Modul 1 K E L A R U T A N
A. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat aktif
Menentukan usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat
B. LANDASAN TEORI
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah solven. Pada suatu temperatur tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang tidak terlarut merupakan contoh lain dari keadaan kesetimbangan dinamik (Moechtar, 1989).
Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon berbeda denga zat polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit lemah dan kuat, karena tetapan dilektrtik pelarut yang rendah.Sedangkan pelarut polar dapat melarutkan zat terlarut nonpolar dengan tekanan yang sama melalui interaksi dipole induksi (Martin , 1993).
Kekuatan tarik menarik antara atom-atom menyebabkan pembentukan molekul ion. Kekuatan dari suatu intramolekuler yang berkembang diantara molekul-molekul seperti itu, menentukan keadaan fisik bahan (yaitu padat, cair atau gas) pada kondisi tertentu seperti suhu dan tekanan. Pada kondisi biasa kebanyakan senyawa organik, jadi juga kebanyakan zat obat, berbentuk molekul suatu zat padat (Howard, 1990).
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh. Agar supaya diperhatikan berbagai akan kemungkinan kelarutan diantara dua macam bahan kimia yang menentukan jumlah masing-masing yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh, disebutkan dua contoh bahan sediaan resmi larutan jenuh dalam air, yaitu larutan Tropikal Kalsium Hidroksida, USP (Calcium Hydroxide Tropical Solution, USP), dan larutan Oral Kalium Iodida, USP (Potasium Iodide Solution, USP) (Howard, 1990).
Faktor yang mempengaruhi kelarutan : Sifat dari solute dan solvent
Substansi polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan substansi polar lainnya. Substansi nonpolar cenderung untuk miscible dengan substansi nonpolar lainnya, dan tidak miscible dengan substansi polar lainnya Sifat pelarut (Sukardjo, 1977)
pH
Suatu zat asam lemah atau basa lemah akan sukar terlarut, karena tidak mudah terionisasi. Semakin kecil pKanya maka suatu zat semakin sukar larut, sedangkan semakin besar pKa maka suatu zat akan akan mudah larut (Lund, 1994).
Suhu
Kenaikan temperatur akan meningkatkan kelarutan zat yang proses melarutnya melalui penyerapan panas/kalor (reaksi endotermik) dan akan menurunkan kelarutan zat yang proses melarutnya dengan pengeluaran panas/kalor (reaksi eksotermik) (Lund, 1994). Solution aditif.
Additivies baik dapat meningkatkan atau mengurangi kelarutan zat terlarut dalam pelarut tertentu (Lund, 1994).
C. MONOGRAFI ZAT AKTIF
Asam Salisilat
C7H6O3 BM 138,12
Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% C7H6O3 .
Pemerian Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir tidak berbau; rasa agak manis dan tajam.
Kelarutan Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P; larut dalam larutan amonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan natrium sitrat P.
Penetapan kadar Timbang seksama 3g, larutkan dalam 15ml etanol (95%) P hangat yang telah dinetralkan terhadap larutan merah fenol P, tambahkan 20ml air. Titrasi dengan natrium hidroksida 0,5N menggunakan indikator merah fenol P.
1ml natrium hidroksida 0,5N ≈ 69,06mg C7H6O3 Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat dan penggunaan Keratolitikum, antifungi.
Aethanolum
Etanol adalah campuran etil alkohol dan air. Mengandung tidak kurang dari 94,7% v/v
atau 92% dan tidak lebih dari 95,2% v/v atau 92,7% C2H6O.
Pemerian: cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas rasa panas. Mudah terbakar dengan nyala biru yang tidak berasap.
Identifikasi: a. Campur dalam gelas kimia kecil dengan 1ml larutan kalium permanganat p dan 5 tetes asam sulfat encer p, tutup segera dengan kertas saring yang dibasahi dengan larutan segar yang dibuat dengan melarutkan 100mg natrium
nitroprusida p dan 500mg piperazinahidrat p dalam 5ml air, terjadi warna biru intensif pada kertas saring yang setelah beberapa menit menjadi lebih pucat, b. Pada 5ml larutan
0,5% b/v , tambahkan 1ml natrium hidroksida 0,1N, kemudian tambahkan perlahan
lahan 2ml larutan iodium p, tercium bau iodoform dan terbentuk endapan kuning.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya , ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
Khasiat dan kegunaan: sebagai zat tambahan
Propilenglicolum
Propilenglikol
Pemerian: Cairan kental,jernah, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis
Kelarutan: Dapat campur dengan air, dengan etanol p (95%) dengan kloroform p, larut dalam 6 bagian eter p tidak campur dengan eter minyak tanah p dan dengan minyak
lemak .
