• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA PENGARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA PENGARU"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PENGARUH PELARUT CAMPUR TERHADAP

KELARUTAN BAHAN OBAT

OLEH:

1. MUHAMMAD SYAHRIL D.

30313162

2. NGUDI RAHAYUNING R.

30313163

3. NOVIKHA DARWATI

30313164

4. OKTAVIA SENJA KUSUMA

30313165

5. PUTRI AYU ARIANTI

30313166

6. RIZKI LUTHFIANA

30313167

7. WELLA TRISTIANA

30313168

PRODI D III PROGSUS FARMASI

INSTITUT ILMU KESEHATAN KEDIRI

BHAKTI WIYATA

KEDIRI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT Tuhan Yang Maha Esa,yang kiranya patut penulis ucapkan,karena atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “PRAKTIKUM FARMASI FISIKA: PENGARUH PELARUT CAMPUR TERHADAP KELARUTAN BAHAN OBAT”.Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai aplikasi pelarut terhadap kelarutan, cara mengukur dengan spektrofotometer dan membuat kurva kelarutan. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam mata kuliah Farmasi Fisika.

Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan.Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan,pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki,namun demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami dengan menyediakan dokumen atau sumber informasi,memberikan masukan pemikiran.Oleh karena itu kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Dosen Pembimbing Lab Farmasi Fisika kami (Ibu Yani, Ibu Reka dan Ibu Dewi Resti)

2. Seluruh teman-teman D3 Progsus Farmasi Tingkat II/ Semester 3 IIK Kediri.

Dengan terselesaikannya makalah ini kamimengharapkan kritik dan saran,demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Kediri,12 November 2014

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... i

Daftar isi... ii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 1

1.3. Tujuan Penelitian... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 3

2.1. Landasan Teori... 3

A. Pengertian Kelarutan... 3

B. Pelarut Polar dan Nonpolar... 5

BAB III METODE PENELITIAN... 8

A. Alat dan Bahan yang digunakan... 9

B. Cara Kerja... 11

C. Data Hasil Pengamatan... 12

D. Gambar Alat... 13

E. Gambar Pelaksanaan Praktikum... 16

BAB IV PEMBAHASAN... 15

BAB V KESIMPULAN... 16

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetik, dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian. Pengetahuan yang lebih mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga memberikan informasi mengenai struktur obat dan gaya antarmolekul obat. Selain itu, pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya telarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya(Martin, A., et al, 1993).

Kelarutan adalah kemampuan suatu zat telarut melarut pada suatu pelarut. Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk disperse molekular homogen. Kelarutan suatu senyawa bargantung pada sifat fisika, dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut. (Martin, A., et al, 1993).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam rangka memperdalam keilmuan Farmasi Fisika terutama tentang kelarutan bahan obat maka pada praktikum kali ini kami melaksanakan praktikum yang terkait dengan:

1. Pengaruh kelarutan bahan obat terhadap pelarut campur

2. Cara menggunakan alat Spektrofotometer untuk mengukur gelombang pada hasil bahan obat yg dilarutkan.

1.3 TUJUAN PRAKTIKUM

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI A. Pengertian Kelarutan

(6)

Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan “cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaanya, tidak dimasukkan kedalam golongan produk lainnya”.

Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh.Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut

Tabel 1: Istilah-istilah Kelarutan (Farmakope Indonesia ED III)

NO Istilah Kelarutan Jumlah bagian pelarut di perlukan untuk malarutkan 1 Gram zat 1 Sangat mudah larut kurang Dari 1

2 Mudah larut 1 - 10 3 Larut 10 - 30 4 Agak sukar larut 30-100 5 Sukar Larut 100-1.000 6 Sangat Sukar Larut 1.000-10.000 7 Praktis Tidak larut lebih dari 10.000

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah: 1. pH

2. Temperatur 3. Jenis pelarut

4. Bentuk dan ukuran partikel 5. Konstanta dielektrik pelarut

6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion sejenis dan lain-lain (Delvina, 2011).

(7)

Senyawa polar adalah Senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut mempunyai nilai keelektronegatifitas yang berbeda.

ciri -ciri senyawa polar :

 Dapat larut dalam air dan pelarut lain

 Memiliki kutub + dan kutub -, akibatt idak meratanya distribusi electron

 emiliki pasangan elektron bebas ( bila bentuk molekul diketahui ) atau memiliki perbedaan keelektronegatifan.

CONTOH : alkohol, HCl, PCl3, H2O, N2O5.

Senyawa non polar : Senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsur yang membentuknya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan mempunyai nilai elektronegatifitas yang sama/hampir sama.

ciri – ciri senyawa non polar :

 tidak larut dalam air dan pelarut polar lain

 tidak memiliki kutub + dan kutub – , akibat meratanya distribusi elektron - tidak memiliki pasangan elektron bebas ( bila bentuk molekul diketahui ) atau keelektronegatifannya sama.

CONTOH : Cl2, PCl5, H2, N2.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. ALAT DAN BAHAN

(8)

B. STRUKTUR KIMIA BAHAN

Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol 95%, dalam 13bagian aseton. Dalam 40 bagian gliserol dan dalam 9 bagian

propilenglikol.

