• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK STANDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK STANDA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK ACARA II

STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 M SERTA PENGGUNAANNYA DALAM PENETAPAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN

Disusun oleh:

Nikmatul Khoeriyah A1M013006

Elmas Tahira A1M013015

Dewi Rizqiyati A1M013024

Hesti Sabriani A1M013061

Qothrotul Himmah R A1M013047

Ahmad Hanif F A1M013053

Arista Savira R A1M013058

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asidimetri dan Alkalimetri adalah analisis kuantitatif volumetri berdasarkan reaksi netralisasi. Keduanya dibedakan pada larutan standarnya. Analisis tersebut dilakukan dengan cara titrasi. Pada titrasi asam asetat dengan NaOH (sebagai larutan standar) akan dihasilkan garam yang berasal dari asam dan basa kuat. Garam natrium ini akan terurai sempurna karena senyawa itu adalah garam, sedang asam asetat akan terhidrolisis oleh air.

Ion asetat akan terhidrolisis oleh molekul air, menghasilkan molekul asam asetat dan ion hidroksi. Oleh karena itu, larutan garam dari basa kuat dan asam lemah seperti natrium asetat, akan bersifat basa dalam air (pH>7). Apabila garam tersusun dari basa lemah dan asam kuat, larutan garamnya akan bersifat asam (pH<7) sedangkan garam ang tersusun dari asam dan basa kuat, larutan dalam air akan bersifat netral (pH=7).

Pada analisis asam asetat dalam cuka perdagangan akan diperoleh informasi apakah kadar yang tertulis sudah benar atau belum. Analisis dilakukan dengan menitrasi larutan asam asetat perdagangan dengan larutan NaOH standar.

Larutan asam dan basa dapat kita temukan di dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat dari kedua larutan tersebut dapat dipakai secara optimal apabila digunakan dalam kadar yang cukup. Perolehan larutan serta kadarnya dapat dilakukan dengan reaksi kimia contohnya titrasi. Maka dari itu, praktikum ini sangat dianjurkan untuk dilakukan agar penggunaan larutan asam maupun basa dapat berdampak baik bagi kehidupan.

B. Tujuan

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapatbervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut.Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute.Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam manasolute terlarut. Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selainair yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena,minyak, asam asetat (Syabatini,2007).

Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan, yaitu pelarut dan zatyang dilarutkan dalam pelarut tersebut, zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut.Apabila dua atau lebih komponen dicampurkan dan membentuk campuran homogen,larutan yang dihasilkan dapat berfase gas, larutan cair dan padat. Kosentrasi larutanmenyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali, sedangkan pelarutnya sedikit, maka dapat dikatakan bahwa larutan itu pekatatau kosentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya bila zat yang terlarut sedikit sedangkanpelarutrnya sangat banyak, maka dapat dikatakan larutan itu encer atau kosentrasinyasangat rendah (Agustian,2008).

(4)
(5)

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan 1. Alat

 Labu ukur 100 ml  Buret 50 ml  Erlenmeyer  Pipet ukur 2. Bahan

 Asam oksalat  Larutan NaOH

 Asam cuka perdagangan  Indikator P.P

B. Cara kerja

1. Penentuan molaritas NaOH

Ditimbang 1,26 g asam oksalat, dimasukan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambah dengan airsuling hingga volume tepet 100 ml

Satu buret disiapkan dan di cuci, diisi larutan asam oksalat yang telah disiapkan.

Dituang 10 ml larutan NaOH ke dalam erlenmeyer, ditambah 10 ml air suling dalam 1-2 tetes indikator P.P

Kemudian di titrasi dengan larutan asam oksalat hingga warna merah jambu

(6)

2. Penetapan Kadar Asam cuka perdagangan

Diambil 10 ml larutan asam cuka perdagangan dengan pipet ukur, kemudian dimasukan dalam labu ukur kapasitas 100 ml dan diencerkan hingga volume 100 ml

Diambil 10 ml larutan encer, dimasukan ke dalam erlenmeyer ukuran 125 ml dan di tambah 2 tetes inikator PP

Larutan ini di tritasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi perubahan warna

Titrasi dilakukan 3 kali

(7)

BAB IV

Ditambahkan 10 ml aquades Menjadi larutan NaOH

3 Larutan NaOh Ditambahkan indikator PP 2 tetes yang dimasukkan/diteteskan ke dalam erlenmeyer yang berisi

2. Penetapan kadar asam cuka perdagangan

No Bahan Perlakuan keterangan

(8)

tambah 2 tetes pp  Volume asam cuka

untuk titrasi 61,2 ml

B. Pembahasan

Pada titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat menggunakan indikator Phenoptalein (PP) karena indikator ini akan mengalami perubahan warna apabila telah melewati titik ekuivalen yaitu ang sering disebut dengan titik akhir titrasi dan mempunyai jangkauan pH antara 8,0-9,6 . phenoptalein akan berubah menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8,2 atau lebih. Perubahan warna indikatorphenoptalein akan tidak bewarna (bening) jika berada dalam larutan asam dan akan berubah warna menjadi merah muda dalam larutan basa. Sehingga indikator PP adalah indikator yang paling tepat digunakan untuk memperkecil kesalahan pada titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat.

