MAKALAH
FORMULASI, TEKHNOLOGI, DAN ANALISIS SEDIAAN PADAT
“FAMOTIDINE”
Disusun Oleh:
Izhna Komala Maharani (2300023216) Nimas Putri Dinda Ramadhani (2300023217)
Dosen Pembimbing:
Dr. Apt. Nina Salamah, M.Sc
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat- Nya sehingga makalah dengan judul "Verifikasi Bahan Baku Obat Famotidin" ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu tanpa ada halangan.
ami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan inspirasi untuk pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun masih banyak keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
Yogyakarta, 24 September 2024
Penulis
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
Berdasarkan pada Peraturan Badan POM Nomor 34 Tahun 2018, obat adalah bahan atau panduan bahan yang digunakan dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan peningkatan kesehatan bagi manusia (BPOM RI, 2018). Bahan baku obat harus memiliki kualitas yang baik agar tidak menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan penyakit. Obat yang berkualitas baik adalah obat yang berkhasiat (efficacy), aman (safety), dan berkualitas (quality). Ketiga hal tersebut dapat tercapai dengan melakukan pengawasan mutu selama proses produksi berlangsung (Riyanto, 2019). Proses pengawasan mutu obat dilakukan dengan serangkaian pengujian kualitatif dan kuantitatif baik pada bahan awal yang digunakan, produk antara, produk ruahan serta produk jadi dari obat yang dihasilkan (Riyanto, 2019). Dilakukan verifikasi pada bahan baku obat dengan melakukan metode analisis yang menggunakan metode yang berasal dari Farmakope Indonesia (FI) dan Farmakope Herbal Indonesia (FHI).
Pada era globalisasi ini, perusahaan dituntut untuk selalumemperhatikan kualitas jasa atau produk demi menjaga persaingan dengan perusahaan lain. Pengurangan produk cacat dapat dilakukan dengan pengendalian kualitas mutu produk dalam peningkatan produktivitas karena jaminan kualitas merupakan faktor dasar yang akan meningkatkan kepuasan konsumen.
Banyak faktor yang memungkinkan terjadinya permasalahan kecacatan produk seperti halnya material yang digunakan kurang baik, tenaga kerja ahli yang kurang memadai, kondisi dari mesin atau metode kerja yang digunakan, dan lainnya. Dalam hal ini pengendalian mutu/kualitas memiliki peranan penting dalam menghasilkan.
Identifikasi dan verifikasi bahan baku penting bagi industri apa pun, dan merupakan persyaratan regulasi bagi produsen farmasi. Instrumen Raman menyediakan sidik jari molekuler dari sampel yang diukur dan menyediakan identifikasi dan verifikasi bahan yang tidak merusak seperti bahan farmasi aktif (API), eksipien, zat antara, dan produk jadi. Ini juga merupakan metode yang diakui untuk mematuhi panduan PIC/S GMP mengenai jaminan identitas 100% untuk bahan awal. Dengan memanfaatkan instrumentasi Raman portabel dan genggam, analisis non-kontak dapat dilakukan melalui wadah transparan, sekaligus menjaga volume dan integritas sampel.
Pada pertengahan tahun 1970-an, cimetidine, antagonis reseptor histamin H 2 pertama , telah ditemukan di Inggris. Sepuluh tahun kemudian famotidine diperkenalkan, dan sejak diperkenalkan, lebih dari 30 juta pasien di seluruh dunia telah diobati dengan obat tersebut.
Famotidine adalah antagonis reseptor histamin H 2 yang poten , yang secara struktural berbeda daripendahulu cimitidine dan ranitidine karena memiliki cincin tiazol yang digantikan oleh guanidin, bukan cincin imidazol atau furan.
