TESIS
KINERJA PENGAWAS PADA KELOMPOK KERJA PENGAWAS (POKJAWAS) MADRASAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2020
Oleh :
M.AZWAR ANAS NIM. 190403033
Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2020
TESIS
KINERJA PENGAWAS PADA KELOMPOK KERJA PENGAWAS (POKJAWAS) MADRASAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2020
Pembimbing/Promotor:
Dr. Ismail Thoib, M.Pd Dr. Ahmad Sulhan, M.PdI
Oleh :
M.AZWAR ANAS NIM. 190403033
Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2020
ABSTRAK
M. AZWAR ANAS : “Kinerja Pengawas pada Kelompok Kerja Pengawas (POKJAWAS) Madrasah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2020”
Kata Kunci : Kinerja, Pengawas Madrasah, Tugas dan Fungsi Pengawas.
Pengawas madrasah merupakan unsur pengendali mutu pendidikan di madrasah dengan melakukan supervisi akademik dan manajerial. Dalam implementasinya, tugas dan fungsi pengawas meliputi penyusunan program kepengawasan, pelaksanaan kepengawasan yang meliputi (pembinaan, pemantauan dan penilaian) dan penyusunan laporan kepengawasan. Tujuan Penelitian ini ingin mengkaji tentang: (1) kinerja pengawas pada kelompok kerja pengawas (POKJAWAS) madrasah kabupaten Lombok Tengah tahun 2020, Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analitik. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, dokumentasi dan wawancara. Analisis data menggunakan Analysis Interactive teori Miles dan Huberman yang membagi kegiatan analisis data menjadi empat bagian, yaitu; pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Kinerja pengawas pada kelompok kerja pengawas (Pokjawas) Madrasah kementerian Agama Kabupaten Lombok Tengah dalam kategori baik, ini berarti bahwa pengawas Madrasah kementerian Agama Kabupaten Lombok Tengah dalam melaksanakan pengawasannya sudah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik, dimana pembinaan bidang akademik lebih baik pelaksanaannya dibandingkan dengan bidang manajerial..
MOTTO
ngguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.1
(Surat As-Shaff: 4)
1 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya, (Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam; Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, 2012),805
PERSEMBAHAN
Tesis ini penulis persembahkan kepada
1. Kedua orang tuaku Almarhum M.Tayeb Usman ( semoga tenang dialam kubur), Hj. Siti Kalsum (dengan segala perjuangan dan tetesan keringatnya sehingga penulis bisa menyelesaikan study pasca Sarjan UIN Mataram
2. Istri tercinta (Baiq Wiwik Yuyun Suryani) yang dengan penuh kesabran rela menyisihkan uang dapurnya untuk menyelesaikan study pasca Sarjan UIN Mataram
3. Buah hati tercinta yang selalu menjadi penyemangat ( M.Almer Nadhif Zawawi dan Alimira Zeldha Zawawi) semoga kelak ini menjadi saksi untuk bisa mencapai pendidikan yang lebih tinggi
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian Tesis ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu mereka antaralain :
1. Dr. Ismail Thoib, M.PdI, selaku dosen pembimbing/promotor I dan Dr. Ahmad Sulhan, M.PdI sebagai pembimbing/promotor II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus menerus dan tanpa bosan-bosan ditengah- tengah kesibukanya dalam suasana keakraban menjadikan proposal tesis ini lebih matang dan selesai;
2. Dr. Mohammad Iwan Fitriani, M.Pd. sebagai Ketua Prodi MPI Program Magister Pascasarjana UIN Mataram;
3. Prof. Dr. Suprapto, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana UIN Mataram;
4. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntuk ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di Kampus tanpa pernah selesai;
5. Teman-teman kelas C Program Magister Manajemen Pendidikan Islam, yang telah memberikan motivasi dan dorongan terselesaikannya Tesis ini.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat – ganda dari Allah SWT. Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta alam Amin.
Mataram, 05 Juni 2020 Penulis,
M. AZWAR ANAS
PEDOMAN TRANSLITERASI
Arabic Romanization Table dengan Font Time New Arabic
b = ب t = ت ts = ث j = ج h = ح kh = خ d = د dh = ذ r = ر
z = ز s = س sh = ش s = ص d = ض t = ط dz = ظ ع = „ gh = غ
f = ف q = ق k = ك l = ل m = م n = ن h = ه w = و y = ي
Short : a =´ ; I = ِ ; u = ِ Long : a = آ ; i = ي ; ū = و
Diphthong : ay = ي ا ; aw = و أ
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………... i
Lembar Logo ………,……… ii
Kover Dalam ……… iii
Halaman Persetujuan Pembimbing ……… iv
Persetujuan Pembimbing dan Penguji ... v
Pernyataan keaslian Karya ... vi
Lembar Pengecekan Plagiarism ……… vii
Motto ... Viii Persembahan ……….. ix
Kata Pengantar ... X Pedoman Transliterasi ... Xi Daftar Isi ... Xii Daftar Tabel……… Xiii Daftar Gambar ………... Xiv Daftar Lampiran………. vx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ………. 1
B. Rumusan Masaah ………. 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 11
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian………. 12
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ………. 12
F. Kerangka Teori ……… 15
1. Kajian Tentang Kinerja Pengawas ... a. Pengertian Kinerja... 15
b. Idikator Kinerja... 17
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja .. 18
d. Pengertian Pengawas Sekolah ... 19
e. Kinerja Pengawas ... 25
2. Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas ... 30
a. Tugas Pokok Pengawas Sekolah ... 30
b. Fungsi Pengawas Sekolah... c. Konsep Operasional 36 60 G. Metodelogi Penelitian ... 63
1. Pendekatan Penelitian………… ... 63
2. Tempat dan Waktu Penelitian… ... 67
3. Subyek dan Obyek Penelitian ... 67
4. Populasi dan Sampel Penelitian……….. ... 67
5. Teknik Pengumpulan Data…………... 67
6. Teknik Analisi Data…………... 72
7. Uji Keabsahan Data……… 74
H. Sistematika Pemabasan ... 77
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN... 90
A. Gambaran Umum Kelompok Kerja Pengawas... 79
1. Sejarah terbentuknya Kelompok Kerja Pengawas .... 82
2. Visi, Misi, Tujuan Kelompok Kerja Pengawas ... 83
3. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Jabatan Struktural Kelompok Kerja Pengawas ... 86
4. Data Keadaan Pengawas pada Kelompok Kerja Pengawas (POKJAWAS) Ma Kabupaten Lombok Tengah………. ………….. B. Kinerja Pengawas pada Kelompok Kerja Pengawas (POKJAWAS) Madrasah Kabupaten Lombok Tengah tahu 2020……… 92
1. Penyusunan Program Kepengawasan ... 93
2. Pelaksanaan Program Kepengawsan... 99
3. Penyusunan Laporan Kepengawas ... 129
BAB III PEMBAHASAN ... 131
A. Kinerja Pengawas pada Kelompok Kerja Pengawas (POKJAWAS) Madarasah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2020 131 1. Penyusunan Program Kepengawasan ... 131
2. Pelaksanaan Program Kepengawasan………... 138
3. Penyusunan Laporan Kepengawasan ... 158
BAB VI PENUTUP ... 160
A. Simpulan ... 160
B. Saran-Saran ... 1160 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 : Daftar Penelitian Terdahulu 13
Tabel 1.2 : Tugas dan fungsi pengawas sekolah 21
Tabel 1.3 : Data Pengawas pada kelompok kerja pengawas Madarash Lombok Tengah 90 Tabel 1.4 : Program Kerja Pengawas Pendidikan Madrasah 96
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 : Teknik analisis data model Milers & Huberman 53 Gambar 1.2 : Struktur organisasi pengawas Madrasah Lombok Tengah 88
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : curriculum vitae peneliti.
