• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS SMKN7 BANDUNG 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS SMKN7 BANDUNG 2011"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI

ANALISIS

UNTUK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

KOMPETENSI KEJURUAN FARMASI

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGRI 7

BANDUNG

DINAS PENDIDIKAN PEMERINTAH KOTA

BANDUNG

Disusun Oleh;

Irvan Khairudin S.Si., Apt. Humaedi S.Si.

(2)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

2011-2012

BIODATA SISWA

NAMA :

__________________________________________________________________

NIS :

__________________________________________________________________

KELAS :

__________________________________________________________________ ALAMAT :

__________________________________________________________________

__________________________________________________________________ TELEPON :

__________________________________________________________________

EMAIL :

__________________________________________________________________ PEMERINTAH KOTA BANDUNG

DINAS PENDIDIKAN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 7 (STM NEGERI KIMIA BANDUNG)

Program Keahlian : Kimia Industri, Tekn. Penyemp. Tekstil, Analisis Kimia, dan Farmasi Jalan Soekarno-Hatta No. 596 Telp/Fax. 7563077 Bandung

e-mail : smk7bandung@yahoo.com

web : www.smkn7bandung.com

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang tak henti-hentinya memberikan nikmat kepada kita sehingga selalu terbuka jalan untuk kita meraih apa yang kita cita-citakan. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai teladan dan guru besar kita dalam menapaki kehidupan dunia.

Meski dengan berbagai keterbatasan, alhamdulillah Modul Praktikum Kimia Analisis Farmasi edisi pertama untuk tingkat SMK ini dapat diterbikan dengan baik. Modul ini hanyalah merupakan rangkuman dari beberapa buku acuan dan contoh – contoh modul kimia analisis lain yang ditujukan untuk kalangan sekolah menengah kejuruan, dengan maksud agar lebih sistematis dan mudah dipahami sesuai dengan tingkat pendidikannya. Hendaknya tidak dijadikan sebagai referensi standar dalam pembuatan laporan/karya ilmiah karena terdapat banyak keterbatasan dan kekurangan dalam penulisannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan buku ini.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

(4)

DAFTAR ISI

3. PERLENGKAPAN UMUM YANG WAJIB DIBAWA...14

KEAMANAN & KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM...16

BAB I PENGENALAN PERALATAN DAN BAHAN...18

1.1. Tujuan Praktikum...18

1.2. Dasar Teori... 18

1.2.1. Pengenalan Alat Laboratorium Kimia dan Penyimpanannya...18

1.2.2. Pengenalan Bahan – Bahan Kimia dan Penyimpanannya...24

1.2.3. Pengenalan Simbol Bahaya (Hazard Symbol)...26

1.3. Bahan dan Alat...29

BAB II PENGGUNAAN PERALATAN LABORATORIUM KIMIA...31

2.1. Tujuan Praktikum...31

2.2. Dasar Teori... 31

2.2.1. Teknik-Teknik Dasar Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif...31

2.2.1.1. Memanaskan larutan...31

2.2.1.2. Cara menyaring endapan...32

2.2.1.3. Meneteskan larutan ke dalam tabung reaksi...33

2.2.1.4. Cara mengocok larutan...33

2.2.1.5. Menimbang...34

2.2.1.6. Mengukur volume zat cair dengan alat ukur volume gelas...36

(5)

2.2.2. Teknik dasar titrasi...41

BAB III ORGANOLEPTIK DAN REAKSI KERING...45

3.1. TUJUAN... 45

BAB IV IDENTIFIKASI KATION...51

3.1. TUJUAN... 51

3.2. DASAR TEORI... 51

3.2.1. Kation Golongan I...51

3.2.1.1. Perubahan kelarutan dalam suasana asam dan basa tertentu...51

3.2.1.2. Perubahan Kelarutan Pada Penambahan Larutan KI...52

3.2.1.3. Perubahan Kelarutan Pada Penambahan Larutan K2CrO4...52

3.2.1.4. Perubahan Kelarutan Pada Penambahan Larutan K2CrO4...53

(6)

3.2.2.1. Perubahan Kelarutan Pada Ion Hg2+ Pada Penambahan NaOH, HCl,

danKI 53

3.2.2.2. Perubahan Kelarutan Pada Ion Cu2+ Dengan NaOH, NH

3, K4Fe(CN)6

dan Besi (Fe)... 53

3.2.3. Golongan III...54

3.2.3.1. Perubahan Kelarutan Hasil Reaksi Dengan NaOH dan Pereaksi Alizarin-s 54 3.2.3.2. Perubahan Kelarutan Hasil Reaksi Dengan K4Fe(CN)6...54

3.2.3.3. Perubahan Kelarutan Dan Warna Larutan Hasil Reaksi Dengan K3Fe(CN)655 3.1.1.1. Perubahan Kelarutan Hasil Reaksi Dengan NH4OH...55

3.1.1.2. Pembentukan ion kompleks dengan fenantrolin...55

3.1.1.3. Pembentukan Ion Kompleks Dengan KSCN Dalam Eter Atau Amil Alkohol 55

3.3.1. Identifikasi kation Golongan I Ion Ag+(Perak), Pb2+ (timbal), dan Hg+ (Merkuro)... 56

3.3.2. Identifikasi kation Golongan II Ion Hg2+ (merkuri), Ion Cu2+ (Cupri), Hg+ (Merkuro), dan ion As3+ (As 2O3)/Arsen...57

3.3.2.1. Ion Hg2+ (merkuri)...57

3.3.2.2. Ion Cu2+ (Cupri)...57

3.3.2.3. Reaksi ion As3+ (As 2O3)/Arsen, Menggunakan Cara GUTZEIT...58

3.3.3. Identifikasi kation Golongan III Fe, Al, nn2+, Cr, Co, Ni, Mn...58

3.3.3.1. Reaksi ion Al3+ dan nn2+ (Alumunium dan Seng/nink)...58

3.3.3.2. Reaksi Ion Fe2+ dan Fe3+ (Fero dan Feri) atau Besi (II) dan Besi (III) 59 3.3.3.3. Reaksi Ion Fe2+ [Fero/ besi (II)]...59

3.3.3.4. Reaksi Ion Fe3+ [Feri/ besi (III)]...59

3.3.3.5. Ion Ni2+ (Nikel)...60

3.4. Lembar kerja siswa...64

(7)

3.4.2. Identifikasi kation Golongan II Ion Hg2+ (merkuri), Ion Cu2+ (Cupri),

dan Hg+ (Merkuro)... 65

3.4.2.1. Ion Hg2+ (merkuri)...65

3.4.2.2. Ion Cu2+ (Cupri)...66

3.4.2.3. Ion As3+ (As2O3)/Arsen, Menggunakan Cara GUTnEIT...66

3.4.3. Identifikasi kation Golongan III Fe, Al, nn2+, Cr, Co, Ni, Mn...66

3.4.3.1. Ion Al3+ dan nn2+ (Alumunium dan Seng/nink)...66

3.4.3.2. Reaksi Ion Fe2+ dan Fe3+ (Fero dan Feri) atau Besi (II) dan Besi (III) 67 3.4.3.3. Reaksi Ion Fe2+ [Fero/ besi (II)]...67

3.4.3.4. Reaksi Ion Fe3+ [Feri/ besi (III)]...67

3.1.1.1. Ion Ni2+ (Nikel)...68

BAB V ACIDIMETRI DAN ALKALIMETRI...87

3.1. MENGENALI SIFAT ASAM DAN BASA SENYAWA...87

3.1.1. Tujuan Praktikum...87

3.1.2. Dasar Teori... 88

3.1.3. Tugas Pendahuluan...88

3.1.4. Bahan dan Alat...88

3.1.4.1. Bahan (Ditentukan oleh pengawas praktikum)...88

3.1.4.2. Alat... 88

3.1.5. Prosedur Percobaan...89

3.1.6. Lembar Kerja Siswa...89

3.1.6.1. Tugas Pendahuluan...89

3.1.6.2. Hasil Pengamatan...89

3.2. MELAKUKAN TITRASI ASAM - BASA...90

3.2.1. Tujuan Praktikum...90

(8)

3.3.1. Tujuan Praktikum...94

BAB VI JENIS-JENIS TITRASI...98

4.1. Tujuan Praktikum...98

5.2.2. Faktor yang mempengaruhi kolorimetri...103

5.2.3. Percobaan Kolorimetri Pada Asetosal...103

(9)

6.3. ALAT & BAHAN...110

6.3.1. Bahan... 110

6.3.2. Alat... 110

6.4. PROSEDUR PENETAPAN KADAR PARASETAMOL...110

6.5. Lembar Kerja Siswa...111

6.5.1. Tugas Pendahuluan...111

6.5.2. Hasil Pengamatan...112

(10)