BAB II PEMBAHASAN
Famotidin merupakan antagonis reseptor histamin-2 (H-2) yang banyak diresepkan untuk penyakit tukak lambung, ulkus duodenum, dan Gastroesophageal Reflux Disease. Dosis terapetik famotidin adalah 40 mg per hari. Famotidinmemiliki kelemahan yaitu bioavailabilitas rendah (40-45%) dan waktu paruh pendek (2,5-4 jam). Famotidin memiliki kelarutan yang baik tetapi permeabilitasnya rendah, maka diperlukan sistem penghantaran obat yang mampu mempertahankan keberadaannya di dalam lambung untuk meningkatkan efikasinya menghambat reseptor H-2, salah satunya adalah sistemfloating. Sistem floating merupakan sistem pengantaran obat yang didesain untuk dapat mengapung dan tinggal di lambung selama beberapa waktu (Garg & Gupta, 2008).
Famotidin adalah bubuk kristal atau kristal berwarna putih hingga putih kekuningan pucat.
Larutan famotidin memiliki pH 5,0–5,6; suspensi obat yang homogen memiliki pH 6,5–7,5 dan meleleh pada sekitar 163–164 o o C atau kurang. Famotidin adalah antagonis reseptor histamin H2 poten yang secara struktural berbeda dari pendahulunya simitidin dan ranitidin karena memiliki cincin tiazol yang tersubstitusi guanidin daripada cincin imidazol atau furan. Pada manusia, famotidin menghambat sekresi asam lambung basal dan terstimulasi dari sel parietal dan tidak memiliki aktivitas yang tampak signifikan secara klinis pada reseptor histamin H2 di luar saluran gastrointestinal. Melalui penghambatan sekresi asam lambung, famotidin meningkatkan penyembuhan tukak duodenum dan lambung serta esofagitis erosif . Famotidin diberikan melalui mulut atau parenteral melalui rute intravena . Obat ini memiliki profil tolerabilitas yang sangat baik dan memiliki insiden efek samping terendah . Famotidin dimetabolisme di hati menjadi famotidin S-oksida. Metabolit ini tidak memiliki aktivitas farmakologis pada sekresi asam lambung. Obat ini sebagian besar dieliminasi sebagai obat yang tidak berubah dan hanya 30–35% yang mengalami rute metabolisme.C. Larutan famotidine peka terhadap cahaya dan harus dilindungi dari cahaya. Tablet famotidine yang tersedia secara komersial disimpan dalam wadah tertutup rapat dan tahan cahaya pada suhu 40 Mekanisme Kerja Famotidine
Penghambatan Reseptor H2
Famotidine bekerja dengan cara menghambat aksi histamin pada reseptor H2 yang terdapat di membran basolateral sel parietal lambung. Famotidine menurunkan produksi asam lambung, menekan konsentrasi asam dan kandungan pepsin, serta menurunkan volume sekresi lambung.
Famotidine menghambat sekresi asam lambung basal dan nokturnal, serta sekresi asam yang dirangsang oleh makanan, kafein , insulin, dan pentagastrin . Famotidine memiliki aksi terapeutik yang bergantung pada dosis, dengan dosis tertinggi memiliki durasi aksi yang paling lama dan efek penghambatan tertinggi pada sekresi asam lambung. Setelah pemberian oral, onset aksi terjadi dalam waktu satu jam, dan efek puncak dicapai dalam waktu 1-3 jam. Durasi efeknya sekitar 10-12 jam.
Monografi Mencantumkan nama bahan, definisi, spesifikasi, dan persyaratan lain yang berkaitan dengan kemasan, penyimpanan dan penandaan. Spesifikasi dalam monografi meliputi jenis pengujian, prosedur pengujian, dan kriteria penerimaan untuk memastikan identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian bahan. Untuk ketentuan umum yang spesifik berkaitan dengan bagian monografi, lihat Komponen monografi.
