PENGARUH BUDIDAYA WALET TERHADAP MATA PENCAHARIAN KELUARGA DI NAGARI PASAR TAPAN
KECAMATAN BASA AMPEK BALAI TAPAN KABUPATEN PESISIR SELATAN
ARTIKEL
ELVIA NIM: 10070073
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG
2015
The Effect Of Swallow Birds Cultivation Towards Familys Livelihood In Nagari Pasar Tapan Disfrict Of Basa Ampek Balai Tapan, Pesisir Selatan
:
Elvia1 Firdaus M, si2 Dian Kurnia Anggreta M, si3
* The Sosiology education student of STKIP PGRI west Sumatera.
** The Sosiology staff of sosiology education of STKIP PGRI west Sumatera.
ABSTRACT
Economic and livellihood system actyualy have the same age loit people needs becase people in doing her lefe canot from the economical principles. Econiomi is needs in each part of life work. Form and organization also the types of activities. The place where people wordtogether to reach the destination that had been made. For example the economic system that has been done by the families in Nagari Pasar Tapan, that is the cultivation of swa llow birds, as their live lihood.
This livelihood is the way that has been used by the people in Nagari Pasar Tapan. As daily activities order to fill up their needs. Thus, the researcher formulates the problem of reserarc as” is there any effect of swallow birds”cultivation to wards familieslive hood in Nagari Pasar Tapan before and after the swallow birdscultivation to wards families live hoodin Nagari Pasar Tapan and families economy condition in Nagari Pasar Tapan before and the swallow birds cultivation. The theory that had been used this research war the social changed theory that proposed by Neil Smelser. According to him the social changed is turn in the process it self, that process is name with the different part that is economy, families, political system and the political institution, this research used approach of qhualitative with descriptive type”s method. The respondent of this research was 18 people that consisted of 11 people as the swallow birds” cultivation and 7 people were not. The research used primary and secondary data to get the information. Furthemor, in to collect the data effectively the research used observation interview, documention and also documention and also documention studies as the instruments
Key Words: Cause Factors Children Of Broken School
1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat
2 Pembimbing I, staf pengajar Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat
3Pembimbing II, staf pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat
PENDAHULUAN
Sistem Ekonomi dan mata pencaharian sebetulnya sama usianya dengan kebutuhan manusia karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak terlepas dari prinsip-prinsip ekonomi, baik langsung maupun tidak langsung.
Baik di sadari maupun di sadari. Ekonomi di perlukan dalam segala bidang. Bentuk dan organisasi serta tipe kegiatan. Dimana orang-orang saling berkerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Kamus Bahasa Indonesia mendefenisikan mata pencarian sebagai perkerjaan yang menjadi pokok penghidupan (sumbu atau pokok), perkerjaan/pencaharian utama yang dikerjakan untuk biaya sehari-hari. Misalnya pencaharian penduduk desa itu berternak, dengan kata lain sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhan kehidupan, dan menjadi pokok penghidupan baginya.
Seperti sistem ekonomi dilakukan keluarga di Nagari Pasar Bukit Tapan pembudidayaan walet sebagai mata pencaharian yang menjadi pokok penghidupan. Budidaya walet sering disebut sebagai tambang emas yang menghasilkan dolar secara permanen, sebab nilai jual-beli sarang walet memiliki standar ekonomi tinggi dan biasanya dilakukan dalam dolar amerika. Alasan itulah yang menyebabkan komoditas ini menjadi impian banyak investor (TIM Karya Tani, 2010:6).Indonesia adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki satu jenis burung yang unik, yaitu burung walet (collocia fushipaga). Burung berbulu cokelat ini hanya hidup di daerah tropis. Jenis burung ini hidup berkoloni dan memanfaatkan gua-gua untuk berkembang biak. Burung walet memilih gua sebagai tempat tinggal karena kondisi gua yang sejuk, lembab, dan gelap. walet merasa aman dan nyaman, tidur, dan bersarang di langit-langit gua yang tinggi. salah satu keunikan burung walet adalah untuk berkembang biak, walet membuat sarang dengan air liurnya. Liur burung walet sebagai bahan sarang walet yang dibangun saat walet akan bertelur, diyakini memiliki kandungan mineral mujarab yang dapat menambah umur panjang dan meningkatkan vitalitas. Sarang walet kemudian dijadikan sebagai suplemen dan bahan campuran pengobatan Tiongkok purba yang telah teruji oleh waktu. Pada saat itu sarang walet masih sebagai barang super istimewa. hanya para raja atau bangsawan yang sanggup menikmatinya. Raja dan kaum bangsawan umumnya ingin sehat, awet muda, dan panjang usia.
Sejumlah gua di Malaysia dan Indonesia yang dihuni walet menjadi incaran pedagang China. Mereka membeli sarang walet, lalu membawanya ke China secara rutin. sampai saat ini, masyarakat China
adalah penikmat sarang walet dari Asia tenggara (TIM Karya Tani, 2010:7-8).