Lampiran II : Kumpulan Lampiran Hasil Wawancara Lampiran III : Foto Kegiatan Penelitian
Lampiran IV : Surat Keterangan Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.2 Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Pendidikan dianggap sebagai wahana paling efektif untuk melahirkan generasi unggul di masa mendatang, Dalam rangka menciptakan generasi unggul bangsa Indonesia harus terus berbenah diri tiada henti dengan melakukan berbagi terobosan dan langkag-langkah strategis sehingga pendidikan di Indonesia berhasil sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan teratur serta sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.
Pendidikan adalah bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada anak, dalam pertumbuhan jasmani maupun rohani untuk mencapai tingkat dewasa.3 Bila anak berperilaku sesuai dengan tuntutan kultural masyarkatnya maka dia dikatakan sebagai manusia terdidik.
2 M.Amin, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Pasuruan: PT. Garoeda Buana Indah, 1992), 1.
3M.Amin, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Pasuruan: PT. Garoeda Buana Indah, 1992), 1.
Pendidikan mencakup sebuah rentang kawasan yang terdiri atas beberapa komponen yang bekerja dalam sebuah system. Pendidikan merupakan sebuah program. Program melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan. Sebagai sebuah program, pendidikan merupakan aktivitas sadar dan sengaja yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Pendidikan melibatkan siswa, guru, metode, tujuan, kurikulum, media, sarana, kepala sekolah, pemerintah, masyarakat, penggua lulusan, lingkungan fisik manusia dan sebagainya.
Pendidikan di Indonesia dari dulu sampai dengan sekarang masih mengalami persoalan yang mendasar, yaitu persoalan mengenai sumber daya manusia yang belum secara optimal mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh lembaga pendidikan. Salah satu persoalan yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia saat ini adalah profesionalisme SDM pendidikan yang masih jauh dari harapan. Sehingga dengan demikian berdampak pada penurunan mutu pendidikan.
Perkembangan pendidikan tidak lagi bersifat alamiah. Prosesnya dapat dimanipulasikan untuk mengoptimalkan hasil belajar. Usaha-usaha itu mendorong berkembangnya pendidikan sebagai ilmu yang sistematis.
Pendidikan dapat dibatasi dalam pengertiannya yang sempit dan luas. Dalam arti sempit pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menolong anak didik menjadi matang kedewasaannya. Pendidikan dalam pengetian ini dilakukan oleh institusi formal sekolah. Di sekolah materi disiapkan dalam
bentuk kurikulum, strategi diorganisasikan dan evaluasi diselenggarakan untuk mengukur materi yang direncanakan dan disampaikan mengguakan strategi tersebut. Dalam arti luas, semua manipulasi lingkungan yang diarahkan untuk mengadakan perubahan perilaku anak merupakan pendidikan. Semua perubahan kepribadian yang positif yang bukan karena kematangan merupakan hasil dari proses pendidikan. Dalam pengertian ini pendidikan tidak terbatas pada usaha pendewasaan yang dilakukan oleh sekolah tetapi juga oleh keluarga dan masayarakat.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.4 Selain itu, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota telah membawa perubahan pada sistem pengelolaan pendidikan nasional dari sentralistik menjadi desentralistik.
Menurut Pasal 14 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pendidikan termasuk bidang yang wajib dilaksanakan oleh daerah.
Terselenggaranya pendidikan yang berkualitas dan bermutu menjadi tanggungjawab pemerintah daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah harus memiliki program dan perangkat pendidikan yang mampu menjamin mutu
4 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2013),96.
pendidikan/sekolah. Salah satu perangkat di daerah yang memiliki peranan dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah pengawas sekolah. Pengawas sekolah dalam sistem pendidikan berperan sebagai supervisor yang melakukan supervisi terhadap manajerial dan akademik di sekolah. Pengawas sekolah bertindak sebagai aparat pemerintah di satu sisi, dan sebagai pejabat profesional penjamin mutu pendidikan di sisi lain. Keseimbangan dua peran pengawas sekolah ini harus dapat memberikan kemajuan bagi penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
Selain itu, pengawas merupakan pembina kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah, meningkatkan kinerja guru dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas pokoknya. Memahami konsep pengembangan program, mendayagunakan teknologi dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Pengawas sebagai salah satu pilar penjamin mutu pembelajaran dan mutu pendidikan dipersyaratkan memiliki kompetensi kepribadian, supervisi manajerial, akademik, evaluasi pendidikan, penelitian dan pengembangan serta kompetensi sosial. Dengan kompetensi itu dapat menunaikan kewajiban menumbuhkan motivasi diri serta menguasai prinsip-prinsip supervisi sehingga memiliki tingkat kesiapan melaksanakan tugas pemantauan, supervisi, penilaian, pembinaan, pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan sebagai insan pembina sekolah.
Kedudukan pengawas sekolah sebagai pelaksana teknis fungsional di bidang pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan dan tugas pokok pengawas dalam penyusunan program pengawasan, pelaksanaan
pembinaan, pemantauan pelaksanaan standar nasional pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, serta evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan harus dipahami secara benar oleh pengawas sekolah maupun kepala daerah sebagai ujung tombak pengambil kebijakan dalam meningkatkan mutu pendidikan di daerah.
Keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan pada lembaga pendidikan agama islam (madrasah) yang secara terus menerus dilaksanakan, memiliki keterkaitan erat dengan kinerja pengawas madrasah. Pengawas mempunyai posisi yang strategik dalam peningkatan kualitas madrasah. Hal ini terlihat dalam peran yang harus dilakukan melalui pembinaan kompetensi guru menuju pada peningkatan kualitas pendidikan dalam hal ini kualitas Madrasah. Dalam upaya pemberdayaan pengawas maka diperlukan komitmen dari pihak-pihak penentu kebijakan di daerah untuk melakukan rekruitmen pengawas secara baik dan benar serta sesuai standar dan persyaratan yang ada, pembinaan dan pengembangan kompetensi pengawas secara terus menerus melalui kegiatan diklat kepengawasan. Untuk menjadi pengawas yang profesional butuh komitmen yang tinggi dari pengawas itu sendiri, dan yang tak kalah pentingnya juga adalah pemberian penghargaan terutama kesejateraan yang memadai serta mengefektifkan organisasi kepengawasan untuk pembinaan anggotanya. Pengawas Sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan.5
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya pada pasal 5, Tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan professional Guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus. 6
Sesuai Tugas pokok pengawas sekolah di atas maka dapat disimpulkan bahwa bahwa tugas yang pertama adalah supervisi atau pengawasan manajerial dan tugas pokok yang kedua berkaiatan dengan supervisi atau pengawasan akademik. Pengawasan manajerial pada intinya memberikan pembinaan, penilaian dan bantuan/bimbingan mulai dari rencana program, proses, sampai dengan hasil. Sedangkan bimbingan dan bantuan diberikan kepada kepala sekolah dan seluruh staf sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah.
Selanjutnya menurut offset dalam Sudrajat, melihat tugas pengawas mencakup: (1) inspecting (mensupervisi), (2) advising (memberi advis atau nasehat), (3) monitoring (memantau), (4) reporting (membuat laporan), (5)
5 Permen PAN RB Nomor 21 tahun 2010, 41
6 Permen PAN RB Nomor 21 tahun 2010
coordinating (mengkoordinir) dan (6) performing leadership dalam arti memimpin dalam melaksanakan kelima tugas pokok tersebut. 7Berdasarkan Pendapat tersebut menegaskan bahwa tugas pokok dan fungsi pengawas menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
Pengawas sekolah memiliki peranan yang sangat signifikan dan strategis dalam proses dan hasil pendidikan yang bermutu di sekolah. Dalam konteks ini peran pengawas meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut pengawas yang harus dilaksanakan secara teratur dan berkesinambungan. Tugas pokok pengawas sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan delapan standar nasional pendidikan, penilaian, pembimbingan, dan pelatihan profesional guru, mengevaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus.
Berdasarkan kompetensi tersebut di atas, pengawas sekolah dituntut agar mampu membantu guru dan kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas di sekolah terutama yang berhubungan dengan tugas-tugas akademik maupun tugas-tugas manajemen. Pengawas sekolah memiliki posisi dan peran strategis dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Posisi strategis yang dimiliki pengawas sekolah disebabkan karena pengawas
7 Barnawi, dan Arifin, muhamad. Meningkatkan kinerja pengawas sekolah. ( Jakarta: Arr-Ruzz media, 2014 ) 28.
berfungsi sebagai pelaksana teknis fungsional di bidang pengawasan akademik dan manajerial pada sejumlah sekolah yang telah ditetapkan, karena pengawas sekolah adalah sebagai penjamin mutu pendidikan di sekolah.
Eksistensi pengawas sekolah dinaungi oleh sejumlah dasar hukum.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 adalah landasan hukum yang terbaru yang menegaskan keberadaan pejabat fungsional itu. Selain itu, Keputusan Menteri Pendayagunaan aparatur Negara Nomor 118 Tahun 1996 (disempurnakan dengan keputusan nomor 091/2001) dan Keputuan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 020/U/1998 (disempurnakan dengan keputusan nomor 097/U/2001) merupakan menetapan pengawas sebagai pejabat fungsional yang permanen sampai saat ini. Jika ditilik sejumlah peraturan dan perundang-undangan yang ada, yang terkait dengan pendidikan, ternyata secara hukum pengawas sekolah tidak diragukan lagi keberadaannya. Dengan demikian, tidak ada alasan apapun dan oleh siapapun yang memarjinalkan dan mengecilkan eksistensi pengawas sekolah.
Menurut undang-undang dan peraturan yang berlaku, keberadaan pengawas sekolah jelas dan tegas. Namun demikian bukan berarti pengawas sekolah terbebas dari berbagai masalah. Ternyata institusi pengawas sekolah semakin bermasalah setelah terjadinya desentralisasi penangan pendidikan.
Institusi ini sering dijadiakn sebagai tempat pembuangan, tempat parkir, dan tempat menimbun sejumlah aparatur yang tidak terpakai lagi (kasarnya:
pejabat rongsokan). Selain itu, pengawas sekolah belum difungsikan secara optimal oleh manajemen pendidikan di kabupaten dan kota. Hal yang paling mengenaskan adalah tidak tercantumnya anggaran untuk pengawas sekolah dalam anggaran belanja daerah (kabupaten/kota). Sekurang-kurangnya fenomena itu masih terlihat sampai sekarang.
Beberapa persoalan mendasar yang masih terlihat dikelompok kerja pengawas (POKJAWAS) Madrasah kabupaten Lombok Tengah adalah
a. Rekruitmen Pengawas Madrasah belum dilaksanakan sesuai standar yang diharapkan atau yang dipersyaratkan dalam peraturan.
b. Rasio antara jumlah pengawas pendidikan madrasah dengan jumlah lembaga lembaga pendidikan belum sesuai dengan rasio yang ideal sesuai dengan peraturan.
c. Latar belakang kualifikasi pendidikan yang berbeda sehingga kemampuan professional pengawas menjadi sangat heterogen ditambah lagi dengan pengalaman kerja yang minim tentu akan memberikan dampak berbeda pula terhadap cara kerja dan motivasi diri pengawas itu.
d. Pembinaan dan peningkatan kemampuan atau kompetensi profesional kurang optimal sehingga berdampak pada citra dan wibawa akademik yang rendah. Pelatihan dan pendidikan untuk pengawas masih sangat terbatas, para pengawas sering melakukan secara mandiri lewat kelompok kerja madrasah, seharusnya mereka punya kemampuan yang melebihi kepala madrasah dan guru karena tugasnya mengawasi mereka.
e. Program kepengawasan belum disusun berdasarkan analisis kebutuhan madrasah/sekolah.
Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai upaya antara lain perbaikan kurikulum, proses belajar mengajar, kinerja guru, sistem pendidikan, supervisi kepala sekolah, pemberdayaan kelompok kerja guru, kelompok kerja pengawas, penyediaan sarana prasarana, serta upaya-upaya yang lainnya. Salah satu usaha untuk meningkatkan kinerja lembaga pendidikan Islam adalah dilakukan melalui supervisi pengawas pendidikan baik itu supervisi pengawas satuan pendidikan maupun supervisi pengawas mata pelajaran.
