• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL

SEMESTER GANJIL 2016 - 2017

PENENTUAN KOEFISIEN PARTISI MINYAK/AIR ASAM

SALISILAT

Hari / Jam Praktikum : Senin, pukul 10:00 – 13:00

Tanggal Praktikum : 19 September 2016

Kelompok : 2

Asisten : 1. Aulia Alfiana 2. Giovani Wijonarko

TENGKU RUHUL FAJRIA

260110160091

LABORATORIUM KIMIA MEDISINAL

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

(2)

I. Tujuan

Untuk menentukan koefisien partisi asam salisilat dengan metode pengocokan.

II. Prinsip

1. Koefisien Partisi

Perbandingan kosentrasi dari suatu zat terlarut yang dilarutkan di dalam

dua pelarut yang tidak saling bercampur dengan perbandingan tersebut

adalah atau konstan. (cairns, Donald, 2004)

2. Titrasi asam basa

Titrasi berdasarkan penetralan asam-basa, larutan asam ditentukan dengan

menggunakan larutan basa yang telah diketahui kadarnya dan sebaliknya

kadar larutan bisa ditentukan dengan menggunakan arutan asam yang telah

diketahui kedarnya. (Michael, 2012)

3. Ekstrasi

Ekstrasi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan

pelarut cair. (Ditjen POM, 2000)

4. Like dissolve like

merupakan sifat kecenderungan senyawa pelarut yang hanya melarutkan

senyawa dengan sifat kepolaran sama. senyawa polar akan larut dalam

senyawa polar dan tidak larut dalam senyawa nonpolar, demikian juga

sebaliknya. (James, 2001)

(3)

IV. Teori Dasar

Asam salisilat merupakan bahan yang telah diketahui sejak lama dan salah satu

penggunaannya dalam sediaan obat luar untuk infeksi jamur ringan. Sering kali

asam ini dikombinasi dengan asam benzoat (salep Whitflied) dan belerang (sulfur

precipitatum) yang keduanya memiliki kerja fungistatis dan bakteriostatis. Asam

salisilat jika dalam bentuk mikroskopis dapat berupa bubuk kristal putih dengan

rasa manis, tidak berbau, dan stabil pada udara bebas. Bubuk asam salisilat sukar

larut jika dilarutkan dalam air. Sifat lipofilik asam salisilat (sukar bergabung

dengan air) membuat asam salisilat sukar dicampurkan dengan air. Namun asam

salisilat dapat mudah larut dalam lemak, dikarenakan asam salisilat bekerja sebagai

pelarut organik dan dapat menghilangkan ikatan kovalen lipid intraseluler yang

berikatan (Sulistyaningrum dkk, 2012).

Koefisien partisi atau koefisien distribusi menggambarkan pendistribusian obat

ke dalam pelarut sisstem dua fase, yaitu pelarut organik dengan air, koefisien partisi

semakin bear dan difusi trans menjadi lebihh mudah disebabkan molekul semakin

larut dalam lemak. Organisasi yang terdiri dari fase lemak dan air. Sehinggga bila

koefisien partisi tinggi atau rendah, maka hal ini akan menjadi hambatan pada

proses difusi zat aktif. Penentuan koefisien secara eksperimen dilakukan dengan

cara distribusi senyawa dalam jumlah tertentu ke dalam sistem kesetimbangan

termodinamika dua pelarut yang berbeda kepolaran yaitu h-optanal dan air. (Ansel,

(4)

Koefisien partisi adalah distribusi kesetimbangan dan analit dan

kesetimbangan dari perbandingan kadar zat dalam dua fase. Koefisien partisi

minyak air adalah suatu petunjuk sifat hipofilik/ hidrofilkdari molekul obat.

Lewatnya obat melalui lemak dan interaksi dengan makromolekul pada reseptor.

