1
MODUL PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI
PM-UMM-02-12/L1
Program Studi S1 Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
2016
VisiMenjadi program studi Farmasi (S1) yang unggul dalam bidang Farmasi Bahan Alam yang berlandaskan nilai-nilai Islam dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
2
MODUL PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI
Disusun oleh :
Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt
PM-UMM-02-12/L1
Program Studi S1 Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Magelang
2016
3
PENGESAHAN
Modul Praktikum
Kimia Farmasi
PM-UMM-02-12/L1
Revisi : 00 Tanggal : Agustus 2016Dikaji Ulang Oleh : Ketua Program Studi S1 Farmasi Dikendalikan Oleh : Gugus Kendali Mutu Fakultas
Disetujui Oleh : Dekan
NO. DOKUMEN : PM-UMM-02-22 TANGGAL : Agustus 2016
NO. REVISI : 00 NO. HAL : -
Disiapkan Oleh : Koordinator Praktikum
Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt NIDN. 0607048602
Diperiksa Oleh: Ka. Prodi S1 Farmasi
Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt NIDN. 0607048602
Disahkan Oleh : Dekan
Puguh Widiyanto,S.Kp., M.Kep NIDN. 0621027203
Catatan : Dokumen ini milik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang dan TIDAK DIPERBOLEHKAN dengan cara dan
4
PENGANTAR
Assalamualaikum, wr, wb
Alhamdulillah, buku petunjuk praktikum Kimia Farmasi berhasil disusun. Buku petunjuk ini disusun sebagai sarana untuk membantu mahasiswa dalam menunjang tercapainya kompetensi S1 Farmasi di bidang pelayanan farmasi klinik dan komunitas dengan mengaplikasikan teori anatomi fisiologi manusia dalam praktikum Kimia Farmasi. Mahasiswa diharapkan dapat membaca dan memahami materi sebelum pelaksanaan praktikum agar berjalan lancar dan tertib.
Buku petunjuk praktikum Kimia Farmasi dibuat dengan harapan pada akhir pelaksanaan praktikum ini mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi manusia.
Penyusun menyadari bahwa buku ini tidak terlepas dari kekurangan, oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan buku ini. Penyusun berharap semoga buku ini dapat bermanfaat. Amiin.
Wassalamualaikum, Wr. Wb
Magelang, Agustus 2016
5
Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum
1. Mahasiswa wajib hadir di ruang praktikum sesuai jadwal praktikum yang berlaku.
2. Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum.
3. Mahasiswa wajib membawa farmasi kit disetiap kegiatan praktikum.
4. Mengikuti pretest sebelum praktikum dimulai.
5. Bila nilai pretest memenuhi standar (≥60) mahasiswa dapat mengikuti praktikum sesuai prosedur dan aturan yang berlaku (untuk mata praktikum tertentu).
6. Sebelum praktikum dimulai mahasiswa wajib mengenakan jas laboratorium.
7. Mahasiswa meminjam peralatan ke laboran dengan mengisi Daftar Bon Alat.
8. Selama praktikum berlangsung, mahasiswa wajib menjaga ketertiban dan ketenangan laboratorium.
9. Selama pelaksanaan praktikum mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruang praktikum tanpa ijin dosen atau asisten pembimbing praktikum.
10. Setelah selesai praktikum, mahasiswa wajib merapikan dan membersihkan kembali peralatan dan tempat praktikum sesuai ketentuan yang berlaku.
11. Mahasiswa wajib absen dijurnal praktikum dan mengisi kartu kendali praktikum.
12. Mahasiswa wajib membuang sampah praktikum sesuai ketentuan yang berlaku.
13. Mahasiswa wajib melaporkan alat-alat yang rusak dan pecah ke laboran.
14. Mahasiswa wajib mengganti peralatan yang rusak atau pecah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
15. Mahasiswa wajib membuat laporan resmi praktikum sesuai dengan hasil praktikum.
Kepala Laboratorium Farmasi
6
Format Laporan dan Kriterian Penilaian
Laporan Resmi :
1. Cover laporan: nama mata praktikum, judul pertemuan, logo universitas, nama dan NIM penyusun, nama prodi, nama fakultas, nama universitas, tahun.