Keberadaan pengawas pendidikan dapat membantu kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya, pengawas pendidikan yang profesional akan mampu melakukan supervisi terhadap lembaga pendidikan dan orang-orang yang ada didalamnya, sehingga diduga akan dapat memperbaiki situasi proses belajar mengajar yang berdampak positif terhadap peningkatan kualitas pendidikan.
Situasi kinerja pengawas sekolah di Indonesia telah cukup banyak dipotret melalui penelitian dan pemberitaan di media massa. Sayangnya keadaan yang tergambar masih banyak mengungkapkan kontribusi dan kinerja pengawas yang boleh dikata belum cukup memuaskan. Masih banyak pengawas yang belum menguasai tugasnya secara menyeluruh, belum melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan fungsinya, serta kurang mampu memberikan solusi dan kurang menguasai
manajemen sekolah. Hal ini diperkuat dengan adanya temuan dari berbagai penelitian.
Pada salah satu penelitian di Kabupaten Jember (Arifiatun, 2009) ditemukan bahwa supervisi yang dilakukan pengawas sekolah tidak mempunyai hubungan signifikan terhadap kinerja profesional guru.
Implikasi dari hasil penelitian tersebut adalah perlunya pengawas memperhatikan pedoman-pedoman kerja yang ada agar kinerjanya lebih baik. 8
Studi lain tentang pengawas sekolah dilakukan di Malang (Suliadi, 2009), yang mengungkapkan bahwa supervisi yang dilaksanakan pengawas sekolah termasuk dalam kategori rendah. Sebagian besar guru menyatakan bahwa pola pengawasan yang dianut saat ini masih kurang memuaskan, karena masih ada pengawas yang masih kurang sesuai dengan bidangnya, kurang memahami tugasnya, dan kurang menguasai materi, tidak berbeda dengan pandangan para guru, kepala sekolah juga menyatakan bahwa pola pengawasan saat ini masih kurang memuaskan.
Pengalaman di atas bukan kasuistik. 9
Mengacu pada uraian di atas maka penelitian ini akan terfokus pada kinerja pengawas Madrasah dilihat dari Tugas pengawas sekolah yaitu melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi (1) penyusunan program pengawasan, (2) pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar
8 Arifiatun, supervise pendidikan (jember:2019) i
9 Suliadi, supervis pengawas sekolah, ( Bandung : 2009) i
Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional Guru, (3) evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan10.
Berangkat dari gejala yang diuraikan diatas, ditemukan permasalahan tentang kurang jalannya kerja pengawas dalam mengawasi pendidikan, kondisi ini ditandai dengan rendahnya kualitas pendidikan siswa madrasah di Kabupaten Lombok Tengah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalah adalah Bagaimanakah kinerja pengawas Madrasah ditinjau dari tugas pokok dan fungsi pengawas madrasah pada kelompok kerja pengawas (Pokjawas) Madrasah Kabupaten Lombok Tengah tahun 2020?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Kinerja pengawas pada kelompok kerja pengawas (Pokjawas) Madrasah Kabupaten Lombok Tengah dilihat dari tugas pokok dan fungsinya?.
Adapun Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini ada dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini akan banyak memberikan sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dibidang pendidikan, terutama
10 (Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Pasal 5 No.21 Tahun 2010).
yang berkaitan dengan kinerja pengawas dilihat dari tugas pokok dan fungsi pengawas Madrasah pada lembaga pendidikan Islam.
b. Dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil dari pengamatan langsung peneliti dilapangan dan dapat menerapkan kinerja pengawas dilihat dari tugas pokok dan fungsi pengawas Madrasah, sehingga ditemukan pelaksanaan tugas dan fungsi pengawas Madrasah yang ideal.
c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan terkait kinerja pengawas Madrasah dilihat dari tugas pokok dan fungsi pengawas Madrasah yang ada dikelompok kerja pengawas (Pokjawas) terhadap pengembangan serta peningkatan mutu pada lembaga pendidikan agama Islam.
2. Manfaat praktis
a. Informasi dan masukan yang konstruktif untuk perbaikan pengembangan sumber daya kelompok kerja pengawas madrasah dalam mengembangkan mutu madrasah di Kabupaten Lombok Tengah terutama yang berkaitan dengan tugas pokok pengawas Madrasah, pengembangan kompetensi Pengawas, karya–karyanya dan perkembangan akademik Pengawas.
b. Memberikan sumbangan pemikiran dan perbaikan dalam peningkatan kinerja Pengawas madrasah.
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai input bagi kelompok kerja pengawas dalam menentukan kebijakan kebijakan yang berhubungan dengan kinerja pengawas Madrasah dalam mengembangkan madrasah.
d. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran guna meningkatkan kinerja Kelompok Kerja Pengawas / Pengawas dalam mengembangkan mutu madrasah.
D.Ruang Lingkup dan Setting penelitian
Ruang penelitian ini adalah pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pengawas pada kelompok kerja pengawas Madrasah (POKJAWAS) Kabupaten Lombok Tengah, yang meliputi penyusunan program kepenagawasan, pelaksanaan program kepengawasan (pembinaan, pemantauan dan penilaian) dan penyusunan program kepengawasan
Sedangkan setting Penelitian di laksanakan di kelompok kerja pengawas (POKJAWAS) Madrasah Kabupaten Lombok Tengah, selama 6 bulan mulai bulan Juli - Desember 2020.
E.Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Penelitian ini bukanlah penelitian yang pertama, tetapi bukan berarti penelitian ini menduplikasi penelitian-penelitian sebelumnya. Untuk memahami tema penelitian, dibawah ini peneliti menyajikan beberapa tema penelitian yang relevan sebagai bahan perbandingan untuk mendukung keabsahan data hasil penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Hasil penelitian terdahulu tentang kinerja dan pengawas sebagai berikut:
No Nama judul
Persamaan Perbedaann Hasil 1 Anas
Rupaedi (2012) dengan judul
“Peranan Pengawas Sekolah Dalam Peningkat an Mutu Pendidika n di SMK Kabupaten Indramayu
”
Persamaan dari penelitian yang dilakukan oleh Anas Rupaedi dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama tentang pengawas dengan menggunak an
pendekatan kualitatatif deskriptif.