Gambar 2 Skema Sistematika Praktikum...9

Gambar 3 Label bahan beserta tingkat bahayanya...24

Gambar 4 Simbol bahan berbahaya...24

Gambar 5 Simbol bahan beracun...25

Gambar 6 Simbol bahan korosif...25

Gambar 7 Simbol bahan mudah terbakar...25

Gambar 8 Simbol bahan mudah meledak...25

Gambar 9 Simbol bahan oksidator...26

Gambar 10 Memanaskan nat...29

Gambar 11 Cara memanaskan zat dalam tabung reaksi...29

Gambar 12 Batu didih dan penggunaannya...30

Gambar 13 Menyiapkan Kertas Saring...30

Gambar 14 Cara meneteskan zat pada tabung reaksi...31

Gambar 15 Cara mengocok zat dalam labu ukur...31

Gambar 16 Mengocok zat dalam Erlenmeyer...32

Gambar 17 Timbangan analitis digital...32

Gambar 18 Timbangan teknis...32

Gambar 19 Wadah zat untuk ditimbang...33

Gambar 20 wadah-wadah lain untuk menimbang...33

Gambar 21 Cara mengukur zat cair dalam alat ukur volume gelas...34

Gambar 22 Cara mengambil zat dengan volume pipet...36

Gambar 23 Cara membersihkan ujung pipet volume...36

Gambar 24 Memindahkan zat dari pipet volume...37

Gambar 25 Posisi tangan saat titrasi...39

Gambar 26 Struktur Nyala Bunsen...43

Gambar 1 A Nessler Cylinder...43

Gambar 27 A Nessler Cylinder...94

Gambar 28 A drawing and diagram of a Duboscq colorimeter, for visually obtaining a color match between two columns of fuid to arrive at a quantitative concentration ratio... 94

Gambar 29 Rumus struktur asam asetilsalisilat...95

Gambar 30 Reaksi pembentukan kompleks warna besi salisilat...96

Gambar 31 Contoh instrumen spektrofotometri uv-vis...100

Gambar 32 Contoh model struktur senyawa isoprene dengan spektrogramnya ... 101

(11)

Penjelasan teori berikut responsi

Tes lisan dan tulisan untuk memastikan pemahaman peserta

Pembuatan Jurnal Praktikum dan tugas pendahuluan oleh peserta praktikum

Pelaksanaan praktikum baik perorangan ataupun perkelompok

Pembuatan Laporan

Gambar Skema Sistematika Praktikum Penilaian

PENDAHULUAN

Praktikum Kimia Analisis Farmasi untuk kalangan Sekolah Menengah Kejuruan dengan Kompetensi Kejuruan Farmasi ini merupakan pendukung Dasar Kompetensi Kejuruan pada Kompetensi Keahlian Farmasi yang tergabung dalam

cluster Kimia Analisis Farmasi Untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Secara umum bertujuan untuk memberikan keterampilan dasar kepada siswa tingkat SMK dalam melakukan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif dengan benar dan dengan disertai penguasaan konsep-konsep dasar analisis kualitatif maupun kuantitatif yang dapat bermanfaat baik dalam praktek kehidupan sehari –hari maupun untuk dikembangkan di dunia industri. Keterampilan dasar analisis kualitatif meliputi cara-cara mencampur zat dengan pereaksi, mengendapkan, mencuci endapan, melarutkan endapan, menyaring endapan, memijarkan zat, memanaskan, serta teknik reaksi kristal dengan mikroskop. Teknik analisis kuantitatif meliputi cara pembuatan larutan uji maupun pereaksi, pengenceran, pengukuran dan penimbangan dengan saksama, penggunaan buret, teknik titrasi, penentuan titik akhir, pembacaan volume titrasi, analisis data secara statistik sampai dengan penarikan kesimpulan hasil analisis.

POLA METODE PRAKTIKUM

(12)

SISTEM PENILAIAN

Penilaian Praktikum meliputi semua tahap, mulai dari tes lisan dan tulisan, jurnal praktikum, tata tertib peserta selama praktikum, dan diakhiri dengan penilaian laporan. Sistem yang digunakan adalah sistem standar mutlak dengan nilai akhir. Sistematika penilaian Praktikum Kimia Analisis Farmasi Untuk Jenjang SMK adalah sebagai berikut:

Alokasi Penilaian :

 Test awal (lisan/tulisan) :2 5 %

 Jurnal praktikum/Tugas pendahuluan : 10 %  Tata tertib selama praktikum: 40 %

 Laporan Hasil : 25 %

TATA TERTIB PRAKTIKUM

Siswa yang diperkenankan melakukan praktikum adalah yang terdaftar secara akademik sebagai siswa SMKN 7 Bandung, yang selanjutnya disebut sebagai Praktikan.

1. KETENTUAN PRAKTIKUM

1. Praktikan diwajibkan menghadiri pertemuan teori ataupun responsi yang dilakukan sebelum praktikum dilaksanakan

2. Sebelum praktikum dimulai, praktikan membawa perlengkapan praktikum lengkap yang telah ditetapkan baik yang umum untuk semua praktikum maupun perlengkapan yang ditugaskan untuk masing-masing praktikum. 3. Praktikan tidak diperbolehkan makan, minum, dan atau merokok di dalam

laboratorium selama praktikum berlangsung

4. Praktikan tidak diperbolehkan bersenda-gurau yang mengakibatkan terganggunya kelancaran praktikum

5. Dilarang bermain-main dengan peralatan laboratorium dan bahan Kimia 6. Selama praktikum praktikan tidak diperbolehkan menggunakan peralatan

elektronik selain yang disediakan untuk praktikum

(13)

8. Setelah menggunakan reagen atau bahan yang diambil dari gudang bahan, praktikan wajib meletakkan kembali pada tempatnya semula

9. Praktikan dilarang menghambur-hamburkan reagen praktikum dan membuang sisa praktikum dengan memperhatikan kebersihan dan keamanan 10.Jika akan meninggalkan ruang laboratorium, praktikan wajib meminta izin

kepada pengawas praktikum atau asisten jaga

11.Praktikan melakukan kegiatan sesuai bagiannya masing-masing, mencatat hasilnya pada lembar kerja praktikum, serta meminta penjelasan bila terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan sebelumnya

12.Praktikan dilarang mengerjakan pekerjaan yang belum dipahami atau belum dikuasainya

13.Praktikan dilarang menggunakan peralatan atau bahan-bahan di luar yang telah disediakan untuk praktikum

14.Praktikan wajib hadir tepat waktu, keterlambatan lebih dari 10 menit sejak praktikum dimulai, praktikan dianggap tidak hadir

15.Seluruh jadwal praktikum wajib diikuti praktikan, dengan kata lain kehadiran 100 %

16.Jika berhalangan hadir, praktikan dapat memberikan keterangan tertulis dan resmi terkait dengan alasan ketidakhadirannya dan diwajibkan mengganti praktikum di hari lain.

17.Dilarang bekerja sendirian di laboratorium, minimal ada asisten yang mengawasi.

18.Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan Kimia. 19.Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi. 20.Wanita yang berambut panjang harus diikat kecuali bagi yang berkerudung.

2. SANKSI-SANKSI

Sanksi yang diberikan pada praktikan adalah sebagai berikut:

1. Sanksi terhadap pelanggaran tata tertib yang dilanggar sebelum praktikum dimulai yang menyebabkan ketidaksiapan praktikan adalah tidak diperbolehkan mengikuti praktikum pada hari itu. 2. Sanksi ringan terhadap pelanggaran tata tertib saat praktikum

(14)

3. Sanksi berat terhadap pelanggaran saat praktikum dimulai adalah dikeluarkan dari laboratorium atau tidak diperkenankan melanjutkan praktikum.

4. Bila praktikan telah mendapat sanksi berat minimal dua kali akan dilaporkan kepada wali siswa dengan alasan ketidakdisiplinan dan menunggu keputusan dari wali siswa akan hak untuk mengikuti praktikum selanjutnya

3. PERLENGKAPAN UMUM YANG WAJIB DIBAWA

Selain perlengkapan untuk tiap-tiap pertemuan yang berbeda tergantung kegiatan masing-masingnya, praktikan diwajibkan membawa perlengkapan umum sebagai berikut

 jas laboratorium sesuai kesepakatan

 laporan hasil praktikum sebelumnya jika sebelumnya jika ada praktikum sebelumnya yang mewajibkan penulisan laporan

 jurnal praktikum atau tugas pendahuluan yang dikerjakan sendiri  masker

 sarung tangan karet untuk praktikum  spatula

a. satu set peralatan umum

(15)

 Batang pengaduk  Spatula logam

 Kaca arloji sedang (atau sesuai kebutuhan)  Pipet tetes (minimal 1 pendek, 1 panjang)  Corong (minimal 1 kecil)

 Botol semprot berisi aquades b. Satu set peralatan titrasi

 Erlenmeyer 200 cc (atau sesuai kebutuhan)  Pipet tetes (minimal 1 pendek, 1 panjang)  Buret sesuai ukuran yang dibutuhkan

 Statip buret lengkap dengan klem buret dan alas berwarna putih polos

 Corong (minimal 1 kecil)  Batang pengaduk

 gelas kimia 100 cc (atau sesuai kebutuhan)  Botol semprot berisi aquades

 Kertas saring

 Pipet volume dengan ukuran sesuai kebutuhan  Ball pipet atau filler

 Labu ukur dengan ukuran sesuai kebutuhan c. Satu set peralatan pengenceran

 Gelas kimia 200 cc (atau sesuai kebutuhan)  Pipet volume dengan ukuran sesuai kebutuhan  Labu ukur dengan ukuran sesuai kebutuhan  Corong

 Kertas saring

(16)

KEAMANAN & KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM

1. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah melakukan praktikum.

2. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar segera melapor ke pembimbing praktikum.

3. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan kimia, laporkan segera pada pembimbing praktikum. Segera pergi ke dokter untuk mendapat pertolongan secepatnya.

4. Sebelum dan sesudah praktikum disarankan meminum susu murni segar minimal 250 cc

5. Gunakan peralatan kerja seperti masker, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki. 6. Zat yang akan dianalisis disimpan dalam tempat tertutup agar tidak

kena kotoran yang mempersulit analisis 7. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.

8. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia, tetapi kipaslah uap tersebut dengan tangan ke muka anda

9. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus.