Penggunaan prosedur uji Tiap monografi dapat mencantumkan beberapa parameter pengujian, prosedur dan atau kriteria keberterimaan, yang mencerminkan variasi bahan dari tiap industri. Misalnya tersedia beberapa alternatif untuk bentuk polimorf yang berbeda, cemaran, bentuk hidrat dan disolusi. Monografi menyatakan pengujian, prosedur dan atau kriteria keberterimaan yang digunakan, dan penandaan yang dipersyaratkan.
Kriteria keberterimaan Meliputi kesalahan analisis dari variasi yang tidak bisa dihindari pada saat produksi dan formulasi, dan kesalahan yang masih dapat diterima pada kondisi teknis.
Nilai kriteria keberterimaan Farmakope bukan merupakan dasar pengakuan bahwa bahan resmi dengan kemurnian melebihi 100% adalah melebihi kualitas Farmakope. Sama halnya, ketika bahan disiapkan dengan persyaratan kondisi yang lebih ketat dari spesifikasi monografi tidak menjadi dasar pengakuan bahwa bahan tersebut melebihi persyaratan Farmakope.
FAMOTIDIN Famotidine
3-[[2-(Diaminometilenamino)tiazol-4-il]metiltio]-N - sulfamoilpropanimidamida [76824-35 6]
C8H15N7O2S3 BM 337,45 Famotidin mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C8H15N7O2S3, dihitung terhadap zat kering.
Pemerian: Serbuk hablur putih hingga putih kekuning-kuningan. Peka terhadap cahaya.
Kelarutan: Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam dimetilformamida dan dalam asam asetat glasial; sukar larut dalam metanol; praktis tidak larut dalam aseton, dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter, dan dalam etil asetat.
Baku pembanding Famotidin BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pendingin. Senyawa Sejenis B Famotidin BPFI.
Senyawa Sejenis C Famotidin. Senyawa Sejenis D Famotidin BPFI. Senyawa Sejenis E Famotidin. Senyawa Sejenis F Famotidin BPFI.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromida P atau minyak mineral P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Famotidin BPFI.
Susut pengeringan Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 80 selama 5 jam.
Sisa pemijaran Tidak lebih dari 0,1%.
Logam berat Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi .
Dapar Buat larutan natrium 1-heksansulfonat P 1,882 mg per mL, atur pH hingga 3,5 dengan penambahan asam asetat P.
Larutan A Buat Campuran asetonitril P-metanol P-Dapar (47:3:450). Saring dan awaudarakan.
Larutan B Gunakan asetonitril P.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Tabel 1 dalam Sistem kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi . [Catatan Jika perlu, atur Fase gerak untuk puncak famotidin mencapai waktu retensi 19 sampai 23 menit, dan maksimum 48 menit untuk Senyawa Sejenis E Famotidin BPFI].
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah Famotidin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Larutan A hingga diperoleh kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai, encerkan dengan Larutan A hingga diperoleh kadar lebih kurang 0,5 µg per mL.
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang saksama sejumlah Senyawa Sejenis D Famotidin BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga diperoleh kadar lebih kurang 0,25 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Pipet 1 mL Larutan kesesuaian sistem persediaan dan 0,5 mL Larutan baku persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dan encerkan dengan Larutan A sampai tanda.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan dan encerkan dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
Larutan identifikasi Timbang saksama masing-masing sejumlah Famotidin BPFI, Senyawa Sejenis B Famotidin BPFI, Senyawa Sejenis C Famotidin BPFI, Senyawa Sejenis D Famotidin BPFI, Senyawa Sejenis E Famotidin BPFI dan Senyawa Sejenis F Famotidin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Larutan A hingga kadar Famotidin BPFI lebih kurang 0,5 mg per mL dan kadar masing-masing senyawa sejenis B famotidin, senyawa sejenis C famotidin, senyawa sejenis D famotidin, senyawa sejenis E famotidin dan senyawa sejenis F famotidin lebih kurang 1,5 µg per mL. [Catatan Untuk melarutkan Senyawa Sejenis F Famotidin BPFI yang sukar larut dalam Larutan A, disarankan untuk melarutkan terlebih dahulu dalam sedikit natrium hidroksida 0,1 N.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 265 nm dan kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm.
