PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah
Masih terbatasnya pengembangan asesmen untuk mengukur literasi sains dalam interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya di SMP Kota Bengkulu.
Batasan Masalah
Aspek konteks merupakan aspek yang memuat persoalan-persoalan penting yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Aspek kompetensi, yaitu aspek yang mengacu pada proses mental yang terlibat ketika menjawab pertanyaan atau memecahkan suatu masalah.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Mendeskripsikan pengembangan asesmen untuk mengukur kemampuan ilmiah siswa pada interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya di SMPN di kota Bengkulu. Menjelaskan kelayakan asesmen untuk mengukur literasi sains siswa pada interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya di SMPN se Kota Bengkulu. Untuk mendeskripsikan literasi sains siswa dinilai berdasarkan penilaian untuk mengukur literasi sains siswa pada interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya di SMPN se Kota Bengkulu.
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
- Assessment
- Literasi Sains
- Interaksi Makhluk Hidup Dengan Lngkungannya
- Kajian Penelitian Yang Relevan
- Kerangka Berpikir
Menurut Miller, literasi sains juga dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis tentang sains dan teknologi. Aspek kompetensi literasi sains mengutamakan beberapa kompetensi, yaitu: a) Identifikasi isu-isu ilmiah yaitu berkaitan dengan isu-isu yang PISA definisikan literasi sains dalam pengukuran mempunyai tiga aspek yang diambil berdasarkan komponen kompetensinya. /proses sains.
Untuk mengkategorikan kemampuan siswa dalam literasi sains, digunakan indikator untuk mengetahui kemampuan literasi sains. Menurut Purwanto, nilai kemampuan literasi sains siswa dihitung dengan menghitung persentase antara nilai benar dengan total nilai maksimal. Persentase skor yang diraih siswa dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan literasi sains yang terdiri dari sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.
23 Yesika Rahmadani dkk., “Profil Keterampilan Literasi Ilmiah Siswa SMA di Karanganyar,” Jurnal Pendidikan Biologi 7, no. Komponen literasi sains yang disebutkan dalam penelitian ini antara lain sains sebagai body of pengetahuan, sains sebagai cara penyelidikan, sains sebagai cara berpikir, sains. 24 Zahro', “Pengembangan instrumen tes untuk mengukur kemampuan literasi sains siswa SMA pada topik pemanasan global”.
Penelitian lain misalnya oleh Ardianto menunjukkan bahwa pembelajaran IPA terpadu dengan tipe bersama dapat meningkatkan literasi sains siswa dari segi isi, proses, dan sikap ilmiah. Selain itu, Novianti juga melakukan penelitian lain yang mengembangkan alat penilaian diri dan teman sejawat berbasis literasi sains untuk tingkat sekolah menengah atas (SMA). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa alat penilaian diri dan teman sejawat berbasis literasi sains yang dikembangkan layak, efektif dan praktis digunakan dalam ekosistem pembelajaran, sedangkan teman sejawat.
28 Zahro', “Pengembangan Instrumen Tes untuk Mengukur Kemampuan Literasi Ilmiah Siswa SMA pada Topik Pemanasan Global”. 29 D Ardianto, “IPA dan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Terpadu Inti Umum,” Jurnal Pendidikan IPA Unnes 5, no. R Indriyanti, dan Ngabekti S, “Pengembangan instrumen penilaian diri berbasis literasi sains dan tingkat SMA”, Jurnal Pendidikan, 43, no.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian pengembangan penilaian ini dilakukan pada SMP di Kota Bengkulu yaitu SMP Negeri 5 Kota Bengkulu, SMP Negeri 8 Kota Bengkulu dan SMP Negeri 19 Kota Bengkulu. Dan alasan pengambilan sampel adalah random sampling karena tidak mungkin mensurvei setiap sekolah dalam setiap kelompok. Penelitian pengembangan ini dilakukan mulai dari tahap persiapan hingga tahap pelaksanaan yang dimulai pada awal Oktober 2020 hingga Juni 2021.
Tahap analisis kebutuhan Oktober 2020: identifikasi masalah, observasi sekolah, analisis bank soal (buku paket, UH, MID, UAS dan UN).
Model Pengembangan dan Prosedur Pengembangan
Penelitian pendahuluan merupakan analisis kebutuhan yang dilakukan di sekolah untuk mencari permasalahan yang ingin dipecahkan melalui pengembangan produk. Kegiatan yang dilakukan pada tahap analisis kebutuhan meliputi analisis proses pengajaran yang dilakukan guru melalui wawancara dengan guru sehubungan dengan proses pengajaran yang biasa dilakukan: analisis hasil soal ulangan harian (UH), sekunder ujian (UTS), final. ujian semester (UAS), ujian nasional (UN) paket buku fiber. Pada tahap perencanaan ini meliputi kegiatan pendefinisian materi yang akan dikembangkan dan merumuskan tujuan pengembangan sesuai dengan indikator literasi sains.