2. Isi
a. Judul praktikum b. Tujuan praktikum c. Dasar teori
d. Metode praktikum/cara kerja e. Hasil praktikum
f. Pembahasan disertai jurnal ilmiah g. Kesimpulan h. Daftar pustaka Kriteria Penilaian : Indikator Point Pretest/posttest 20 Skill Lab 40 Laporan 10 Responsi 30
7
PERTEMUAN KE-1
ANALISA KUALITATIF ANION DAN KATION
1. Capaian Pembelajaran :
a. Menguasai konsep teoritis berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian, riset, dan pengembangan diri
b. Mampu menerapkan IPTEK dalam melakukan riset,
pengembangan diri secara berkelanjutan di bidang kefarmasian, khususnya terkait farmasi bahan alam
2. Tujuan Praktikum :
Setelah menyelesaikan praktikum ini maka mahasiswa mampu memahami melakukan identifikas senyawa anion dan kation 3. Dasar Teori
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hydrogen sulfa, ammonium sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Klasfikasi kation 15 yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari kation tersebut
4. Pelaksanaan Praktikum
a. Alat dan bahan :
Bahan ; Sejumlah larutan pereaksi 2. Sejumlah pelarut dan bahan kimia lainnya
8
Alat : Tabung reaksi,Drupple plat, Pipet tetes, Tang tabung (kayu/logam), Serbet bersih, Tempat pencuci pipet, Beaker gelas, Gelas pengaduk, Lempeng penates (drupple plat), Objek gelas
a. Cara kerja :
1) Analisis terhadap ion Hg+
a. Larutan sampel + asam klorida P endapan putih (endapan tidak larut dalam asam encer), + ammonium hidroksida 6N endapan hitam. 2. Larutan sampel + larutan natrium hidroksida 1N endapan hitam (tidak larut dalam reagensia yang berlebihan, tetapi mudah larut dalam asam nitrat encer), + ketika dididihkan endapan berubah menjadi abuabu. 3. Larutan sampel + larutan KI P endapan kekuningan, + diamkan perlahan-lahan dalam larutan dingin endapan berwarna hijau. 4. Larutan sampel + larutan natrium karbonat dalam larutan dingin endapan kuning yang kemudian berubah menjadi abu-abu.
2) Analisis terhadap ion Ag+
a. Larutan sampel + HCl P endapan putih (mudah larut dalam ammonium hidroksida 6 N, tidak larut dalam asam nitrat P) 2. Larutan sampel + ammonium hidroksida 6 N dan sedikit formaldehida LP, hangatkan cermin logam perak pada dinding tabung. 3. Larutan sampel + larutan KI P endapan kuning perak iodida (endapan tidak larut dalam ammonia, mudah larut dalam kalium sianida (RACUN) dan natrium tiosulfat) 4. Larutan sampel + ammonia 1 tetes endapan coklat perak oksida (endapan larut dalam reagen yang berlebih).
5. Latihan
1) Mahasiswa mengalakukan praktek analisa kualitatif 2) Mahasiswa melaporkan hasil praktikum
9
PERTEMUAN KE-2
ANALISA KUALITATIF SENYAWA OBAT
1. Capaian Pembelajaran :
a. Menguasai konsep teoritis berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian, riset, dan pengembangan diri
b. Mampu menerapkan IPTEK dalam melakukan riset, pengembangan diri secara berkelanjutan di bidang kefarmasian, khususnya terkait farmasi bahan alam
2. Tujuan Praktikum :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki kemampuan memahami analisa kualitatif senyawa obat
3. Pelaksanaan Praktikum
a. Alat dan bahan :
Alat : Tabung reaksi 5 ml, Tabung reaksi 10 ml, Pipet tetes, Tang tabung (kayu/logam), Serbet bersih, Tempat akuades, Tempat pencuci pipet, Beaker gelas, Gelas pengaduk, Lempeng penetes (drupple plat), Objek gelas, Lampu spritus
Bahan : Larutan pereaksi 2. Pelarut dan bahan kimia yang lain, asetosal
4. Cara kerja :
Tambahkan 1-2 tetes FeCl3 pada asetosal dalam tabung reaksi, panaskan, maka akan memberikan warna violet 2. Tambahkan etanol dan asam sulfat pekat, didihkan perlahan. Setelah dingin tambahkan air ke dalam tabung reaksi sampai penuh, akan berbau etil asetat (menunjukkan adanya asetat). 3. Tambahkan metanol dan asam sulfat pekat, didihkan, akan memberikan bau metil salisilat (bau akan mudah tercium jika tabung reaksi terisi penuh air).
