• Tidak ada hasil yang ditemukan

majas dalam kumpulan puisi bantalku ombak selimutku

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "majas dalam kumpulan puisi bantalku ombak selimutku"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI BANTALKU OMBAK SELIMUTKU ANGIN KARYA D. ZAWAWI IMRON

ARTIKEL ILMIAH

REZY MEGA PUSPITA NPM 10080240

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI BANTALKU OMBAK SELIMUTKU ANGIN KARYA D. ZAWAWI IMRON

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)

REZY MEGA PUSPITA NPM 10080240

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(3)
(4)
(5)

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI BANTALKU OMBAK SELIMUTKU ANGIN KARYA D. ZAWAWI IMRON

Oleh

Rezy Mega Puspita

1

, Zulfitriyani ², Rahayu Fitri ³

1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan majas-majas yang terdapat dalam kumpulan puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin Karya D. Zawawi Imron. Majas-majas tersebut berhubungan dengan teori yang dikemukakan oleh Hasanuddin WS, yaitu majas perbandingan, personifikasi, metafora, alegori, parabel, dan fabel. Rumusan penelitian ini yaitu (1) majas apakah yang terdapat dalam kumpulan puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin karya D. Zawawi Imron?

(2) majas apa saja yang dominan digunakan dalam kumpulan puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin karya D. Zawawi Imron?

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis isi.

Data dalam penelitian berupa uraian rinci puisi-puisi yang terdiri dari kata-kata dan kalimat di dalam kumpulan puisi Bantalku Ombak selimutku angin yang berhubungan dengan majas. Sumber data dalam penelitian adalah buku kumpulan puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin karya D.

Zawawi.

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa dari lima puluh sembilan puisi ada lima majas yang ditemukan yaitu berupa majas perbandingan, personifikasi, metafora, parabel, dan fabel. Majas perbandingan ditemukan pada sembilan puisi, personifikasi ditemukan pada delapan belas puisi, metafora ditemukan pada satu puisi, parabel ditemukan pada dua puisi, dan fabel ditemukan pada satu puisi, dan secara keseluruhannya data yang dianalisis berjumlah dua puluh sembilan puisi. Dari analisis masing-masing puisi tersebut, maka ditemukan majas yang dominan digunakan di dalam kumpulan puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin adalah majas personifikasi.

Kata kunci: majas, puisi, kumpulan puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin

(6)

FIGURE OF SPEECH IN COLLECTION POETRY BANTALKU OMBAK SELIMUTKU ANGIN CREATION OF D. ZAWAWI IMRON

By

Rezy Mega Puspita

1

, Zulfitriyani ², Rahayu Fitri ³

1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACK

This study aimed to describe the figures of speech contained in the collection of poetry Bantalku Ombak Selimutku Angin creation of Zawawi Imron. The figures of speech related to the theory put forward by Hasanuddin WS, that figure of speech comparison, personification, metaphor, allegory, parable, and fable. The formulation of this study are (1) what are the figure of speech in a collection of poetry Bantalku Ombak Selimutku Angin creation of Zawawi Imron? (2) What are the dominant figure of speech used in the collection of poetry Bantalku Ombak Selimutku Angin creation of Zawawi Imron?

This research is qualitative research with use the method content analysis. The data in this study a detailed description of the poetrys composed of words and sentences in the collection of poetry Bantalku Ombak Selimutku Angin associated with the figure of speech. Source of data in this study is a book of poetry Bantalku Ombak Selimutku Angin creation of D. Zawawi.

Based on the research findings and the discussion it can be concluded that of the fifty-nine poetrys there are five figure of speech that is found in the form of figure of speech comparison, personification, metaphor, parable, and fable. Comparative figure of speech founded in nine poetrys, personification founded in eighteen poetrys , metaphors founded in one poetry, parables founded in two poetrys, and fables founded in one poetry, and the data were analyzed as a whole amounted to twenty-nine poetrys. From the analysis of each of these poetry, it was found that the dominant figure of speech used in the collection of poetrys Bantalku Ombak Selimutku Angin is the personification figure of speech.

Keywords: figure of speech, poetry, the collection of poetry Bantalku Ombak Selimutku Angin.