10.Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih atau gatal).

11.Baca label bahan Kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan.

12.Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan, jangan menggunakan bahan Kimia secara berlebihan.

13.Jangan mengembalikan bahan kimia ke dalam botol semula untuk mencegah kontaminasi.

14.Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktikum basah segera keringkan dengan lap

(17)

16.Hati-hati dalam menggunakan bahan-bahan yang dapat menimbulkan luka bakar, misalnya asam-asam pekat (H2SO4, HNO3, HCl), basa-basa

kuat (KOH, NaOH, dan NH4OH), dan oksidator kuat (air brom, iod,

senyawa klor, permanganat)

17.Percobaan dengan penguapan menggunakan asam-asam kuat dan menghasilkan gas-gas beracun dilakukan di lemari asam

18.Jangan memanaskan zat dalam gelas ukur/labu ukur 19.Menetralkan asam/basa dengan penetral sebagai berikut

a. asam pada pakaian: dengan amonia encer

b. basa pada pakaian : dengan asam cuka encer, kemudian amonia encer

c. asam/basa pada meja/lantai: dicuci dengan air yang banyak d. asam, basa, dan zat-zat yang merusak kulit: dicuci dengan air,

(18)

BAB I

PENGENALAN PERALATAN DAN BAHAN

1.1. Tujuan Praktikum

Pada akhir praktikum siswa mendapat nilai ketuntasan dengan indikasi: a. Alat-alat kimia dapat disebutkan dengan benar (kode kompetensi

079DK010202)

b. Karakteristik bahan-bahan kimia disebutkan dengan benar (kode kompetensi 079DK010202)

1.2. Dasar Teori

1.2.1. Pengenalan Alat Laboratorium Kimia dan

Penyimpanannya

Alat laboratorium kimia merupakan benda yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium kimia yang dapat dipergunakan berulang–ulang. Contoh alat laboratorium kimia: pembakar spiritus, termometer, tabung reaksi, gelas ukur jangka sorong dan lain sebagainya. Alat yang digunakan secara tidak langsung di dalam praktikum merupakan alat bantu laboratorium, seperti pemadam kebakaran dan kotak Pertolongan Pertama. Sebelum mulai melakukan praktikum di laboratorium, praktikan harus mengenal dan memahami cara penggunaan semua peralatan dasar yang biasa digunakan dalam laboratorium kimia serta menerapkan K3 di laboratorium. Berikut ini diuraikan beberapa peralatan yang digunakan pada Praktikum IPA kimia, di antaranya:

(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)

Dengan diketahuinya bahan dasar dari suatu alat kita dapat menentukan atau mempertimbangkan cara penyimpanannya. Alat yang terbuat dari logam tentunya harus dipisahkan dari alat yang terbuat dari gelas atau porselen. Jadi alat seperti kaki tiga harus dikelompokkan dengan Statip atau klem tiga jari karena ketiganya memiliki bahan dasar yang sama yaitu logam, sedangkan gelas kimia dikelompokkan dengan labu Erlenmeyer dan labu dasar rata karena bahan dasarnya gelas. Belumlah cukup hanya dengan memperhatikan bahan dasar dari alat, namun penyimpanan alat yang memiliki bahan dasar yang sama harus ditata kembali. Jika tempat penyimpanan kaki tiga dan klem tiga jari adalah menggunakan lemari rak, maka tahapan rak untuk kaki tiga harus berbeda dengan tahap rak klem tiga jari, akan tetapi kedua tahap rak harus berdekatan. Dengan memperhatikan bahan dasar alat pula, peralatan yang terbuat dari logam umumnya memiliki bobot lebih tinggi dari peralatan yang terbuat dari gelas atau plastik. Oleh karena itu dalam penyimpanan dan penataan alat aspek bobot benda perlu juga diperhatikan. Janganlah menyimpan alat-alat yang berat di tempat yang lebih tinggi,agar mudah diambil dan disimpan kembali.

1.2.2. Pengenalan Bahan – Bahan Kimia dan

Penyimpanannya

(25)

Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan, atau degradasi kimia. Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya. Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki risiko lebih tinggi daripada timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada kabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada kabinet bahan toxic. Berikut ini merupakan panduan umum untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia dalam kaitan dengan penyimpanannya:

(26)

Gambar 1 Label bahan beserta tingkat bahayanya

Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan, pelabelan pada botol reagen jauh lebih penting. Informasi yang harus dicantumkan pada botol reagen di antaranya : Nama kimia dan rumusnya, konsentrasi, Tanggal penerimaan, Tanggal pembuatan, Nama orang yang membuat reagen, Lama hidup, Tingkat bahaya, Klasifikasi lokasi penyimpanan, Nama dan alamat pabrik, Sebaiknya bahan kimia ditempatkan pada fasilitas penyimpanan secara tertutup seperti dalam kabinet, loker, dsb. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena sengatan sinar matahari. Di samping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan.

Pada penataan bahan kimia pun diperlukan sumber literatur untuk mengetahui spesifikasi masing-masing bahan kimia tersebut. Spesifikasi bahan kimia akan dijumpai pada buku katalog bahan.

1.2.3. Pengenalan Simbol Bahaya (Hazard Symbol)

a. Harmful (Berbahaya).

Bahan kimia iritan menyebabkan luka bakar pada kulit, berlendir, mengganggu sistem pernafasan. Semua bahan kimia mempunyai sifat seperti ini (harmful) khususnya bila kontak dengan kulit, dihirup atau ditelan

Gambar 2 Simbol bahan berbahaya

(27)

Produk ini dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius bila bahan kimia tersebut masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau atau debu, atau penyerapan melalui kulit

Gambar 3 Simbol bahan beracun

c.Corrosive korosif)

Produk ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas. Awas! Jangan sampai terpercik pada Mata.

Gambar 4 Simbol bahan korosif

d. Flammable (Mudah terbakar)

Senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi dengan air atau membasahi udara (berkabut) untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar (seperti misalnya hidrogen) dari hidrida metal. Sumber nyala dapat dari api bunsen, permukaan metal panas, loncatan bunga.

Gambar 5 Simbol bahan mudah terbakar

e.Explosive (mudah meledak)

Produk ini dapat meledak dengan adanya panas, percikkan bunga api, guncangan atau gesekan. Beberapa senyawa membentuk garam yang eksplosif pada kontak (singgungan dengan logam/metal)

Gambar 6 Simbol bahan mudah meledak

f. Oksidator (Pengoksidasi)

(28)

Gambar 7 Simbol bahan oksidator

(29)

Tabel 2 Beberapa Jenis Kecelakaan Yang Sering Terjadi

1.3. Bahan dan Alat

1.3.1. Bahan

Perwakilan bahan untuk masing -masing jenis bahan

1.3.2. Alat

Seperangkat alat-alat praktikum yang mewakili

1.4. Prosedur Percobaan

a. disiapkan beberapa bahan dan peralatan yang mewakili

b. semua label yang tertera pada bahan dicatat dan diberi keterangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bahan tersebut

c. digambar beberapa peralatan yang telah disiapkan untuk kemudian diberi nama dan fungsinya

1.5. Lembar Kerja

Nama Siswa : ………. Pembimbing : ………..

NIS : ………. Paraf : ………..

(30)

Tanggal : ………..

1.5.1. Tugas Pendahuluan

a. Bacalah dengan seksama teori dasar pada bagian dari bab ini!

b. Tulislah pertanyaan-pertanyaan yang tidak dimengerti dari penjelasan pada teori dasar dan dibawa sebagai persyaratan sebelum praktikum!

(31)

BAB II

PENGGUNAAN PERALATAN LABORATORIUM KIMIA

2.1. Tujuan Praktikum

Pada akhir praktikum siswa mempunyai kompentesi dengan indikasi

a. peralatan laboratorium kimia dapat digunakan dengan benar (kode kompetensi 079DK010203)

b. teknik dasar analisis kualitatif dapat dilakukan dengan benar (kode kompetensi 079DK010202)

c. teknik dasar analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan benar

2.2. Dasar Teori

2.2.1. Teknik-Teknik Dasar Analisis Kualitatif Dan

Kuantitatif

2.2.1.1. Memanaskan larutan

a. Cara memanaskan zat dalam cawan porselen/Erlenmeyer/gelas beker

 ambillah kaki

tiga dan

letakkan kasa

kawat di

atasnya

 letakkan

gelas kimia yang berisi larutan di atas kasa dan panaskan dengan pemanas spiritus

b. Cara memanaskan zat dalam tabung reaksi

Gambar 8

(32)

 jepit tabung reaksi yang berisi larutan dengan penjepit kayu/besi,

 panaskan dengan nyala api spiritus, api

pemanas hendaknya terletak pada bagian atas larutan

 goyangkan tabung reaksi agar pemanasan

merata

 arahkan mulut tabung reaksi pada tempat

yang aman agar percikannya tidak melukai orang lain maupun diri sendiri

Gambar 10 Batu didih dan penggunaannya

Pada saat memanaskan larutan perlu ditambahkan batu didih untuk menghindari letupan larutan ketika mendidih dikarenakan pemanasan yang tidak merata. Batu didih berupa serpihan kasar keramik atau porselen yang berpori dengan ukuran seragam. Ditambahkan dalam larutan sebelum dipanaskan.