Pertahankan suhu kolom pada 50. Laju alir dan kromatograf diatur seperti pada Tabel 1.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak famotidin dan senyawa sejenis D famotidin tidak kurang dari 3,5.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji, Larutan baku dan Larutan identifikasi, rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak berdasarkan waktu retensi pada Tabel 2. Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan rumus:
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari Larutan uji; rs adalah respons puncak famotidin dari Larutan baku; CS adalah kadar Famotidin BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
CU adalah kadar famotidin dalam mg per mL Larutan uji dan F adalah faktor respons relatif (lihat Tabel 2). Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel 2.
Penetapan kadar Titrimetri Timbang saksama lebih kurang 250 mg zat, larutkan dalam 80 mL asam asetat glasial P. Titrasi dengan larutan asam perklorat 0,1 N LV, menggunakan sistem elektroda anhidrat yang sesuai. Lakukan penetapan blangko dan buat koreksi jika perlu.
Tiap mL asam perklorat 0,1 N setara dengan 16,87 mg C8H15N7O2S3
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terlindung cahaya, pada suhu ruang.
HASIL VERIFIKASI Verifikasi Metode Analisis
1. Akurasi
Akurasi merupakan kesesuaian hasil analisis dengan nilai yang diterima sebagai nilai benar (acceptance value). Akurasi dinyatakan dalam persen recovery atau perolehan kembali. Metode dinyatakan akurat apabila nilai rata-rata perolehan kembali berada pada rentang 80- 110%
untuk konsentrasi 10 µg/mL dan 90- 107% untuk konsentrasi 100 µg/mL (AOAC, 2012). Tabel II menampilkan hasil nilai perolehan kembali (recovery) dari masing- masing level konsentrasi yang berkisar antara 101,83% 102,46% sehingga akurasi metode - memenuhi persyaratan yang ditetapkan AOAC.
2. Sifat Alir dan Daya Serap Granul Sifat alir granul
Sifat alir granul digambarkan dengan kecepatan alir dari serbuk. Semakin besar kecepatan alirnya maka akan semakin baik sifat alirnya. Hasil evaluasi kecepatan alir
Hasil menunjukkan semakin sedikit persentase HPMC K100M dan semakin besar persentase gum xanthan maka serbuk akan memiliki kecepatan alir yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena gum xanthan dapat menghasilkan granul dengan berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan berat jenis dari granul HPMC sehingga granul menjadi lebih mudah mengalir (Siswanto dan Sulihtyowati, 2006). HPMC memiliki sifat higroskopis sehingga granul yang dihasilkan akan memiliki gaya tarik menarik yang kuat dan menyebabkan granul tidak menyebar dengan baik (Cahyo, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Cahyo, Hadi, 2012, Optimasi Kombinasi Hidroksipropil MetilSelulosa Sebagai Matriks dan Avicel PH 101 Sebagai Filler Binder Untuk Formula Tablet Kapropril Lepas Lambat Sistem Floating, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
DEPKES RI, 2018. Cara Pembuatan Obat yang Baik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI. Farmakope Indonesia edisi VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2020.
Garg, R. & Gupta, G. D., 2008, Progress in Controlled Gastroretentive Delivery System, Tropical Journal of Pharmaceutical Research 7(3), 1055-1066.
Riyanto. (2015). Validasi & Verifikasi Metode Uji: sesuai dengan ISO/IEC 17025 Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi. Yogyakarta: Deepublish.
Siswanto, Agus dan Sri Sulihtyowati Soebagyo. 2006. Optimasi Formula Sediaan Tablet Lepas Lambat Teofilin dengan Bahan Matrik HPMC, Na CMC, dan Xanthan gum. Majalah Farmasi Indonesia. 17 (3): 143-148.