(7)

PENDAHULUAN

Karya sastra muncul karena adanya keinginan dari penyair untuk mengungkapkan ide-ide kreatif dan imajinatif yang dilihat, dirasakan, dan diperhatikan dari kehidupan nyata. Menurut Hasanuddin (2002:5), untuk merebut makna yang tertuang di dalam puisi, pemahamannya harus ditarik dari rangkaian kata-kata atau bahasa yang telah ditata sedemikian rupa. Permasalahan pada penelitian ini adalah majas yang terdapat dalam kumpulan puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin karya D. Zawawi Imron. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis majas yang terdapat dalam kumpulan puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin dan mendeskripsikan jenis majas yang dominan digunakan dalam kumpulan puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin.

Kumpulan puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin (BOSA) ini terdiri atas empat sub bab kumpulan puisi, yaitu kumpulan puisi Semerbak Mayang, Madura Akulah Lautmu, Tembang Dusun Siwalan, dan Bantalku Ombak Selimutku Angin.

Pradopo (2000:7) menyatakan bahwa “Puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang beriramah”. Semua itu merupakan sesuatu yang penting yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Penggunaan majas dalam karya sastra khususnya puisi secara tidak langsung akan menimbulkan keindahan tersendiri pada karya tersebut.

Pemajasan merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggayabahasaan yang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada makna yang tersirat (Nurgiyantoro, 1995:297). Maksudnya yaitu merupakan yang sengaja mendayagunakan penuturan dengan memanfaatkan bahasa kias. Pembicaraan tentang gaya bahasa menyangkut pada kemahiran pengarang dalam menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Menurut Hasanuddin WS (2002:133), majas adalah penggunaan kata-kata yang susunan dan artinya sengaja disimpangkan atau dilepaskan dari arti dan susunan sebenarnya, yang berguna untuk menambah keindahan dan kekuatan ekspresi. Caranya ialah dengan menggunakan majas perbandingan, pertentangan, pertautan antara hal yang satu dengan hal yang lainnya, yang maknanya sudah dikenal oleh pembaca atau pendengar. Dalam penelitian ini peneliti mengambil acuan pada majas yang dikemukakan oleh Hasanuddin WS sebagai objek yang akan diteliti di dalam kumpulan puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin karya D. Zawawi Imron. Bentuk majas menurut Hasanuddin WS adalah : perbandingan, personifikasi, metafora, alegori, parabel, dan fabel.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang tidak menggunakan perhitungan atau angka-angka. Menurut Moleong (2010:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitiannya misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Metode dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode analisi isi (content analysis). Dasar pelaksanaan metode analisis isi adalah penafsiran. Sesuai dengan namanya metode analisis isi ini berhubungan dengan isi komunikasi, baik secara verbal dalam bentuk bahasa, maupun nonverbal. Metode analisis ini menekankan bagaimana memaknakan isi komunikasi yang terjadi dalam suatu peristiwa, maksudnya metode ini bertujuan untuk meneliti gaya tulisan seorang pengarang (Ratna, 2004:48-49).

HASIL PENELITIAN 1. Temuan

Kumpulan puisi ini terdiri dari lima puluh sembilan puisi, dari lima puluh sembilan puisi tersebut penulis mengambil sampel dua puluh sembilan puisi yang akan dianalisis masing- masingnya tergolong ke dalam majas perbandingan, personifikasi, metafora, parabel, dan fabel yang akan dijadikan sebagai objek penelitian. Penelitian ini menemukan majas yang terdapat dalam kumpulan Bantalku Ombak Selimutku Angin adalah majas perbandingan, majas personifikasi, majas metafora, majas parabel, dan majas fabel. Pemakaian majas perbandingan sebanyak sembilan puisi, majas personifikasi sebanyak delapan belas puisi, metafora sebanyak satu puisi, parabel sebanyak dua puisi, serta majas fabel sebanyak satu puisi. Berdasarkan penggunaan majas dari dua puluh sembilan puisi di dalam kumpulan puisi Bantalku Ombak

1

(8)

Selimutku Angin terlihat bahwa majas personifikasi lebih dominan digunakan daripada majas yang lain.