Adanya pemahaman tentang koefisien partisi dan pengaruh pH pada partisi akn

berpengaruh dalam hubungan dengan ekstrak dan komatograf obat. (Mochtar,

2007)

Sifat hidrofilik adalah sifat dimana suatu bagian yang menyukai air atau

bersifat polar. Sedangkan bagian hidrofobik adalah bagian yang tidak menyukai air

atau bersifat non polar (Wasis, 2008)

Pengetahuan tentang partisi untuk ahli farmasi, karena prinsip ini melibatkan

bebeapa bidang ilmu farmasetik. Termasuk disini pengawetan sistem minyak air,

kerja obat pada tempat yang tidak spesifik, absorbsi dan distribusi obat ke seluruh

tubuh (Marten, 2007)

Koefisien partisi senyawa organik sendiri adalah konsentrasi senyawa dalam

fase organik atau fase minyak dan (berair) adalah konsentrasi senyawa minyak

dalam fase air.

Sebagai contoh, perhatikan distribusi 100 mg obat dalam 50 ml pelarut organik

(misalnya eter, klorofoam, atau etanol)dan 50 ml air. Obat tersebut ditambahkan

kedu pelarut yang saling tidak bercampur dalam sebuah corong pemisah, dan

dibiarkan mencapai kesetimbangan. Ketika lapisan organik dianalisi, ditemukan

66,7 mg. Berdasarkan data tersebut, koefisien partisi dan persentase obat yang

terekstraksi ke dalam lapisan organik dapat dihitung.

Koefisien partisi sendiri merupakan suatu informasi yang penting karena dapat

digunakan untuk memperkirakan proses adsorbsi dan eliminasi obat di dalam tubuh.

Pengetahuan tentang koefisien partisi dapat digunakan untuk memperkirakan onset

kerja obat atau durasi kerja obat, atau untuk mengetahui apakah suaatu obat akan

bekerja secara aktif. Bagian kimiamedisinal, yaitu suatu disiplin ilmu pengetahuan

(5)

menggunakan koefisien partisi itu sendiri, dalam persamaan matematika yang

mencoba menghubungkan antara aktivitas biologis suatu obat dengan karakteristik

fisika dan kimianya.

Hukum koefisien partisi menyatakan bahwa senyawa tertentu pada suhu

tertentu akan memisahkan dirinya sendiri diantara dua pelarut yang saling tidak

bercampur pada perbandingan konsentrasi yang tetap. Perbandingan konsentrasi

yang tetapp itulah yang dikenal dengan koefisien partisi senyawa tersebut dan dapat

dinyatakan secara matematis sebagai berikut.

𝑝 =[Organik][Berair]

P adalah koefisien partisi senyawa, [Organik] adalah konsentrasi senyawa pada fase organik atau pada fase minyak, sedangkan [Berair] adalah konsentrasi senyawa pada fae air. (cairns, Donald, 2004)

Penentuan koefisien partisi cukup penting dilakukan dikarenakan ini bertujuan

untuk mendapatkan karakterisasi dan aktivasi biologis suatu obat. Penentuan

koefisien partisi biasanya diawali dengan percobaan terlebih dahulu. (Tahir, 2000)

Metode yang digunakan dalam praktikum ini ialah metode pengocokan atau

akrab dikenal dengan metode titrasi. Salah satu teori titrasi ialah teori asam-basa

Bronsted-Lowry. Berdasarkan teori ini dijelaskan bahwa sifat basa berlaku untuk

senyawa-senyawa hidroksida maupun senyawa-senyawa lain yang berkaitan dengan

hidroksida. Sifat asam menurut teori asam basa Bronsted-Lowry menjelaskan bahwa

asam dapat mendonorkan proton sedangkan basa bersifat sebagai akseptor atau

penerima proton. Persamaan reaksi menurut teori Bronsted-Lowry dapat dinyatakan

sebagai berikut:

HCl + H2O H2O+ + Cl

-(Suyatno dkk,2010)