Fenomena ini juga terlihat di Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Philipina. sampai saat ini Indonesia pemasok terbesar kebutuhan sarang walet ke China dan Hongkong. Pada tahun 1999 saja harga sarang burung walet di pasaran mencapai Rp 13.000.000/kg dan sekarang sudah mecapai Rp 15.000.00- Rp 20.000.000/kg (TIM Karya Tani, 2010:7-8).
Sarang burung walet berkembang di Indonesia sekitar awal abad XVIII, tahun 1720.
Dan sejak dua dekade terakhir ini, pulau Jawa telah mengalami pembangunan fisik secara besar-besaran. Kondisi ini menyebabkan banyak ruang terbuka seperti hutan atau lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi kawasan industri dan daerah hunian. Akibatnya, banyak satwa liar termasuk walet mencari habitat baru untuk bertahan hidup. Beberapa daerah lain di luar Jawa seperti Sumatera, Kalimatan, Sulawesi, Bali, Lombok, dan Sumbawa kini mulai ramai dibangun gedung walet. Kondisi dan keadaan alam di pulau-pulau tersebut masih menyediakan ruang terbuka yang relatif lebih luas, iklim makro yang sesuai, dan pakan alami yang melimpah (Mulia, 2009:34).
Di Nagari Pasar Bukit Tapan, budidaya walet sudah dimulai sejak tahun 2000. Poses itu berlagsung ketika Maraknya usaha pembudidayaan burung walet tersebut setelah permintaan akan sarang burung walet dari negara-negara lain begitu tinggi, sehingga harga burung walet untuk dikonsumsi itu terus melambung. Dengan harga yang melambung tinggi itulah yang memacing Masyarakat di Nagari Pasar Bukit Tapan untuk mengelola sarang walet melalui bangunan khusus yang dibuat serampangan di berbagai tempat.
Tadinya dilakukan satu dua keluarga tetapi setelah usaha itu berkembang maka beberapa keluarga lain mengikuti mengelola sarang burung walet. Berdasarkan observasi data awal yang diamati di Nagari Pasar Bukit Tapan bahwa masyarakat yang membudidayakan walet dimulai pada tahun 2000 sampai sekarang. Data tersebut dengan mata pencahaian pada tabel tabel 1.1. di atas menunjukan bahwa jumlah masayarakat yang membudidayakan walet pada tahun 2000 ada 1 orang dijadikan sebagai pekerjaan pokok. Jumlah masyarakat yang membudidaya walet bertambah 2 orang di tahun 2002, 1 dijadikan sebagai pekerjaan pokok dan 1 orang dijadikan sebagai pekerjaan sampingan.
Jumlah masyarakat yang menbudidaya walet bertambah 2 orang di tahun 2006, 2 orang tersebut dijadikan sebagai pekerjaan sampingan.
Jumlah masyarakat yang menbudidaya walet
1
bertambah 1 orang di tahun 2008, 1 orang itu dijadikan sebagai pekerjaan sampingan. Jumlah masyarakat yang membudidaya walet bertambah 3 orang di tahun 2009, 1 orang di jadikan sebagai pekerjaan pokok dan 2 orang dijadikan sebagai pekerjaan sampingan. Jumlah masyarakat yang membudidaya walet bertambah 2 orang di tahun 2010,2 orang tersebut dijadikan sebagai pekerjaan pokok. Dan ini dijadikan sebagai pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan, atau pekerjaan utama yang dilakukan untuk biaya kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Budidaya Walet Terhadap Mata Pencaharian Keluarga di Nagari Pasar Bukit Tapan.” Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis membatasi permasalahan agar penelitian ini terarah dan dapat mencapai saran yang diinginkan oleh penulis, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh budidaya walet terhadap mata pencaharian keluarga di Nagari Pasar Bukit Tapan?
Bagaimana ekonomi keluarga di Nagari Pasar Bukit Tapan sebelum dan sesudah budidaya walet ? Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini tujuan untuk:
Mendeskripsikan Pengaruh budidaya walet terhadap mata pencarian masyarakat di Nagari Pasar Bukit Tapan.Mendeskripsikan ekonomi keluarga di Nagari Pasar Bukit Tapan sebelum dan sesudah budidaya walet. Melalui tujuan penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka manfaat penelitian ini adalah untuk :
Manfaat akademis manfaat yang diharapkan dari penelitian ini untuk memperkaya kajian tindakan sosial dalam keilmuan sosiologi terutama mengenai membudidayakan walet terhadap perubahan mata pencarian serta sebagai bahan masukan atau rujukan bagi penelitian selanjutnya.
Secara praktis dengan karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam memberikan pengarahan kepada masyarakat terutama pada masyarakat di Nagari pasar Bukit Tapan, agar mereka bisa membudidayakan kembali sarang burung walet supaya tidak punah.
TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Teoritis
Setiap kehidupan masyarakat senantiasa mengalami suatu perubahan. Perubahan pada kehidupan masyarakat tersebut fenomena sosial yang wajar, oleh karena itu setiap masyarakat itu mempunyai kepentingan yang tidak terbatas.