2. Pembahasan

Pada analisis digunakan pengkodean, yaitu kode I (KI) untuk menyatakan halaman puisi (Bantalku Ombak Selimutku Angin Karya D. Zawawi Imron), dan kode II (KII) untuk menyatakan nomor data lampiran.

a. Majas Perbandingan

Berdasarkan teori Hasanuddin WS (2002), bahasa bermajas perbandingan adalah bahasa yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, misal, umpama, laksana, dan kata-kata pembanding yang lain, berikut akan dijelaskan pada beberapa puisi saja.

Majas perbandingan pada puisi yang berjudul “Lukisan” dapat dilihat pada kutipan berikut.

Ia adalah engkau, manisku!

Bagai burung gelatik ajaib

Kata bagai pkutipan di atas mungkin dimaksudkan oleh pengarang yaitu menggambarkan seorang wanita atau istri yang cantik, muda, dan penuh kasih sayang dalam menjaga anak- anaknya, sehingga sosok wanita di sini diibaratkan seperti burung gelatik ajaib dengan paruh merah mawar muda.

Majas perbandingan pada puisi yang berjudul “Ibu” dapat dilihat pada kutipan berikut Bila kasihmu ibarat samudera

Sempit lautan teduh

Kata ibarat pada kutipan di atas mungkin dimaksudkan oleh pengarang yaitu untuk menggambarkan bahwa kasih sayang seorang ibu itu diibaratkan seperti samudera yang dalam dan luas. Ibu adalah sosok wanita yang kuat, penyayang, tegar, dan menyayangi tanpa pamrih, selalu ada di saat sedih, dan bahagia, sehingga kasih ibu itu diibaratkan seperti samudera.

Majas perbandingan pada puisi yang berjudul “Padang Katelong” dapat dilihat pada kutipan berikut.

Mayat-mayat bergelimpangan Mekar alisnya bagai duri

Kata bagai pada kutipan di atas mungkin dimaksudkan oleh pengarang untuk menggambarkan suasana di medan perang yang semakin sengit, tragis, dan genting, dimana sosok pemuda atau satria yang sedang berperang itu berlumuran darah sampai ia terjatuh, sehingga suasana pemuda yang sedang berperang di sini diibaratkan seperti duri, perjuangannya semakin lama semakin rumit, runcing dan sengit.

Majas perbandingan pada puisi yang berjudul “Padang Landak” dapat dilihat pada kutipan berikut.

...

Peluklah

Bagai bunda mendekap bayi

Kata bagai pada kutipan di atas mungkin dimaksudkan oleh pengarang adalah menggambarkan seseorang yang ingin kembali ke tempat asalnya dan berharap untuk disayangi seperti seorang ibu yang memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang, sehingga keinginan seseorang di sini diibaratkan seperti bunda mendekap bayi.

Majas perbandingan pada puisi yang berjudul “Romusha” dapat dilihat pada kutipan berikut.

...

Mengapa tidak engkau setorkan?

Mulutmu bagai dubur ayam

Kata bagai pada kutipan d atas mungkin dimaksudkan oleh pengarang untuk menggambarkan kekesalan seseorang kepada lurah atau pemimpin di desanya yang telah mengumbarkan janji-janji namun tidak ditepatinya, sehingga mulut lurah tersebut diibaratkan seperti dubur ayam yang bau dan busuk.

Majas perbandingan pada puisi yang berjudul “Pertemuan dengan Pak Dirman” ditemukan dua ungkapan dapat dilihat pada kutipan berikut.

Dudukku lunglai

2

(9)

Bagai sebutir debu yang tak bernyawa

Kata bagai pada kutipan di atas mungkin dimaksudkan oleh pengarang untuk menggambarkan perasaan seorang anak yang lagi sedih, tidak menentu, tidak bertujuan dan bercampur penyesalan di dalam jiwanya, sehingga perasaan di sini diibaratkan seperti sebutir debu yang tak bernyawa.

“Bapak!

Kata-katamu bagaikan pedang Yang melukai hatiku

Kata bagaikan pada kutipan di atas mungkin dimaksudkan oleh pengarang untuk menggambarkan luapan isi hati atau kekesalan seorang anak kepada bapaknya. Maksudnya di sini adalah bahwa perkataan yang diucapkan oleh bapaknya itu sangat kasar, pedih dan serasa sakit seperti ditusuk pedang.

b. Majas Personifikasi

Personifikasi atau prosopopoenia adalah semacam gaya bahasa bermajas yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusian Keraf (dalam Hasanuddin WS, 2002:135). Majas personifikasi ditemukan sebanyak 18 puisi, namun di sini akan dijelaskan beberapa puisi saja.