Sedangkan Titrasi merupakan proses analisis dimana suatu volume larutan

(6)

tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui

secara pasti. Berdasarkan kemurniannya dibedakan menjadi larutan standar primer

dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang

dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan

kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dan massa-volume larutan). Larutan

standar sekunder adalah larutan standar yang disiapkan dengan menimbang dan

melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relative rendah sehingga

konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi. (Day Underwood,1999)

V. Alat dan Bahan

5.1. Alat

1. Batang Pengaduk

2. Buret

3. Corong

4. Corong pemisah

5. Erlemeyer

6. Gelas beaker

7. Gelas ukur

8. Kertas Perkamen

9. Labu ukur

10.Pipet tetes

11.Spatula

12.Statif

13.Timbangan Analitis

5.2. Bahan

1. Aquades

2. Asam salisilat

3. Kloroform

4. Indikator fenoftalein

(7)

5.3. Gambar Alat

No Nama Alat Gambar

1 Batang Pengaduk

2 Bulp

3 Buret

4 Corong

(8)

6 Erlemeyer

7 Gelas Beaker

8 Gelas Ukur

9 Kertas Perkamen

10 Labu Ukur

(9)

12 Pipet Ukur

13 Spatula

14 Statif

15 Timbangan Analitik

VI. Prosedur

6.1Prosedur Pembuatan NaOH

Alat dan Bahan disiapkan. 1000 ml aquadest dituang ke dalam gelas

beaker. Aquadest dipanaskan sampai cukup panas/mendidih. NaOH

ditimbang sebanyak 4 gr. NaOH yang telah ditimbang dimasukkan ke

dalam 1000 ml aquadest yang telah dipanaskan. Aduk campuran NaOH

(10)

6.2 Pembakuan NaOH

Alat dan bahan disiapkan. Bagian dalam buret dibilas menggunakan

NaOH dan biarkan NaOH mengalir. Sebelumnya, keran buret

dipastikan tidak terbuka. 50 ml NaOH dituangkan ke dalam buret. 15

ml asam oksalat di dalam 2 labu ukur dituangkan ke dalam 2

erlenmeyer. Berikan 2 tetes indikator fenolftalein ke dalam

masing-masing larutan asam oksalat. Titrasi dilakukan sebnyak 2 kali dengan

metode pengocokan sampai larutan tersebut berubah warna menjadi

merah muda.

6.3Penimbangan asam salisilat

Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu. Timbangan analitik

dihidupkan terlebih dahulu, dan kertas perkamen diletakkan diatas

timbangan analitik. Maka, akan muncul berat dari kertas perkamen, tombol

“T’ ditekan agar berat dari kertas perkamen ditiadakan. Asam salisilat

diletakkan dengan bantuan spatula diatas kertas perkamen hingga mencapai

berat 1,38 g.

6.4pelarutan asam salisilat

Asam salisilat yang telah ditimbang dimasukkan kedalam

erlemeyer. Etanol sebanyak 10 ml ditambahkan kedalam erlemeyer yang

berisi asam salisilat, dan diaduk secara perlahan hingga asam salisilat larut

didalam etanol. Aquades ditambahkan sebanyak 90 ml dan diaduk hingga

semuanya tercampur.

6.5Titrasi asam salisilat dengan NaOH

Asam salisilat yang telah dilarutkan diambil sebanyak 15 ml dan

diletakkan kedalam erlemeyer. Sebanyak 20 ml aquades ditambahkan ke

dalam erlemeyer dan dikocok perlahan hingga bercampur. Selanjutnya,

(11)

dititrasi menggunakan NaOH sebanyak 50 ml. Saat titrasi, erlemeyer yang

berisi asam salisilat digoyangkan sedikit demi sedikit. Asam salisilat

dititrasi hingga berubah warna menjadi merah muda.

6.6 Ekstraksi

Larutan asam salisilat sebanyak 15 ml dicampur dengan 10 ml

kloroform dan dikocok didalam corong pemisah sampai terlihat dua lapisan.

Setelah dikocok, Lapisan air diambil dan dimasukan ke dalam erlenmeyer.

