• Tidak ada hasil yang ditemukan

LITREV SALSABILA RIANA 20711125.pdf

N/A
N/A
Salsa Riana

Academic year: 2023

Membagikan "LITREV SALSABILA RIANA 20711125.pdf"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENUGASAN ELEKTIF AIPKI 2023 BLOK KEDOKTERAN HAJI

PREVENTIF DAN RISIKO RAWAT INAP PENDERITA DIABETES MELITUS PADA JAMAAH HAJI

Literature Review

Disusun Oleh : Salsabila Riana

20711125

PROGRAM PENDIDIKAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2023

(2)

Abstrak

Latar belakang : Haji dan umrah merupakan ibadah yang memerlukan kesehatan fisik dan mental dalam pelaksanaannya. Berbagai macam upaya diperlukan untuk memanajemen jamaah haji penderita diabetes dari faktor risiko rawat inap, baik sebelum, selama, dan sesudah haji, seperti penggunaan aplikasi.

Tujuan :Untuk mengetahui faktor risiko penyebab jemaah haji penderita diabetes melitus rawat inap di rumah sakit dan upaya preventif yang diperlukan, termasuk efektivitas penggunaan aplikasi. Metode : Penelitian ini menggunakan metode literature review yang bersumber pada jurnal dan artikel penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian. Isi :Banyaknya jamaah haji penderita diabetes melitus masuk dalam rawat inap rumah sakit karena berbagai macam faktor seperti utamanya kepatuhan diet, kepatuhan pengobatan, dan tingkat pengetahuan.

Terdapat berbagai macam cara pencegahan yang dapat dilakukan, termasuk mengetahui keefektifitasan penggunaan aplikasi pengelolaan diabetes.

Kesimpulan : Upaya dan edukasi dan terkait faktor risiko yang ada selama perjalanan diperlukan agar dapat mencegah tingginya angka rawat inap penderita diabetes melitus.

Kata kunci :Diabetes Melitus, Jamaah Haji, Faktor Risiko, Upaya preventif

(3)

Abstract

Background :Hajj and Umrah are acts of worship that require physical and mental health to carry out. Various efforts are needed to manage Hajj pilgrims with diabetes from risk factors for hospitalization, both before, during and after the Hajj, such as using applications. Objective:To determine the risk factors that cause Hajj pilgrims suffering from diabetes mellitus to be hospitalized and the preventive measures needed, including the effectiveness of using the application.

Method :This research uses a literature review method sourced from journals and previous research articles related to the research topic. Content: Many Hajj pilgrims with diabetes mellitus are admitted to hospital due to various factors such as diet compliance, medication compliance and level of knowledge. There are various prevention methods that can be done, including knowing the effectiveness of using diabetes management applications.Conclusion:Efforts and education and related risk factors during travel are needed to prevent high hospitalization rates for diabetes mellitus sufferers.

Keywords:Diabetes Mellitus, Hajj Pilgrims, Risk Factors, Preventive Efforts

(4)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia 258 juta 87,2% adalah warga muslim (aplikasi berbasis mobile).

Sebagai warga muslim disyariatkan untuk melaksanakan berbagai ibadah antara lain ibadah puasa di bulan ramadhan, ibadah haji dan ibadah umroh. Jamaah haji Indonesia adalah jamaah terbanyak dan terbesar di dunia. (determinan faktor yang berhubungan) Minat masyarakat untuk berangkat haji semakin tinggi, semakin banyak pendaftar maka semakin lama proses menunggu untuk giliran diberangkatkan (Nugroho, R. W.et al., 2017).

Haji dan umrah merupakan ibadah yang memerlukan kesehatan fisik dan mental dalam pelaksanaannya. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan pengelolaan kesehatan bagi calon dan jamaah haji agar dalam pelaksanaan ibadah nantinya tidak terganggu oleh kondisi kesehatan yang memburuk. Mengingat waktu tunggu yang lama, mayoritas jamaah berusia tua, dan berisiko tinggi menderita berbagai penyakit. Seperti yang disampaikan Kementerian Kesehatan melalui Permenkes Nomor 15 Tahun 2016 yang mewajibkan jamaah untuk Istitha'ah, yaitu kemampuan jamaah haji dari aspek kesehatan fisik dan mental yang terukur.

Dengan meningkatnya daftar tunggu keberangkatan haji, kemampuan jamaah haji baik dari aspek fisik akan semakin menurun sehingga diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan status kesehatan jemaah haji sehingga memenuhi syarat keberangkatan dan dapat melaksanakan ibadah haji dengan baik (Saidah, Rani and Mawardi, 2023).

