• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam Pembelajaran Tematik Kelas V di MIN 5 Jember

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Implementasi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam Pembelajaran Tematik Kelas V di MIN 5 Jember"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM (AKM) DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS V

DI MIN 5 JEMBER

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh:

Siti Munafisah NIM: T20184034

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

DESEMBER 2022

(2)

ii

IMPLEMENTASI ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM (AKM) DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS V

DI MIN 5 JEMBER

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh:

Siti Munafisah NIM: T20184034

Disetujui Pembimbing

Dr. Hartono, M.Pd NIP. 198609022015031001

(3)

iii

IMPLEMENTASI ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM (AKM) DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS V

DI MIN 5 JEMBER

SKRIPSI

telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Guru Ibtidaiyah

Hari: Kamis

Tanggal: 22 Desember 2022

Tim Penguji Ketua

Dr. Rif’an Humaidi, M.Pd.I NIP. 197905312006041016 Anggota :

1. Dr. Imron Fauzi, M.Pd.I ( )

2. Dr. Hartono, M.Pd ( )

Menyetujui

Dekan Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I NIP. 196405111999032001

Sekretaris

Nina Sutrisno, M.Pd NIP. 198007122015032001

(4)

iv

MOTTO

ٰ لوُا مَُلََٰك ٕ ٕ ٮ ٓ

ٰ ٓ ي صَن

ٌٰب ٓ وُبَسَكٰاَّممِّ

اٰ ٓ

ُٰه للاَو ي رَس ٰ

ُٰعٰ ٓ لا

ٰ باَس ح ٓ

Artinya : Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungannya (Q.S. Al- Baqarah: 202).*1

*Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemahnya Edisi Revisi Tahun 1989, (Semarang: Thoha Putra, 1990), 62.

(5)

v

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku, bapak (Kasiyar) dan mamak Satinem, yang senantiasa memberikan dukungan, semangat serta do’a.

2. Kakak-adikku, (Marzuki, Mukholifah, Sutrianing, Tegar, Vazil dan Anin), terima kasih atas dukungannya.

3. Teman-temanku tim joglangan, (Adjeng, Sofi dan Alfi), yang telah menemani selama empat tahun dan senantiasa memberikan motivasi untuk menjadi lebih baik.

(6)

vi

ABSTRAK

Siti Munafisah 2022: Implementasi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam Pembelajaran Tematik Kelas V di MIN 5 Jember

Kata Kunci: AKM, Pembelajaran Tematik

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan program Kemendikbud yang mulai diterapkan di MIN 5 Jember pada tahun 2021. AKM menarik untuk diteliti karena dipercaya dapat mengukur kompetensi literasi membaca dan numerasi yang harus dimiliki peserta didik.

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana implementasi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember? (2) Bagaimana hambatan implementasi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember? Tujuan penelitian ini untuk: (1) Mendeskripsikan implementasi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember (2) Mendeskripsikan hambatan implementasi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumplan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model interaktif Miles, Huberman dan Saldana dengan tahapan- tahapan: kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data yang digunakan yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber.

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Implementasi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember: (a) Pembuatan soal AKM dilakukan dengan beberapa langkah: Menentukan tema pembelajaran, membuat kisi-kisi soal, memilih bentuk soal dan menulis soal. (b) Perencanaan AKM dilaksanakan dengan sekolah melakukan berbagai persiapan peralatan dan perlengkapan dalam penerapan AKM, uji coba penerapan AKM, bapak dan ibu guru khususnya kelas V mendapatkan sosialisasi tentang AKM.

Pelaksanaan AKM dalam pembelajaran tematik ini masih manual atau tidak menggunakan komputen seperti AN, maka alat yang dibutuhkan adalah kertas soal dan alat tulis seperti pensil dan penghapus. (c) Pelaksanaan AKM dilakukan dengan beberapa langkah: Peserta didik diminta bersiap-siap dengan merapikan meja masing-masing, peserta didik di berikan kertas soal, peserta didik mengerjakan soal dalam waktu 2 jam pelajaran atau 2x45 menit, jika waktu sudah habis, lembar jawaban peserta didik dikumpulkan kepada guru untuk dikoreksi bersama. (2) Hambatan dan cara mengatasi implementasi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember:

Hambatan, soal-soal AKM masih terbatas dan pernah suatu ketika guru tidak sempat membuat soal AKM sehingga LKPD yang diberikan kepada peserta didik sebagai soal AKM. Cara mengatasi hambatan tersebut ialah dengan mencari informasi mendalam terkait pembuatan soal AKM di internet dan web resmi kemendikbud.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Segenap puji syukur penulis sampaikan kepada Allah karena atas rahmat dan karunia-Nya, perencanaam, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana, dapat terselesaikan dengan lancar.

Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM selaku Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan fasilitas yang memadai selama kita menuntut ilmu di UIN Khas Jember.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah membawa fakultas Tarbiyah mengalami banyak kemajuan dari tahun ketahun.

3. Bapak Dr. Rif’an Humaidi, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam dan Bahasa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah memberikan ruang bagi penulis untuk menyusun skripsi.

4. Bapak Dr. Hartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah sekaligus Dosen Pembimbing yang telah senantiasa membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

viii

5. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah serta karyawan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

6. Bapak Nasirudin selaku Kepala MIN 5 Jember dan Bapak Suhadi selaku Waka Kurikulum MIN 5 Jember yang telah memberikan ijin dan pengarahan terhadap peneliti.

7. Ibu Luluk selaku Guru Tematik Kelas V di MIN 5 Jember yang senantiasa memberikan masukan dan saran selama peneliti melakukan penelitian.

8. Keluarga besar KSR PMI UNIT IAIN Jember, terimakasih atas segala motivasi, dukungan dan do’a terbaik yang telah diberikan kepada saya.

9. Teman-teman PGMI 2018 yang telah memberi semangat, motivasi dan mendo’akan untuk selalu tidak putus asa dari awal kuliah hingga dapat menyelesaikan skripsi ini, semoga do’a dan semangatnya kembali kepada kalian hingga menjadi orang yang sama-sama sukses dunia akhirat.

10. Almamater tercinta “Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember”, yang telah menaungi dan memberikan saya banyak ilmu selama menempuh studi.

Akhirnya, semoga segala amal baik yang telah Bapak/Ibu berikan kepada penulis mendapat balasan yang baik dari Allah.