Perubahan-perubahan akan nampak setelah tatanan sosial dan kehidupan masyarkat yang lama dapat dibandingkan dengan tatanan dan kehidupan
masyarakat yang baru. Perubahan-perubahan yang terjadi bisa merupakan kemajuan atau mungkin justru suatu kemunduran. Unsur-unsur kemasyarakatan yang mengalami perubahan biasanya adalah mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perikelakuan, organisasi sosial, lembaga-lembaga kemasyarakatan, stratifikasi sosial, kekuasaan, tanggungjawab, kepemimipinan, dan sebagainya (Abdulsyani, 1994: 164).
Untuk melihat permasalahan yang akan diteliti, penulis akan mengkajinya dengan menggunakan Teori Perubahan Sosial dari Neil Smelser. Perubahan bagi Smelser adalah berkisar pada proses itu sendiri, proses itu sama halnya sebagaimana unit-unit sosial yang khusus beronotomi itu dibentuk. pembentukan unit-unit sosial seperti tampak sama dengan yang berlaku di dalam bidang yang berbeda, yaitu dalam bidang ekonomi, keluarga, sistem politik dan institusi-institusi politik. Hal ini memberikan transformasi sosial yang mengikuti pembangunan ekonomi.
Kata perubahan sering dihubungkan dalam kata sosial dan budaya. Perubahan sosial dimaksudkan adanya proses yang dialami dalam kehidupan dapat mengenai: 1) nilai-nilai sosial, 2) pola-pola perilaku organisasi, 3) susunan lembaga kemasyarakatan, 4) lapisan dalam masyarakat, 5) kekuasaan dan wewenang, 6) interaksi sosial dan sebagainya. Perubahan sosial dapat terjadi karena direncanakan dan tidak direncanakan. Perubahan yang direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan oleh pihak-pihak yang menghendaki perubahan dalam masyarakat, sedangkan perubahan yang tidak direncanakan terjadi seperti akibat dari perang, penjajahan atau bencana alam.
( Soekanto, 2007:269 ).
Menurut Smelser (Lauer, 1993:118- 120) faktor yang menentukan perubahan sosial adalah sebagai berikut:
keadaan struktural untuk berubah, menyangkut penelitian stuktur sosial mengenai implikasinya bagi perubahan yang melekat di dalam stuktur itu. Dorongan untuk berubah, secara tersirat berarti bahwa kondisi menguntungkan secara stuktural itu sendiri sebenarnya belum memadai. Masih perlu diberikan sejenis kekuatan yang cendrung ke arah perubahan. Kekuatan ini mungkin berupa kekuatan dari dalam (internal), atau kekuatan dari luar (eksternal)..Mobiltas untuk berubah, berkaitan dengan arah perubahan. Arah perubahan tergantung pada cara-cara memobilitas sumber-smber dan cara penggunaannya untuk mempengaruhi
7
perubahan. Selanjutnya mobolitas itu sendiri berkaitan erat degan kepentingan kepemimpian yang terlibat dalam perubahan.Pelaksanaan kontrol sosial, kontrol sosial ini mungkin berwujud kekuatan yang mapan seperti media massa, pejabat pemerintah, dan pemimpin agama. Mereka mungkin berperan dalam menentukan arah perubahan yang terjadi.Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa adanya keterkaitan antara teori perubahan sosial menurut Neil Smelser dengan permasalahan yang peneliti lakukan, dimana disini Smelser berbicara mengenai beberapa faktor terjadinya perubahan, adapun tujuan dari penelitian ini melihat perubahan mata pencaharian masyarakat.
Burung Walet
Walet merupakan burung pemangsa serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. sayapnya yang berbentuk sabit, sempit, dan runcing mendukung burung ini untuk terbang lebih cepat.
namun, walet termasuk burung yang tidak pernah hinggap dipohon. hidupnya lebih banyak dihabiskan di dalam gua-gua atau rumah-rumah yang lembab, remang-remang, sampai gelap. walet hanya keluar saat mencari makan dan tidak pernah menetap di tempat terbuka. karenanya, burung ini juga sering mendapat julukan swift atau burung layang-layang (Mulia, 2009:19). Walet berkembang biak sepanjang tahun. musim berbiak ditandai dengan banyaknya kawanan walet yang saling berkejaran dan mengeluarkan nyanyian untuk menarik hati lawan jenisnya. namun walet memilih musim kawin dan berkembang biak menjelang musim hujan. hal ini disebabkan populasi serangga sebagai sumber makanan walet sangat melimpah pada musim ini.
Sarang walet berwarna putih mengkilat dengan ukuran sekitar 12 cm dengan berat sarang sekitar 10 gram. bentuk sarang seperti mangkok dibelah dua, menempel di dinding atau langit-langit gua. ( TIM Karya Tani, 2010:49-50)
Makanan walet adalah serangga kecil yang berterbangan di areal persawahan, perkebunan, rawa-rawa dan tempat lainnya. Walet memakan hama padi seperti wereng. Maka sebenarnya walet juga sahabat petani. Air liur walet atau lazim disebut sarang walet, sudah diketahui memiliki khasiat yang luar biasa untuk kesehatan. Rahasia tersebut sudah diyakini sejak ratusan tahun yang lalu oleh para kaisar China. Pada waktu itu, kaisar China memperoleh sarang walet dari Malaysia dan Indonesia. di China sendiri tidak ditemukan burung walet berkembang biak. Hal ini karena iklimnya yang berbeda dengan iklim Asia Tenggara yang tropis. Dengan demikian, di China sarang walet dikenal sebagai makanan istimewa. Istimewa karena sebagai barang langka, sarang walet juga diyakini bisa membuat awet muda, menyembuhkan segala
macam penyakit, dan memperpanjang usia.