Alat validasi pertanyaan yang akan digunakan adalah kuesioner yang akan diberikan kepada ahli materi, ahli penilaian dan praktisi pengguna. Uji coba skala kecil dilakukan terhadap 60 siswa (tidak termasuk siswa yang diambil dalam uji coba terbatas) dan tiga orang guru di SMPN se-Kota Bengkulu. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk melihat apakah produk yang dihasilkan mempunyai kesesuaian yang baik, valid, reliabel dan praktis soalnya.
Uji coba skala kecil yang melibatkan kelompok subjek yang lebih besar ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan produk dalam mencapai tujuannya dan mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk menyempurnakan produk pada tahap perbaikan berikutnya. Setelah produk direvisi, dilakukan penilaian untuk mengukur kemampuan literasi sains siswa pada interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya pada siswa kelas VII SMP, yang layak dan praktis untuk digunakan.
Jenis Data
Teknik Pengumpulan Data
Skala Likert merupakan metode yang digunakan untuk mengukur sikap dan pendapat terhadap setiap pertanyaan, dengan menggunakan distribusi respon sebagai ukuran nilai skala. Validasi yang dilakukan oleh ahli penilai digunakan untuk menilai produk penilaian dan mengukur literasi sains. Kuesioner validasi ahli materi digunakan untuk memperoleh data berupa produk mengingat kebenaran konsep yang digunakan.
Isi angket yang disampaikan kepada ahli materi pelajaran mempunyai nilai dari aspek utama yang disampaikan, sertifikasi ini dilakukan oleh seorang guru IPA. Kuesioner validitas linguistik digunakan untuk memperoleh data berupa suatu produk ditinjau dari kebenaran konsep yang digunakan. Wawancara ini menggunakan angket kebutuhan guru dan siswa untuk memperoleh informasi dari guru dan siswa mengenai bentuk pertanyaan yang digunakan dalam penilaian.
Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data berupa arsip, surat, RPP yang dibuat oleh guru, serta gambar materi tentang interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian pengembangan asesmen digunakan dalam tahapan analisis kebutuhan, validasi ahli, uji coba satu lawan satu, dan uji coba kelompok kecil.
Teknik Analisis Data
Penelitian ini menghasilkan suatu produk berupa instrumen tes atau penilaian untuk mengukur kemampuan literasi sains dalam interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya, yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. Hasil pengembangan peneliti berupa produk asesmen untuk mengukur kemampuan literasi sains pada topik interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya yang disesuaikan dengan kurikulum 2013 (K-13). Pengembangan produk dilakukan melalui penilaian untuk mengukur kemampuan literasi sains, meliputi kisi-kisi soal, lembar soal, kunci jawaban, dan pedoman penilaian.
Hasil validasi produk menunjukkan bahwa asesmen pengukuran literasi sains layak digunakan dalam revisi. Validasi yang dilakukan oleh ahli review digunakan untuk menilai produk review untuk mengukur literasi sains. Soal pengukuran literasi sains menurut AI, KD dan indikator literasi sains.
Jadi dapat disimpulkan berdasarkan tabel 4.2 mengenai kriteria penilaian rata-rata poin persentase, dapat dikatakan bahwa hasil pengembangan penilaian untuk mengukur kemampuan literasi sains dalam interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya sangat layak dari aspek . penilaian kelengkapan penilaian. Validitas materi digunakan untuk mengevaluasi materi yang telah disiapkan dalam penilaian untuk mengukur kemampuan literasi sains. Jadi, dapat disimpulkan berdasarkan tabel 4.5 mengenai kriteria penilaian rata-rata skor persentase, dapat dikatakan bahwa hasil pengembangan penilaian untuk mengukur kemampuan literasi sains pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya sangat baik. layak dari aspek evaluasi kurikulum dan aspek evaluasi kurikulum.
Validasi yang dilakukan oleh ahli bahasa digunakan untuk menilai produk penilaian untuk mengukur kemampuan literasi sains. Maka dari 20 soal tersebut diujikan, sehingga seluruh butir soal dapat dijadikan alat evaluasi untuk melihat tingkat literasi sains siswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa asesmen untuk mengukur kemampuan literasi sains belum pernah diterapkan sebagai alat evaluasi.
Pengembangan penilaian untuk mengukur keterampilan sains pada penelitian ini menghasilkan instrumen tes yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. Penelitian ini menghasilkan produk asesmen untuk mengukur keterampilan sains yang meliputi tabel soal, instruksi kerja, soal tes pilihan ganda, lembar jawaban, kunci jawaban, dan pedoman penilaian. Hal ini menunjukkan bahwa Asesmen Literasi Sains untuk mengukur literasi sains dinyatakan sangat layak digunakan untuk mengukur tingkat literasi sains siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pengembangan asesmen untuk mengukur literasi sains pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya, dapat disimpulkan bahwa. Pengembangan asesmen untuk mengukur literasi sains didasarkan pada delapan dari sepuluh fase Borg & Gall.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pembahasam
PENUTUP
Saran
Perbandingan literasi sains antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Gi (group study) dan model pembelajaran Supervisory Inquiry ditinjau dari motivasi berprestasi siswa SMA. Mengembangkan Tes Keterampilan Literasi Ilmiah (TOSLS): mengukur evaluasi siswa terhadap informasi dan argumen ilmiah.