Majas personifikasi pada puisi yang berjudul “Layang-Layang” ditemukan dua ungkapan yaitu dapat dilihat pada kutipan berikut.

Bukit-bukit membungkuk Hatinya rela

Kutipan puisi di atas dimaksudkan pengarang untuk menggambarkan perasaan sedih seseorang yang sedang menghadapi suatu masalah. Bukit-bukit membungkuk di atas seolah-olah seperti seorang manusia yang telah lelah karena menghadapi suatu masalah.

Majas personifikasi pada puisi yang berjudul “Layang-Layang” dapat dilihat pada kutipan berikut.

Angin dan dengung meratap

Memanggil anak dusun yang meneguk sejuk di rantau

Kutipan puisi di atas dimaksudkan pengarang untuk menggambarkan perasaan seorang ibu yang sedih karena ditinggal anaknya. Angin dan dengung meratap di atas seolah-olah seperti seorang ibu yang ingin bertemu dengan anaknya yang telah lama tidak kembali ke kampung halamannya.

Majas personifikasi pada puisi yang berjudul “Pantai Dinari” dapat dilihat pada kutipan berikut.

Bulan lelah di atas malam

Kutipan puisi di atas dimaksudkan pengarang untuk menggambarkan seorang wanita yang bosan dengan kehidupan yang dijalaninya. Perasaan wanita di atas diibaratkan seperti bulan lelah di atas malam, sehingga bulan di sini seolah-olah seperti seorang wanita.

Majas personifikasi pada puisi yang berjudul “Nyanyian Kampung Halaman” dapat dilihat pada kutipan berikut.

Saat baik kacungku pulang Awan perak telanjang

Kutipan puisi di atas dimaksudkan pengarang untuk menggambarkan seorang ibu yang menerima kembali kepulangan anaknya. Telanjang di sini diibaratkan seoalah-olah seorang ibu yang terbuka menerima keadaan anaknya kembali dari rantau.

Majas personifikasi pada puisi yang berjudul “Semerbak Mayang” dapat dilihat pada kutipan berikut.

Saat kau datang dalam hatiku Bumi berbisik selembut lagu,

Kutipan puisi di atas dimaksudkan pengarang untuk menggambarkan perasaan bahagia karena cinta. Cinta itu diibaratkan selembut lagu yang membuat seseorang merasa bahagia, sehingga bumi pada kalimat di atas seolah-olah seperti seorang laki-laki yang sedang jatuh cinta.

Majas personifikasi pada puisi yang berjudul “Pertempuran di Awang-Awang” dapat dilihat pada kutipan berikut.

Angin gila, segalanya pun gila

Laut gemetaran oleh peristiwa itu pula 3

(10)

Kutipan puisi di atas dimaksudkan pengarang untuk menggambarkan perasaan seseorang yang sedih dan pasrah pada suatu peristiwa yang menimpanya. Perasaan di sini diibaratkan seperti angin gila. Maksudnya angin sepoi-sepoi yang bertiup kesana kemari tanpa ada tujuan. Angin gila di sini seolah-olah seperti manusia yang tidak mempunyai akal sehat atau tidak mempunyai tujuan hidup.

Ia bernyanyi

Bumi pun turut bernyanyi

Penggunaan majas personifikasi terdapat pada kalimat” Ia bernyanyi, bumi pun turut bernyanyi”. Kalimat di atas menggambarkan perasaan senang, dan bahagia seorang anak. Rasa senang yang dirasakan oleh anak itu juga dirasakan oleh bumi.

Majas personifikasi pada puisi yang berjudul “Padang Landak” dapat dilihat pada kutipan berikut.

Mewakili perasaan Daun-daun lunglai Menunduk ke arah lubang

Kutipan pada puisi di atas dimaksudkan pengarang untuk menggambarkan perasaan sedih, lelah, dan tidak bersemangat. Daun-daun lunglai ini seolah-olah diibaratkan dengan tubuh manusia yang tidak berdaya atau tidak bersemangat dalam menghadapi suatu kenyataan hidup.