Maka, harganya pun menjadi mahal. ( TIM Karya Tani, 2010:49-50).
Dengan harga yang tinggi itu membuat masyarakat di Nagari Pasar Bukit Tapan melakukan usaha pembudidayaan walet tujuan untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak dan ini dijadikan sebagai pokok penghidupan mereka.
Mata pencaharian
Mata pencaharian merupakan pekerjaan atau usaha yang dilakukan dalam mendapatkan hasil untuk penghidupan.
pekerjaan itu ada yang berupa pekerjaan pokok dan ada yang berupa pekerjaan sambilan ( soekanto dalam syaiyendra, 1989). Terjadinya pengurangan lahan pertanian akan menimbulkan banyak masalah, terutama yang terkait pada segi-segi ekonomi antara lain menyangkut masalah penghasilan petani. Maka untuk itu hendaknya dihindari penggunaan tanah-tanah yang subur yang masih dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, sehingga tidak banyak petani yang kehilangan mata pencahariannya (sujarto, 1976).Mata pencaharian masyarakat tidak semata-mata ditinjau dari segi teknologi, melainkan dari pola aktifitas dan interaksi yang menguasai proses produksi, distribusi dan komsumsi. Seperti halnya bagaimana pembagian kerja yang dilakukan, sebagaimana pandangan orang tentang hak milik, kekayaan dan nilai apakah yang menguasai kehidupan ekonomi (rahmah, 1998).
Menurut harsojo, (1984) Mata pencaharian yang terdapat pada mayarakat sederhana dapat dibagi menjadi dua kategori : (a) mata pencaharian yang intinya bersifat mengumpulkan bahan-bahan makanan yang sudah disediakan oleh alam. (b) mata pencaharian yang intinya menghasilkan produksi artinya masyarakat mengolah alam sebagaimana adanya dan menghasilkan untuk hidup, kemudian berkembang lagi dengan usaha berternak dan kerajinan tangan. Mata pencaharian masyarakat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup, setiap kegiatan mata pencaharian banyak jenisnya mulai dari mata pencaharian yang bersifat tradisional sampai yang bersifat modren. Dalam unsur kebudayaan universal sistem mata pencaharian dapat dirincikan ke dalam beberapa sub unsur seperti berburuh, pertanian, berdagang, perkebunan, dan industri (koenjaraningrat, 1983).Seperti yang dilakukan keluarga di Nagari Pasar Bukit Tapan kegiatan peternak
burung walet membantu sekali dalam upaya meningkatkan pendapatan. Rumah untuk budidaya burung walet sering disebut tambang emas yang menghasilkan dolar secara permanen, sebab nilai jual-beli sarang walet memiliki standar ekonomi tinggi dan biasanya dilakukan dalam dolar Amerika.
Alasan itulah yang menyebabkan komoditas ini menjadi impian banyak investor.
Penelitian Relevan
Begitu banyak tulisan dan penelitian yang sudah dilakukan tentang burung walet. Diantaranya Dini kemala sari (2009) “pengelolaan sarang burung walet goa” (Studi Kasus Dijorong Lubuk Bulang Nagari Gunung Selasih Kacematan Pulau Punjung Kabupaten Dhamasraya). Penelitian ini menfokus kajianya tentang bagaimana mengelola sarang burung walet agar tidak punah. Penelitian Diter Wiliam (2011) “Studi Komperasi Budidaya Burung Walet di Kecamatan Sikawang Tengah dan Kecamatan Sikawang Selatan” hasil penelitian dapat diketahui (1) Kondisi Fisik di Kecamatan Singkayang Tengah dan Kecamatan Singkayang Selatan sesuai untuk usaha budidaya walet. (2) Terdapat perbedaan pengelolaan yang signifikan terutama mengenai bentuk dan jenis gedung, teknik memancing dan pola pemanenan. (3) Hambatan terbesar yang dihadapi dalam usaha budidaya walet di Kecamatan Singkawang Tengah dan Kecamatan Singkawang Selatan adalah masalah keamanan dan perizinan usaha. (4) kontribusi yang diberikan dari usaha budidaya walet bagi pemerintah Kota Singkawang adalah adanya penyerapan tenaga kerja.
Dari kedua tulisan yang diatas terdapat perbedaan antara Dini Kemala Sari (2011) dan Diter Wiliam (2011) dengan mengacu pada kedua tulisan terlebih dahulu yang sudah diuraikan diatas terdapat perbedaan dengan penelitian ini lebih menfokuskan tentang pengaruh budidaya walet terhadap mata pencaharian keluarga di Nagari Pasar Bukit Tapan METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang berupa data kata-kata tertulis, peristiwa, dan perilaku yang dapat diamati (Jauhari, 2010:132). Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2010:4) metode kualitatif merupakan posedur penelitian yang menghasilkan kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).