 Kedalam Erlenmeyer 50ml diisi pelarut sebanyak 25,0ml

 Erlenmeyer ditempatkan pada penangas air pada suhu konstan (350C)

 Menimbang paracetamol sebanyak 750mg, dimasukkan kedalam Erlenmeyer yang telah berisi pelarut.

 Erlenmeyer dikocok pada kecepatan konstan dan suhu konstan sampai diperoleh larutan parasetamol jenuh.

 Setelah tercapai kesetimbangan larutan jenuh, pengocokan dihentikan dan didiamkan selama 10 menit kemudian disaring dengan kertas saring Whatman.

 Hasil penyaringan diambil 3ml dengan spuit injeksi, dan ditampung dalam tabung reaksi. (pada praktikum ini di lewati)

(9)

 Ditentukan kadarnya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 244nm

 Ditentukan kadar parasetamol dengan menggunakan kurva baku yang tersedia.

Pembuatan larutan baku Parasetamol:

 Membuat larutan parasetamol dengan kadar 2, 4, 8, 10, 20 ppm

 Amati dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum 244nm

 Buat kurva baku (kasar vs.absorbansi) dan garis regresi Y=A+Bx

D. DATA DAN PERHITUNGAN

a. Pembuatan larutan sampel Parasetamol

Parasetamol 750mg

Gliserin 25ml

 Kadar parasetamol dalam 0,05ml larutan gliserin(50micro liter) g parasetamol = 0,05 x 750mg

25

g parasetamol = 1,5mg dalam 0,05ml larutan g parasetamol = 0,0015 gram

kadar (ppm) = g bahan x 106

a. Pembuatan Larutan Baku Parasetamol

Pembuatan Lar. Baku Paracetamol 100ppm

Ppm = vol. baku x total vol.baku

Menimbang 10mg Parasetamol dilarutkan dalam 100ml aquadest.

Pembuatan Parasetamol 2ppm dari lar. Baku

(10)

Vol akhir

Jadi, untuk mendapatkan parasetamol 2ppm, memerlukan 1ml larutan baku dilarutkan kedalam 50ml aquadest

Pembuatan Parasetamol 4ppm dari larutan baku

Ppm = vol. baku x total vol.baku

Jadi, untuk mendapatkan parasetamol 4ppm, memerlukan 2ml larutan baku dilarutkan kedalam 50ml aquadest

Pembuatan Parasetamol 8 ppm dari larutan baku

Ppm = vol. baku x total vol.baku

Jadi, untuk mendapatkan parasetamol 8ppm, memerlukan 1ml larutan baku dilarutkan kedalam 25ml aquadest

Pembuatan Parasetamol 10ppm dari larutan baku

Ppm = vol. baku x total vol.baku

Jadi, untuk mendapatkan parasetamol 10ppm, memerlukan 5ml larutan baku dilarutkan kedalam 50ml aquadest

Pembuatan Parasetamol 20ppm dari larutan baku

Ppm = vol. baku x total vol.baku Vol akhir

(11)

Vbaku = 20x50 100 Vbaku = 10ml

Jadi, untuk mendapatkan parasetamol 20ppm, memerlukan 10ml larutan baku dilarutkan kedalam 50ml aquadest

E. Hasil pengukuran pelarut campur terhadap kelarutan parasetamol pada λmaks=244nm (pada praktikum digunaan 300nm)

pelarut absorban Kadar

(ppm) pengenceranKadar Kelarutan

Aquadest 0,082 60 500x Agak sukar

Larut

Gliserin 0,815 60 500x Agak sukar

larut

Propilen G. 0,826 60 500x Mudah larut

F. Hasil pengukuran Larutan Baku terhadap kelarutan parasetamol pada λmaks=244nm (pada praktikum digunaan 300nm)

Kadar (X) dalam ppm Absorbansi (Y)

2 0,884

4 -0,015

8 -0,010

10 -0,012

20 0,003

G. Hasil perhitungan kadar parasetamol terlarut

C sampel = A sampel x C standar A standar

 Kadar parasetamol dalam 0,05ml larutan gliserin(50micro liter) g parasetamol = 0,05 x 750mg

25

g parasetamol = 1,5mg dalam 0,05ml larutan g parasetamol = 0,0015 gram

kadar (ppm) = g bahan x 106

g volume ppm = 0,0015 x 106

25 Ppm = 60 ppm

 Kadar parasetamol dalam 0,05ml larutan Propilen glikol (50micro liter) g parasetamol = 0,05 x 750mg

25

g parasetamol = 1,5mg dalam 0,05ml larutan g parasetamol = 0,0015 gram

(12)

g volume ppm = 0,0015 x 106

25 Ppm = 60 ppm

H. Kurva hubungan pengaruh kadar pelarut v.s. kelarutan parasetamo

(13)

Pipet Volume

(14)

Spektrofotometer tampak depan

(15)
(16)

Melarutkan pada suhu 35 derajat

(17)

PEMBAHASAN

Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat terlarut. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu. Larutan pada umumnya dibagi menjadi tiga yaitu larutan jenuh adalah larutan yang zat terlarutnya dapat melarut dalam zat pelarutnya dalam konsentrasi yang maksimal. Larutan lewad jenuh terjadi pada saat zat terlarut sudah melewati batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya yang biasanya ditandai dengan terbentuknya endapan. Lautan tak jenuh terjadi saat zat terlarut belum mencapai batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya.