5. Latihan
1. Mahasiswa melakukan praktikum analisa asetosal 2. Mahasiswa melaporkan hasil praktikum
10
PERTEMUAN KE-3
ASIDI-ALKALIMETRI
1. Capaian Pembelajaran :
a. Menguasai konsep teoritis berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian, riset, dan pengembangan diri
b. Mampu menerapkan IPTEK dalam melakukan riset,
pengembangan diri secara berkelanjutan di bidang kefarmasian, khususnya terkait farmasi bahan alam
2. Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki kemampuan melakukan uji asidi-alkalimetri
3. Dasar Teori
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yaitu reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dikatakan juga sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa). Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan larutan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan larutan baku basa (Ganjdar dan Rohman, 2010). Untuk mengamati titik akhir titrasi dengan menggunakan indikator atau menggunakan metode elektrokimia. Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang berubah warna diantara bentuk terionisasi dan bentuk tidak terionisasinya. Kisaran penggunaan indikator adalah 1 unit pH disekitar nilai pKanya (Watson, 2009).
Cara menggunakan indikator (Jenkins, 1957) : a. Gunakan 3 tetes larutan indikator kecuali dinyatakan lain. b. Jika asam kuat dititrasi dengan basa kuat, atau sebaliknya gunakan jingga metil, fenolftalein, atau merah metil. c. Jika asam lemah dititrasi dengan basa kuat gunakan fenolftalein. d. Jika basa lemah dititrasi dengan asam kuat gunakan merah metil e. Suatu basa lemah tidak dapat dititrasi dengan asam lemah, begitu juga sebaliknya, karena tidak
11
ada indikator yang menunjukan titik akhir dengan jelas. f. Timbulnya suatu warna lebih mudah diamati daripada hilangnya warna. Biasakan titrasi yang memungkinkan timbulnya warna
4. Pelaksanaan Praktikum
b. Cara kerja : 1. Alkalimetri
a. Pembuatan etanol encer 500 ml
etanol 95% dicampurkan dengan 500 ml air murni yang diukur secara terpisah dan diukur pada suhu 250 C, volume campuran 970 ml (Anonim, 1995). b. Pembuatan etanol encer netral Tambahkan 2-3 tetes fenolftalein pada sejumlah etanol encer dan larutan NaOH 0,02 N atau 0,01 N hingga terjadi warna merah muda pucat (dibuat baru). c. Pembuatn larutan indikator 1. Larutkan 200 mg fenolftalein dalam 60 ml etanol 90%, tambahkan air hingga 100 ml (Anonnim, 1979)
b. Larutkan 1 gr fenoilftalein dalam 100 ml etanol 95% (Anonim, 1995).
c. Pembuatan air bebas karbondioksida Didihkan air murni kuat selama 5-10 menit atau lebih, diamkan sampai dingin dan tidak boleh menyerap CO2 dari udara, kemudian labu ditutup dengan sumbat berisi CaO atau kapur tohor (Anonim, 1995). d. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N Larutkan sejumlah NaOH
dalam air bebas CO2 hingga tiap 1000 ml larutan mengandung 4,001 gr NaOH. f. Pembakuan larutan NaOH 0,1 N Timbang seksama 400 mg kalium biftalat yang sebelumnya telah dihaluskan dan dikeringkan pada suhu 1200 C selama 2 jam dan masukkan dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 75 ml air bebas CO2 tutup Erlenmeyer, kocok hingga larut. Tambahkan 2 tetes fenolftalein dan titrasi dengan NaOH hingga terjadi warna merah muda yang mantap (Anonim, 1995).
e. 1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 20,42 mg KHC8H4O4
f. Reaksi : KH8H4O4+NaOH →KNaC8H4O4+H2O
Perhitungan : Normalitas NaOH= mg KHC8H4O4 ml NaOH x BM KHC8H4O4 g. Penetapan kadar asam salisilat dalam asetosal 1. Timbang seksama 500 mg, larutkan dalam 25 ml etanol encer yang sudah dinetralkan dengan NaOH 0,1 N, tambahkan fenolftalein dan titrasi dengan NaOH 0,1 N. 1 ml NaOH setara dengan 13,81 mg C7H6O3 (Anonim, 1995).