Data yang diamati dalam pendekatan ini adalah penjelasan tentang bagaimana pengaruh budidaya walet terhadap mata pencaharian keluarga di Nagari Pasar Bukit Tapan atau disesuaikan dengan objek kajian penelitian lainnya dan bukan merupakan data statistik ataupun diagram namun data tersebut
terkadang juga peneliti tulis untuk melengkapi data saja. Melalui metode penelitian kualitatif, peneliti berusaha mengamati bagaimana pengaruh budidaya walet tersebut terhadap mata pencaharian masyarakat.
Tipe penelitian ini bersifat deskriptif yaitu metode yang menggambarkan sebuah peristiwa, benda, dan keadaan dengan sejelas- jelasnya tanpa mempengaruhi objek yang ditelitinya (Jauhari, 2010: 34). Menurut Moleong (2010:7) Deskriptif merupakan tipe penelitian berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati bertujuan untuk menyumbangkan pengetahuan secara mendalam.
Informan Penelitian
Menurut Spradley Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi baik tentang dirinya atau orang lain atau suatu kejadian kepada peneliti. Untuk mendapatkan informan sebagai sumber informasi, peneliti menggunakan teknik pemilihan informan yang bersifat purposive sampling (disengaja) yaitu informan dicari berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti dan peneliti mengetahui orang-orang yang pantas menjadi informan dan keberadaan mereka di ketahui oleh peneliti (Afrizal, 2008 : 66).
Teknik yang dipakai dalam pemilihan informan adalah secara purposive sampling, yaitu pemilihan berdasarkan seleksi peneliti berdasarkan atas anggapan bahwa informan adalah orang yang benar-benar mengetahui atau memiliki keterkaitan dengan permasalahan atau objek penelitian. Para informan dicari berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti dan peneliti mengetahui identitas orang-orang yang pantas menjadi informan dan keberadaan mereka diketahui oleh peneliti (Afrizal, 2008 : 66). Alasan digunakannya teknik purposive sampling karena mengingat banyaknya masyarakat yang ada di nagari pasar bukit tapan yang membudidayakan walet sebagai mata pencarian untuk keluarganya, oleh karena itu penetapan masyarakat sebagai informan dalam penelitian ini didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu.
Adapun kriteria anggota masyarakat yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah : keluarga yang ada di Nagari Pasar Bukit Tapan dengan kriteria Mempunyai sarang burung walet dan masyarakat di Nagari Pasar Bukit Tapan dengan kriteria bertempat tinggal di sekitar pembudidayaan sarang burung walet.
Informan dalam penelitian ini berjumlah 29 orang yang terdiri dari 11 orang yang
14
membudidaya walet dan 18 masyarakat.
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yaitu jenis data primer dan data sekunder.
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya (Sangadji dan Sopiah, 2010:172).
Data primer didapatkan langsung dari informan melalui observasi dan wawancara. Informan pada penelitian ini adalah masyarakat dan keluarga yang membudidayakan walet sebagai mata pencarian yang berada di Nagari Pasar Bukit Tapan.
Data sekunder umumnya tidak dirancang secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan penelitian tertentu. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumentasi, seperti internet, perpustakaan, laporan penelitian yang relevan yang berkaitan dengan masalah penelitian (Sangadji dan Sopiah, 2010:172). Dalam penelitian ini penulisi menggunakan teknik dokumentasi, seperti data laporan, data yang mengenai masyarakat yang membudidayakan walet sebagai perubahan mata pencarian keluarga di nagari pasar bukit tapan.
Pada penelitian kualitatif ini peneliti berfungsi sebagai instrumen pertama yang meneliti kelapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara, untuk lebih rincinya teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Metode observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara meneliti apa yang terjangkau oleh pancaindra (Jauhari, 2010:135). Sedangkan menurut Yusuf (2005:292) observasi adalah salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengetahui atau menyelidiki tingkah laku non verbal. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi non partisipan yaitu suatu bentuk observasi dimana pengamat atau peneliti tidak terlibat langsung dalam kegiatan kelompok atau dapat dikatakan pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan yang diamati (Yusuf 2005:292). Dalam melakukan kegiatan observasi ini peneliti langsung ketempat penelitian yaitu pembudidayaan walet yang ada di Nagari Pasar Bukit Tapan kemudian penulis mengamati aktivitas- aktivitas yang dilakukan pembudidaya walet dalam pengolahan sarang walet dan peneliti juga memperhatikan bentuk kondisi rumah sarang walet baik gedung tempat brung walet itu bersarang maupun rumah pribadi yang mereka miliki, dari situ peneliti memperhatikan ternyata dengan usaha membudidaya walet mampu meningkatkan pendapatan perekonomian suatu keluarga.