Salah satu permasalahan kesehatan yang banyak terjadi adalah risiko tinggi jamaah diabetes melitus di embarkasi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018) menunjukkan bahwa prevalensi penyandang diabetes naik menjadi 8,5%, dari 6,9% (Kemenkes RI, 2013). Edukasi sejak dini diperlukan untuk jamaah haji, sebagai upaya preventif dan pengelolaan berbagai hal bagi penderitanya, Sebagai upaya menekan kejadian diabetes melitus, terdapat suatu aplikasi berbasis mobile untuk penyandang diabetes sebagai bekal dalam menjalankan ibadah haji dan umroh. Aplikasi ini telah diteliti dan diuji dimana pelaksanaannya diikuti oleh 348 peserta dengan berbagai unsur peserta. Aplikasi

(5)

ini juga dapat diakses dengan mudah karena terdapat di google playstore dan dapat diunduh sendiri. Selain itu, upaya yang dilakukan secara mandiri juga diperlukan untuk menekan kejadian rawat inap (Mulyono, Sa’dyah and Fasitasari, 2021).

Selain penggunaan aplikasi, untuk menanggulangi meningkatnya kasus rawat inap pasien diabetes melitus di Arab Saudi, maka perlu adanya usaha baik dari masyarakat maupun pemerintah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian rawat inap jemaah diabetes melitus. Faktor tersebut meliputi usia lanjut, tingkat pendidikan rendah, lama DM, jenis kelamin laki- laki, kepatuhan diet, kepatuhan pengobatan, suhu, lama hari rawat inap sebelumnya, dan komorbid (Nugroho, R. W.et al., 2017).

METODE

Metode yang digunakan adalah studi literatur dari berbagai referensi terkait.

Penulis memilih jurnal dengan tahun terbit maksimal 10 tahun terakhir melalui google scholar dan pubmed dengan kata kunci: diabetes melitus, faktor risiko, jemaah haji.

PEMBAHASAN

Manajemen diri merupakan faktor risiko utama yang menjadi pegangan seorang penderita diabetes melitus (DM) kedepannya. Manajemen diri yang buruk menjadi faktor risiko komplikasi diabetes melitus. Pasien dengan usia lanjut harus melakukan usaha ekstra sebagai tindakan pencegahan tambahan (Shaikh, S.et al., 2020).

Berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi seorang jamaah haji penderita diabetes melitus di rawat inap. Risiko tersebut bisa karena tingkat kepatuhan pengobatan, tingkat kepatuhan diet, tingkat pengetahuan mengenai penyakit diabetes melitus. Tingkat pengetahuan seseorang dalam perilaku penanganan DM tentu mempengaruhi risiko peningkatan rawat inap disana.

Seseorang yang memiliki pengetahuan tinggi tentu akan lebih berhati-hati dalam menjaga pola makan serta menjauhi faktor risiko yang menyebabkan jamaah DM bisa dirawat inap. Selain itu, kepatuhan diet merupakan hal yang sulit dilakukan, namun menjadi hal yang mutlak perlu dilakukan. Faktor kesibukan dalam ibadah

(6)

dan beraktivitas didukung dengan kebutuhan makanan yang tidak terlalu diperhatikan, sehingga ketika jamaah lapar, mereka akan membeli makanan dengan mengabaikan diet gulanya (Nugroho, R. W.et al., 2017).

Meningkatnya aktivitas fisik dan ketidakpatuhan terhadap waktu makan dapat menyebabkan pasien DM berisiko mengalami hipoglikemia. Mereka cenderung mengabaikan perawatan karena menganggap hal biasa sama seperti kelelahan umum atau kantuk akibat aktivitas haji. Suhu tinggi (37-45’C) selama haji juga mempengaruhi penyerapan insulin semakin meningkat dan mengakibatkan hipoglikemia (Shaikh, S.et al., 2020).

Perubahan aktivitas dan ketidaktahuan terhadap lingkungan sekitar dapat menyebabkan timbulnya luka, seperti ulkus diabetikum. Saat ibadah haji, jemaah DM yang menderita ulkus diabetikum akan mendapatkan perawatan dalam kloternya oleh TKHI, dan dapat segera dirujuk untuk dirawat inap apabila luka bertambah parah. Faktor risiko lain, seperti paparan rokok dapat memperburuk resistensi insulin, meskipun perokok pasif, paparan dapat menjadi risiko terjadinya sindrom metabolik. Berhenti merokok dapat memperbaiki resistensi insulin, tergantung dari variasi dari berat badan (Saidah, Rani and Mawardi, 2023).