Sementara
perbedaan dari penelitian
tersebut diatas meneliti tentang peranan
pengawas sekolah sebagai
supervisor,
sebagai advising, sebagai
monitoring, sebagai reporting, sebagai
coordinating, dan performing
leadership sesuai dengan Tupoksi pengawas di Sekolah
Menengah Kejuruan,
sedangkan yang akan dilakukan dalam penelitian ini akan meneliti manajmen
supervise
kelompok kerja pengawas
Hasil dari penelitian ini bahwa pengawas sekolah di Kabupaten Indramayu belum berperan secara maksimal sebagai supervisor, advising, monitoring, reporting, coordinating, dan performing leadership sesuai dengan Tupoksi pengawas. 11
11 Tesis Anas Rupaedi, Peranan Pengawas Sekolah dalam Peningkatan Mutu di
Sekolah
Menengah Kejuruan Kabupaten Indramayu,(Departemen Ilmu Administrasi Universitas Indonesia,2012),
2 Dyah Wangkah Wasih Winastari meneliti tentang:
“Penilaian Kinerja Dalam Rangka Motivasi Kerja Guru Di SMP Kalam Kudus Pekanbaru
terfokus meneliti tentang kinerja pengawas sekolah
fokus pada kinerja pegawas sekolah dilihat dari tugas dan fungsi pengawas sekolah
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa efisiensi kerja guru da-lam dalam kategori baik
(75,78%); efektivitas kerja guru dalam kategori cukup (73,14%);
ketercukupan waktu dan tatap muka dalam kategori cukup adil (71,88%); dan daya tanggap guru dalam kategori cukup (53,47%) serta
penilaian kinerja guru dalam rangka motivasi kerja guru di SMP Kalam Kudus Pekanbaru adalah cukup baik (68,57%).12 3 Umi
Muzayanah Kualitas Kinerja Pengawas Madrasah Dalam Perspektif Guru Dan Kepala Madrasah Di Sukoharjo Dan Surakarta
fokus meneliti tentang kinerja pengawas serta pelaksanaa n tugas pokok dan fungsi pengawas dari
persepektif guru dan kepala Madarash
fokus pada kinerja pegawas dilihat dari tugas dan fungsi pengawas sekolah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas kinerja pengawas MI dalam perspektif guru dan kepala madrasah masih relatif rendah.
Pengawas MI belum melakukan pembinaan kepada madrasah dan guru secara optimal.
Gap antara harapan guru dan kepala madrasah dengan kinerja pengawas seluruhnya bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas kinerja pengawas MI belum
12 Tesis Dyah Wangkah Wasih Winastari. Penilaian Kinerja Dalam Rangka Motivasi Kerja Guru Di SMP Kalam Kudus Pekanbaru. (Jakarta : Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, 2006).
1 i
sesuai dengan harapan guru dan kepala madrasah, baik di Sukoharjo maupun Surakarta.13
4 Dian Amalia Nurroniah, Analisis Manajemen Supervisi Akademik Kepala madrasah dalam Meningkatka n
Kompetensi Pedagogik Guru di MAN Yogyakarta I, 2015.
Manajemen supervisi akademik kepala madrasah memiliki hubungan yang signifikan dalam meningkatk an
kompetensi pedagogik guru madrasah.
Penelitian ini terfokus pada supervisi akademik dan manajerial pengawas Madrasah dalam pelaksanaan tupoksi pengawas Madrasah.
Penelitian ini menggunakan analisa data deskriftif
kualitatif dengan pendekatan induktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Pertama, Analisis Manajemen Supervisi Akademik kepala madrasah dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik guru di MAN
Yogyakarta I merujuk pada fungsi manajemen yang terdiri dari fungsi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan mampu terlaksana secara baik dan cukup efektif.
5 M. Asy‟ari, Supervisi Akademik Pengawas madrasah tsanawiyah di
Kabupaten Jepara,2011
Bahwa supervisi akademik pengawas madrasah tsanawiyah dilakukan dengan memenuhi standar prosedural.
Penelitian ini terfokus pada supervisi akademik dan manajerial pengawas Madrasah dalam pelaksanaan tupoksi pengawas Madrasah.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa supervisi akademik Pengawas Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Jepara dilakukan dengan memenuhi standar prosedural dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan dengan menggunakan
seperangkat instrumen yang diperlukan serta dilakukan dengan cara- cara modern,
meninggalkan cara konvensional- tradisional.
13 Tesis Umi Muzayanah Kualitas Kinerja Pengawas Madrasah dalam Perspektif Guru dan Kepala Madrasah .
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu terfokus meneliti tentang kinerja pengawas serta pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pengawasaan pada lembaga pemerintahan dan pendidikan. Dalam penelitian ini memfokuskan pada kinerja pegawas dilihat dari tugas dan fungis pengawas Madrasah Kabupaten Lombok Tengah. Alasan tersebutlah yang membuat penulis tertarik meneliti tentang hal tersebut dalam sebuah penelitian yang berjudul: “Kinerja Pengawas pada kelompok kerja pengawas (Pokjawas) Madrasah Kabupaten Lombok Tengah tahun 2020”.
F. Kerangka Teori
1. Kajian tentang Kinerja Pengawas Madrasah a. Pengertian kinerja
Istilah “kinerja” merupakan singkatan dari Kinetika Energi Kerja yang dalam bahasa Inggris disebut dengan performance. Dalam hal ini, kata performance umumnya merujuk pada “job performance” atau “actual performance” yang artinya suatu prestasi kerja atau
prestasi sebenarnya yang dicapai oleh seseorang dalam menjalankan tugas-tugasnya. Umumnya,14 setiap organisasi sangat memperhatikan upaya pengoptimalan kinerja sumber daya manusia (SDM). Sehingga dalam hal ini, SDM menjadi faktor penentu bagi perusahaan dalam mencapai suatu kinerja yang baik.
Agar lebih memahami apa itu kinerja, maka kita dapat merujuk pada pendapat para ahli berikut ini:
14 Barnawi dan Arifin Mohammad, meningkatkan kinerja pengawas sekolah, 2014, Arruz Media
1. Anwar Prabu Mangkunegara
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2006:67), pengertian kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya
2. Gary Dessler
Menurut Gary Dessler (2010:41), kinerja adalah prestasi kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja yang dicapai dengan standar yang ditetapkan.
3. Tb. Sjafri Mangkuprawira dan Musa Hubeis
Menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2011:153), pengertian kinerja adalah hasil dari proses pekerjaan tertentu secara terencana pada waktu dan tempat dari karyawan serta organisasi bersangkutan.
4. Harold D. Stolovitch dan Erica J. Keeps
Menurut Stolovitch dan Keeps (2002), definisi kinerja adalah seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta.
5. Paul Hersey and Kenneth Blanchard
Menurut Hersey and Blanchard (2003), pengertian kinerja adalah suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan.
6. James L. Gibson, John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly
Menurut Gibson, Ivancevich, dan Donnelly (2004), definisi kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas seta kemampuan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan pengertian kinerja adalah suatu prestasi kerja atau hasil kerja seseorang berdasarkan kuantitas dan kualitas yang dicapainya dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diterima.
b. Indikator Kinerja
Kinerja seseorang dalam organisasi dapat dinilai dengan beberapa indiaktor. Menurut Stephen P Robbins, berikut ini adalah beberapa indikator kinerja seorang pegawai:
1. Kualitas, yaitu kualitas kerja yang diukur dari persepsi seorang pegawai terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan, serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan pegawai.