Wawancara
Wawancara merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan antara dua orang, melibatkan seorang yang ingin memperoleh informasi dari orang
lain, dengan menggunakan pertanyaan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu. Wawancara merupakan suatu interaksi antara pewawancara dengan orang yang diwawacara (Yusuf, 2005:278). Wawancara merupakan suatu bagian yang sangat penting, dengan wawancara peneliti akan mendapatkan informasi yang hanya didapatkan dengan bertanya langsung kepada informan yang bersangkutan. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan wawancara mendalam (in-depth interview) yang merupakan wawancara yang tidak berstruktur, yang dilakukan berulang kali antara pewawancara dengan informan (Afrizal, 2008:97-98). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara mendalam yaitu suatu cara pengumpulan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang pengaruh budidaya walet baik keluarga maupun masyarakat sekitar. Wawancara mendalam dilakukan secara intensif dan berulang-ulang (Bungin 2011:157). Peneliti mewawancarai pembudidaya walet yang berjumlah lima belas orang yaitu Alayra, Jab, Men, Ferry, Burhan, Pian, Kaih, Ening, Junai, Edi, Jhon, Afrian, Niar, Aan, dan Guspan. Peneliti juga mewawancarai masyarakat sekitar sarang burung walet yan berjumlah delapan belas orang yaitu Ernawati, Nasrul, Yen, Surin, Nora, Topik, Elmisda, Cinah, Idar, Lin, Upit, Supik saih, Mislini, Yessi, Arif, Kartini, Eting dan Yeni. Dokumentasi adalah suatu proses penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam bentuk rekaman, gambar, suara, tulisan dan dokumen-dokumen lainnya. Bentuk rekaman biasanya dikenal dengan penelitian analisis dokumen atau analisis isi, dengan analisis isi peneliti bekerja secara objektif dan sistematik untuk mendeskripsikan isi bahan komunikasi (Arikunto, 2010:244). Studi dokumentasi merupakan sumber informasi yang ditentukan dalam foto, bahan statistik, dokumen atau dalam berbagai bacaan lainnya (Yusuf, 2007: 252).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk merekam hasil wawancara dan juga mengambil gambar informan serta lokasi penelitian untuk memperkuat hasil penelitian. Peneliti juga memanfaatkan dokumen-dokumen seperti dokumen wali nagari dan jumlah penduduUnit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto. 2010:121). Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yaitu pembudidaya walet. Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan
refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analisis, dan menulis cacatan singkat sepanjang penelitian. Maksudnya analisa data kualitatif bisa saja melibatkan proses pengumpulan data, interpretasi, dan laporan hasil secara serentak dan bersama-sama (Creswell 2009:274).
Reduksi data merupakan proses memilih, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari cacatan-catatan lapangan (Usman, 2009:85). Selama pengumpulan data dengan menggunakan reduksi data, reduksi data dapat menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, serta membuang data yang tidak dipergunakan dalam hasil penelitian. Sehingga dengan reduksi data, data yang didapatkan benar-benar terkelompok kedalam bagian-bagian yang valid dan data yang tidak penting bisa dibuang dalam penelitian. Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Usman, 2009:89). Bertujuan untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan, dalam proses ini peneliti mengelompokan hal-hal yang serupa menjadi kategori atau kelompok satu, kelompok dua dan seterusnya. Peneliti juga melakukan display data secara sistematik, agar lebih mudah untuk dipahami data diklasifikasikan berdasarkan tema-tema inti sehingga mudah dalam penyajiannya. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan akhir penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan melakukan verifikasi baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subjek tempat penelitian itu dilaksanakan (Usman, 2009:85). Menarik kesimpulan digunakan apabila data yang ada telah sesuai dengan apa yang dibutuhkan sehingga memudahkan peneliti dalam menarik kesimpulan karenelumnya dikelompokkan menurut tema-tema sehingga data yang telah diklasifikasikan lebih mudah dalam menarik kesimpulan. Penelitian ini dilakukan di kelurahan Pasar Bukit Tapan, Karena Di sini terdapat keluarga yang membudidaya walet.
Adapun alasan penulis mengambil lokasi di kelurahan Pasar Bukit Tapan, karna melalui observasi peneliti, banyak ditemukan didaerah Pasar Bukit Tapan tersebut masyarakat disana banyak membudidayakan burung walet sebagai mata pencaharian masyarakat disana, sehingga masyarakat disana menjadikan walet sebagai mata pencahariannya untuk keluarganya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Budidaya sarang burung walet adalah industri yang istimewa dan sangat penting untuk beberapa
orang seluruh indonesia terutama. Sarang burung walet terbuat dari air liur burung walet yang dianggap mempunyai manfaat untuk kesehatan. Sarang walet tersebut bisanya digunakan untuk membuat sop dan sebagian sarang yang menghasilkan di Indonesia diekspor ke negara China terutama Hongkong Burung walet mula-mula membuat sarangnya di atap gua, sehingga untuk mengambil sarang walet sangat lah sulit dan berbahaya. Burung walet juga membuat sarang di dalam rumah- rumah yang kosong. Oleh sebab itu, orang- orang membeli rumah yang sudah disarangi oleh sekelompok di walet, kemudian rumah itu dirubah menjadi rumah peternakan sarang burung walet. Karena budidaya walet di dalam rumah-rumah kosong adalah metode yang sangat rumah-rumah kosong adalah metode yang sangat efektif untuk menghasilkan saranag tersebut, orang-orang mulai membuat gedung khusus untuk budidaya sarang burung walet.