Pada praktikum ini saat indikator PP diteteskan pada larutan asam, larutan tetap bening (tidak berwarna menandakan bahwa larutan bersifat asam). Dan saat ditambahkan larutan basa tetes demi tetes terjadi perubahan warna menjadi merah muda, namun tidak lama kemudian mengallami perubahan warna lagi menjadi bening. Hal ini menandakan belum tercapai titik ekuivalen. Baru pada saat volume basa yang diteteskan (dalam hal ini NaOH) terjadi perubahan warna indikator menjadi merah muda sepenuhnya dan inilah yang disebut titik ekuivalen.

(9)

= 0,02 Na2C2O4 2 Na+ + C2O4 2-indikator yang lain yang sering digunakan dan phenoptalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain. Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-ionnya berwarna merah muda terang. Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser kesetimbangan ke arah kiri, dan mengubah indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya dan mengubah indikator menjadi merah muda. Setengah tingkat terjadi pada pH 9,3 karena pancampuran warna merah muda dan tak berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat hal ini sulit untuk mendeteksinya dengan akurat.

(10)

Terlebih dahulu perlu ditentukan perkiraan konsentrasi asam cuka yang akan dititrasi tersebut. Pada label asam cuka yang digunakan tercantum kadar asam cuka 25%. Persen yang dimaksud adalah persen berat/volum (b/v). Dalam perhitunngan diasumsikan (massa jenis) asam cuka perdagangan tersebut = 1 gram/mL.

Karena dalam titrasi ini, digunakan standar NaOH yang konsentrasinya + 0,1 N sehingga larutan asam cuka ini perlu diencerkan terlebih dahulu agar konsentrasinya menjadi + 0,1 N. Dalam percobaan ini dilakukan 40 kali pengenceran asam cuka (dari volume 25 mL menjadi 1000 mL).

(11)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan : 1. Penentuan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat disebut

dengan Asidimetri.

2. Molaritas NaOH yang digunakan adalah 0,001 M sedangkan volume asam oksalat yang digunakan untuk titrasi sampai mencapai titik ekuivalen adalah 5,6 ml. 3. Penetapan kadar asam cuka perdagangan disebut Alkalimetri.

4. Molaritas asam cuka sesuai pengenceran yaitu 0,4 M

B. Saran

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 2001. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bamdung: PT. Citra Aditya Bakti.

Agustian. 2008. “ Membuat Larutan

Standar” ,http://www.scribd.com/doc/16383799/ Membuat-Larutan-Standar,Diakses2 Oktober 2011.

Arif. 2008. “Asidimetri”,http://arifqbio.multiply.com/journal/item/7,Diakses2 Oktober2011.

Chang, Raymond. 2007. Chemistry Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill.

Mulyono. 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta : PT Bumi Aksara. Shochichah. 2010. “Standardisasi Larutan NaOH dan Penentuan Asam

CukaPerdagangan”,http://shochichah.blogspot.com/2010/04/StandardisasiLaru tan NaOH dan.html, Diakses 2 Oktober 2011.

(13)

LAMPIRAN

Pembagian tugas penyusunan Laporan Acara IV Qothrotul Himmah R. (A1M013047)

1. Pendahuluan (Tujuan) 2. Tinjauan Pustaka

3. Metode Praktikum (alat dan bahan, cara kerja) 4. Tabel Hasil Praktikum

Hesti sabriani (A1M013061)

1. Pendahuluan (Latar Belakang)

2. Tabel Hasil Praktikum (Mengisi data hasil praktikum) 3. Pembahasan

Referensi

Dokumen terkait

Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah indikator yang mempunyai trayek perubahan warna pada pH sekitar 7, sebab pada saat asam kuat dan basa kuat telah tepat

Grafik titrasi asam dan basa  Siswa dapat menganalisis grafik hasil titrasi asam kuat dan basa kuat, asam kuat dan basa lermah, asam lemah dan basa kuat untuk menjelaskan larutan

Dan percobaan terakhir yaitu proses esterifikasi dimana timbul aroma yang enak dari larutan asam asetat + alcohol + asam sulfat pekat dalam tabung reaksi

dengan cara titrasi larutan asam dan basa Larutan yang digunakan adalah larutan asam monohidrogen fosfat (Na2HPO4) dan larutan basa konjugatnya dihidrogen fosfat

Pada titrasi ini, larutan asam asetat diserap oleh karbon aktif sehingga asam asetat yang awalnya tidak murni merjadi lebih murni karena zat-zat lain yang ikut pada asam

Indikator asam basa merupakan asam organik lemah dan basa organik lemah yang mempunyai dua warna dalam pH larutan yang berbeda.Pada titrasi asam dengan basa maka indikator

Pada saat proses titrasi asam salisilat menggunakan larutan NaOH, maka. ditambahkan dua tetes indikator

Apabila suatu garam dari elektrolit kuat dan elektrolit lemah (misalnya garam dari asam kuat dari basa lemah atau garam dari basa kuat dan asam lemah), serta garam