2.2.1.2. Cara menyaring endapan

Gambar 11 Menyiapkan Kertas Saring

(33)

a. gunakan kertas saring yang dibentuk seperti gambar di atas untuk kemudian disimpan pada corong gelas

b. bilas terlebih dahulu dengan cara melewatkan pelarut mulai dari pinggir atas kertas bergerak memutar hingga ke tengah dan cairan bilasan dibuang

c. saringlah sedikit demi sedikit, kira-kira banyaknya larutan adalah sepertiga tinggi kertas

2.2.1.3. Meneteskan larutan ke dalam tabung

reaksi

cara meneteskan seperti ini berlaku untuk cairan yang umum, tidak mudah bereaksi dengan cepat dan bukan bahan yang berbahaya hanya dibutuhkan untuk mempercepat proses penetesan.

Cara meneteskan seperti ini sangat dianjurkan untuk setiap penetesan terutama untuk zat-zat seperti berikut:

1. zat yang sangat reaktif

2. zat yang pekat dan berbahaya

3. zat yang proses terjadinya reaksi sangat diperhatikan 4.

Gambar 12 Cara meneteskan zat pada tabung reaksi

2.2.1.4. Cara mengocok larutan

(34)

Gambar 13 Cara mengocok zat dalam labu ukur

b. Cara mengocok zat dalam Erlenmeyer

Gambar 14 Mengocok zat dalam Erlenmeyer

2.2.1.5. Menimbang

a. Neraca:

 menimbang zat baku primer dengan neraca analitis

(35)

 Menimbang zat baku sekunder atau zat untuk pereaksi dengan neraca teknis

Gambar 16 Timbangan teknis

b. wadah timbang

 Gunakan botol timbang kaca untuk zat yang reaktif, oksidator

Gambar 17 Wadah zat untuk ditimbang

 Dapat digunakan kaca arloji atau kertas timbang untuk zat yang tidak reaktif

Gambar 18 wadah-wadah lain untuk menimbang

(36)

Gunakan sendok atau spatula untuk mengambil zat yang akan ditimbang sesuai dengan karakteristik zat yang akan ditimbang. Gunakanlah sendok porselen untuk zat yang bersifat oksidator. Pilih timbangan yang tepat sesuai kapasitasnya. Jangan menimbang zat melebihi kapasitas maksimal timbangan yang digunakan. Catat hasil timbangan. Perhatikan contoh perintah penimbangan berikut:

“ Timbang lebih kurang…” artinya: jumlah yang harus ditimbang tidak boleh kurang dari 90% dan tidak boleh lebih dari 110% dari jumlah yang harus ditimbang.

“ Timbang dengan saksama…” artinya: deviasi penimbangan tidak boleh lebih dari 0,1% dari jumlah yang ditimbang. Misalnya dengan pernyataan timbang seksama 500 mg, berarti batas kesalahan penimbangan tidak boleh lebih dari 0,5 mg. Oleh karena itu, penimbangan harus dilakukan dengan neraca analitis kepekaan minimal 0,5 mg. Penimbangan saksama dapat juga dinyatakan dengan menambahkan angka 0 di belakang koma pada akhir bilangan bersangkutan. Misalnya, dengan pernyataan timbang 200,0 mg dimaksudkan bahwa penimbangan harus dilakukan dengan tepat tanpa ada lebih di belakang koma.

2.2.1.6. Mengukur volume zat cair dengan alat

ukur volume gelas

(37)
(38)

Katup pengeluaran udara

Badan Balon Penghisap, di keluarkan udara di dalamnya sebelum digunakan atau ketika akan disimpan

Katup penarikan zat oleh pipet bila balon penghisap bertekanan rendah

Katup pengeluaran zat dari pipet

Pipet yang dipasangkan untuk mengambil zat

2.2.1.7. Cara memepet dan mengeluarkan

(39)

Bila Ball Pipet dalam kondisi siap pakai (badan balon kempes) maka cara pengambilan zat menggunakan pipet adalah:

1. tekan katup hisap

(nomor 2) hingga zat terhisap dalam pipet sesuai tanda ukuran.

Gambar 20 Cara mengambil zat dengan volume pipet

2. Lepaskan

(40)

dikeringkan dengan cara diusap menggunakan tissue kering dari atas ke bawah namun jangan sampai cairan di ujung pipet bersentuhan dengan tissue.

Gambar 21 Cara membersihkan ujung pipet volume

3. Pemind

ahan zat dalam pipet berisi zat yang akan

(41)
(42)

2.2.2. Teknik dasar titrasi

2.2.2.1. Penggunaan buret

- Periksa terlebih dahulu apakah buret dalam kondisi baik (tidak pecah atau bocor), berikan sedikit saja vaselin pada kran agar pengaturan penetesan mudah dilakukan.

- Bersihkan buret sebelum digunakan dengan aquades, bilaslah buret tersebut dengan sedikit aquades pada tahap pertama dan bilasan kedua dengan sedikti zat kimia yang akan dimasukkan ke dalamnya minimal tiga kali untuk tahap aquades dan satu kali untuk zat kimia yang akan dimasukkan. Cara pembilasan adalah dengan posisi kran buret tertutup dan buret dibaringkan dan diputar dengan tangan sehingga zat dapat membilas keseluruhan dalam buret kemudian zat dibuang lewat kran buret yang dibuka.

- Masukkan zat kimia yang akan digunakan ke dalam buret tersebut dengan menggunakan corong. Lakukan pengisian sampai seluruh bagian buret terisi (perhatikan bagian bawahnya !) dan tidak terdapat gelembung gas pada buret.

- Pasang buret pada statip dan klem agar posisinya stabil seperti gambar di atas

2.2.2.2. Pemilihan buret.

- Lakukan titrasi orientasi terlebih dahulu menggunakan buret kapasitas 50,0 ml. Untuk selanjutnya, pada titrasi replikasi pemilihan buret harus berdasarkan ketentuan: Volume terukur yang teliti adalah sebanyak 30 – 70% dari kapasitas buret.

- Jika dari hasil orientasi didapat volume titrasi 10,0 ml, maka titrasi selanjutnya gantilah dengan buret kapasitas 25,0 ml

2.2.2.3. Cara titrasi.

(43)

Gambar 23 Posisi tangan saat titrasi

2.3. Alat Dan Bahan

2.3.1. Alat

a. Seperangkat peralatan untuk peragaan teknik dasar kimia b. Seperangkat peralatan untuk peragaan teknik dasar titrasi

2.3.2. Bahan

a. Aquades

b. Bahan lain untuk mendukung peragaan

2.4. Prosedur

a. Setiap peragaan yang diperlihatkan oleh pembimbing praktikum diamati dengan baik

b. Setiap peragaan yang diperintahkan oleh pembimbing praktikum dilakukan dengan baik

2.5. Lembar Kerja Siswa

Nama Siswa : ………. Pembimbing : ………..

NIS : ………. Paraf : ………..

Judul Praktikum : Penggunaan Peralatan Laboratorium Kimia

Tangan kiri memegang & mengatur kran buret

Tangan kanan memegang dan mengocok/memutar gelas Erlenmeyer

Kertas putih untuk alas Tambahkan titran

(44)

Tanggal : ………..

2.5.1. Tugas Pendahuluan

a. Bacalah dengan seksama teori dasar pada bagian dari bab ini!

b. Tulislah pertanyaan-pertanyaan yang tidak dimengerti dari penjelasan pada teori dasar dan dibawa sebagai persyaratan sebelum praktikum!

(45)

BAB III

ORGANOLEPTIK DAN REAKSI KERING

3.1. TUJUAN

Pada akhir kegiatan praktikum, siswa dapat memiliki kompetensi dengan indikator:

1. Uji kering dapat dilakukan dengan benar 2. Uji Organoleptis dapat dilakukan dengan benar

3.2. DASAR TEORI

Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995 terdapat sejumlah uji yang dapat dilakukan dalam keadaan kering yakni tanpa melarutkan contoh. Pengujian ini dapat dilakukan dengan :

a. Organoleptis

Setiap zat mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan beberapa di antaranya ada yang menjadi ciri khas tersendiri yang dapat dimanfaatkan sebagai indikasi dalam identifikasi zat tersebut. Dengan menggunakan panca indra secara langsung, kita dapat mengenali beberapa zat yang mempunyai ciri khas mulai dari wujud, bentuk serbuk,bau, warna, serta rasa dari zat tersebut. Pada umumnya kumpulan dari berbagai karakteristik tersebut ditetapkan dalam daftar monografi yang dapat dilihat pada farmakope sebagai uji pendahuluan. Dengan adanya uji pendahuluan maka akan memudahkan identifikasi suatu zat terutama senyawa obat pada tahapan berikutnya.

b. Pemanasan

(46)

warna, atau dapat dibebaskan suatu gas yang dapat dikenali dari sifat-sifat khas tertentu saat dipanaskan.

Sejumlah zat dimasukkan ke dalam sebuah tabung pengapian (tabung bola) yang terbuat dari pipa kaca lunak untuk dapat dengan mudah diamati saat dipanaskan, kemudian dipanaskan dalam sebuah nyala bunsen. Mula-mula dengan nyala kecil kecil kemudian dengan nyala yang lebih kuat agar perubahan yang terjadi tidak ada yang terlewat. Tabung reaksi kecil, 60-70 mm x 7-8mm, yang mudah diperoleh dan murah dapat juga dipakai.

c. Uji Nyala

Beberapa zat dapat memberikan ciri khas yang unik yaitu memberikan warna nyala yang tajam pada saat terbakar. Halaman ini menguraikan bagaimana melakukan sebuah uji nyala untuk berbagai ion logam dan secara ringkas menjelaskan bagaimana warna nyala bisa terbentuk. Uji nyala digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan ion logam dalam jumlah yang relatif kecil pada sebuah senyawa. Tidak semua ion logam menghasilkan warna nyala. Untuk senyawa-senyawa Golongan 1 pada sistem periodik unsur, uji nyala biasanya merupakan cara yang paling mudah untuk mengidentifikasi logam mana yang ter-dapat dalam senyawa. Untuk logam-logam lain, biasanya ada metode mudah lainnya yang lebih dapat dipercaya - meski demikian uji nyala bisa memberikan petunjuk bermanfaat seperti metode mana yang akan dipakai. Untuk ini maka perlu mengetahui struktur nyala bunsen tak terang.