Adapun beberapa faktor yang sangat penting untuk budidaya sarang burung walet, yaitu lokasi, iklim, kondisi lingkungan, bentuk bamgunan, faktor makanan serta teknik memancing walet. Semua faktor ini sangat penting untuk keberhasilan budidaya sarang burung walet ( TIM Karya Tani, 2010:49-50).
Untuk perdagangan sarang burung walet mulai berkembang di China pada masa dinasti T’ang kira-kira pada tahun 618-907. Pada awal abad ke-20 pemerintah Komunis China melarang msyarakat China untuk memakan makanan yang mahal dan istimewa seperti sop sarang burung walet. Tetapi pada akhirnya abad ke-20 pemerintah China mnjadi lebih bebas sehingga sehingga permitaan sarang burung walet kembali meningkat. Indoneia adalah negara yang menghasilkan sebagian besar sarang burung walet di dunia. Negara-Negara lain yang juga menghasilkan sarang burung walet adalah Thailand, Malaysia, Fhilipina, Singapura , india, dan Srinlanka. Semua negara ini yang lain terletak di Asia Selatan dan Asia Tenggara walet ( TIM Karya Tani, 2010:49-50).Di Nagari Pasar Bukit Tapan di mulai, Budidaya walet berkembang pada tahun 2000. yang dilakukan oleh bapak yang bernama Alayra yang pertama membudidat walet di Nagari Pasar Bukit Tapan.
Beliau melakukan pembudidayaan ini pada tahun 2000. Kemudian usaha ini berkembang pada tahun 2002 di tambah 2 keluarga, ada tahun 2006 bertambah 2 keluarga, tahun 2008 ditambah 1 keluarga, tahun 2009 ditambah 3 keluarga, tahun 2010 bertambah 2 keluarga.
budidaya walet di Nagari Pasar Bukit Tapan ini berkembang ketika maraknya usaha pembudidayaan burung walet tersebut setelah
permitaan akan sarang burung walet untuk dikonsumsi itu terus melambung. Untuk pola pemasaran sarang burung walet di Nagari Pasar Bukit Tapan, pemilik gedung-gedung tidak susah- susah mencari pembeli sarang burung walet karena sudah ada pembeli/pengumpul kecil yang siap membeli sarang burung walet. Kemudian pengumpul kecil akan menjual ke pengumpul besar.
Selanjutnya, pengumpul besar akan menjual ke eksportir. Untuk harga sarang burung walet berbeda- beda untuk harga sarang walet yang berbentuk mangkok seharga 5 juta/kg dan jika berbentuk patahan seharga 3 juta /kg. Dengan harga yang melambung tinggi itulah yang memancing masyarakat di Nagari Pasar Bukit Tapan untuk mengelola sarang burung walet melalui bangunan khusus yang dibuat serampangan di berbagai tempat.
Pengaruh Budidaya walet Terhadap Mata Pencaharian Keluarga Di Nagari Pasar Bukit Tapan.
Sebelum adanya usaha budidaya walet yang ada di Nagari Pasar Bukit Tapan mayoritas penduduk bekerja di sebagai petani. Yang mana petani mengusahakan usaha pertanian (tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan) dengan tujuan untuk dijual. Baik sebagai petani pemilik maupun petani penggarap (sewa/kontrak/bagi hasil).
Kegiatan bertani biasanya dilakukan bangun pagi- pagi, kadang sebelum jam lima pagi sudah bangun dan siap-siap pergi ke sawah. Waktu kerja petani tidak pernah libur dilakukan setiap hari. karena tidak ada pekerjaan lain, Kegiatan bertani ini lah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. namun sekarang masyarakat Nagari Pasar Bukit Tapan sudah bisa mencari penghasilan melalui pembudidayaa walet. Karena permitaan sarang burung walet begitu tinggi dan harga sarang burung walet terus melambung. Membuat masyarakat yang ada di Nagari Pasar Bukit Tapan memanfaatkan daerah perbukitan itu untuk membudidaya walet untuk mendapatkan pendapatan yang lebih banyak.