Selama ibadah haji, manajemen diri seorang penderita diabetes harus digalakkan. Makan teratur atau dengan konsumsi kacang-kacangan, buah-buahan, susu. Mereka harus mengurangi dan menghindari minuman manis. Konsumsi satu hingga dua buah kurma atau makan makanan berkarbohidrat tinggi menjadi salah satu upaya yang dianjurkan apabila waktu makan terlewati atau tertunda.

Pengobatan diabetes melitus disesuaikan berdasarkan kondisi yang ada, penderita DM disarankan meningkatkan aktivitas selama 6-8 minggu agar dapat mengatasi beratnya ibadah haji dan agar dapat menyesuaikan dosis obatnya, terutama latihan seperti berjalan kaki (Shaikh, S.et al., 2020).

Pencegahan beberapa gejala juga diperlukan, seperti terjadinya ulkus diabetikum dengan pemakaian pelembab, menggunakan kursi roda saat aktivitas luas, penggunaan kaos kaki, sepatu yang ringan dan empuk, mengeringkan kaki setelah berwudhu, dan sebagainya. Pencegahan komplikasi penyakit ginjal dan

(7)

jantung dapat dilakukan dengan membatasi aktivitas, dosis obat tertentu dikurangi, dan sebagainya. Pencegahan gejala mata dapat dilakukan dengan hindari menyentuh mata secara langsung, memberikan pelumas mata, dan menggunakan kacamata pelindung (Shaikh, S.et al., 2020).

Perencanaan sebelum haji diperlukan untuk mencapai pengendalian diabetes melitus yang baik. Selama haji, pasien harus didorong secara mandiri melakukan pemantauan yang teratur dan mematuhi jadwal pengobatan yang ditentukan.

Setelah haji, jamaah penderita DM diharapkan dapat melakukan evaluasi kembali, baik secara klinis maupun biokimia, biokimia, pemeriksaan kaki, pemeriksaan kadar glukosa, dan penyesuaian pengobatan sesuai dengan gaya hidup sehari-hari 10-14 hari setelah kedatangan di negara asal (Nugroho, R. W.et al., 2017).

Edukasi mengenai pencegahan komplikasi dan pengingat bagi penderita diabetes juga diperlukan. Salah satu upaya tersebut dapat menggunakan aplikasi diabetEasy yang terdapat di playstore sehingga dapat diunduh dengan mudah.

Aplikasi ini tentu bermanfaat dan sudah diunduh lebih dari 158 pengguna.

Aplikasi ini dapat dimanfaatkan untuk mengenal diabetes, macam-macam diabetes, pengelolaan ibadah haji dan umroh, nutrisi yang diperlukan, dan sebagainya (Mulyono, Sa’dyah and Fasitasari, 2021)

KESIMPULAN

Pasien diabetes melitus perlu ditangani sebelum, selama, dan setelah perjalanan haji. Konsultasi yang baik sebelum perjalanan ibadah haji meningkatkan peluang untuk ibadah tanpa konsekuensi kesehatan yang besar.

Edukasi terkait faktor risiko yang ada selama perjalanan diperlukan agar dapat mencegah tingginya angka rawat inap penderita diabetes melitus.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, R. W., et al. (2017) ‘Berbagai Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Rawat Inap Jemaah Diabetes Melitus di Arab Saudi’,Jurnal Epidimiologi Kesehatan Komunitas.

Mulyono, S., Sa’dyah, N. A. C., and Fasitasari, M. (2021) ‘Aplikasi Berbasis Mobile untuk Diabetisi dalam Menunjang Ibadah Puasa, Haji dan Umroh Kerja Sama Persadia Unit RSI Sultan Agung’,Indonesian Journal of Community Services.doi :http://dx.doi.org/10.30659/ijocs.3.1.73-84

Shaikh, S.et al. (2020) ‘Diabetes Care During Hajj’,Diabetes Ther.doi : https://doi.org/10.1007/s13300-020-00944-5

Saidah, Rani, H. A., Mawardi. (2023) ‘Determinan Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Tidak Menular pada Jemaah Haji Provinsi Aceh’,Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 2 No. 1 doi : 10.54259/sehatrakyat.v2i1.1424

Referensi

Dokumen terkait

“Strategi pemasaran yang di lakukan yang pertama adalah pemarketnya bagimana caranya masyarakat sudah mengenal terhadap service dan pelayanan ebad wisata jember, yang kedua

[r]