12
Perhitungan : Kadar asam salisilat= ml NaOH x N NaOH x 13,81 mg sampel x 0,1 x 100%
2. Asidimetri
Pembuatan larutan indikator merah metil 1. Hangatkan 25 mg metil merah dengan 0,95 ml NaOH 0,05 N dan 5 ml etanol 95%, setelah larut dengan sempurna tambahkan etanol 50% hingga 250 ml (Anonim, 1979). 2. Larutkan 100 mg metil merah dalam 100 ml etanol 95% saring jika perlu (Anonim, 1995). b. Pembuatan larutan HCl 0,5 N Larutkan sejumlah HCl P dalam air secukupnya sehingga tiap 1000,0 ml larutan mengandung 18,23 gr HCl (Anonim, 1979). c. Pembakuan larutan HCl 0,5 N Timbang seksam 750 mg Na2CO3 anhidrat yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 2700 C selama 1 jam, larutkan dalam 50 ml air dan tambahkan 2 tetes metil merah. Tambahkan HCl secara berlahan-lahan dari buret sambil diaduk hingga larutan berwarna merah muda pucat. Panaskan larutan lagi hingga mendidih, dinginkan dan lanjutkan titrasi. Panaskan lagi hingga mendidih dan titrasi lagi bila perlu hingga warna merah muda pucat tidak hilang dengan pendidihan lebih lanjut (Anonim 1995, 1979) Satu ml HCl 0,5 N setara dengan 26,495 mg Na2CO3 anhidrat. Reaksi : Na2CO3+2HCl →2NaCl+H2O+CO2 Perhitungan : Normalitas HCl= 2 x mg Na2CO3 BM Na2CO3x ml NaCl d. Penetapan Kadar Boraks Timbang seksama 3 gr, larutkan dalam 50 ml air, tambahkan larutan merah metil, titrasi dengan HCl 0,5 N (jika perlu dipanaskan di atas tangas uap guna menambah kelarutan). 1 ml HCl 0,5 N setara dengan 95,34 mg Na2B4O7.10H2O (Anonim,1995). Reaksi : Na2B4O7 .10H2O+2HCl ↑4H3BO3+2NaCl+5H2 Perhitungan : Kadar boraks= ml HCl x N.HCl x 95,34 mg sampel x 0,5 ×100%
5. Latihan
1. Mahasiswa melakukan praktikum asidi-alkalimetri 2. Mahasiswa melaporkan hasil praktikum
13
PERTEMUAN KE-4
ARGENTOMETRI
1. Capaian Pembelajaran :
a. Menguasai konsep teoritis berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian, riset, dan pengembangan diri
b. Mampu menerapkan IPTEK dalam melakukan riset, pengembangan diri secara berkelanjutan di bidang kefarmasian, khususnya terkait farmasi bahan alam
2. Tujuan Praktikum :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki kemampuan melakukan argentometri
3. Dasar Teori
Argentometri merupkan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain ysng membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau endapan (Gandjar dan Rohman, 2010). Reksi yang mendasari adalah : AgNO3+HCl →AgCls+NO3 Sebagai indikator digunakan kalium kromat yang menghasilkan warna merah dengan adanya kelebihan ion Ag+ . Titrasi yang lebih banyak dapat digunakan adalah titrasi balik, kelebihan AgNO3 ditambahkan ke dalam sampel yang mengandung ion klorida atau bromida. Kelebihan AgNO3 kemudian dititrasi dengan ammonium tiosianat
14
dan fero sulfat sebagai indikator kelebihan SCN(Watson, 2009). AgNO3+NH4SCN →AgSCNs+NH4NO3
4. Pelaksanaan Praktikum c. Cara kerja :
1. Penetapan kadar kalium klorida Lebih kurang 250 mg sampe ditimbang seksama dan larutkan dalam 50 ml air. Titrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1 N menggunakan indikator 2-3 tetes larutan K2CrO4 5% hingga terbentuk warna coklat merah lemah. 33 Tiap 1 ml AgNO3 0,1 N setara dengan 7,455 mg KCl