Lalu ditambahkan 20 mL air dan 2 tetes indikator fenolftalein. Kemudian

dititrasi dengan NaOH menggunakan buret dan diamati sampai warna

berubah.

VII. Data Pengamatan

No Perlakuan Hasil Gambar

1 Mencampur 4 gr

NaOH ke dalam

1000 ml Aquades

Larutan Agak keruh

2 Mentitrasi 15 ml

larutan oksalat

yang telah ditetesi

2 tetes indikator

fenoftalein dengan

larutan NaOH

Larutan berubah menjadi

(12)

3 Menimbang asam

salisilat

Percobaan 1: 1,3819 gr

Percobaan 2 : 1,3809 gr

Percobaan 3 : 1,3812 gr 1,3819 + 1,3809 + 1,3812

3 =

4,144

3 = 1,3813 𝑔𝑟

4

Melarutkan 1,383

gr asam salisilat

kedalam 90 ml

aquades dan 10 ml

etanol

Larutan asam salisilat tidk

larut sepenuhnya, terdapat

(13)

5

1. Mengitung massa asam salisilat

M =

nV

0,1 =

100mln n = 10 mmol

𝑛 =

mrgr

gr = n. Mr

= 10 mmol . 138

= 1380 mg

(14)

2. Menghitung konsentrasi NaOH

Diketahui :

V NaOH I = 17, 3 ml

V NaOH II = 16,5 ml

N1V1 = N2V2 N1V1 = N2V2

0,1 . 15 = N2 . 17,3 0,1 . 15 = N2 . 16,5

N2 = 1,5

17,3

N

2

=

1,5 16,5

N2 = 0,087 N2 = 0,09

Rata-rata = 0,087+0,09

2 = 0,0885

3. Menghitung konsentrasi larutan asam salisilat + 20 ml air + 2 tetes

indikator fenoftalein

N1V1 = N2V2

N1 . 15 = 0,0885 . 3,5

N1 = 0,0885 . 3,5

15

N1 = 0,02065

4. Meghitung asam salisilat + pada lapisan bawah dari asam salisilat +

kloroform 10 ml + 20 ml aquades + 2 tetes indikator fenoftalein.

Menggunakan NaOh sebanyak 3,5 ml

N1V1 = N2V2

N1 . 30,2 = 0,0885 . 3,5

N1 =0,0885 . 3,5 30,2

(15)

5. Menghitung koefisien partisi

N asam salisilat fase kloroform = N asam salisilat – N fase air

[Organik] = 0,02065 – 0,01026

= 0,01039 M

[Berair] = 0,01065 M

𝑝 =[Organik][Berair] = 0,01039

0,01026 = 1.0126

Jadi, nilai p adalah 1.0126

6. Menghitung nilai log koefisien partisi

log1.0126 = 0.0547

IX. Pembahasan

Dalam pembuatan larutan NaOH, aquades yang digunakan perlu untuk

dipanaskan. Hal ini dikarenakan adanya molekul CO2 didalam aquades tersebut.

Keberadaan molekul CO2 di dalam aquades akan menyebabkan terbentuknya

molekul Na2CO3 sesuai dengan reaksi

2 NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O (Undip, 2014).

Selain itu, NaOH yang telah dilarutkan perlu di tutup atau perlu untuk diplastic

wrap, ini dikarenakan NaOH memili sifat higroskopis. Sifat higroskopis ini

membuat NaOH mudah menyerap udara dan air dan mudah untuk meleleh.

Setelah larutan NaOH dibuat, maka perlu dilakukan pembakuan NaOH.

Pembakuan NaOH dilakukan karena NaOH merupakan zat baku sekunder. Zat

baku sekunder adalah zat baku yang konsentrasinya harus dibakukan dengan zat

baku primer. Zat baku sekunder sendiri memiliki normalitas yang nantinya akan

berubah jika disimpan dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu perlu

(16)

Asam oksalat digunakan sebagai titran karena merupakan salah satu dari larutan

baku primer yang normalitasnnya telah stabil. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali,

ini dilakukan untuk memperoleh nilai yang akurat.