Majas personifikasi pada puisi yang berjudul “Pembunuh” yaitu dapat dilihat pada kutipan berikut.

Bintang-bintang pun jadi terpejam Ketika kepala si opas dinar Terpisah dengan tubuhnya

Kutipan pada puisi di atas dimaksudkan pengarang yaitu menggambarkan bintang yang tidak memancarkan cahaya. “Bintang-bintang pun jadi terpejam” ini diibaratkan dengan mata manusia yang tidak bisa melihat cahaya dunia. Bintang-bintang pun jadi terpejam ini seolah-olah seperti manusia yang telah meninggal dan tidak bisa melihat dunia lagi.

Majas personifikasi pada puisi yang berjudul “Di Bawah Layar” dapat dilihat pada kutipan berikut.

Esoknya

Angin pun malas

Kutipan pada puisi di atas dimaksudkan pengarang untuk menggambarkan semangat seseorang yang mulai pudar dan tidak mempunyai masa depan. Jadi, dapat disimpulkan dari ketiga kutipan puisi dengan penggunaan majas personifikasi dimaksudkan pengarang, diawal digambarkan jiwa muda yang penuh semangat dalam mencapai cita-cita, kemudian pada akhirnya seseorang tersebut tidak bersemangat.

c. Majas Metafora

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk singkat. Metafora sebagai perbandingan langsung tidak menggunakan kata seperti, bak, bagai, atau bagaikan, sehingga pokok pertama dihubungkan dengan pokok kedua Keraf (dalam Hasanuddin WS, 2002:136), dapat dilihat pada puisi yang berjudul “Mawar dan Nenek Tua”

berikut ini.

Nenek tua, nenek renta Ia punya jambang dan mawar yang gemetar Ia tanam mawar itu

Penggunaan majas metafora pada puisi “mawar dan nenek tua” pengarang berusaha membandingkan dua hal secara langsung tetapi dalam bentuk singkat sama halnya dengan puisi mawar dan nenek tua, dimana sebagai perbandingan langsung puisi tersebut tidak menggunakan kata seperti, bak, bagai, umpama, dan bagaikan. Pengarang dalam puisi “mawar dan nenek tua”

dimana nenek tua dalam puisi ini membandingkan secara langsung anaknya dengan sebuah tanaman yaitu mawar. Isi puisi dari “mawar dan nenek tua” yaitu penantian nenek tua yang menunggu kedatangan anak satu-satunya yang telah lama mengembara. Penantian nenek tua tersebut berujung sia-sia karena anak yang ditunggunya tidak kunjung pulang sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya.

4

(11)

d. Majas Parabel

Parabel atau parabola merupakan suatu kisah dengan tokoh-tokoh biasanya manusia yang selalu mengandung tema moral Keraf (dalam Hasanuddin WS, 2002:140), dapat dilihat pada puisi berikut.

Majas parabel pada puisi yang berjudul ”Kepada Pattimura” dapat dilihat pada kutipan berikut.

Dahagamu dihargai para ahli waris yang mengenal nilai-nilai kesopanan

Kesopanan yang sepintas pantas menetaskan perang

Kutipan pada puisi “kepada Pattimura” ini berisi tentang kisah singkat dengan tokoh-tokoh manusia yang mengandung pesan moral. Pada puisi “kepada Pattimura” ini menceritakan kisah seorang pahlawan kebenaran. Tokoh Pattimura dalam puisi ini juga mengandung nilai-nilai kesopanan untuk bisa dijadikan sebagai panutan bagi anak bangsa selanjutnya. Pengarang berusaha menggambarkan bagaiamana Pattimura dalam mencapai kemerdekaan tanpa menyerah sehingga perjuangan Pattimura dikenang sampai sekarang.

Majas parabel pada puisi yang berjudul ”Pahlawan dari Sampang” dapat dilihat pada kutipan berikut.

...

Siapa anda?