Jember, 12 Desember 2022

Penulis

(9)

ix

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Sampul ... i

Persetujuan Pembimbing ... ii

Pengesahan Tim Penguji ... iii

Motto ... iv

Persembahan ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Istilah ... 8

F. Sistematika Pembahasan... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Kajian Teori ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 35

B. Lokasi Penelitian ... 36

C. Subjek Penelitian ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

E. Analisis Data ... 40

F. Keabsahan Data ... 41

G. Tahap-tahap Penelitian ... 44

(10)

x

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 46

A. Visi & Misi MIN 5 Jember ... 46

B. Penyajian Data dan Analisis... 48

C. Pembahasan Temuan ... 62

BAB V PENUTUP ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pernyataan Keaslian Tulisan 2. Jurnal Penelitian

3. Surat Keterangan Izin Penelitian 4. Surat Selesai Penelitian

5. RPP Literasi 6. RPP Numerasi

7. Lembar Jawaban Soal Literasi 8. Lembar Jawaban Soal Numerasi 9. Biodata Peneliti

(11)

xi

DAFTAR TABEL

No Uraian Hal.

2.1 Originalitas Penelitian ... 16

2.2 Komponen AKM ... 29

4.1 Data Peserta Didik Kelas V... 46

4.2 Kisi-Kisi Soal Literasi ... 50

4.3 Kisi-Kisi Soal Numerasi ... 50

4.4 Hasil Temuan ... 61

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

No Uraian Hal.

4.1 Sosialisasi AKM ... 55 4.2 Pelaksanaan AKM ... 58 4.3 Mengoreksi Jawaban Hasil AKM ... 58

(13)

1 A. Konteks Penelitian

Kegiatan evaluasi pembelajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan. Namun, tidak semua jenis evaluasi dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur keberhasilan tujuan pendidikan.

Dengan alat ukur yang tepat, maka dapat dengan jelas mengukur keberhasilan pendidikan. Kegiatan evaluasi dilakukan terhadap peserta didik pada lembaga pendidikan formal dan informal pada semua jenjang dan jenis pendidikan. Oleh karena itu dalam melaksanakan evaluasi sebaiknya berdasarkan prinsip untuk mencapai sesuatu yang lebih baik, sehingga setiap evaluasi yang dilaksanakan oleh masing–masing lembaga adalah bertujuan untuk mencapai pendidikan yang lebih baik dari sebelumnya.

Sistem evaluasi di Indonesia telah di atur dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XVI pasal 57 sampai dengan 59, menyatakan bahwa “Dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara

(14)

berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematis untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan”.2

Allah swt. telah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 202:

ٰ لوُا مَُلََٰك ٕ ٕ ٮ ٓ

ٰ ٓ ي صَن

ٰٰاَّممٌِّٰب ٓ وُبَسَك اٰ ٓ

ُٰه للاَو ي رَس ٰ

ُٰعٰ ٓ لا

ٰ باَس ح ٓ

Artinya : Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungannya (Q.S. Al- Baqarah: 202).3

Dalam ayat diatas, evaluasi diartikan sebagai hisab (perhitungan) berdasarkan hasil kerja mereka (peserta didik). Bila pekerjaannya baik maka dia akan memperoleh hasil yang baik. Namun bila hasil evaluasinya buruk karena pekerjaannya jelek maka dia akan memperoleh hasil yang mengecewakan. Al-hisab adalah prinsip evaluasi yang berlaku umum, mencakup teknik dan prosedur evaluasi pembelajaran terhadap peserta didik.

Dalam penyelenggaraan pendidikan tentunya ada perubahan dalam beberapa sisi. Perubahan ini tentunya memiliki banyak keuntungan dan kerugian bagi para pelaksana. Hingga tahun 2003, alat evaluasi pembelajaran akhir Indonesia menurut tingkat pendidikan menggunakan ujian akhir nasional, tetapi pada tahun 2005, ujian akhir nasional diganti dengan ujian nasional.

2Dhina Cahya Rohim, Septina Rahmawati, dan Inggrid Dyah Ganestri, “Konsep Asesmen Kompetensi Minimum untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Numerasi Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal Varidika Vol 33 No 1, (2021), 55.

3Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemahnya Edisi Revisi Tahun 1989, (Semarang: Thoha Putra, 1990), 62.

(15)

Ujian Nasional adalah sebuah alat evaluasi guna mengukur pengetahuan siswa secara bersamaan di seluruh Indonesia mulai jenjang SD hingga SMA sederajat.4 Ujian Nasional menjadi polemik dan menimbulkan perdebatan di kalangan pendidik. Penyelenggaraan Ujian Nasional mengalami permasalahan mulai dari sebelum pelaksanaan, proses pelaksanaan dan pasca pelaksanaan.5 Siswa dituntut untuk belajar sehingga dapat memperoleh nilai terbaik yang dapat digunakan untuk melanjutkan sekolah pada jenjang berikutnya.

Pemanfaatan hasil Ujian Nasional sebagai satu–satunya indikator keberhasilan siswa selama proses belajar tentunya belum tepat. Hal ini dapat dilihat juga bahwa berdasar hasil penilaian dunia tentang pendidikan di Indonesia bahwa menurut laporan PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2018 yang dirilis oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) tahun 2018 menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam membaca, meraih skor rata-rata yakni 371%, dengan rata-rata skor OECD yakni 487%. Kemudian untuk skor rata-rata matematika mencapai 379% dengan skor rata-rata OECD 487%. Selanjutnya untuk sains, skor rata-rata siswa Indonesia mencapai 389% dengan skor rata-rata OECD yakni 489%.6 Oleh karena itu

4Ghan Salakhuddin, and Mustafid Zharfa, Pengaruh Penghapusan Ujian Nasional Terhadap Motivasi Belajar Perserta Didik di Masa Pandemi, Jurnal Pendidikan Tematik (2020), 184.

5Sinambela, Pretty et. al., Analisis Mengenai Dampak Penghapusan Ujian Nasional Terhadap Kelulusan Didik Jenjang Smp Di Era Pandemik Covid-19 (2020), 281.

6“Hasil PISA Indonesia 2018”, Kemdikbud, 3 Desember 2019, https://www.kemdikbuud.go.id/main/blog/2019/12/hasil-pis-indonesia-2018-akses-makin-meluas- saatnya-tingkatkan-kualitas.

(16)

Kemendikbud menerapkan program terbaru yang disebut dengan Assesmen Nasional sebagai pengganti Ujian Nasional yang mulai diterapkan pada tahun 2021.