2. Kuantitas, yaitu jumlah yang dihasilkan oleh seorang pegawai yang dinyatakan dalam istilah tertentu, seperti; jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
3. Ketepatan Waktu, yaitu tingkat aktivitas yang diselesaikan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output, serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lainnya.
4. Efektivitas, yaitu tingkat penggunaan sumber daya yang ada (uang, tenaga, bahan baku, teknologi) secara optimal untuk meningkatkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya tersebut.
5. Kemandirian, yaitu tingkat kemampuan dan komitmen seorang pegawai dalam menjalankan fungsi kerjanya secara bertanggungjawab.
c. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja seseorang dalam suatu organisasi akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara umum, berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja15:
1. Faktor Personal/ Invidual, yaitu faktor dari dalam diri seseorang yang mempengaruhi kinerjanya, meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, percaya diri, motivasi, dan komitmen.
2. Faktor Kepemimpinan, yaitu faktor dukungan yang diberikan oleh atasan kepada seseorang, meliputi: dorongan, motivasi, dan arahan.
3. Faktor Tim, yaitu faktor dukungan yang diberikan oleh rekan kerja kepada seseorang, meliputi: kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan anggota tim.
4. Faktor Sistem, yaitu faktor yang berasal dari organisasi tempat seseorang bekerja, meliputi: budaya kerja, sistem kerja, fasilitas kerja, dan lain-lain.
5. Faktor Kontekstual (Situasional), yaitu faktor yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal seseorang, meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan kerja, tekanan kerja, dan lain-lain.
15 Barnawi, dan Arifin, muhamad. Meningkatkan kinerja pengawas sekolah. ( Jakarta: Arr-Ruzz media, 2014 ) 40.
d. Pengertian pengawas sekolah
Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional Dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 01/Iii/Pb/2011 Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah Dan Angka Kreditnya, pengawas sekolah Sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan.16
Pendapat tersebut menjelaskan bahwa pengawas sekolah merupakan pegawai negeri sipil yang bertugas melaksanakan fungsi pengawasan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.
Menurut Winardi tindakan pengawasan atau controlling adalah mendeterminasikan apa yang telah dilaksanakan maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana pengawasan atau controlling, merupakan afiktifitas untuk menentukan, mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting terhadap aktifitas-aktifitas yang direncanakan. Merupakan hal yang wajar apabila dalam suatu pelaksanaan terdapat kekeliruan-kekeliruan, kegagalan-kegagalan dan adanya petunjuk- petunjuk yang tudak efektif sehingga terjadi penyimpangan-penyimpangan daripada tujuan yang ingin dicapai.17
16 Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional Dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 01/Iii/Pb/2011 Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah Dan Angka Kreditnya
17 Winardi, Azas-azas Manajemen, (Bandung : Alumni Bandung, 1979), h.22
Khusus di lingkungan pendidikan Madrash menengah (MTs dan MA), dalam mengukur keberhasilan proses pembelajaran diperlukan suatu evaluasi yang kompeherensif, sehingga diketahui mana program yang banyak problemnya, dan mana yang tidak. Apa penyebab suatu program kurang tercapai, dan apa langkah professional yang dilakukan dalam mengatasi hal tersebut. Langkah-langkah pro-aktif harus dilakukan untuk membina tenaga kependidikan itu menuju arah yang berkinerja tinggi. Dalam hal ini, pengawas pendidikan memiliki kemampuan untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan di sekolah. Pengawas pendidikan bersifat fungsional dalam memberikan layanan bantuan bagi personal sekolah di lingkunagn persekolahan.
Keberadaan pengawas dalam lembaga pendidikan Madrasah menengah adalah memberikan dorongan dan bantuan kepada guru-guru dalam menyelesaikan segala jenis dan bentuk persoalan yang muncul dalam pelaksanaan pengajaran. Pengawas pendidikan adalah mitra kerja guru dalam pelaksanaan peningkatan mutu pembelajaran. Oleh karena itu, pengawas tidak perlu ditakuti oleh tenaga kependidikan dilingkungan persekolahan, terutatma guru. Namun ada asumsi yang berkembang bahwa keberadaan pengawas untuk mencari kesalahan yang ditakuti guru. Asumsi ini merupakan aumsi yang keliru dan tidak berdasar sama sekali, kalaupun terdapat perilaku pengawas yang hanya mencari-cari kesalahan tenaga kependidikan di lingkungan persekolahan, itu bukan watak. Karakter atau
fungsi pengawas, tindakan itu terjadi bersifat individual dari seorang pengawas, dan diyakini hanya bersifat kasuistik.
Pada saat yang bersamaan, dalam melakasanaakan tugasnya sebagai pengawas, mereka juga berhadapan dengan kenyataan yang sulit untuk dihindari. Hal ini dapat dilihatdari beberapa hal, seperti besarnya jumlah guru yang harus diawasi, dikeali dan dibina agar dapat meningkatkan mutu kinerjanya. Rasio jumlah pengawas dengan jumlah guru seyogianya dalam kondisi keseimbangan yang ideal, tujuannya agar system pengawasan berlangsung secara efektif. Rasio ideal memang sulituntuk ditemukan dalam konteks pembinaan tenaga kependidikan di persekolahan oleh pengawas pendidikan dan pengajaran. Efektifitas pelaksanaan tugas merupakan indicator keberhasilan para pengawas dalam menjalankan tugasnya, oleh karena itu jumlah orang yang diawasi harus memiliki spent of control (rentang jumlah pengawas dengan jumlah yang diawasi) yang seimbang.
Dalam hal ini, diperlukan pengawas yang handal dan memiliki kopentensi dalam melakukan tugasnya sebagai pengawas, sehngga guru dapat dibina dan melakukan tugas sebagaimana mestinya. Sebab tidak semua guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik karena berbagai masalah yang mereka hadapi. Ketika melaksanakan tugas tugasnya, tidak semua tenaga kependidikan khususnya dapat melakukan dengan sebaik-baiknya.
Berbagai factor menjadi penyebab sehingga guru mengalami hambatan atau gangguan dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Terjadinya gangguan itu bias saja karena factor guru itu sendiri, tetapi tidak tertutup
kemungkinan karena factor-faktor lainnya. Factor yang berasal dari guru seperti; motivasi, pemahaman tugas pokok, niat, tuntutan kebutuhan rumah tangga, dan lainnya, sedangkan factor-faktor dari luar diri guru, seperti;
iklim dan kultur sekolah, gaya kepemimpinan kepala sekolah, penerapan reward dan punishment, undang-undang dan peraturan tenaga kependidikan, mitos tentang guru, dan lainnya.