Dari pengamatan di lapangan keluarga di Nagari Pasar Bukit Tapan tentang pengaruh budidaya walet terhadap mata pecaharian keluarga Nagari Pasar Bukit Tapan sebagai berikut:
Pendapatan
pendapatan penduduk Nagari Pasar Bukit Tapan sebelum budidaya walet masyarakat hanya menghasil pendapatan dari bercocok tanam. Dan itu hanya bisa memenuhi kebutuhan hidup untuk makan dan membeli pakaian. Pendapatan masyarakat Nagari Pasar Bukit Tapan kehidupan nya hanya biasa-biasa saja karna pendapatan itu hanya hasil dari bercocok tanam saja. setelah usaha pembudidayaan walet pendapatan yang dihasilkan melalui budidaya walet ini mampu meningkatkan
kesejahteraan keluarga dan penghasilan yang banyak. Jumlah peningkatan pendapatan di Nagari Pasar Tapan setelah adanya budidaya walet pun jauh berbeda. Perbedan itu terjadi adanya usaha budidaya walet. Biasanya keluarga yang membudidaya walet sebelum melakukan usaha walet pendapatkan sebagai petani hanya mendapatkan pendapatan setiap panen 3 juta, Namun setelah dengan usaha pembudidayaan ini hasil yang didapatkan keluarga yang membudidaya walet pun meningkat. Karena sekali panen bisa mencapai puluhan juta rupiah yang didapatkan. Seperti di ungkapkan Men (60 tahun) pemilik sarang burung walet di Nagari Pasar Bukit
Kebisingan Yang Ditimbulkan Oleh Bunyi Kaset Pemikat Burung Walet
budidaya walet merupakan usaha yang dilakukan keluarga untuk mendapat pendapatan yang banyak. Berbagai cara dilakukan agar burung walet hinggap di dalam gedung yang sengaja mereka buat. Seperti menghidupkan rekaman/CD suara tiruan. Pemutaran CD atau kaset suara walet tidak harus di lakukan seharian penuh, tetapi hanya dilakukan pada jam-jam tertentu. Di Nagari Pasar Bukit Tapan pemutaran CD atau kaset suara walet ini di hidupkan tidak beraturan, bahkan di hidupkan 24 jam. Hal ini membuat kebisingan yang menganggu ketenangan dan kenyamanan masyarakat yang berada di sekitarnya. terutama lingkungan Sekolah dan Rumah ibadah di Nagari Pasar Bukit Tapan. Tentu saja dapat merugikan kepada masyarakat yang hidup dilingkungan sekitar rumah walet. Kualitas kehidupan mereka merasa terganggu, karena tidak dapat beristirahat dengan tenang. Pada kondisi itu, dapat menganggu konsentrasi para anak-anak yag sedang belajar .
Ekonomi Masyarakat Di Nagari Pasar Bukit Tapan Sebelum Budidaya Walet
Mata pencaharian masyarakat di Nagari Pasar Bukit Tapan sebelum adanya usaha budidaya walet ini, umumnya sebagai petani. Mata pencaharian tersebut sesuai dengan keadaan alam tempat tinggal masyarakat di Nagari Pasar Bukit Tapan. Mata pencaharian tersebut menyebabkan sebagian besar masyarakat di Nagari Pasar Bukit Tapan memiliki Kondisi ekonomi yang sulit, karena mata pencaharian sebagian besar penduduk petani tidak memilki pekerjaan.
Pendapatan masyarakat Nagari Pasar BukitTapan sebelum adanya usaha budidaya
walet yang berasal dari mata pencaharian dapat dikatakan kurang mencukupi, karena keluarga hampir menghabiskan semua pendapatan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian dan perumahan. Walaupun begitu, masih ada masyarakat yang mampu menabung pandapatan tersebut.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Setelah pengembangan budidaya walet yang di Nagari Pasar Bukit Tapan, membawa perubahan terhadap masyarakat Nagari Pasar Bukit Tapan, dimana setelah membudidaya walet membuat perubahan mata pencaharian seperti petani menjadi pengusaha walet.
Dengan perubahan yang terjadi pada mata pencaharian masyarakat, membawa kontribusi terhadap perubahan pendapatan masyarakat sebelum dan pasca pengembangan sarang burung walet di Nagari Pasar Bukit Tapan. Dimana setelah adanya budidaya walet pendapatan yang diperoleh oleh Nagari Pasar Bukit Tapan mengalami peningkatan.
SARAN
Adapun penulis terhadap penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Diharapkan kepada pemerintah Nagari Pasar Bukit Tapan agar membuat aturan-aturan budidaya walet kepada masyarakat yang membudidaya walet agar tidak sepenuh nya menganggu ketenangan dan kenyamanan masyarakat di sekitar sarang burung walet. Serta dalam penelitian ini penulis sarankan bagi peneliti lain yang ingin mendalami penelitia ini, karena di sini peneliti hanya melihat pada pengaruh budidaya walet terhadap perubahan mata pencaharian keluarga di Nagari Pasar Bukit Tapan.
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, 2008. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif: dari Penelitian Sampai Penulisan Laporan. UNAND: Laboratorium Sosiologi FISIP UNAND
Abdulsyani. 1994. Sosiologi Masyarakat Parkotaan.
Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, suharsimi. 2010. Prosedur penelitian Jakarta: Rineka Cipta
Bungin, Burhan. 2OO7. Penelitian Kualiatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik Dan Ilmu Sosial Lainnya). Jakarta: Kencana Prenata Media Group
Creswell Jhon. 2011. Researc Design Pendekatan Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Setia.
DJambatan. Malo, Manase. 1985. Metode Penelitian Sosial, (Modul UT). Jakarta Googman, J Douglas. 2004. Teori Sosiologi
Modern. Jakarta : Prenada Media
Harsojo. (1984). Pengantar Antropologi.
Jakarta: Bina Cipta.
Jauhari, Heri. 2010. Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasinya. Bandung: Pustaka Setia.
Koenjaraningrat: 1996. Pengantar Antropologi:
Jakarta: Rineka Cipta
Lauer, H, Robert. 1993. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung : Remaja Posdakarya