Asesmen merupakan kegiatan untuk mengungkapkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Asesmen dapat dimaknai sebagai penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa assesmen merupakan penerapan penggunakaan alat penilaian untuk mendapatkan informasi sebanyak–banyaknya tentang keberhasilan peserta didik dalam menguasai kompetensi tertentu.

Assesmen berbeda dengan evaluasi dimana evaluasi hanya berorientasi pada kemampuan kognitif yang berhubungan dengan nilai (value).7

Penilaian Asesmen Nasional meliputi tiga aspek, yakni Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei karakter, serta Survei lingkungan belajar. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah penilaian kompetensi mendasar yang dibutuhkan seluruh siswa agar dapat mengembangkan kemampuan diri sendiri serta berperan aktif dalam masyarakat pada kegiatan yang bernilai positif.8

7Resti and E.S Kresnawati, “ Peningkatan Kemampuan Numerasi Melalui Pelatihan Dalam Bentuk Tes Untuk Asesmen Kompetensi Minimum Bagi Guru Sdit Auladi Sebrang Ulu Ii Palembang,” Jurnal Pendidikan (2020), 671.

8Pusat Asesmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Lembar Tanya Jawab Asesmen Nasional (Jakarta, 2021), 10.

(17)

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) telah diatur dalam Permendikbudristek Nomor 17 Tahun 2021 pasal 9 ayat 1 yang berbunyi Asesmen Kompetensi Minimum digunakan untuk mengukur kompetensi literasi membaca dan numerasi yang harus dimiliki oleh peserta didik.9 AKM dirancang untuk mendorong terlaksananya pembelajaran inovatif yang berorientasi pada pengembangan kemampuan bernalar, bukan berfokus pada hafalan. Sedangkan survei karakter dilakukan guna mengukur penguasaan asas Pancasila oleh siswa serta implementasinya.10

Peneliti mengambil lokasi di MIN 5 Jember karena sudah menerapkan program AKM dalam pembelajaran tematik khususnya pada kelas V sejak tahun 2021. Berdasarkan pernyataan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Implementasi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam Pembelajaran Tematik Kelas V di MIN 5 Jember”.

B. Fokus Penelitian

Dari konteks penelitian tersebut dapat diambil beberapa fokus penelitian sebagaimana berikut:

1. Bagaimana implementasi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember?

9Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Nomor 17 Tahun 2021 pasal 9 ayat (1).

10Ade Cahyana, “Prospek AKM Dan Survei Karakter: Memperkuat Basis Praliterasi dan Pranumerasi Usia Dini” 12 Mei 2022.

(18)

2. Bagaimana hambatan dan cara mengatasi implementasi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan implementasi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember

2. Untuk mendeskripsikan hambatan dan cara mengatasi implementasi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian berisi tentang kontribusi apa yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Manfaat penelitian dapat berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis, seperti manfaat bagi peneliti, instansi dan masyarakat secara keseluruhan. Manfaat penelitian harus realistis.11 Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain :

11Tim penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, (Jember: UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2021), 93.

(19)

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan implementasi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam pembelajaran tematik kelas V.

2. Manfaat Praktis a. Peneliti

Diharapkan penelitian ini dijadikan tolok ukur dalam pengetahuan dan wawasan terkait dengan implementasi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam pembelajaran tematik kelas V, serta sebagai sarana pengembangan keilmuan dalam keterampilan penelitian dan penyusunan karya ilmiah.

b. UIN KH Achmad Siddiq Jember

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran pendidikan yang dapat dikonsumsi sebagai literatur bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan kajian pendidikan dan bahan pengembangan penelitian karya tulis ilmiah di lingkungan UIN KH Achmad Siddiq Jember.

c. Lembaga Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

Diharapkan dapat digunakan untuk melihat gambaran objektif tentang efektifitas penerapan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam pembelajaran tematik kelas v di MIN 5 Jember.

(20)

d. Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk menambah pengetahuan dan pengembangan penelitian di waktu mendatang.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti didalam judul penelitian. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti.12

Adapun hal-hal yang perlu ditegaskan dalam penelitian ini adalah:

1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)

AKM merupakan penilaian kompetensi umum dan mendasar yang diperlukan peserta didik untuk mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Yang dimaksud dengan kemampuan mendasar di sini adalah kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik dari mata pelajaran apa pun. Kemampuan ini menjadi dasar untuk dapat memahami dan mengaplikasikan segala macam bentuk kompetensi dasar di mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik. Dalam penelitian ini AKM mengukur dua macamkompetensi yaitu literasi membaca dan numerasi peserta didik kelas V.

12Tim penyusun, 93.

(21)

2. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran Tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran terpadu diartikan sebagai pembelajaran yang menghubungkan berbagai gagasan, konsep, keterampilan, sikap dan nilai baik antar mata pelajaran maupun dalam satu mata pelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa AKM merupakan penilaian kompetensi dasar peserta didik untuk mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat, dalam hal ini adalah literasi membaca dan numerasi.

Sedangkan pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran. Penelitian ini difokuskan pada implementasi AKM dalam pembelajaran tematik kelas.

F. Sistematika Pembahasan

Agar lebih terstruktur dan mudah dipahami, maka diperlukan sistematika penulisan yang runtut. Adapun sistematika penulisan dalam proposal ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, berisi tentang konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.

(22)

Bab II Kajian Pustaka, memuat tentang penelitian terdahulu dan kajian teori.

Bab III Metode Penelitian, meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, serta tahapan-tahapan penelitian.

Bab IV Penyajian Data dan Analisis, berisi tentang gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis, serta pembahasan temuan.

Bab V Penutup, memuat tentang simpulan dan saran-saran.

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah dipublikasikan atau belum terpublikasikan (skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya). Dengan melakukan langkah ini, akan dapat dilihat sampai sejauh mana orisinalitas dan posisi penelitian yang hendak dilakukan.13 Adapun hasil penelitian terdahulu sebagai berikut:

1. Dhina Cahya Rohim, Septina Rahmawati dan Inggrid Dyah Ganestri.

2021. “Konsep Asesmen Kompetensi Minimum untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Numerasi Siswa Sekolah Dasar”. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi dengan analisis data melalui proses memilih, membandingkan, menggabungkan dan memilah data.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penguasaan kompetensi literasi dan numerasi siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi numerasi siswa di sekolah dasar.14

13Tim penyusun, 93.

14Dhina Cahya Rohim, Septina Rahmawati and Inggrid Dyah Ganestri, “Konsep Asesmen Kompetensi Minimum untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Numerasi Siswa Sekolah Dasar”

(Jurnal, Universitas Muhammadiyah Kudus, 2021), 54.