Dalam kelarutan dikenal istilah cosolvent dan cosolvency dimana cosolvent merupakan bahan yang digunakan untuk meningkatkan kelarutannya misalnya seperti penggunaan pelarut campur sedangkan cosolvency merupakan peristiwa peningkatan kelarutan. Faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :

1. pH

Zat organik yang bersifat asam lemah/basah lemah adalah zat aktif yang sering digunakan dalam dunia pengobatan. Kelarutannya dipengaruhi pH, yakni untuk dapat larut. Zat organik yang bersifat asam lemah diberikan atau dicampurkan dulu dengan larutan basa agar berbentuk garam organik yang mudah larut dalam air, demikian sebaliknya

2. Temperatur

Ada 3 pernyataan tentang kelarutan yang dipengaruhi oleh temperature yaitu :

 Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat, namun bila didinginkan dia akan mengendap.

 Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat.

 Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan kecil. 3. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel

Semakin kecil ukuran partikel, maka kelarutan zat tersebut akan meningkat, begitu pula sebaliknya

4. Pengaruh jenis pelarut

Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar atau ionik, begitu pula sebaliknya. Pelarut non polar akan melarutkan lebih baik zat-zat non polar atau molekul.

5. Pengaruh konstanta dielektrik

(18)

6. Pengaruh penambahan zat-zat lain

Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan kelarutan suatu zat.

Pada praktikum kali ini menentukan kadar kelarutan paracetamol terhadap tiga jenis pelarut yaitu Aquadestillata, Gliserin dan propilen Glikol. Dimana pada uraian

farmakope Indonesia ED. III dinyatakan bahwa kelarutan Parasetamol adalah dalam 70 bagian air, 40 bagian gliserol dan 9 bagian propilen glikol.

Setelah mendapatkan hasil yang larut, kemudian disaring menggunakan kertas saring whatman dan diambil sampel sebanyak 0,05ml atau 50 microliter dan dicampur dengan pelarutnya sampai 25ml. selanjutnya sampel di ukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang maksimum 244nm, tetapi pada praktikum dipakai panjang gelombang 300nm karena angka 244nm tidak tersedia.

Praktikum ini juga membuat larutan baku parasetamol dengan konsentrasi 2ppm, 4ppm, 8ppm, 10ppm, 20ppm, yang masing-masing juga diukur dengan alat spektrofotometer UV-Vis dan pada pelaksanaan tersebut praktikan kesulitan dalam melaksanakan pengukuran karena alat yang dipakai sering menghasilkan nilai minus.

(19)

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan Pengaruh pelarut campur tehadap kelarutan zat adalah dapat mempengaruhi polaritas pelarut, dimana pelarut polar mempunyai kostanta dielektrik yang tinggi untuk dapat melarutkan zat-zat non polar sukar larut, dan begitu pula sebaliknya.

SARAN

Pembekalan materi sebelum melaksanakan praktikum sangatlah penting, agar pada saat melaksanakan praktikum masing-masing praktikan sudah mengetahui apa yang

seharusnya dia kerjakan dan tujuan melaksanakan proses tersebut, sehingga praktikum akan berjalan lancer.

Alat-alat elektrik yang bekerja kurang baik akan mempengaruhi hasil uji/ hasil praktikum, sehingga praktikan tidak mengetahui data yang benar dan yang salah.

(20)

Collet, DM, and Aulton, Me, Pharmaceutical Practice. 1990. Churchill Livingstone. 45-51

Martin, A., Swarbick J., and Cammarat A., 1983. Physical Pharmacy, 3rd Ed., Lea and

Gambar

Tabel 1: Istilah-istilah Kelarutan (Farmakope Indonesia ED III)
GAMBAR PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Referensi

Dokumen terkait

Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut akan meningkatkan viskositas larutan dan menyebabkan meningkatnya gaya kohesi antar molekul sirup sehingga gaya adhesi antara larutan dan

Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu paracetamol sampai diperoleh larutan jenuh kembali.Disaring lartan dan tentukan

Energi aktivasi (Ea) harus ditentukan dengan cara mengamati perubahan konsentrasi pada suhu tinggi, dengan membandingkan dua harga konstanta penguraian zat pada temperatur atau

Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke dalam sel..

Percobaan “Kenaikan Titik Didih” bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis zat terlarut (volatile dan non volatile), konsentrasi larutan, serta jenis zat terlarut (elektrolit dan non elektolit) terhadap kenaikan titik didih

Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah solven (Moechtar, 1989)...

Suatu larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak dari pada yang seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga

Kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut dalam larutan lebih banyak dari pada zat terlarut yang seharusnya dapat melarut dalam temperatur tersebut, Larutan yang demikian