2. Penetapan kadar kalium bromida Lebih kurang 200 mg sampel ditimbang seksama, larutkam dalam campuran 40 ml air dan 5 ml asam nitrat P, tambahkan 25 ml larutan AgNO3 0,1 N. Titrasi dengan larutan baku ammonium tiosianat 0,1 N menggunakan indikator 2-3 tetes larutan besi (III) ammonium sulfat hingga terbentuk warna coklat merah. Lakukan juga titrasi blangko. Tiap 1 ml AgNO3 0,1 N setara dengan 11,29 mg KCl. Reaksi : Ag+ + Br- AgBr Ag+ + CNS- AgCNS Fe3+ + 6 CNS- Fe (CNS)6 3- Kadar KBr= (VNH4CNS blangko-VNH4CNS sampel ) x NNH4CNS x BE mg sampel x 100%
3. Penetapan kadar kalium iodida Timbang seksama lebih kurang 300 mg sampel dilarutkan dalam 25 ml air, tambahkan 1,5 ml asam asetat encer P. Titrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1 N menggunakan indikator 2 tetes eosin LP hingga membentuk warna endapan yang berubah merah. Tiap 1 ml AgNO3 0,1 N setara dengan 16,600 mg KI. Reaksi yang terjadi : Ag+ + I AgI
Perhitungan Kadar KI= VAgNO3 x NAgNO3 xBE mg sampel x 100%
5. Latihan
1. Mahasiswa melakukan praktikum 2. Mahasiswa melaporkan hasil praktikum
15
PERTEMUAN KE-5
NITRIMETRI
1. Capaian Pembelajaran :
a. Menguasai konsep teoritis berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian, riset, dan pengembangan diri
b. Mampu menerapkan IPTEK dalam melakukan riset, pengembangan diri secara berkelanjutan di bidang kefarmasian, khususnya terkait farmasi bahan alam
2. Tujuan Praktikum :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki kemampuan melakukan praktikum nitrimetri
3. Dasar Teori
Metode nitrimetri disebut juga dengan metode titrasi diazotasi, adalah penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yaitu reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium. Titrasi dilakukan dalam keadaan larutan dingin (suhu dibawah 150 C) karena akan mengganggu pembentukan garam diazonium dan terbentuk fenol yang mampu bereaksi dengan
asam nitrit. C6H5 . NH2+NaNO2+2HCl →C6H5
.N2Cl+NaCl+2H2O Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji iodida atau kertas kanji iodida. Ketika larutan digoreskan pada pasta atau kertas kanji, adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iododa menjadi iodium dan dengan adanya kanji atau amilum akan menghasilkan warna biru segera. Indikator kanji-iodida ini peka terhadap kelebihan 0,05 – 0,10 ml natrium nitrit dalam 200 ml larutan. Reaksi yang terjadi:
NaNO2+HCl →HNO2+NaCl KI+HCl →KCl+HI 2HI+2HONO →12+ 2NO + 2H2O I2+kanji →kanji iod (biru)
16
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang dititrasi pada pasta kanji iodida atau kertas kanji-iodida akan terbentuk warna biru segera sebab warna biru juga terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan di udara. Hal ini disebabkan karena oksidasi iodida oleh udara (O2). Indikator lain yang digunakan adalah tropeolin OO dan metilen biru (Ganjdar dan Rohman, 2010). Reaksi yang terjadi : 4KI+4 HCl+O2→ 2H2O+2I2+4KCl
4. Pelaksanaan Praktikum
Cara kerja :
Penetapan kadar sulfanilamid Timbang seksama lebih kurang 500 mg sampel, larutkan dalam 75 ml air dan 5 ml asam klorida P, dinginka, titrasi dengan larutan baku NaNO2 0,1 M secara berlahan-lahan pada suhu tidak lebih dari 150 C, hingga 1 tetes larutan segera memberikan warna biru pada kertas kanji-iodida. Titrasi dianggap selesai jika titik akhir dapat ditunjukkan lagi setelah larutan dibiarkan selama 1 menit (Anonim, 1979). Tiap 1 ml NaNO2 0,1 M setara dengan 17,22 mg C6H8N2O2S.