11

(24)

2. Heti Aisah, Qiqi Yulianti Zaqiah, dan A. Supiana. 2021. “Implementasi Kebijakan Asesmen Kemampuan Minimum (AKM): Analisis Implementasi Kebijakan AKM)”. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, penelitian pustaka dan observasi lapangan. Analisis data melalui proses reduksi data, display data dan mengambil kesimpulan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan AKM yang saat ini sedang dilakukan, dikaitkan dengan teori-teori tentang implementasi sebuah kebijakan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemendikbud sudah berhasil mengimplementasikan sosialisasi kebijakan AKM, terbukti, kebijakan ini sudah mampu diterima oleh semua pihak, termasuk orangtua siswa.15

3. D.M. Andikayana, N. Dantes, dan I.W. Kertih. 2021. “Pengembangan Instrumen Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Literasi Membaca Level 2 untuk Siswa Kelas 4 SD”. Penelitian ini menggunakan pendekatan pengembangan Research and Development (R&D). Teknik pengumpulan data menggunakan validitas isi, validitas empiris, dan reliabilitas yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan rumus Gregory, Product Moment, dan Alpha Cronbach. Analisis data melalui proses reduksi data, display data dan mengambil kesimpulan.

15Heti Aisah, Qiqi Yulianti Zaqiah, and A. Supiana, “Implementasi Kebijakan Asesmen Kemampuan Minimum (AKM): Analisis Implementasi Kebijakan AKM)” (Jurnal, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 2021), 128.

(25)

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa instrumen asesmen kompetensi minimum (AKM) literasi membaca level 2 dengan mengunakan bentuk penilaian rating scale untuk setiap skor.

Hasil penelitian ini menghasilkan instrumen AKM literasi membaca level 2 yang valid dan reliabel.16

4. Dini Andiani, Mimi Nur Hajizah, dan Jarnawi Afgani Dahlan. 2021.

“Analisis Rancangan Assesmen Kompetensi Minimum (Akm) Numerasi Program Merdeka Belajar”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui penelaahan dokumen berupa undang-undang, peraturan pemerintah, buku-buku, dan artikel jurnal-jurnal terkait. Analisis data melalui proses mencatat serta memahami, menganalisis serta membandingkan data atau hal yang berkaitan dengan kebijakan AKM. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengkaji dalam perspektif teoritis mengenai rancangan soal AKM Numerasi yang akan digulirkan pada tahun 2021. Hasil penelitian ini yakni assesmen yang tersurat dalam kurikulum yang tertuang dalam undang-undang, NCTM, kecakapan abad 21 dan jurnal terkait mengisyaratkan bahwa penilaian proses pembelajaran bersifat proporsional dan akumulatif pada ranah pengetahuan, dan keterampilan.17

16D.M. Andikayana, N. Dantes, and I.W. Kertih, “Pengembangan Instrumen Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Literasi Membaca Level 2 untuk Siswa Kelas 4 SD”

(Jurnal, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, 2021), 81.

17Dini Andiani, Mimi Nur Hajizah, and Jarnawi Afgani Dahlan, “Analisis Rancangan Assesmen Kompetensi Minimum (Akm) Numerasi Program Merdeka Belajar” (Jurnal, Universitas Bale Bandung, 2021), 80.

(26)

5. Ana Nur Lailatul Fitriani. 2017. “Implementasi penilaian kurikulum 2013 pada mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sempolan”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data secara interaktif model Miles dan Huberman dengan langkah-langkah: koleksi data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengkaji pemahaman guru terhadap penilaian kurikulum 2013 pada pembelajaran Akidah Akhlak, jenis-jenis penilaian kurikulum 2013 pada pembelajaran Akidah Akhlak, serta dampak penilaian kurikulum 2013 pada pembelajaran Akidah Akhlak.

Hasil penelitian ini adalah konsep penilaian telah ditentukan oleh kemendikbid yaitu permendikbud no. 53 tahun 2014, jenis penilaiannya dilihat dari aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik, dampaknya sangat berpengaruh terhadap perubahan siswa.18

6. Anggun Winata. 2021. “Analisis Kemampuan Numerasi dalam Pengembangan Soal Asesmen Kemampuan Minimal pada Siswa Kelas XI SMA untuk Menyelesaikan Permasalahan Science”. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar tes meliputi 3 indikator kemampuan numerasi. Permasalahan science yang digunakan merupakan permasalahan Biologi, Kimia dan Fisika. Teknik pengambilan data

18Ana Nur Lailatul Fitriani, “Implementasi penilaian kurikulum 2013 pada mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sempolan” (Skripsi, IAIN Jember, 2017).

(27)

dilakukan dengan survei dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan numerasi siswa kelas XI MA Darul Ma’wa Plandirejo kecamatan Plumpang kabupaten Tuban masih rendah. Hal tersebut diketahui dari 61,90% siswa mendapatkan nilai di bawah 50.

Persentase jawaban salah untuk 3 indikator adalah 64,76%; 48,57%

dan 44,67%. Berdasarkan hasil penelitian, diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pembelajaran yang sesuai sehingga kemampuan numerasi siswa mengalami peningkatan.19

7. Desi Ratna Sari. 2021. “Analisis Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Geometri pada Asesmen Kompetensi Minimum- Numerasi Sekolah Dasar”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mendeskripsikan kemampuan siswa kelas IV SD dalam menyelesaikan soal geometri pada Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Numerasi ditinjau dari kualitas respon siswa berdasarkan hasil ketuntasan siswa dalam menyelesaikan tes dan wawancara. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif. Data diperoleh dari hasil tes dan wawancara kepada siswa kelas IV di lingkungan warga RT 04 Pasirjaya Kota Tasikmalaya. Terdapat 1 siswa kelas IV yang menjadi subjek penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa tersebut dalam menyelesaikan soal geometri pada

19Anggun Winata, Ifa Seftia Rakhma Widiyanti , Sri Cacik, “Analisis Kemampuan Numerasi dalam Pengembangan Soal Asesmen Kemampuan Minimal pada Siswa Kelas XI SMA untuk Menyelesaikan Permasalahan Science” (Jurnal, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, 2021).

(28)

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Numerasi tergolong masih rendah yaitu dengan memiliki presentase sebesar 17,65%.20

Berikut merupakan tabel originalitas penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan.