Dengan pengawasan(controlling) yang dimaksud adalah usaha untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan penyimpangan dari rencana-rencana, instruksi-instruksi, saran-saran dan sebagainya yang telah ditetapkan. Dengan pengawasan diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dapat ditekan sehingga kemungkinan timbulnya kerugian yang besar dapat dihilangkan atau setidak-tidaknya diperkecil.
Hal ini berarti dengan adanya pengawasan yang baik, akan dapat lebih diharapkan tujuan yang telah ditetapkan akan dapat tercapai dengan cara yang efektif dan efisien.18
Ada banyak sebutan bagi fungsi pengawasan (controlling), antara lain evaluating, appraising, atau correcting. Sebutan controlling lebih banyak digunakan karena lebih mengandung konotasi yang mencakup penetapan standar, pengukuran kegiatan dan pengambilan tindakan korektif. Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk “menjamin”
bahwa tujuan-tjuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan. Pengertian
18 Alex S. Nitisemito, Manajemen Suatu Dasar dan Pengantar, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1989), h.105.
ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan. Seperti terlihat dalam kenyataan, langkah awal proses pengawasan adalah sebenarnya langkah perencanaan, penetapan tujuan, standar atau sasaran pelaksanaan suatu kegiatan.19
Menurut Robert J. Mockler dalam T. Hani Handoko, pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan- penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.20
Sondang menyatakan agar fungsi pengawasan itu mendatangkan hasil yang diharapkan, pimpinan suatu organisasi harus mengetahui ciri- ciri suatu proses pengawasan. Ciri-ciri itu ialah:21
1. Pengawasan harus bersifat “fact finding” dalam arti bahwa pelaksanaan fungsi pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan dalam organisasi.
2. Pengawasan harus bersifat preventif yang berarti bahwa proses pengawasan itu dijalankan untuk mencegah timbulnya penyimpangan- penyimpangan dan penyelewengan penyelewengan dari rencana yang telah ditentukan.
19 T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE Yogyakarta, 1995). hh.359-360.
20 Ibid, hh.139-140.
21 Siagian, Op.cit, h. 137-138
3. Pengawasan diarahkan kepada masa sekarang yang berarti bahwa pengawasan hanya dapat ditujukan terhadap kegiatan-kegiatan yang kini sedang dilaksanakan.
4. Pengawasan hanyalah sekedar alat untuk meningkatkan efisiensi, pengawasan tidak boleh dipandang sebagai tujuan.
5. Karena pengawasan hanya sekedar alat administrasi dan manajemen, maka pelaksanaan pengawasan itu harus mempermudah tercapainya tujuan.
6. Proses pelaksanaan pengawasan harus efisien. Jangan sampai terjadi pengawasan malahan menghambat usaha peningkatan efisiensi.
7. Pengawasan tidak dimaksudkan untuk terutama menentukan siapa yang salah jika ada ketidakberesan, akan tetapi untuk menemukan apa yang tidak benar.
8. Pengawasan harus bersifat membimbing agar para pelaksana meningkatkan kemampuannya untuk melakukan tugas yang ditentukan baginya.
e. Kinerja Pengawas
1. Pengertian Penilaian Kinerja Pengawas Sekolah
Penilaian kinerja pengawas sekolah adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama pengawas sekolah yang dikembangkan menjadi indikator penilaian kinerja dalam rangka pembinaan pengawas sekolah dalam meningkatkan kinerjanya.
2. Aspek Penilaian Kinerja Pengawas sekolah
Aspek yang dinilai pada penilaian kinerja pengawas sekolah mengacu kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan RB Nomor 21 Tahun 2010 yang meliputi:
a. Penyusunan program pengawasan b. Pelaksanaan program pengawasan
c. Evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan
d. Pembimbingan dan Pelatihan profesional guru dan/ atau kepala sekolah 3. Jenis Penilaian kinerja pengawas sekolah
Jenis penilaian yang digunakan dalam menilai kinerja pengawas sekolah adalah penilaian tahunan yang dilaksanakan secara periodik setiap tahun disesuaikan dengan kalender pengawasan sekolah.
4. Tujuan Penilaian Kinerja pengawas sekolah
Penilaian kinerja pengawas sekolah bertujuan untuk:
a. Memperoleh informasi kinerja pengawas berdasarkan hasil evaluasi yang dapat digunakan sebagai dasar pembinaan dan pengembangan profesioanl pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas kepengawasan.
b. Menghimpun data kinerja sebagai dasar untuk menentukan kebutuhan program pembinaan kompetensi mewujudkan pengawas sekolah yang profesional, bermartabat dan sejahtera.
c. Mendeskripsikan kinerja pengawas dalam siklus tahunan sehingga dapat diperoleh gambaran umum kinerja pengawas pada tingkat
kabupaten kota/provinsi sebagai dasar untuk menentukan mutu kinerja pengawas secara nasional.
5. Manfaat Penilaian Kinerja pengawas sekolah
Penilaian kinerja pengawas sekolah diharapkan bemanfaat untuk:
a. Mengetahui capaian hail pelaksanaan kerja yang telah dilakukan pengawas sekolah selama satu periode tertentu, sebagai bagian dari refleksi diri, dalam rangka meningkatkan kualitas kerja di masa berikutnya.
b. Mengelola sistem informasi hasil pengawasan berupa profil kinerja pengawas sekolah dan dampak terhadap sekolah binaan, kepal sekolah, guru dan teman sejawat sebagai input dalam pengambilan keputusan peningkatan dan penjaminan mutu melakukan pemetaan, pembinaan, promosi, dan pengembangan karir pengawas sekolah pendidikan tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.
c. Mengembangkan analisis kekuatan dan kelemahan proses dan hasil pelaksanaan tugas pengawas sekolah sebagai dasar pengembangan dan perbaikan mutu profesi.
d. Menentukan nilai kinerja pengawas sekolah sebagai gambaran dalam pengusulan kenaikan pangkat dan golongan.
e. Bagi sekolah binaan pengawas sekolah (kepala sekolah dan guru), hasil penilaian kinerja pengawas sekolah dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan kemitraan (partnership) untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
f. Bagi pemangku kepentingan, proses dan hasil penilaian kinerja pengawas ini dapat dijadikan dasar pembinaan pengawas sekolah, khususnya sebagai analisi kebutuhan peningkatan kompetensi pengawas melalui program pendidikan dan latihan serta pengembangan profesi pengawas sekolah lainya.