A B

Gambar 24 Struktur Nyala Bunsen

(47)

dan juga melengkapi (a) dalam menguji keatsirian relatif dari campuran zat-zat. Zat mengoksid bawah terletak ada batas luar (b) dan dapat digunakan untuk mengoksid zat-zat yang terlarut dalam manik borak, natrium karbonat atau garam mikroskopik. Zat mengoksid atas (d), daerah ini digunakan untuk semua proses oksidasi yang tidak diperlukan temperatur tinggi. Zona reduksi atas (e) adalah ujung kerucut biru dalam. Daerah ini berguna untuk mereduksi oksida kerak menjadi logam. Zona mereduksi bawah (f) berguna untuk mereduksi boraks lelehan.

3.3. ALAT DAN BAHAN

3.3.1. Organoleptis

Alat : kaca arloji, tabung reaksi, spatula, pipet tetes Bahan : beberapa zat kimia padat dan zat kimia cair

3.3.2. Uji Pemanasan

3.3.3. Uji nyala

Alat : 1. kawat Ni-krom 3. penjepit tabung reaksi 2. Tabung reaksi 4. lampu spiritus atau Bunsen Bahan : zat padat atau larutan zat yang diperiksa

3.4. PROSEDUR

3.4.1. Organoleptis

a. sejumlah zat padat diletakkan pada kaca arloji untuk bahan padat b. jika zat yang diperiksa cairan maka dimasukkan zat cair tersebut

secukupnya ke dalam tabung reaksi.

c. Berbagai karakteristik zat diamati seperti warna, bentuk kristal dan bau dari tiap-tiap zat

3.4.2. Uji Pemanasan

a. Sejumlah zat yang sudah disiapkan pengawas praktikum dimasukkan ke dalam tabung reaksi

b. Panaskan zat tersebut dengan api spiritus atau api bunsen yang dapat diatur besar kecilnya api dan mulai dari api kecil

(48)

3.4.3. Uji Nyala

a. Kawat Ni-krom dicelupkan ke dalam HCl pekat dan dibakar pada nyala api oksidasi sampai tidak timbul warna nyala sebagai tanda bahwa kawat telah terbebas dari zat yang mempengaruhi reaksi nyala

b. Kawat Ni-krom tersebut ditusukkan ke dalam padatan atau dicelupkan ke dalam larutan zat yang diperiksa dan kemudian dibakar kembali pada nyala api oksidasi.

c. Warna nyala yang timbul diamati dan dicatat.

3.5. LEMBAR KERJA SISWA

Nama Siswa : ………. Pembimbing : ………..

NIS : ………. Paraf : ………..

Judul Praktikum : REAKSI KERING DAN ORGANOLEPTIS

Tanggal : ………..

3.6. Tugas Pendahuluan

3.7. Hasil Pengamatan

3.7.1. Organoleptis

(49)

15

No Zat (Senyawa) cair Kekentalan Warna Bau Karakteristik lainnya

No Zat yang diperiksa Warna nyala

(50)

BAB IV

IDENTIFIKASI KATION

3.1. TUJUAN

Pada akhir kegiatan praktikum, siswa dapat memiliki kompetensi dengan indikator: Identifikasi kation dapat dilakukan dengan benar

3.2. DASAR TEORI

Untuk tujuan analisis kualitatif, sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan menggunakan reagensia golongan secara sistematik dapat ditetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga digunakan untuk pemisahan golongan–golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Reagensia yang digunakan untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan.

Kelima golonan kation dan ciri-ciri khas golongan–golongan ini adalah sebagai berikut:

3.2.1. Kation Golongan I

Golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan ini adalah timbal (Pb), merkurium (I) raksa, dan perak(Ag). Beberapa reaksi yang dapat menjadi ciri khas kation golongan I di antaranya:

3.2.1.1. Perubahan kelarutan dalam suasana asam dan basa tertentu

a. AgNO3 + HCl  AgCl↓ (putih) + HNO3

b. AgCl(s) + 2 NH3 (Ag(NH3)2)Cl

Endapan AgCl sukar larut dalam air dingin/panas, mudah larut dalam amonia encer dan sukar larut dalam suasana asam

c. Pb(NO3)2 + 2HCl  PbCl2↓(putih) + 2HNO3

(51)

e. PbCl2 + 2CH3COONH4 Pb(CH3COO)2 + 2NH4Cl

Endapan PbCl2 dapat larut dalam

- air panas

endapan Hg2Cl2 sukar larut dalam - air dingin/ panas

- asam encer - ammonia

tetapi mudah larut dalam aqua regia atau aqua bromata

3.2.1.2. Perubahan Kelarutan Pada Penambahan Larutan KI

3.2.1.3. Perubahan Kelarutan Pada Penambahan

Larutan K2CrO4

a. AgNO3 + K2CrO4  Ag2CrO4↓(merah) + 2KNO3

endapan sukar larut dalam air dan dalam asam asetat encer b. Pb(NO3)2 + K2CrO4 PbCrO4↓(kuning) + 2KNO3

endapan kuning PbCrO4 sukar larut dalam asam asetat dan

dalam ammonia

(52)

c. Hg2(NO3)2 + K2CrO4→ Hg2CrO4↓ (cokelat) + 2KNO3

endapan menjadi merah bila dididihkan

3.2.1.4. Perubahan Kelarutan Pada Penambahan

Larutan K2CrO4

a. 2AgNO3 + 2NaOH  Ag2O↓ (cokelat) + H2O + 2NaNO3

endapan sukar larut dalam NaOH berlebih b. Pb(NO3)2 + 2NaOH  Pb(OH)2↓ (putih) + 2NaNO3

Endapan larut dalam NaOH berkelebihan

c. Hg2(NO3)2 + 2NaOH  Hg2O↓ (hitam) + H2O + 2NaNO3

3.2.2. Golongan II

Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah golongan IIA yaitu merkurium(II), tembaga , bismuth, kadmium, dan golongan IIB yaitu arsenik (III), arsenik (V), stibium(III), stibium (V), timah (II) danTimah (III) (IV). Sulfida dari kation golongan IIA tidak dapat larut dalam amoniumpolisulfida sedangkan sulfida dari golongan IIB justru dapat larut. Beberapa reaksi yang dapat menjadi ciri khas kation golongan II di antaranya:

3.2.2.1. Perubahan Kelarutan Pada Ion Hg2+ Pada

Penambahan NaOH, HCl, danKI

3.2.2.2. Perubahan Kelarutan Pada Ion Cu2+

Dengan NaOH, NH3, K4Fe(CN)6 dan Besi (Fe)

a. CuSO4 + 2NaOH Cu(OH)2↓(biru) + Na2SO4

endapan tidak larut dalam NaOH berlebih

b. CuSO4 + 2NH3 + 2H2O  CuSO4.Cu(OH)2↓ (birumuda) + Na2SO4

endapan larut lagi dalam NH4OH berlebih.

c. CuSO4.Cu(OH)2 + (NH4)2SO4 + 6NH3  2(Cu(NH3)4)SO4 (larut) +

(53)

d. CuSO4 + K4Fe(CN)6 Cu2((Fe(CN)6) ↓ (coklat kemerahan) + K2SO4

e. CuSO4 + Fe  FeSO4(karat besi) + Cu↓ (tembaga)

f. As2O3 + 6Zn + 12HCl  2AsH3 ↑ + 6ZnCl2 + 3H2O

g. AsH3 + AgNO↑ 3 + 3H2O  6Ag↓(hitam) + 6HNO3 + H3AsO3

3.2.3. Golongan III

Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun kation ini membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah kobalt (II), nikel (II), besi (II), besi (III), kromium(III) aluminium, zink dan mangan (II). Beberapa reaksi yang dapat menjadi ciri khas kation golongan III di antaranya:

3.2.3.1. Perubahan Kelarutan Hasil Reaksi

Dengan NaOH dan Pereaksi Alizarin-s

a. Al2(SO4)3 + 6NaOH  2Al(OH)3↓ (putih kental) + 3Na2SO4

endapan dapat larut lagi dalam NaOH berlebih. b. Al(OH)3 + NaOH ↔ NaAlO2 + 3H2O

NaAlO2 atau ion [Al(OH]4]- dapat membentuk endapan merah dengan

Alizarin-S/Alizarin-S (natrium alizarin-sulfonat)

Gambar 25 Struktur molekul Alizarin-s

c. ZnSO4 + 2NaOH  Zn(OH)2(putih) + Na2SO4

endapan larut dalam NaOH berlebih d. Zn(OH)2 + NaOH ↔ Na2ZnO2 + 2H2O

3.2.3.2. Perubahan Kelarutan Hasil Reaksi

Dengan K4Fe(CN)6

a. Al2(SO4)3 + 2K4Fe(CN)6  2AlK[Fe(CN)6] + 3K2SO4

b. 2ZnSO4 + K4Fe(CN)6 2Zn2[Fe(CN)6](putih) + 2K2SO4

c. FeSO4 + K4Fe(CN)6  K2Fe[Fe(CN)6](putih) + K2SO4

(54)