Tabel 2.1 Originalitas Penelitian

No Nama & Judul Perbedaan Persamaan Originalitas

1 2 3 4 5

1. Dhina Cahya Rohim, Septina Rahmawati dan Inggrid Dyah Ganestri. 2021

“Konsep Asesmen Kompetensi

Minimum untuk Meningkatkan Kemampuan

Literasi Numerasi Siswa Sekolah Dasar”.

a. Penelitian ini menggunakan variabel meningkatkan Kemampuan

Literasi Numerasi Siswa Sekolah Dasar sebagai salah satu variabel penelitiannya.

b. Menggunakan pendekatan studi kepustakaan.

c. Teknik

pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi dengan analisis data melalui proses memilih,

membandingkan, menggabungkan dan memilah data.

d. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

penguasaan

kompetensi literasi

a. Membahas tentang Asesmen Kemampuan Minimum (AKM).

a. Bagaimana implementasi AKM dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember?

b. Bagaimana hambatan dan cara mengatasi AKM dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember?

20Desi Ratna Sari, Epon Nur’aeni Lukman, Muhammad Rijal Wahid Muharram, “Analisis Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Geometri pada Asesmen Kompetensi Minimum- Numerasi Sekolah Dasar” (Jurnal, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya, 2021).

(29)

dan numerasi siswa.

2. Heti Aisah, Qiqi Yulianti Zaqiah, dan A. Supiana.

2021

“Implementasi Kebijakan Asesmen Kemampuan

Minimum (AKM):

Analisis Implementasi Kebijakan AKM)”.

a. Teknik

pengumpulan data menggunakan teknik

dokumentasi, penelitian pustaka dan observasi lapangan.

b. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

implementasi kebijakan AKM yang saat ini sedang dilakukan, dikaitkan dengan teori-teori tentang implementasi sebuah kebijakan.

a. Membahas tentang Asesmen Kemampuan Minimum (AKM).

b. Menggunak an

pendekatan deskriptif kualitatif.

c. Analisis data melalui proses reduksi data, display data dan

mengambil kesimpulan.

a. Bagaimana implementasi AKM dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember?

b. Bagaimana hambatan dan cara mengatasi AKM dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember?

3. D.M. Andikayana, N. Dantes, dan I.W. Kertih. 2021

“Pengembangan Instrumen Asesmen Kompetensi

Minimum (AKM) Literasi Membaca Level 2 untuk Siswa Kelas 4 SD”.

a. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD.

b. Penelitian ini menggunakan pendekatan pengembangan Research and Development

(R&D).

c. Teknik

pengumpulan data menggunakan validitas isi, validitas empiris, dan reliabilitas yang telah dikumpulkan dianalisis

menggunakan rumus Gregory, Product Moment,

dan Alpha

Cronbach.

d. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan

a. Membahas tentang Asesmen Kemampuan Minimum (AKM).

b. Analisis data melalui proses reduksi data, display data dan

mengambil kesimpulan.

a. Bagaimana implementasi AKM dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember?

b. Bagaimana hambatan dan cara mengatasi AKM dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember?

(30)

produk berupa instrumen asesmen kompetensi

minimum (AKM) literasi membaca level 2 dengan mengunakan bentuk penilaian rating scale untuk setiap skor.

4. Dini Andiani, Mimi Nur Hajizah, dan Jarnawi Afgani Dahlan. 2021.

“Analisis Rancangan Assesmen Kompetensi

Minimum (Akm) Numerasi Program Merdeka Belajar”

a. Peenelitian ini bertujuan untuk untuk mengkaji dalam perspektif teoritis mengenai rancangan soal AKM Numerasi

yang akan

digulirkan pada tahun 2021.

a. Membahas tentang Asesmen Kemampua n Minimum (AKM).

b. Menggunak an

pendekatan deskriptif kualitatif.

a. Bagaimana implementa si AKM dalam pembelajara n tematik kelas V di

MIN 5

Jember?

b. Bagaimana hambatan dan cara mengatasi AKM dalam pembelajara n tematik kelas V di

MIN 5

Jember?

5. Ana Nur Lailatul Fitriani. 2017.

“Implementasi penilaian

kurikulum 2013

pada mata

pelajaran Akidah

Akhlak di

Madrasah

Ibtidaiyah Negeri Sempolan”.

a. Penelitian ini membahas tentang

“Implementasi penilaian kurikulum 2013 pada mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sempolan”.

a. Tempat penelitian yaitu:

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sempolan atau MIN 5 Jember.

b. Menggunak an

pendekatan deskriptif kualitatif.

c. Analisis data

a. Bagaimana implementa si AKM dalam pembelajar an tematik kelas V di

MIN 5

Jember?

b. Bagaimana hambatan dan cara mengatasi AKM dalam pembelajar

(31)

melalui proses reduksi data, display data dan mengambil kesimpulan .

an tematik kelas V di

MIN 5

Jember?

6. Anggun Winata.

2021. “Analisis Kemampuan

Numerasi dalam Pengembangan Soal Asesmen Kemampuan

Minimal pada Siswa Kelas XI

SMA untuk

Menyelesaikan Permasalahan Science”

a. Penelitian ini membahas tentang

“Analisis Kemampuan

Numerasi dalam Pengembangan Soal Asesmen Kemampuan

Minimal pada Siswa Kelas XI

SMA untuk

Menyelesaikan Permasalahan Science”

a. Tempat penelitian yaitu: MA Darul Ma’wa Plandirejo kecamatan Plumpang kabupaten Tuban.

b.

Menggunak an

pendekatan deskriptif kuantitatif.

a. Bagaimana implementasi AKM dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember?

b. Bagaimana hambatan dan cara mengatasi AKM dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember?

7. Desi Ratna Sari.

2021. “Analisis Kemampuan Siswa dalam

Menyelesaikan Soal Geometri pada Asesmen

Kompetensi Minimum-

Numerasi Sekolah Dasar”

a. Penelitian ini membahas tentang:

“Analisis

Kemampuan Siswa dalam

Menyelesaikan Soal Geometri pada Asesmen Kompetensi

Minimum-

Numerasi Sekolah Dasar”

a. Tempat penelitian ini

dilakukan dengan siswa kelas IV di lingkungan warga RT 04

Pasirjaya Kota Tasikmalay a.

b.Menggunaka n

pendekatan deskriptif kualitatif.

c. Analisis

a. Bagaimana implementasi AKM dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember?

b. Bagaimana hambatan dan cara mengatasi AKM dalam pembelajaran tematik kelas V di MIN 5 Jember?