Saya hanya seorang pemberontak yang cinta damai

tetapi benci keserakahan dan saya dibunuh

oleh orang terdekat yang memihak musuh

Kutipan pada puisi “Pahlawan Dari Sampang” menceritakan seorang pemuda pemberontak yang cinta damai tetapi benci keserakahan dan ia dibunuh oleh orang terdekatnya yang memihak kepada musuh. Di sini pengarang menggambarkan seorang pemuda untuk membela kebenaran, namun ia tewas di medan perang karena dihianati oleh teman seperjuangannya. Pesan moral dalam puisi ini terlihat pada kutipan “saya hanya seorang pemberontak yang cinta damai tetapi benci keserakahan”.

e. Majas Fabel

Fabel adalah suatu bentuk pengucapan yang dapat dikategorikan kepada bentuk bahasa bermajas metafora, yaitu metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang. Fabel menyampaikan prinsip tingkah laku melalui analogi yang trasparan dari tindak-tanduk binatang, tumbuhan, atau mahluk yang tidak bernyawa (Keraf dalam Hasanuddin WS, 2002:141-142), dapat dilihat pada puisi yang berjudul “Selamat Gagak Hitam”.

Penggunaan majas fabel pada puisi yang berjudul “Selamat Gagak Hitam” dapat dilihat pada kutipan berikut.

Lalu gagak hitam

Meluncurkan tangisan maut Dari paruhnya yang tajam Orang-orang memberi salam Selamat gagak hitam Gagak yang malang

Kutipan pada puisi “selamat gagak hitam” di atas, pengarang menggambarkan cerita tentang seekor burung gagak yang tujuannya untuk menyampaikan ajaran moral atau budi pekerti agar diterapkannya prinsip tingkah laku yang dapat menjadi prinsip hidup. Puisi ini lebih menekankan tentang kehidupan seekor burung gagak dalam memperjuangkan kehidupannya dari tangan pemburuh. Pesan moral yang terlihat dalam puisi ini jangan pernah menyakiti sesama makhluk hidup.

IMPLIKASI

Dalam pembelajaran bahasa dan sastra indonesia, baik ditingkat SMP atau SMA perlu diajarkan apresiasi sastra, khususnya puisi. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam bidang kesusasteraan. Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia dapat diterapkan sesuai dengan standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pemakaian

5

(12)

majas dalam kumpulan puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin karya D. Zawawi Imron dapat diajarkan dalam Standar Kompetensi (SK): 16. Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas. Kompetensi Dasar (KD): 16.1. menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai. KD ini terdapat dalam pembelajaran bahasa dan sastra indonesia kelas IX semester II.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan majas dalam kumpulan puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin karya D. Zawawi Imron adalah majas perbandingan, majas personifikasi, majas metafora, majas parabel, dan majas fabel. Majas personifikasi menjadi majas yang dominan digunakan dalam kumpulan puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin. Majas personifikasi menjadi majas pilihan yang banyak digunakan oleh pengarang puisi dalam kumpulan puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin. Penggunaan majas personifikasi dalam kumpulan puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin bertujuan untuk menyamakan suatu hal atau benda mati dengan tingkah laku dan sifat manusia.

SARAN

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan pada bidang telaah prosa khususnya puisi. Secara praktis, bagi penulis sendiri diharapkan dapat menambah wawasan, pemahaman tentang majas dan meningkatkan ketertarikan terhadap karya sastra khususnya puisi. Bagi peneliti lain diharapkan menjadi bahan perbandingan dan pedoman dalam penulisan dan penelitian sastra selanjutnya dengan objek yang berbeda. Bagi guru bahasa Indonesia diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan ajar dan pedoman dalam pembelajaran karya sastra khususnya dalam sastra puisi.

6

(13)

KEPUSTAKAAN

Hasanuddin WS. 2002. Membaca dan Menilai Sajak. Bandung: Angkasa Imron, D. Zawawi. 2001. Semerbak Mayang. Jakarta: Gama Media.

Moleong, J. Lexy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remaja Rosda.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Gadjah Mada: University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2000. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: FSUGM.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, Dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

7

Referensi

Dokumen terkait

MAJAS YANG TERDAPAT PADA LIRIK LAGU “SEPASANG PENDAKI” Lirik-lirik lagu Sepasang Pendaki yang mengandung majas yaitu: 1 Melarikan diri dari penatnya kota 2 Sang senja mengintip dari

[r]