3.2.3.3. Perubahan Kelarutan Dan Warna Larutan

Hasil Reaksi Dengan K3Fe(CN)6

a. FeSO4 + K3Fe(CN)6  KFe[Fe(CN)6 ](biru tua)/(biru berlin) + K2SO4

b. FeCl3 + K3Fe(CN)6 Fe[Fe(CN)6] (larutan cokelat) + 3KCl

3.1.1.1. Perubahan Kelarutan Hasil Reaksi

Dengan NH4OH

a. FeSO4 + 2NH4OH  Fe(OH)2↓ (putih/hijau kotor) + (NH4)2SO4

b. FeCl3 + 3NH4OH  Fe(OH)3↓ (merah cokelat) + 3NH4Cl

3.1.1.2. Pembentukan ion kompleks dengan

fenantrolin

FeSO4 + 1,10–fenantrolina  [Fe(C18H8N2)3]2+(merah)

3.1.1.3. Pembentukan Ion Kompleks Dengan

KSCN Dalam Eter Atau Amil Alkohol

FeCl3 + 3 SCN-  Fe(SCN)3(merah tua)

Molekul yang tak bermuatan ini (Fe(SCN)3) dapat diekstraksi oleh eter

atau amil alkohol. Warna merah yang terbentuk dulu disangka karena terbentuk ferirhodanida Fe(SCN)3 sekarang ternyata disebabkan oleh

ion kompleks ferirhodanida [Fe(SCN)]2+ karena ion kompleks tersebut

lebih mudah larut dalam eter atau amil alkohol

3.1.1. Golongan IV

Kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II, dan III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah kalsium, stronsium dan barium.

3.1.2. Golongan V

(55)

3.2. ALAT DAN BAHAN

Ditentukan oleh pengawas praktikum

3.3. PROSEDUR

3.3.1. Identifkasi kation Golongan I

Ion Ag+(Perak), Pb2+ (timbal), dan Hg+ (Merkuro)

a. ke dalam masing-masing 3 (tiga) tabung reaksi yang bebeda dimasukkan sejumlah larutan Ag+ /AgNO

3 ,larutan Pb2+/(CH3COO)2Pb

atau Pb (NO3)2 dan tabung ke-3 diisi dengan larutan Hg+ /Hg2(NO3)2

b. ke dalam tiap tabung ditambahkan HCl encer secukupnya, perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.

c. Kemudian masing-masing tabung, perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.

d. dilanjutkan dengan penambahan larutan NH4OH berlebih pada tiap

tabung, perubahan yang terjadi diamati dan dicatat

e. dilanjutkan dengan penambahan larutan HNO3 encer berlebih pada

tiap tabung, perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.

f. Disiapkan 3 (tiga) tabung reaksi baru dan masing-masing diisi larutan seperti pada prosedur ‘a’ di atas.

g. Ke dalam tiap tabung ditambahkan larutan KI (Kalium Iodida), perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.

h. Dilanjutkan dengan penambahkan lagi KI berlebih, perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.

i. Disiapkan 3 (tiga) tabung reaksi baru dan masing-masing diisi larutan seperti pada prosedur ‘a’ di atas.

j. ke dalam tiap tabung ditambahkan larutan K2CrO4 (Kalium kromat),

(56)

k. Disiapkan 3 (tiga) tabung reaksi baru dan masing-masing diisi larutan seperti pada prosedur ‘a’ di atas.

l. ke dalam tiap tabung ditambahkan larutan NaOH, perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.

3.3.2. Identifkasi kation Golongan II

Ion Hg2+ (merkuri),

Ion Cu

2+

(

Cupri

)

, Hg+

(Merkuro), dan ion As3+ (As

2O3)/Arsen

3.3.2.1. Ion Hg2+ (merkuri)

Prosedur :

a. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan sejumlah larutan Hg2+ (HgCl 2)

b. kemudian ditambahkan larutan NaOH encer. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.

c. Disiapkan dua tabung reaksi baru dan diisi masing-masing larutan seperti pada prosedur ‘a’ di atas. kemudian dilakukan percobaan seperti prosedur ‘b’ untuk larutan HCl encer dan larutan KI. Masing-masing perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.

3.3.2.2. Ion Cu2+ (Cupri)

a. Ke dalam 4 (empat) buah tabung reaksi dimasukkan sejumlah larutan ion Cu2+ (CuSO

4)

b. tabung ke-1 ditambahkan larutan NaOH lalu panaskan. perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.

c. Tabung ke-2 ditambahkan larutan NH4OH berlebih. perubahan yang

terjadi diamati dan dicatat.

d. Tabung ke-3 ditambahkan larutan K4Fe(CN)6. perubahan yang terjadi

diamati dan dicatat.

e. Tabung ke-4 masukkan paku besi, didiamkan beberapa saat. perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.

3.3.2.3. Reaksi ion As3+ (As

2O3)/Arsen, Menggunakan Cara

GUTZEIT

a. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan sejumlah larutan As3+

(57)

Kertas HgCl2/ AgNO3

Kapas Pb Asetat

As3+ HCl/SnCl2 nn

c. kapas yang dibasahi Pb asetat ditempatkan kira-kira 5 cm di bawah mulut tabung yang dipasang longgar.

d. Mulut tabung reaksi ditutup dengan kertas HgCl2 atau Ag NO3. Warna

kertas diamati dan dicatat.

e. Ilustrasi prosedur dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 26 Ilustrasi identifikasi arsen dengan cara Gutzeit

3.3.3. Identifkasi kation Golongan III

Fe, Al, Zn2+, Cr, Co, Ni, Mn

3.3.3.1. Reaksi ion Al3+ dan Zn2+ (Alumunium dan

Seng/Zink)

a. disediakan dua buah tabung reaksi, tabung pertama diisi larutan Al3+

/Al 2(SO4)3,tabung kedua diisi larutan Zn2+/ZnSO4

b. masing-masing ditambahkan larutan NaOH encer, perubahan yang terjadi diamati dan dicatat. Kemudian ditambahkan lagi larutan NaOH encer sampai berlebih, perubahan yang terjadi diamati dan dicatat. c. kemudian ditambahkan larutan Alizarin-S, perubahan yang terjadi

diamati dan dicatat.

d. Kemudian diasamkan dengan CH3COOH, perubahan yang terjadi

diamati dan dicatat.

e. Disiapkan dua tabung reaksi baru dan diisi masing-masing larutan seperti pada prosedur ‘a’ di atas. Kemudian ke dalam tiap tabung

(58)

ditambahkan larutan K4Fe(CN)6, perubahan yang terjadi diamati dan

dicatat.

3.3.3.2. Reaksi Ion Fe2+ dan Fe3+ (Fero dan

Feri) atau Besi (II) dan Besi (III)

a. disediakan 2 (dua) tabung reaksi, tabung pertama diisi larutan ion Fe2+(FeSO

4),tabung kedua diisi larutan ion Fe3+(FeCl3)

b. ke dalam tiap tabung ditambahkan larutan K4Fe(CN)6, perubahan yang

terjadi diamati dan dicatat.

c. Disiapkan dua tabung reaksi baru dan diisi masing-masing larutan seperti pada prosedur ‘a’ di atas.

d. kemudian tambahkan larutan K3Fe(CN)6 , perubahan yang terjadi

diamati dan dicatat.

e. Disiapkan dua tabung reaksi baru dan diisi masing-masing larutan seperti pada prosedur ‘a’ di atas.

f. Tambahkan ke dalamnya larutan NH4OH encer. Perubahan yang

terjadi diamati dan dicatat.

3.3.3.3. Reaksi Ion Fe2+ [Fero/ besi (II)]

a. Ke dalam tabung reaksi berisi larutan ion Fe2+ ditambahkan larutan H2SO4 encer.

b. Kemudian ditambahkan larutan 1,10-fenantrolin, perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.

3.3.3.4. Reaksi Ion Fe3+ [Feri/ besi (III)]

a. Ke dalam tabung reaksi berisi larutan ion Fe3+ ditambahkan larutan NH4SCN atau KSCN encer, perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.

b. Kemudian ditambahkan ke dalamnya 1-2 ml eter amil alkohol dan dikocok, perubahan yang terjadi pada lapisan eter atau amil alcohol diamati dan dicatat.

(59)

3.3.3.5. Ion Ni2+ (Nikel)

Ke dalam tabung reaksi berisi larutan ion Ni2+ (Ni SO

4), ditambahkan

larutan NH4OH kemudian ditambah beberapa tetes larutan

Dimetilglioksim (DMG) perubahan yang terjadi diamati dan dicatat

Gol IV Ba , Ca, Sr Gol V Mg, K, NH4

Identifikasi Kation Golongan IV

Reaksi ion Ba2+, Ca2+ dan Sr2+ (Barium, Calsium, Stronsium)

Prosedur

Sediakan 3 (tiga) tabung reaksi, Tabung no. 1 diisi larutan Ba2+ (BaCl

2)

Tabung no. 2 diisi larutan Ca2+ (CaCl 2)

Tabung no. 3 diisi larutan Sr2+ (SrCl 2)

Ke dalam tiap tabung tambahkan H2SO4 encer, amati perubahan yang

terjadi. Tambahkan ke dalamnya 1 ml HCl encer, panaskan, amati perubahan yang terjadi

(endapan putih BaSO4 sukar larut dalam asam kuat)

CaCl2 + H2SO4 → CaSO4 ↓ putih + 2 HCl

(endapan putih CaSO4 mudah larut dalam asam)

(60)

(endapan putih SrSO4 sukar larut dalam asam kuat)

Reaksi ion Ba2+ (Barium)

Prosedur :

Isilah tabung reaksi dengan larutan yang mengandung kation Ba2+,

tambahkan ke dalamnya larutan K2CrO4. Amati perubahan yang terjadi. Kemudian

tambahkan ke dalamnya larutan asam asetat (CH3COOH), amati perubahan yang

terjadi.