(32)

data melalui proses reduksi data,

display data dan

mengambil kesimpulan

Kelemahan penelitian pertama yaitu, hanya menganalisis penguasaan kompetensi literasi dan numerasi siswa. Penelitian kedua menganalisis teori-teori tentang kebijakan AKM yang saat ini sedang dilakukan, dikaitkan dengan teori-teori tentang implementasi kebijakan.

Penelitian ketiga menghasilkan produk berupa instrumen Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) literasi membaca level 2 dengan menggunakan bentuk penilaian rating scale untuk setiap skor. Penelitian keempat mengkaji dalam perspektif teoritis mengenai rancangan soal AKM Numerasi pada tahun 2021. Penelitian kelima mengkaji pemahaman guru terhadap penilaian kurikulum 2013. Penelitian keenam menganalisis kemampuan numerasi dalam pengembangan soal AKM. Penelitian ketujuh meneliti kemampuan peserta didik kelas IV dalam menyelesaikan soal geometri pada AKM numerasi.

Berdasarkan pernyataan diatas, disimpulkan bahwa posisi penelitian yang akan dilakukan adalah melanjutkan penelitian sebelumnya dengan fokus penelitian yang berbeda, yaitu meneliti Implementasi AKM dalam Pembelajaran Tematik di MIN 5 Jember.

(33)

B. Kajian Teori

a) Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) 1) Konsep Asesmen Nasional

Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar murid yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran.21

Asesmen Nasional perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Asesmen ini dirancang untuk menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau perkembangan mutu dari waktu ke waktu, kesenjangan antar bagian di dalam sistem pendidikan (misalnya kesenjangan antarkelompok sosial ekonomi dalam satuan pendidikan, kesenjangan antara satuan Pendidikan negeri dan swasta di suatu wilayah, kesenjangan antardaerah, atau pun kesenjangan antarkelompok berdasarkan atribut tertentu). 22

Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi tujuan utama satuan pendidikan, yakni

21Pusmenjar, Asesmen Nasional: Lembar tanya jawab (Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan aan Kebudayaan: 2021), 5.

22Pusmenjar, 6

(34)

pengembangan kompetensi dan karakter murid. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah satuan pendidikan yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini diharapkan dapat mendorong satuan pendidikan dan Dinas Pendidikan untuk memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran.

Asesmen Nasional diberikan kepada murid bukan di akhir jenjang satuan pendidikan. Asesmen Nasional juga tidak digunakan untuk menilai peserta didik yang menjadi peserta asesmen. Hasil Asesmen Nasional tidak akan memuat skor atau nilai peserta didik secara individual. Seperti dijelaskan sebelumnya, hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan pembelajaran. Dengan demikian, Asesmen Nasional tidak terkait dengan kelulusan peserta didik.

Penilaian untuk kelulusan peserta didik merupakan kewenangan pendidik dan satuan pendidikan.

Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah di Indonesia, termasuk satuan pendidikan kesetaraan. Pada tiap satuan pendidikan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V, VIII, dan XI yang dipilih secara acak oleh Kemdikbud.

Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh seluruh guru dan kepala satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru, dan kepala

(35)

satuan pendidikan diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas proses dan hasil belajar di setiap satuan pendidikan.

Pemilihan jenjang kelas V, VIII dan XI dimaksudkan agar murid yang menjadi peserta Asesmen Nasional dapat merasakan perbaikan pembelajaran ketika mereka masih berada di satuan pendidikan tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga digunakan untuk memotret dampak dari proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Murid kelas V,VIII, dan XI telah mengalami proses pembelajaran sehingga satuan pendidikan dapat dikatakan telah berkontribusi pada hasil belajar yang diukur dalam Asesmen Nasional.23

Pemerintah melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen Nasional merupakan cara untuk memotret dan memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, tidak semua peserta didik perlu menjadi peserta dalam Asesmen Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari sampel yang mewakili populasi peserta didik di setiap satuan pendidikan pada jenjang kelas yang menjadi target dari Asesmen Nasional.

Asesmen Nasional tidak menggantikan peran UN dalam mengevaluasi prestasi atau hasil belajar murid secara individual.

23Pusmenjar, 7.

(36)

Namun Asesmen Nasional menggantikan peran UN sebagai sumber informasi untuk memetakan dan mengevaluasi mutu sistem pendidikan. Sebagai alat untuk mengevaluasi mutu sistem, Asesmen Nasional akan menghasilkan potret yang lebih utuh tentang kualitas hasil belajar serta proses pembelajaran di satuan pendidikan. Laporan hasil Asesmen Nasional akan dirancang untuk menjadi “cermin” atau umpan balik yang berguna bagi satuan pendidikan dan Dinas Pendidikan dalam proses evaluasi diri dan perencanaan program.

Asesmen Nasional mengukur dua macam literasi, yaitu Literasi Membaca dan Literasi Matematika (atau Numerasi).

Keduanya dipilih karena merupakan kemampuan atau kompetensi yang mendasar dan diperlukan oleh semua peserta didik, terlepas dari profesi dan cita-citanya di masa depan. Literasi dan numerasi juga merupakan kompetensi yang perlu dikembangkan secara lintas mata pelajaran. Kemampuan membaca yang diukur melalui AKM Literasi sebaiknya dikembangkan tidak hanya melalui pelajaran Bahasa Indonesia, tapi juga pelajaran agama, IPA, IPS, dan pelajaran lainnya. Kemampuan berpikir logis-sistematis yang diukur melalui AKM Numerasi juga sebaiknya dikembangkan melalui berbagai pelajaran.

Asesmen Nasional bertujuan tidak hanya memotret hasil belajar kognitif peserta didik namun juga memotret hasil belajar

(37)

sosial emosional. Asesmen nasional diharapkan dapat memotret sikap, nilai, keyakinan, serta perilaku yang dapat memprediksi tindakan dan kinerja murid di berbagai konteks yang relevan. Hal ini penting untuk menyampaikan pesan bahwa proses belajar- mengajar harus mengembangkan potensi peserta didik secara utuh baik kognitif maupun non kognitif.

Asesmen Nasional mengukur kompetensi mendasar (general capabilities) yang dapat diterapkan secara luas dalam segala situasi. Kompetensi mendasar ini perlu dipelajari oleh semua peserta didik dan satuan pendidikan, sehingga dibangun melalui pembelajaran beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran. Target asesmen yang sekedar mengukur penguasaan peserta didik akan konten atau materi kurikulum menjadi tidak relevan karena di era informasi saat ini, pengetahuan faktual semakin mudah diperoleh dan diakses oleh hampir setiap orang.

Sekedar mengetahui menjadi tidak cukup dan kurang relevan.

