagai penopang gelagar melintang atau kantilever dan peralatan transmisi tenaga listrik. Pada LAA sistem Jepang, tiang terbuat dari beton. Lihat 4. 14

Gambar 4. 14 Pole

Tiang ini memiliki panjang 12 m dengan 1/3 bagiannya ditanam kedalam tanah. Spesifikasi jarak pemasangan lihat tabel 4. 1

Tabel 4. 1 Spesifikasi jarak pemasangan tiang

( Sumber : Dokumentasi BTP-WJB, Agustus 2016 )

(32)

(Sumber: LAA St.Nambo, Agustus 2016)

(Sumber: LAA St.Nambo, Agustus 2016)

b. Pole Ban (Pengikat), pengikat atau penyangga struktur transmisi tenaga listrik pada tiang. Lihat gambar 4. 15

Gambar 4. 15 Pole Ban

c. Stay Guy. mempertahankan kestabilan konstruksi tiang akibat tarikan dan beban kawat transmisi tenaga listrik. Lihat gambar 4. 17

Gambar 4. 16 Stay Guy

(33)

(Sumber: LAA St.Nambo, Agustus 2016)

(Sumber: LAA St.Nambo, Agustus 2016)

d. Insulator, terbuat dari bahan keramik atau kaca. Berfungsi untuk memisah bagian peralatan yang bertegangan dengan yang tidak bertegangan. Lihat gambar 4. 18

Gambar 4. 17 Insulator

e. Cantilever, penyangga untuk instalasi transmisi tenaga listrik pada tiang yang biasanya melayani satu jalur. Pada jalur lurus digunakan Rigid Cantilever Single Angle, sedangkan pada jalur belok digunakan Rigid Cantilever Double Angle. Lihat gambar 4. 19

(34)

(Sumber: LAA St.Kampung Bandan, September 2016)

f. Supporting Beam / Truss, penyangga peralatan transmisi tenaga listrik, di area stasiun lokasi pada transmisi tenaga listrik yang mempunyai banyak peralatan (jalur). Lihat gambar 4. 20

Gambar 4. 19 V Truss Beam

4. Protection Facilities

a. Overhead Ground Wire, adalah kawat yang berada pada bagian teratas dari jaringan LAA sebagai pelindung peralatan transmisi tenaga listrik dibawahnya dari sambaran langsung dari petir. Lihat gambar 4. 21

(35)

(Sumber: LAA St.Palmerah , September 2016)

(Sumber: LAA di Stasiun Kramat, September 2016)

b. Arrester, digunakan untuk menghubungsingkat-kan rangkaian ketika terjadi gangguan arus berlebih seperti sambaran petir. Arus yang melalui arrester akan diteruskan ke bumi (ground), sehingga tidak mengalir ke perangkat yang dilindunginya. Lihat gambar 4. 22

Gambar 4. 21 Arrester

c. Arching Horn, berbentuk seperti tanduk yang berfungsi untuk melompatkan arus yang berlebih dari satu bagian kawat yang menerima arus listrik dari petir. Lihat gambar 4. 23

Gambar 4. 22 Arching Horn

(36)

(Sumber: Dokumentasi BTP WJB, Agustus 2016)

d. Grounding Device, berfungsi untuk meneruskan arus listrik yang mengalir dari overhead ground wire dan arrester ke tanah sehingga tidak memiliki efek merusak terhadap peralatan transmisi tenaga listrik. Lihat gambar 4. 24

Gambar 4. 23 Grounding Device

E

GROUNDING

(37)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Di Indonesia sejauh ini, elektrifikasi perkeretaapian hanya terdapat di Jabotabek. Menggunakan sistem catu daya listrik DC yang dialirkan menggunakan Listrik Aliran Atas (LAA).

2. KRL Jabotabek menggunakan 3 macam konstruksi LAA dengan jenis simple catenary, yaitu : simple catenary double trolley tanpa feeder (sistem Belanda), simple catenary single trolley (sistem Jepang), simple catenary double trolley dengan feeder (sistem Perancis).

3. Sudah tidak diproduksinya lagi aksesoris dari sistem lama sehingga secara bertahap Pemerintah tengah mengganti aksesoris LAA lama dengan yang baru (Jepang).

B. Saran

1. Pemerintah sebaiknya mulai berencana untuk mengganti sistem DC yang digunakan dengan sistem AC, untuk mengurangi biaya pembangunan gardu baru.

2. Pemerintah sebaiknya segera menyelesaikan penggantian aksesoris LAA lama dengan yang baru agar tidak sulit dalam proses perawatan dan keamanan.

(38)

3. Kepada pihak Akademi Perkeretaapian Indonesia sebaiknya tidak memaksakan pemenuhan target capaian kepada Taruna/I karena di lapangan tidak seluruhnya dapat dipenuhi. Hal ini terkait kondisi di lapangan dan menyesuaikan jadwal pembimbing lapangan. Sehingga menyulitkan dalam pembuatan laporan.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

 PM No. 63 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Teknik Perkeretaapian

 http://www.krl.co.id/peta-rute-loopline.html

(40)

LAMPIRAN

Kunjungan ke petak jalan St. Palmerah – St. Kebayoran

(41)

Kunjungan ke Proyek Gardu Baru St. Jakarta Kota

(42)

Kunjungan ke St. Nambo

(43)

FAT ke PT. Guna Era Manufaktura Cikarang

(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)

Gambar

Tabel 2. 1  Struktur Organisasi BTP – WJB
Tabel 3. 1 Kalender Kegiatan PKL Taruna/I
Tabel 3. 2 Materi Praktik Kerja Lapangan
Gambar 4. 3 Elektrifikasi Sistem DC
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan praktik mengajar di kelas merupakan kegiatan inti dari pelaksanaan praktik pengalaman lapangan (PPL). Selama praktik mengajar di kelas, praktikan

Pada praktik kerja lapangan (PKL) kali ini, praktikan mendapatkan kesempatan melakukan PKL di Kantor Walikota Administrasi Jakarta Barat Praktikan diharapkan mampu

Selama melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan di Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta, praktikan memperoleh banyak pelajaran dalam mengaplikasikan ilmu

Laporan ini disusun berdasarkan pengalaman dan ilmu yang saya peroleh selama melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) di THE RITZ CARLTON MEGA KUNINGAN ,yang dimulai pada tanggal

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN DI APOTEK

Laporan Praktik Kerja Lapangan ini ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan Gelar Ahli Madya pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta.. PROGRAM

Laporan ini berisi tentang pengalaman praktik kerja lapangan yang dilakukan oleh siswa SMK Negeri 2 Pandeglang di Dinas Perhubungan Kabupaten

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PEMILAHAN DAN PENYUSUNAN BERKAS DOKUMEN PADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DPRD Disusun untuk memenuhi kelengkapan penyelesaian Praktik Kerja