Endapan kuning BaCrO4 sukar larut dalam asam asetat encer berbeda dengan

Sr dan Ca.

Reaksi ion Ca2+ (Calsium)

Prosedur :

ke dalam tabung reaksi berisi larutan ion Ca2+, tambahkan ke dalamnya

beberapa tetes larutan NH4OH dan (NH4)2C2O4. Amati perubahan yang

terjadi.kemudian tambahkan ke dalamnya CH3COOH. Amati perubahan yang

terjadi.

Ke dalam tabung reaksi berisi larutan Ca2+, ditambahkan larutan

K4Fe(CN)6.dan dipanaskan amati perubahan yang terjadi

a. Tabel Pengamatan

(61)

b. Tabel Pengamatan

Z at

Perubahan yang terjadi

K4Fe(CN)6 dipanaskan

C a2+

Reaksi : CaCl2 + K4Fe(CN)6→ Ca K2 [Fe(CN)6]+ 2 KCl

Endapan putih Calsium oksalat sukar larut dalam asam asetat.

Gol v

Reaksi

ion Mg

2+

(

Magnesium

)

Prosedur :

Sediakan 3 (tiga) tabung reaksi, masing-masing diisi dengan larutan yang mengandung ion Mg2+ (misalnya MgSO

4). Kemudian ke dalam:

Tabung no.1 tambahkan larutan NH4OH, amati

Tabung no.2 ditambah Na2HPO4 dan NH4OH, amati

Tabung no.3 ditambah Titan Kuning dan NaOH, amati perubahan yang terjadi.

N

O T ZA Pereaksi Perubahan yang terjadi 1 Mg

2+ NH4OH

2 Mg

2+ Na2HPO4 + NH4OH

3 Mg

2+ Titan kuning dan NaOH

Reaksi

MgSO4 + 2 NH3 + 2H2O → Mg (OH)2↓ putih + (NH4)2SO4

MgSO4 + Na2HPO4 + NH3 → MgNH4PO4↓ putih + Na2SO4

MgSO4 dengan Titan Kuning dan NaOH akan menghasilkan warna merah

Titan kuning = C28H19N5S2 (SO3Na)2

Reaksi Ion NH

4+

(Amonium)

Prosedur

Kedalam tiga tabung reaksi isilah larutan zat yang mengandung ion NH4+

(62)

tabung pertama : tambahkan NaOH encer, letakkan kertas lakmus merah basah pada mulut tabung reaksi, lalu panaskan dan amati perubahan warna kertas lakmus.

Tabung kedua : tambahkan beberapa tetes reagen Nessler. Amati perubahan (warna endapan ) yang terjadi.

Tabung ketiga : tambahkan NaOH encer, lalu celupkan sebatang pengaduk yang sebelumnya dibasahi dahulu dengan HCl pekat. Amati adanya asap putih yang terbentuk.

Tabel Pengamatan

N

o Zat yang diperiksa Perubahan yang terjadi 1 NH4+ + NaOH + kertas lakmus merah

2 NH4+ + reagen Nessler (K2HgI4)

3 NH4+ + NaOH + (HCl pekat pd

pengaduk)

Reaksi

1. NH4Cl + NaOH → NaCl + NH3 (g) + H2O

2. NH4Cl + 2 KOH + 2K2(HgI4) → NH2.Hg2I3 (↓ kuning-coklat) + KCl + 5 KI +

2H2O

3. NH3 + HCl → NH4Cl (asap putih)

3.4. Lembar kerja siswa

3.4.1. Identifkasi kation Golongan I

Ion Ag + (Perak), Pb2+ (timbal), dan Hg+ (Merkuro)

a. Tabel Pengamatan Penambahan HCl encer, NH4OH, dan HNO3

No Zat +HCl Dipanaskan Perubahan yang terjadi+NH4OH +HNO3

1 Ag + 2 Pb2

(63)

b. Tabel Pengamatan Penambahan Larutan KI

No Zat Perubahan yang terjadi

+KI +KI berlebih

c. Tabel Pengamatan Penambahan K2CrO4

d. Tabel Pengamatan Penambahan NaOH

No Zat Perubahan yang terjadi

+ larutan NaOH

3.4.2. Identifkasi kation Golongan II

Ion Hg2+ (merkuri), Ion Cu2+ (Cupri), dan Hg+ (Merkuro)

3.4.2.1. Ion Hg2+ (merkuri)

a. Tabel Pengamatan Penambahan NaOH dan HCl

No ditambahnat yang kan

Perubahan yang terjadi pada larutan Hg2+ + larutan NaOH

(64)

b. Tabel Pengamatan Penambahan KI

No nat Perubahan yang terjadi

+KI Didiamkan +KI berlebih 1 Hg2+

3.4.2.2. Ion Cu2+ (Cupri)

Warna larutan Cu2+: ...

nat + Pereaksi Perubahan yang terjadi

Cu2+

NaOH, dipanaskan NH4OH berlebih Paku besi

warna pada paku : ...

3.4.2.3. Ion As3+ (As2O3)/Arsen, Menggunakan

Cara GUTZEIT

nAT Pereaksi Warna kertas HgCl2/ AgNO3

As3+ SnCl2/ HCl + nn

3.4.3. Identifkasi kation Golongan III

Fe, Al, Zn2+, Cr, Co, Ni, Mn

3.4.3.1. Ion Al3+ dan Zn2+ (Alumunium dan

Seng/Zink)

a. Reaksi dengan NaOH dan Alizarin-s

(65)

3+ 2 nn2

+

3.4.3.2. Reaksi Ion Fe2+ dan Fe3+ (Fero dan

Feri) atau Besi (II) dan Besi (III)

na

O nat Pereaksi Perubahan yangterjadi

(66)

3.4.3.4. Reaksi Ion Fe3+ [Feri/ besi (III)]

nA T

Perubahan yang terjadi +

KSCN Warna eter/ amilalkohol Fe3

+

3.1.1.1. Ion Ni2+ (Nikel)

na

t Pereaksi Perubahan yangterjadi

Ni2+ NH4OH +

DMG

Reaksi OH O

CH3─ C ═ NOH CH3─ C ═ N N═ C ─ CH3

│ + NiSO4 + 2 NH3 → │ Ni

+ CH3─ C ═ NOH CH3─ C ═ N N═ C ─ CH3

↓ │

DMG O OH Endapan merah

(NH4)2SO4

IDE NTIFIKASI ANION

A.1 CO3, HCO3, SO4, S2O3, S-, NO2,

CN-Reaksi Ion CO

32-

dan HCO

3 -

(Karbonat dan bikarbonat)

Prosedur

1. Ambillah dua buah tabung reaksi, ke dalam

a. tabung no. 1 : isilah dengan sampel mengandung CO32- (misalnya

Na2CO3)

(67)

b. tabung no. 2 : isilah dengan sampel mengandung HCO3- (misalnya

NaHCO3)

kemudian masukkan larutan Ca(OH)2 atau Ba(OH)2 ke dalam tiap

tabung. Amati.

Lalu panaskan dan amati perubahan yang terjadi.

Tabel Pengamatan

2. Ambillah dua buah tabung reaksi, masing-masing diisi dengan sampel mengandung CO32- (tabung no.1) dan HCO3- (tabung no.2).

Kemudian ke dalam tiap tabung tambahkan 1 ml H2SO4 encer. Alirkan gas yang terjadi

ke dalam tabung reaksi berisi larutan

atau larutan Ba(OH)2. Amati perubahan yang

terjadi. CO32-/

HCO3

-Tabel Pengamatan H2SO4

N

(68)

3-2. 2 NaHCO3 + H2SO4 → Na2SO4 + 2H2O + 2 CO2↑

CO2 + Ca(OH)2 → Ca CO3 ↓ putih + H2O

CO2 + Ba(OH)2 → Ba CO3 ↓ putih + H2O

3. Ambillah dua buah tabung reaksi, ke dalam

a. tabung no. 1 : isilah dengan sampel mengandung CO32- (misalnya

Na2CO3)

b. tabung no. 2 : isilah dengan sampel mengandung HCO3- (misalnya

NaHCO3)

kemudian masukkan larutan MgSO4 ke dalam tiap tabung. Amati.

Lalu panaskan dan amati perubahan yang terjadi.

Tabel Pengamatan

N

o diperiksaZat yang + MgSO4 Setelah dipanaskan 1 CO3

2-2 HCO3 -Reaksi

1. Na2CO3 + MgSO4 → Mg CO3 ↓ putih 4 + Na2SO4

2. 2 NaHCO3 + MgSO4 → Mg(HCO3)2larutan + Na2SO4

Mg(HCO3)2 dipanaskan ↔ Mg CO3 ↓ putih + H2O + CO2↑

Reaksi Ion S

2

O

32-

(tiosulfat)

Prosedur

Ambillah 4 (empat) tabung reaksi. Kemudian ke dalam tiap tabung masukkan larutan yang mengandung ion S2O32- (misalnya Na2 S2O3), lalu pada :

tabung no.1 : tambahkan larutan HCl encer. Amati perubahan yang terjadi.

tabung no.2 : tambahkan larutan FeCl3. Amati perubahan yang terjadi.

diamkan dan amati perubahan yang terjadi. tabung no.3 : tambahkan larutan AgNO3. panaskan.