Asesmen Nasional berfokus mengukur pada kemampuan murid untuk menggunakan dan mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh dari beragam materi kurikulum untuk merumuskan serta menyelesaikan masalah. Asesmen Nasional menggeser fokus dari keluasan pengetahuan menuju kedalaman kompetensi dari kurikulum. Asesmen Nasional terdiri dari tiga instrumen, yaitu:

(38)

a. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur literasi membaca dan literasi matematika (numerasi) murid.

b. Survei Karakter yang mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan karakter murid.

c. Survei Lingkungan Belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses belajar-mengajar di kelas maupun di tingkat satuan pendidikan.24

2) Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur AKM, yaitu literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). Baik pada literasi membaca maupun numerasi, kompetensi yang dinilai mencakup keterampilan berpikir logis-sistematis, keterampilan bernalar menggunakan konsep dan pengetahuan yang telah dipelajari, keterampilan memilah serta mengolah informasi. AKM menyajikan masalah- masalah dengan beragam konteks yang diharapkan mampu diselesaikan oleh murid menggunakan kompetensi literasi membaca dan numerasi yang dimilikinya. AKM dimaksudkan

24Pusmenjar, 8.

(39)

untuk mengukur kompetensi secara mendalam, tidak sekedar penguasaan konten.25

Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen penting, yaitu kurikulum (apa yang diharapkan akan dicapai), pembelajaran (bagaimana mencapai) dan asesmen (apa yang sudah dicapai).

Asesmen dilakukan untuk mendapatkan informasi mengetahui capaian peserta didik terhadap kompetensi yang diharapkan.

Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk menghasilkan informasi yang memicu perbaikan kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Pelaporan hasil AKM dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi peserta didik. Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai denga tingkat capaian peserta didik. Dengan demikian Teaching at the right level dapat diterapkan.

Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian murid akan memudahkan murid menguasai konten atau kompetensi yangdiharapkan pada suatu mata pelajaran.

Untuk memastikan AKM mengukur kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan, juga sesuai dengan pengertian Literasi Membaca dan Numerasi yang telah disampaikan

25Pusmenjar, AKM dan implikasinya pada pembelajaran, (Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: 2020), 3.

(40)

terdahulu, soal AKM diharapkan tidak hanya mengukur topik atau konten tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan beberapa tingkat proses kognitif.

Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan, dalam hal ini dibedakan dalam dua kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi. Pada Numerasi konten dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Data dan Ketidakpastian, serta Aljabar.

Tingkat kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal.

Proses kognitif pada Literasi Membaca dan Numerasi dibedakan menjadi tiga level. Pada Literasi Membaca, level tersebut adalah menemukan informasi, interpretasi dan integrasi serta evaluasi dan refleksi. Pada Numerasi, ketiga level tersebut adalah pemahaman, penerapan, dan penalaran.

Konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik. Penjelasan lebih detil mengenai komponen AKM disajikan di Tabel berikut ini:26

26Pusmenjar, 6.

(41)

Tabel 2.2 Komponen AKM

LITERASI MEMBACA NUMERASI

KONTEN

Teks informasi, teks yang bertujuan untuk memberikan fakta, data, dan informasi dalam rangka pengembangan wawasan serta ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah.

Teks fiksi, teks yang bertujuan untuk memberikan pengalaman mendapatkan hiburan, menikmati cerita dan melakukan perenungan kepada pembaca.

Bilangan, meliputi representasi, sifat urutan, dan operasi beragam jenis bilangan (cacah, bulat, pecahan, desimal).

Pengukuran dan geometri, meliputi mengenal bangun datar hingga menggunakan volume dan luas permukaan dalam kehidupan sehari-hari. Juga menilai pemahaman peserta didik tentang pengukuran panjang, berat, volume, dan debit, serta satuan luas menggunakan satuan baku.

Data dan ketidakpastian, meliputi pemahaman, interpretasi serta penyajian data maupun peluang.

Aljabar, meliputi persamaan dan pertidaksamaan, relasi dan fungsi (termasuk pola bilangan), serta rasio dan proporsi.

PROSES KOGNITIF

Menemukan informasi, mencari, mengakses serta menemukan informasi tersurat dari wawancara.

Interpretasi dan integrasi, memahami informasi tersurat maupun tersirat, memadukan interpretasi antar bagian teks untuk menghasilkan inferensi.

Evaluasi dan refleksi, menilai kredibilitas, kesesuaian maupun keterpercayaan teks serta mampu mengaitkan isi teks dengan hal lain di luar teks.

Pemahaman, memahami fakta, prosedur serta alat matematika.

Penerapan, mampu

menerapkan konsep matematika dalam situasi nyata yang bersifat rutin.

Penalaran, bernalar dengan konsep matematika untuk menyelesaikan masalah bersifat non rutin.

KONTEKS

Personal, berkaitan dengan kepentingan diri secara pribadi.

Sosial Budaya, berkaitan

Personal, berkaitan dengan kepentingan diri secara pribadi.

Sosial Budaya, berkaitan dengan kepentingan antar

(42)

dengan kepentingan antar individu, budaya dan isu kemasyarakatan.

Saintifik, berkaitan dengan isu, aktivitas, serta fakta ilmiah baik yang telah dilakukan maupun futuristic.

individu, budaya dan isu kemasyarakatan.

Saintifik, berkaitan dengan isu, aktivitas, serta fakta ilmiah baik yang telah dilakukan maupun futuristic.

3) Literasi dan Numerasi

Literasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks tertulis untuk mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia serta untuk dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat.

Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia.27

b) Pembelajaran Tematik

Pembelajaran Tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran terpadu didefinisikan sebagai pembelajaran yang menghubungkan berbagai gagasan, konsep, keterampilan, sikap dan nilai baik antar mata pelajaran maupun dalam satu mata pelajaran. Pembelajaran tematik memberi penekanan pada

27Pusmenjar, 3.

(43)

pemilihan suatu tema spesifik yang sesuai dengan materi pelajaran, untuk mengajar satu atau beberapa konsep yang memadukan berbagai informasi.28

Pembelajaran tematik berdasar pada filsafat konstruktivisme yang berpandangan bahwa pengetahuan yang dimiliki peserta didik merupakan hasil bentukan peserta didik sendiri. Peserta didik membentuk pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan, bukan hasil bentukan orang lain. Proses pembentukan pengetahuan tersebut berlangsung secara terus-menerus sehingga pengetahuan yang dimiliki peserta didik menjadi semakin lengkap. Pembelajaran tematik menekankan pada keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran, sehinga peserta didik dapat memperoleh secara langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar peserta didik. Pengalaman belajar yang menunjukkan unsur-unsur konseptual menjadikan proses

28Ibadullah Malawi, Pembelajaran Tematik (Konsep dan Aplikasi) (Jawa Timur:CV. AE MEDIA GRAFIKA, 2017), 1.