Penyimpanan : Dalam wadah penutup baik
Khasiat dan kegunaan : Zat tambahan dan pelarut
D. BAHAN DAN ALAT
Erlenmeyer 250ml
A. Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat
Pelarut campuran dibuat sebanyak 50 mL dengan komposisi sebagai berikut:
1gram Asam
menggunakan lab.Sheaker selama 1 jam. Asam salisilat ditambahkan dalam jumlah tertentu jika ada endapan sampai jenuh kembali. Larutan disaring, larutan dititrasi asam basa menggunakan indicator fenolftalein dengan peniter NaOH 0,1 N. Kurva dibuat antara kelarutan asam salisilat dengan konstanta dielektrik campuran pelarut.
B. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
(0), (0.4), (0.8), (2.0), (4.0), (6.0), (8.0) gram tween Ad 100ml air
1 gram Asam salisilat dilarutkan ke dalam masing-masing campuran pelarut yang sudah dibuat. Larutan dikocok menggunakan lab.Sheaker selama 1 jam. Asam salisilat ditambahkan dalam jumlah tertentu jika ada endapan sampai jenuh kembali. Larutan disaring, larutan dititrasi asam basa menggunakan indicator fenolftalein dengan peniter NaOH 0,1N. Kurva dibuat antara kelarutan asam salisilat dengan konsentrasi surfaktan lalu tentukan KMK (Konsentrasi Misel Kritis) tween 80.
C. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
F. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGANNYA
NO AIR TWEEN 80 VOLUME NaOH 0,1N
7. 17,5
50 ×100=35
8. 20
50×100=40
KD air = 78,5 KD propiletitilenglikol = 32 KD alcohol = 25,7
Rumus : (pelarut A X KD pelarut A)+(pelarut B X KD pelarut B)+(pelarut C X KD pelarut C)
LAMPIRAN
A. Pengaruh pelarut campur (kosolven) terhadap kelarutan suatu zat
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Percobaan 4
B. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
Konsentrasi 0 konsentasi 0,4 konsentrasi 0,8
Konsentrasi 2,0 konsentrasi 4,0 konsentrasi 6,0
C. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
pH 5 pH 6 pH 7
pH 8 pH 9
Lab. sheaker
Pembahasan
Dalam percobaan ini menggunakan pelarut campur yang dibuat dengan mencampurkan air, alkohol dan propilenglikol dengan volume yang berbeda. Pelarut campur ini dibuat sebanyak 8 buah. Setelah membuat pelarut campur kemudian dimasukkan asam salisilat sebanyak 1 gram. Mencanpurkan air, alkohol dan propilglikol karena asam salisilat dapat larut dengan 3 pelarut tersebut yang sesuai pada takarannya masing-masing. Larutan asam salisilat ini harus dikocok menggunakan lab shaker selama 1 jam agar dapat mengetahui kelarutan asam salisilat dan membedakan tingkat kelarutannya. Setelah dikocok menggunakan lab shaker. Larutan ini ditambahkahkan indikator fenolftalein agar dapat dapat mengalami perubahan warna secara spesifik. Larutan asam salisilat ini dititrasi asam basa untuk mengetahui kadar asam salisilat pada campuran tersebut. Peniter yang digunakan adalah NaOH, karena NaOH adalah larutan yang bersifat basa, sedangkan asam salisilat adalah larutan yang bersifat asam, sehingga keduanya dapat direaksikan kemudian terjadi reaksi asam basa yang mengalami perubahan warna. Jika warna terlalu ungu pekat disebabkan karena kelebihan tetesan peniternya.
menggunakan lab.Sheaker selama 1 jam untuk dapat mengetahui kelarutan asam salisilat dan membedakan tingkat kelarutannya. Setelah dikocok, larutan ini ditambahkan indikator fenolftalein. larutan asam salisilat ini dititrasi asam basa untuk mengetahui kadar asam salisilat pada campuran tersebut. Peniter yang digunakan adalah NaOH, karena NaOH adalah larutan yang bersifat basa, sedangkan asam salisilat adalah larutan yang bersifat asam, sehingga keduanya dapat direaksikan kemudian terjadi reaksi asam basa yang mengalami perubahan warna.
Semakin tinggi pH maka semakin tinggi kelaruta asam salisilat.
Kesimpulan
Dari kesimpulan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan: 1. NaoH yang ditimbang sebanyak 4 gram
2. Asam salisilat sukar larut dalam air, sesuai dengan literatur 3. Semakin besar konsentrasi tween 80 maka asam salisilat akan
larut, hal ini dilihat dari pengamatan
4. Semakin besar nilai pH maka kelarutan akan semakin tinggi 5. Pelarut polar akan melarutkan zat polar dan ionik, sedangkan
59.9 59.58 59.27 58.95 58.64 58.1 57.69 57.38 0
0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
KD
0 0.4 0.8 2 4 6 8 0
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07
tween80
Column1
5 6 7 8 9
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
pH
Daftar Pustaka
Ansel C. Howard, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Jakarta : Universitas Indonesia
Press.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta : Depkes.