Amati perubahan yang terjadi

(69)

Tabel Pengamatan

N

o diperiksaZat yang Pereaksi terjadi Perubahan yang 1

1. Ambillah dua buah tabung reaksi, ke dalam :

a. tabung no. 1 : isilah dengan sampel mengandung SO32- (misalnya

Na2SO3)

b. tabung no. 2 : isilah dengan sampel mengandung SO42- (misalnya

Na2SO4)

kemudian masukkan larutan BaCl2 atau Pb(NO3)2 ke dalam tiap tabung.

Amati perubahan yang terjadi. Lalu tambahkan larutan HNO3 encer ke dalam tiap

tabung tersebut. Amati.

(70)

N

o diperiksaZat yang + BaCl2 atau Pb(NO3)2 + HNO3 encer 1 SO3

2-2 SO4 2-Reaksi

1. Na2SO3 + BaCl2 → Ba SO3 ↓ putih + 2 NaCl

Endapan mudah larut dalam asam kuat encer

2. Na2SO4 + BaCl2 → Ba SO4 ↓ putih 4 + 2 NaCl

Endapan sukar larut dalam asam kuat encer

2. Ambillah dua buah tabung reaksi, lalu masing-masing diisi dengan larutan sampel yang mengandung SO32- dan SO4

2-kemudian masukkan larutan difenil amin + H2SO4 pekatke dalam tiap

tabung.. Amati perubahan yang terjadi.

Tabel Pengamatan

N o

Zat yang diperiksa

+ difenil amin + H2SO4 pekat

1 SO3

2-2 SO4 2-Reaksi

Ion SO42- dengan difenil amin (C6H5-NH-C6H5) akan membentuk cincin biru

pada zona persentuhan antara kedua cairan.

3. Ambillah dua buah tabung reaksi, lalu masing-masing diisi dengan larutan sampel yang mengandung SO32- dan SO42. Lalu tutup mulut tabung dengan kertas

yang dibasahi larutan K2Cr2O7 dan H2SO4 encer.

Amati perubahan warna pada kertas.

(71)

N

2. Na2SO4 tidak dioksidasi oleh kalium dikromat

Reaksi Ion S

2-

(Sulfida)

Prosedur

Ambillah 3 (tiga) tabung reaksi. Kemudian masukkan larutan yang mengandung ion S2- (misalnya Na

2S) ke dalam tiap tabung, lalu pada :

tabung no.1 : tambahkan larutan Pb(NO3)2. Amati perubahan yang terjadi.

tabung no.2 : tambahkan larutan HCl atau HNO3 atau H2SO4 encer.

Cium bau yang timbul.

tabung no.3 : tambahkan larutan AgNO3. Amati perubahan yang terjadi

(72)

Ambillah 2 (dua) tabung reaksi. Kemudian,

tabung no.1 : diisi larutan mengandung ion NO2- (misalnya NaNO2)

tabung no.2 : diisi larutan mengandung ion NO3- (misalnya NaNO3)

Kemudian ke dalam tiap tabung masukkan larutan H2SO4 encer dan FeSO4

padat.

Kocok. Amati. Lalu tambahkan H2SO4 pekat melalui dinding tabung secara

perlahan-lahan (tanpa goncangan dan tabung dengan posisi miring) Amati perubahan yang terjadi.

Cincin coklat oleh nitrat terbentuk setelah menggunakan H2SO4 pekat.

4.12. Reaksi Ion NO

2-

(Nitrit)

Prosedur

Ke dalam sebuah tabung reaksi masukkan larutan mengandung ion NO2

-(misalnya NaNO2). Kemudian tambahkan larutan CH3COOH dan tioureum 10%,

diamkan selama 5 menit. Amati perubahan yang terjadi.

(73)

Tabel Pengamatan

1. Ambillah 3 (tiga) tabung reaksi.

tabung no.1 : diisi larutan mengandung ion Cl- (misalnya KCl)

tabung no.2 : diisi larutan mengandung ion Br - (misalnya KBr)

tabung no.3 : diisi larutan mengandung ion I - (misalnya KI)

Kemudian ke dalam tiap tabung masukkan larutan HNO3 dan larutan Ag NO3

Amati perubahan yang terjadi, lalu tambahkan larutan NH4OH berlebih,

(74)

2. KBr + AgNO3 → AgBr ↓ kuning muda + KNO3

Endapan sukar larut dalam HNO3 encer dan dalam NH4OH encer.

3. KI + AgNO3 → AgI ↓ kuning + KNO3

Endapan sukar larut dalam HNO3 encer dan dalam NH4OH encer.

2. Ambillah 3 (tiga) tabung reaksi.

tabung no.1 : diisi larutan mengandung ion Cl- (misalnya KCl)

tabung no.2 : diisi larutan mengandung ion Br - (misalnya KBr)

tabung no.3 : diisi larutan mengandung ion I - (misalnya KI)

Kemudian ke dalam tiap tabung masukkan larutan H2SO4 encer dan larutan

KMnO4, lalu tambahkan amilum. Kocok. Amati perubahan yang terjadi.

Tabel Pengamatan

Gas Cl2 dapat dikenal dari baunya, dari warna hijau-kuning, atau dengan

kertas KI-amilum warna kertas jadi biru

(75)

Dengan CHCl3 terbentuk lapisan berwarna ungu pada lapisan bawah.

4.11. Reaksi Ion NO

2-

dan NO

3-

(Nitrit dan Nitrat)

Prosedur

Ambillah 2 (dua) tabung reaksi. Kemudian,

tabung no.1 : diisi larutan mengandung ion NO2- (misalnya NaNO2)

tabung no.2 : diisi larutan mengandung ion NO3- (misalnya NaNO3)

Kemudian ke dalam tiap tabung masukkan larutan H2SO4 encer dan FeSO4

padat.

Kocok. Amati. Lalu tambahkan H2SO4 pekat melalui dinding tabung secara

perlahan-lahan (tanpa goncangan dan tabung dengan posisi miring) Amati perubahan yang terjadi.

Cincin coklat oleh nitrat terbentuk setelah menggunakan H2SO4 pekat.

. Reaksi Ion CH

3

COO

-

(Asetat)

Prosedur

1. Ambillah sampel yang mengandung ion CH3COO- (misalnya

(76)

tambahkan ke dalamnya KHSO4 padat, aduk dengan batang pengaduk.

Cium bau yang timbul.

2. Reaksi Esterifikasi.

Sampel yang mengandung ion CH3COO- (misalnya CH3COONa)

dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan ke dalamnya etanol dan H2SO4 pekat. Tutuplah mulut tabung dengan kapas basah. Lalu panaskan

tabung tersebut. Ciumlah wangi yang timbul pada kapas penutup.

Tabel Pengamatan

N

o Zat yang diperiksa Pereaksi terjadi Perubahan yang 1 CH3COO- + KHSO4 padat, sampel diuapkan dulu untuk memperoleh kristal borat-nya), tambahkan ke dalamnya beberapa tetes H2SO4 pekat dan methanol atau etanol , lalu

bakarlah. Amati nyala yang timbul.

Tabel Pengamatan

N

o Zat yang diperiksa Pereaksi terjadi Perubahan yang 1 BO

33- Methanol

(CH3OH)+

(77)

H2SO4 pekat

H3BO3 + 3CH3OH → B(O CH3)3 ↑ nyala hijau + 3

H2O

B1 SO4, PO4, PO3-, CRO4, CR2O7,

Reaksi Ion CrO

42-

(kromat)

Amati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung.

Gambar

Tabel 1 Daftar Peralatan Kimia Beserta Fungsi DanPenyimpanannya
Gambar 3 Simbol bahan beracun
Gambar 11 Menyiapkan
Gambar 13 Cara mengocok zat dalam labu ukur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Titrasi Asam Basa adalah penentuan konsentrasi suatu larutan asam dengan larutan standar basa yang telah diketahui molaritasnya atau sebaliknya.. - Titik ekivalen adalah

Kertas indikator asam basa biasa digunakan untuk membedakan suatu larutan, apakah larutan itu bersifat asam ataupun basa, dengan cara memberikan perubahan warna

Peniter yang digunakan adalah NaOH, karena NaOH adalah larutan yang bersifat basa, sedangkan asam salisilat adalah larutan yang bersifat asam, sehingga keduanya dapat direaksikan

dengan cara titrasi larutan asam dan basa Larutan yang digunakan adalah larutan asam monohidrogen fosfat (Na2HPO4) dan larutan basa konjugatnya dihidrogen fosfat

Pada titrasi asam asetat dengan NaOH (sebagai larutan standar) akan dihasilkan garam yang berasal dari asam dan basa kuat.. Garam natrium ini akan terurai sempurna

Acidimetri : penentuan kadar basa dalam suatu larutan dengan menggunakan larutan asam yang telah diketahui konsentrasinya sebagai titran.. Natrium hidroksida lazim tercemar dengan

Perbedaan dari jenis titrasi di atas terletak pada titik akhir titrasi, dimana Jika titrasi dilakukan dengan asam maupun basa kuat yang juga merupakan elektrolit kuat maka

31 BAB IV PRAKTIKUM TITRASI ASAM BASA Tujuan Menentukan kadar suatu senyawa asam atau basa yang terdapat dalam suatu sampel Teori Titrasi asam basa bertujuan menetapkan kadar