Setelah volume NaOH didapat dari proses titrasi, maka normalitas dari NaOH

dapat diketahui dari perhitungan. Normalitas ini yang nantinya akan dijadikan

sebagai acuan dalam proses mencari konsentrasi zat organik maupun konsentrasi

zat cair nantinya.

Pada penimbangan asam salisilat hal yang perlu diperhatikan adalah

menyiapkan terlebih dahulu gelas beaker berdekatan dengan timbangan analitik

sebelum menimbang. Ini sangat dibutuhkan, karena setelah dilakukan

penimbangan, maka asam salisilat harus langsung dimasukkan kedalam gelas

beaker untuk menghindari hilangnya massa dari asam salisilat karena pengaruh

udara atau yang lainnya.

Penggunaan timbangan analitik pada percobaan memudahkan dalam banyak

hal. Timbangan analitik memiliki tingkat ketelitian yang tinggi. Selain itu

penggunaannya yang tidak begitu rumit lebih membuat efisien dalam hal waktu

maupun tenaga.

Pada pembuatan larutan asam salisilat, serbuk asam salisilat dilarutkan dengan

etanol. Hal ini dikarenakan sifat kelarutan dari asam salisilat yang mudah larut

pada etanol dan eter namun sukar larut dalam air (DepKes RI, 1995).

Dalam pembuatan asam salisilat tidak boleh dilarutkan langsung dengan

aquades. Sebelum dicampurnya asam salisilat dengan aquades terlebih dahulu

asam salisilat dilarutkan dengan etanol. Dilarutkan dahulu oleh etanol karena sifat

dari asam salisilat itu sendiri sukar larut dengan air, benzena, dan kloroform tetapi

mudah larut dalam eter dan etanol (Depkes RI, 1995).

Asam salisilat memiliki gugus polar dan gugus nonpolar. Gugus polar pada

asam ssalisilat adalah –OH sedangkan gugus nopolarnya adalah gugus cincin

benzen. Struktur tersebut yang menyebabkan asam salisilat dapat larut pada

(17)

memiliki gugus polar dan gugus nonpolar sekaligus dalam satu gugus, asam

salisilat sukar larut dalam pelarut polar saja atau dalam pelarut nonpolar saja. Asam

salisilat sukar larut pada air yang merupakan pelarut polar, tetapi mudah larut pada

etanol yang merupakan senyawa semi polar.

Pada saat dilakukan pelarutan, maka didapatkan hasil yang tidak sesuai, yaitu

munculnya kristalan putih atau semacam gumpalan didalam asam salisilat yang

telah dilartkan dengan air dan etanol. Ini terjadi karena kesalahn dalam

perbandingan antara air dan etanol atau adanya kontaminasi dengan lingkungan

luar. Akan tetapi, meskipun hasil yang didapat merupakan larutan etanol dengan

kristal atau gumpalan yang berwarna putih, tetap masih bisa diambil 15 ml larutan

asam salisilat yang akan digunakan untuk proses titrasi pada tahap selanjutnya.

Pada saat proses titrasi asam salisilat menggunakan larutan NaOH, maka

ditambahkan dua tetes indikator fenoftalein. Pemberian indikator fenoftalein

berfungsi untuk memberikan warna pada larutan setelah mencapai nilai

kesetimbangan. Indicator pp akan memberikan warna ungu pada keadaaan basa

dan tidak berwarna pada keadaan asam (Marwati,2014). Oleh karena itu, untuk

menemukan titik kesetimbangan, pengamatan terhadap perubahan warna harus

sangat teliti agar didapat warna yang sesuai, yaitu merah muda.