Kinerja pengawas adalah serangkaian tugas yang memiliki keterkaitan sehingga tujuan pendidikan akan tercapai secara efektif dan mampu memberikan kontribusi yang nyata.22 Kemudian menurut Sofjan Salim bahwa kinerja pengawas satuan pendidikan adalah unjuk kerja sebagai pengawas dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dan menampilkan prestasi kerja atau performance hasil kerja yang baik serta berdampak pada mutu pendidikan sekolah binaan.
Kemudian ia juga menegaskan bahwa penilaian kerja adalah bagian penting dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pendidikan sebagai pengawas sekolah.
2.Tugas Pokok dan Fungsi pengawas sekolah a. Tugas pokok pengawas sekolah
Menurut Permen PAN RB Nomor 21 tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya pada pasal 5, Tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan,
22 Amiruddin dkk, Opcit, h.28
pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan professional Guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus. 23 Berdasarkan tugas pokok dan fungsi di atas minimal ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas yakni:
1. Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh staf sekolah
2. Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya
3. Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah.
Tugas pokok yang pertama merujuk pada supervisi atau pengawasan manajerial sedangkan tugas pokok yang kedua merujuk pada supervisi atau pengawasan akademik. Pengawasan manajerial pada dasarnya memberikan pembinaan, penilaian dan bantuan/bimbingan mulai dari rencana program, proses, sampai dengan hasil. Bimbingan dan bantuan diberikan kepada kepala sekolah dan seluruh staf sekolah dalam pengelolaan sekolah atau penyelenggaraan pendidikan di sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah. Pengawasan akademik berkaitan dengan membina dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa.
23 Menurut Permen PAN RB Nomor 21 tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya pada pasal 5
Berdasarkan kedua tugas pokok di atas maka kegiatan yang dilakukan oleh pengawas antara lain:
1. Menyusun program kerja kepengawasan untuk setiap semester dan setiap tahunnya pada sekolah yang dibinanya.
2. Melaksanakan penilaian, pengolahan dan analisis data hasil belajar/bimbingan siswa dan kemampuan guru.
3. Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan, proses pembelajaran/bimbingan, lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap perkembangan hasil belajar/bimbingan siswa.
4. Melaksanakan analisis komprehensif hasil analisis berbagai faktor sumber daya pendidikan sebagai bahan untuk melakukan inovasi sekolah.
5. Memberikan arahan, bantuan dan bimbingan kepada guru tentang proses pembelajaran/bimbingan yang bermutu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar/ bimbingan siswa.
6. Melaksanakan penilaian dan monitoring penyelenggaran pendidikan di sekolah binaannya mulai dari penerimaan siswa baru, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan ujian sampai kepada pelepasan lulusan/pemberian ijazah.
7. Menyusun laporan hasil pengawasan di sekolah binaannya dan melaporkannya kepada Dinas Pendidikan, Komite Sekolah dan stakeholder lainnya.
8. Melaksanakan penilaian hasil pengawasan seluruh sekolah sebagai bahan kajian untuk menetapkan program kepengawasan semester berikutnya.
9. Memberikan bahan penilaian kepada sekolah dalam rangka akreditasi sekolah.
10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pihak sekolah dalam memecahkan masalah yang dihadapi sekolah berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan.
Menurut ofsed dalam sudjana, melihat tugas pengawas sekolah mencakup
1. Inspecting Tugas pokok inspecting (mensupervisi) meliputi tugas mensupervisi kinerja kepala sekolah, kinerja guru, kinerja staf sekolah, pelaksanaan kurikulum/mata pelajaran, pelaksanaan pembelajaran, ketersediaan dan pemanfaatan sumberdaya, manajemen sekolah, dan aspek lainnya seperti: keputusan moral, pendidikan moral, kerjasama dengan masyarakat.
2. Tugas pokok advising (memberi advis/nasehat) meliputi advis mengenai sekolah sebagai sistem, memberi advis kepada guru tentang pembelajaran yang efektif, memberi advis kepada kepala sekolah dalam mengelola pendidikan, memberi advis kepada tim kerja dan staf sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah, memberi advis kepada orang tua siswa dan komite sekolah
terutama dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan.
3. Tugas pokok monitoring/pemantauan meliputi tugas: memantau penjaminan/ standard mutu pendidikan, memantau penerimaan siswa baru, memantau proses dan hasil belajar siswa, memantau pelaksanaan ujian, memantau rapat guru dan staf sekolah, memantau hubungan sekolah dengan masyarakat, memantau data statistik kemajuan sekolah, memantau program-program pengembangan sekolah.
4. Tugas pokok reporting meliputi tugas: melaporkan perkembangan dan hasil pengawasan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Propinsi dan/atau Nasional, melaporkan perkembangan dan hasil pengawasan ke masyarakat publik, melaporkan perkembangan dan hasil pengawasan ke sekolah binaannya.
5. Tugas pokok coordinating meliputi tugas: mengkoordinir sumber- sumber daya sekolah baik sumber daya manusia, material, financial dll, mengkoordinir kegiatan antar sekolah, mengkoordinir kegiatan preservice dan in service training bagi Kepala Sekolah, guru dan staf sekolah lainnya, mengkoordinir personil stakeholder yang lain, mengkoordinir pelaksanaan kegiatan inovasi sekolah.
6. Tugas pokok performing leadership/memimpin meliputi tugas:
memimpin pengembangan kualitas SDM di sekolah binaannya,
memimpin pengembangan inovasi sekolah, partisipasi dalam memimpin kegiatan manajerial pendidikan di Diknas yang bersangkutan, partisipasi pada perencanaan pendidikan di kabupaten/kota, partisipasi pada seleksi calon kepala sekolah/calon pengawas, partisipasi dalam akreditasi sekolah, partisipasi dalam merekruit personal untuk proyek atau program-program khusus pengembangan mutu sekolah, partisipasi dalam mengelola konflik di sekolah dengan win-win solution dan partisipasi dalam menangani pengaduan baik dari internal sekolah maupun dari masyarakat. Itu semua dilakukan guna mewujudkan kelima tugas pokok di atas.24
Berdasarkan uraian tugas-tugas pengawas sebagaimana dikemukakan di atas, maka pengawas satuan pendidikan banyak berperan sebagai: (1) penilai, (2) peneliti, (3) pengembang, (4) pelopor/inovator, (5) motivator, (6) konsultan, dan (7) kolaborator dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah binaannya. Dikaitkan dengan tugas pokok pengawas sebagai pengawas atau supervisor akademik yaitu tugas pokok supervisor yang lebih menekankan pada aspek teknis pendidikan dan pembelajaran, dan supervisor manajerial yaitu tugas pokok supervisor yang lebih menekankan pada aspek manajemen sekolah dapat dimatrikkan dalam tabel berikut ini.
24 Barnawi, dan Arifin, muhamad. Meningkatkan kinerja pengawas sekolah. ( Jakarta: Arr-Ruzz media, 2014 ) 29.