Reaksi : H2N.SO2 .C6H4 .NH2+NaNO2+2HCl →H2N.SO2 .C6H4 .N2Cl+NaCl+2H2O Perhitungan : Kadar sulfanilamid= VNaNo2 x NNaNo2 x BE mg sampel x 100%
5. Latihan
1. Mahasiswa melakukan praktikum 2. Mahasiswa melaporkan hasil praktikum
17
PERTEMUAN KE-6 IODO-IODIMETRI
1. Capaian Pembelajaran :
a. Menguasai konsep teoritis berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian, riset, dan pengembangan diri
b. Mampu menerapkan IPTEK dalam melakukan riset, pengembangan diri secara berkelanjutan di bidang kefarmasian, khususnya terkait farmasi bahan alam
2. Tujuan Praktikum :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki kemampuan memahami praktikum iodo-iodimetri
3. Dasar Teori
Titrasi dengan iodium dilakukan dengan cara langsung (iodimetri) dan tidak langsung (iodometri). Iodium merupakan oksidator kuat.
Iodimetri merupakan metode titrasi langsung dengan baku iodium terhadap senyawa dengan potensial reduksi lebih rendah. Iodometri merupakan metode titrasi tidak langsung yang digunakan pada senyawa dengan potensial reduksi lebih tinggi.
4. Pelaksanaan Praktikum Cara kerja :
Penetapan kadar Cu dalam CuSO4 (iodometri) Lebih kurang 2 g tembaga sulfat (CuSO4.5H2O; BM 249,685) ditimbang seksama, larutkan dalam air, pindahkan kedalam labu takar 100 ml secara kuantitatif dan tetapkan volumenya. Pipet 25,0 ml larutan, tambahkan 2 ml asam asetat dan 1,5 g KI. Titrasi iodium yang dibebaskan dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N menggunakan indikator kanji. Tiap 1 ml larutan Na2S2O3 0,1 N setara dengan 6,345 mg Cu atau 24,969 mg CuSO4.5H2O.
18
Reaksi : 2CuSO4 .5H2O+4KI →2CuI+I2+2K2SO4 +10H2O I2+2Na2S2O3→2NaI+Na2S4O6 Perhitungan : Kadar Cu= V Na2S2O3 X N Na2S2O3X BE mg sampel x 100%
Penetapan kadar metampiron (iodimetri) Masukkan lebih kurang 400 mg sampel ditimbang seksama, larutkan dengan 50 ml air dan 5 ml HCl encer. Titrasi dengan iodium 0,1 N dan indikator larutan kanji hingga terbentuk warna biru yang mantap selama 1 menit. Tiap 1 ml iodium 0,1 N setara dengan 16,67 mg metampiron.
Reaksi : NaSO3 -CH2 -N(CH)3 -C11H11N2O+H2O
→NaHSO3+CH3 -NH-C11H11N2O+CH2O
NaHSO3+H2O+I2→NHSO4+2HI I2+kanji →biru Perhitungan : kadar metampiron= ml I2X N I2X 16,67 mg sampel x 0,1 x 100%
5. Latihan
1. Mahasiswa melakukan praktikum 2. Mahasiswa melaporkan hasil praktikum
19
DAFTAR PUSTAKA
S,Syukri, 1999, Kimia Dasar 1, ITB,Bandung S,Syukri, 1999, Kimia Dasar 2, ITB,Bandung S,Syukri, 1999, Kimia Dasar 3, ITB,Bandung
Chang, R. (2003). Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti, terjemahan Suminar S.A.,Edisi ketiga, Jilid 1. Jakarta : Erlangga 3.
Chang, R. (2003). Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti,terjemahan Suminar S.A, Edisi ketiga, Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Day, R.A dan Underwood, A.L.2001. Analisis Kimia Kuantitas. Jakarta : Erlangga