Indikator fenoftalein sendiri merupakan asam diprotik dan tak berwarna. Asam

diprotik sendiri adalah asam yang dapat melepaskan ion H+. Fenoftalein

mula-mula berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian dengan

kehilangn hidrogen kedua menjadi ion dengan sistem terkonjugasikan, maka

dihasilkanlah warna merah muda. Fenoftalein berubah warna pada kira-kira titik

ekivalen atau titik seimbang. Fenoftalein selesai mengalami perubaahan warnanya

pada pH yang tepat dengan titik ekivalen pada saat untuk pertama kalinya natrium

hidrogenkarbonat terbentuk.

Pada saat dilakukannya titrasi asam ssalisilat, maka didapat sebanyak 3,5 ml

larutan NaOH yang harus ditambah kedalam larutan supaya mencapai nilai

(18)

Langkah selanjutnya adalah meenentukan normalitas asam salisilat pada fase

air. Langkah yang dilakukan yaitu pengocokan asam salisilat yang telah ditambah

kloroform di dalam corong pemisah hingga kedua larutan meengalami dispersi

yang ditandai dengan terpisahnya dua larutan pada corong pemisah tersebut.

Pengocokan dilakukan sampai asam saisilat dengan kloroform benar benar

tercampur dan setelah itu didiamkan. Maka, pada saat didiamkan, muncullah

larutan yang terdispersi tersebut. Setelah larutan terdisspersi, larutan asam salisilat

berada pada lapisan bawah, dan lapisan kloroform berada pada lapisan atas. Ini

disebabkan karena kerapatan atau massa jenis kloroform lebih kecil daripada

kerapatan asam salisilat.

Kloroform merupakan senyawa dari asam formiat dan termasuk senyawa

polihalogen yaitu senyawa turunan karboksilat yang mengikat lebih dari satu atom

halogen. Kloroform tidak larut dalam air, tetapi merupakan pelarut efektif untuk

senyawa organik. Selain kloroform, etil eter dan etanol juga merupakan pelarut

organik. Tetapi untuk etanol, lebih mendekati ke pelarut semi polar.

Langkah berikutnya adalah mentitrasi asam salisilat hasil dari corong pemisah

yang telah terdispersi sebelumnya. Seperti yang telah dilakukan sebelumnya,

diteteskan indikator fenoftalein sebanyak dua tetes dalam larutan asam salisilat

tersebut. Maka akan didapatkan larutan menjadi merah muda pada saat sudah

tertambah 3,5 ml NaOH. Pada langkah ini, diperkirakan NaOH yang masuk ke

dalam asam salisilat melalui proses titrasi mengalami kelebihan. Ini ditandai

dengan perubahan warna yang agak gelap dari yang sebenarnya, yaitu mendekati

ungu.

Dari serangkaian percobaan yang dilakukan telah dilakukan, maka didapat

hasil koefisien partisi adalah 1.0126. nilai ini dianggap benar karena dalam litertur

nilai ketetapan dari koefisien partisi asam salisilat yang baik berada lebih dari 1.

Dari nilai ini dapat diketahui pula nilai dari log nilai koefisien partisinya. Nilai

(19)

Berdasarkan nilai dari log koefisien tersebut dapat dilihat sifat lipofilisitas

asam salisilat yang nantinya akan menggambarkan hubungan antara asam salisilat

dengan enzim atau bahkan makromolekul lainnya yang ada di dalam tubuh. Nilai

0,0543 menunjukkan nilai yang baik untuk rentang suatu obat. Rentang obat yang

baik berada pada rentang -2 sampai dengan 4. Sedangkan nilai 0,0543

menunjukkan bahwa asam salisilat tergolong diantara obat yang bersifat lipofil

atau hidrofob. Semakin ke kiri (minus) nilai suatu log koefisien pasrtisi, maka akan

semakin bersifat hidrofil sedangkan semakin ke kanan akan bersifat lipofil.

Dengan nilai log yang menunjukkan niali yang bagus, maka pada percobaan

ini menyatakan bahwa asam salisilat dalam tubuh dapat menembus membran lipid

dengan baik sehingga tidak akan terperangkap dalam jaringan lipid tersebut.

X. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan koefisien partisi asam

salisilat adalah 1.0126. hasil dari koefisien partisi ini dianggap benar karena dalam

literature nilai ketetapan koefisien partisi asam salisilat yang baik berada diatas 1.

Sedangkan nilai dari log koefisien partisi menunjukkan angka 0.0543 yang

menunjukkan bahwa asam salisilat termasuk ke dalam golongan yang baik untuk

obat yaitu berada dalam renta -2 sampai dengan 4.

XI. Daftar Pustaka

Ansel, H. 1898. Kimia Farmasi. Jakarta :Universitas Indonesia.

Cairns, Donald. 2008. Intisari kimia Farmasi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Day, Underwood. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:

(20)

Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak tumbuhan obat. Jakarta :

Departemen Kesehatan RI.

Gandjar, dkk. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: pustaka pelajar.

J.Gillespie, R dan Paul L.A.Popelier. (2001). Chemical Bonding and Molecular

Geometry. New York: Oxford University Press.

Martin, A. 1990. Dasar-Dasar Kimia Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetika.

Jakarta : Universitas Indonesia.

Michael. 2012. 100 Tanya Jawab mengenai Diabetes. Jakarta: PT. Indeks.

Mochtar. 2007. Kimia farmasi Analisis. Jakarta : Universitas Indonesia.

R.T. Smedberg. 1994. J. Chem. Volume 3 No 71. Educ.

Sulistyaningrum, Sri dkk. 2012. Penggunaan Asam Salisilat Dalam Darmatologi.

Volume 62 No.7. tersedia online di Indonesian.digitaljournal.org (diakses

pada 16 September 2016)

Suyatno dkk. 2010. Kimia. Jakarta: Grasindo.

Tahir, iqmal. 2000. Komparasi nilai koefisien partisi teoritik berbagai senyawa

obat dengan metoda Hansch-Leo, metoda Rekker, dan penggunaan

program Clog. Tersedia online di iqmal.staff.ugm.ac.id [diakses pada 23

September 2016]

Undip. 2014. Absorpsi CO2 dengan Larutan NaOH. Tersedia online di

http://lab.tekim.undip.ac.id/proses/files [ diakses pada 25 September 2016].

Vogel. 1979. Buku teks analisis anorganik kualitatif makro dan semimakro.

Jakarta: PT kalman media pustaka

Wasis, dan Irianto, Sugeng Yuli. Ilmu Pengetahuan Alam jilid 2 Untuk SMP dan

Gambar

Gambar
No Perlakuan Hasil  Gambar 1 Mencampur 4 gr Larutan Agak keruh

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya saat penambahan asam sulfat ke dalam tabung reaksi yang berisi ion fero, ion fero(padatan) larut dalam asam sulfat dan saat ditambahkan o-fenontralin

Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi (titrasi asam-basa) yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian

Dari hasil ini, dapat dilihat bahwa dalam menentukan konsentrasi larutan HCl dengan titrasi menggunakan indikator fenoftalein lebih sedikit memerlukan larutan NaOH

Saat titrasi asam terhadap basa, larutan NaOH (basa) ditetesi indikator metil orange dan berwarna kuning, setelah titrasi warnanya menjadi merah muda yang menunjukkan larutan

Penentuan kadar Asam Salisilat dengan metode alkalimetri, larutan baku NaOH 0,1 N sebagai titran dengan menggunakan indikator PP dimana titik akhir titrasi ditandai dengan

Setelah ditambahkan 2 tetes NaOH menghasilkan larutan berwarna hijau (+). Setelah ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 3 tetes terbentuk endapan hijau pada ditambahkan NaOH

Setelah proses selesai lakukan analisa pada larutan HCl yang terbentuk pada kedua scrubber tersebut dengan metoda titrasi asam basa menggunakan indikator

Dengan melakukan titrasi, kita dapat menentukan konsentrasi suatu zat dengan menggunakan indicator asam basa (hingga mencapai warna tertentu) yang ditambahkan