(44)

pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga peserta didik akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangant membantu peserta didik dalam membentuk pengetahuannya, karena sesuai dengan tahap perkembangannya peserta didik yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu kebutuhan (holistik).29

Tujuan Pembelajaran Tematik:

1) Menghilangkan atau mengurangi terjadinya tumpah tindih materi.

2) Memudahkan peserta didik untuk melihat hubungan yang bermakna.

3) Memudahkan peserta didik untuk memahami materi/konsep secara utuh sehingga penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

Ruang lingkup pembelajaran tematik meliputi semua KD dari semua mata pelajaran kecuali agama. Mata pelajaran yang dimaksud adalah : Bahasa Indonesia, PPKn, Matematika, IPA, IPS, Penjasorkes, Seni Budaya dan Prakarya. Karakteristik Pembelajaran Tematik:

1) Berpusat pada peserta didik

Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar

29Ibadullah Malawi, Pembelajaran Tematik (Konsep dan Aplikasi) (Jawa Timur:CV. AE MEDIA GRAFIKA, 2017), 4.

(45)

sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar.

2) Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagsi dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepadantema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan peserta didik.

4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

(46)

5) Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan peserta didik berada.

6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.

Peserta didik diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya, 7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan

menyenangkan.30

30Samsul Hadi dkk, Pengembangan Kurikulum Tematik Anak Usia Dini (Klaten: Tahta Media Group, 2021), 10.

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian menggambarkan tentang pendekatan, tipe, jenis suatu penelitian. Pendekatan melihat titik tolak atau mengukur, menggali sesuatu. Adapun pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini ialah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif sebagai pendekatan penelitian dalam ilmu-ilmu sosial dan pendidikan merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah.31

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian berintikan uraian tentang pendekatan- pendekatan penelitian yang dipilih, yaitu pendekatan kualitatif.32 Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena data yang dikumpulkan pada penelitian ini lebih cenderung bersifat deskriptif atau penggambaran dalam bentuk kata-kata, bukan dominan angka-angka.33

Penelitian kualitatif ditujukan unutuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian, penelitian

31Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif) (Jakarta: Gaung Persada Press 2009), 188.

32Tim penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, (Jember: UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2021), 94.

33M. Askari Zakariah dkk, Metodologi penelitian kualitatif, kuantitatif, action research, research and development (R n D) (Yayasan pondok pesantren al Mawaddah Warrahmah, 2020), 31.

35

(48)

kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci.34

Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dengan langkah ini peneliti harus mendeskripsikan suatu objek, fenomena, atau setting social yang dituangkan dalam tulisan yang bersifat naratif. arti dalam penelitian lebih menggunakan gambar dari pada angka. Dalam penulisan laporan peneliti banyak menggunakan fakta yang diungkap di lapangan untuk memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan dalam laporannya.35

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian menunjukkan dimana penelitian dilakukan.36 Penelitian ini bertempat di MIN 5 Jember beralamat di Jl. Olahraga no. 20, Kelurahan Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur, Kode Pos 68184. Alasan peneliti memilih lokasi di MIN 5 Jember karena di sekolah tersebut telah menerapkan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam pembelajaran tematik dan menetapkan soal-soal AKM sebagai soal ulangan harian.

C. Subjek Penelitian

Pada bagian ini dilaporkan jenis data dan sumber data. Uraian tersebut meliputi data apa saja yang dikumpulkan, bagaimana karakteristiknya, siapa yang dijadikan informan atau subyek penelitian, bagaimana ciri-ciri

34Salim dan Haidir, Penelitian Pendidikan: Metode, Pendekatan dan Jenis (Jakarta:

Kencana, 2019), 28.

35Albi Anggito & Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jawa Barat: CV Jejak, 2018), 11.

36Tim penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, (Jember: UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2021), 94.

(49)

informan atau subyek tersebut dan dengan cara bagaimana data dijaring sehingga validitasnya dapat dijamin.37

Dari objek penelitian yang ada, penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dalam penelitian ini akan dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut, seperti halnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti dalam menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti.38 Hal ini dilakukan karena orang yang dianggap paling tahu tentang AKM dalam pembelajaran tematik di MIN 5 Jember akan memudahkan peneliti dalam menggali informasi berdasarkan data.

Adapun subyek penelitian dalam penelitian ini yang dijadikan informan diantaranya:

a. Bapak Nasirudin. F, S.Pd.I., M.Pd.I selaku Kepala MIN 5 Jember b. Ibu Luluk Eka Budiastutik, S.Pd.I selaku guru kelas V MIN 5 Jember c. Afan dan Aira selaku siswa-siswi kelas V MIN 5 Jember

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada bagian ini diuraikan teknik pengumpulan data yang digunakan, misalnya observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi.

37Tim penyusun, 95.

38Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta CV, 2018), 301.

Referensi

Dokumen terkait

Capain kemampuan tersebut sesuai dengan penelitian Rohim et al., (2021) yang menjelaskan pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang peningkatan Kemampuan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) literasi siswa melalui pembelajaran saintifik di kelas

Menilai kualitas dan kredibilitas k onten pada teks informasi tunggal maupun jamak:A Menilai kualitas teks informasi berdasarkan pengalaman pribadiny a dalam membaca teks yang

Asesmen Kompetensi Minimum merupakan salah satu instrumen AN yang memiliki tujuan untuk mengukur hasil belajar secara kognitif yang dapat diukur dari 2 literasi

Implementasi program Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) ini terdapat dua kompetensi yang telah dijelaskan sebelumnya yang menjadikan fokus dalam program AKM tersebut, yakni

Alasan guru, siswa kesulitan dalam memahami dan menginterpretasikan soal, serta kesulitan dalam mencari solusi untuk menjawab soal karena soal AKM tidak sesuai dengan materi

Informasi lain yang didapatkan yaitu karena kelas V akan melaksanakan program Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) maka perlu adanya beberapa persiapan oleh guru kelas V

Peningkatan pretes dan postes ini menunjukkan bahwa guru dapat menyerap materi dengan baik, terutama dalam pemahaman umum kebijakan AKM, penguasaan literasi dan